Anda di halaman 1dari 24

7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan konsep hipertensi, konsep stroke dan konsep
dasar perilaku.
2.1

Konsep Hipertensi

2.1.1

Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang selalu lebih dari 160/95

mmHg (Depkes RI, 1999). Menurut Brunner & Suddath (2003), hipertensi adalah
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
diastoliknya 90 mmHg. Menurut Kaplan (1997) pria usia > 45 tahun dikatakan
hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95 mmHg. Sedangkan menurut
Mansjoer (2001), hipertensi adalah tekanan darah sistoliknya > 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik > 90 mmHg.
Menurut definisi WHO (1978), batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tabel 2.1 menggambarkan kriteria hipertensi
menurut WHO tahun 1978.

Tabel 2.1
Kriteria hipertensi menurut WHO tahun 1978
Klasifikasi
Normotensi
Hipertensi Ringan
Hipertensi Perbatasan
Hipertensi Sedang dan Berat
Hipertensi Sistolik Terisolasi
Hipertensi Sistolik Perbatasan

Sistolik (mmHg)
< 140
140 - 180
140 160
> 180
> 140
140 160

Diastolik (mmHg)
< 90
90 105
90 95
> 105
< 90
< 90

(Mansjoer Arief, 2001)


2.1.2

Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder berdasarkan ada

tidaknya penyebab yang dapat teridentifikasi. Sebagian besar kasus hipertensi tidak
diketahui penyebabnya dan disebut hipertensi primer atau essensial. Apabila
penyebabnya jelas dapat diketahui maka hipertensinya disebut hipertensi sekunder.
1.

Hipertensi Primer
Pada hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya atau disebut juga
hipertensi idiopatik.

2.

Hipertensi Sekunder
Salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskularenal
yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis. Apabila dapat dilakukan perbaikan atas
stenosis atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan
kembali

normal.

Penyebab

lain

dari

hipertensi

sekunder

adalah

9
feokromitosoma, suatu tumor penghasil epineprin dikelenjar adrenal yang
menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
Hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral dan hipertensi kehamilan
(Pregnancy Induced Hypertension / PIH) juga dianggap sebagai hipertensi
sekunder (Mansjoer Arief, 2001).
2.1.3

Gambaran Klinis Hipertensi


Sebagian besar manisfestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi

bertahun-tahun dan berupa:


1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium.
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
(Mansjoer Arief, 2001).
2.1.4

Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


Terdapat faktor faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah sebagai

berikut:
1) Faktor yang tidak dapat dikontrol.
a. Usia
Makin bertanbahnya usia akan menyebabkan arteri semakin kaku sehingga
aliran darah menjadi lebih besar, tekanan darah meningkat.

10

b. Riwayat keluarga
Jika orang tua, kakek, nenek ada yang menderita serangan jantung, stroke atau
hipertensi maka kita juga cenderung beresiko menderita hipertensi disbanding
mereka yang riwayat keluarganya mempunyai tekanan darah normal.
c. Jenis kelamin
Pada pria usia 30-40 tahun lebih beresiko terkena hipertensi dibanding wanita,
tetapi pada usia lanjut wanita setelah menopause lebih beresiko terkena
hipertensi dibanding pria.
2) Faktor yang dapat dikontrol.
a. Obesitas
Kelebihan berat badan tidak baik bagi penderita hipertensi disebabkan jantung
akan memompa darah ke seluruh bagian tubuh dengan mengontraksikan
ototnya sekitar tubuh tujuh puluh kali dalam semenit. Jika berat badan
berlebihan dalam tubuh, maka jantung harus bekerja lebih keras untuk
mengatasi volume tambahan pembuluh darah dan harus mempertahankan
keluaran tambahan tersebut..
b. Konsumsi alkohol
Mengkonsumsi alkohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (abuse
alkohol) akan memudahkan terjadinya stroke.
c. Stres

11
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivasi syaraf
simpatik yang akan meningkatkan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stres dapat meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang
singkat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya
penyebab stres. Jika stres bersifat permanen, maka seseorang akan mengalami
hipertensi terus menerus sehingga stres menjadi suatu resiko. Kemarahan
yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada pelepasan
adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus menerus dirangsang.
d. Merokok
Efek akut merokok terhadap system kardiovaskuler disebabkan oleh nikotin,
karbon monoksida, dan zat kimia lain. Secara umum nikotin mempunyai efek
terhadap system kardiovaskuler yang berkontribusi dalam perkembangan
hipertensi (Mansjoer Arief, 2001).
2.1.5

Komplikasi
Dalam jangka waktu yang lama. Komplikasi dapat berupa terganggunya

fungsi atau berbagai macam komplikasi dapat timbul akibat menderita tekanan darah
tinggi. Berikut ini adalah komplikasi dari hipertensi :
1)

Stroke
Dapat timbul akibat perdarahan di otak atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi hipertensi
kronik apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal sehingga aliran darah kedaerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri

12
otak yang mengalami ateroskeloris dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan aneurisma.
2)

IMA
Apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen
ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel
maka kebutuhan miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapt terjadi ischemic
jantung yang menyebabkan infark.

3)

Gagal ginjal
Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi kapiler - kapiler ginjal dan
glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir keunit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema.

4)

Ensefalopati (kerusakan otak)


Dapat terjadi, terutama hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat).
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler
dan mendorong cairan kedalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kema.

5)

Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang

13
Bayi yang lahir mungkin memiliki berat badan lahir rendah akibat perfusi
plasenta yang tidak adekuat, dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan (Corwin E J, 2001).

2.1.6

Pencegahan penderita hipertensi


Hal hal yang perlu dilakukan bagi penderita hipertensi sebagai tindakan

pencegahan adalah diet yang sehat meliputi diet rendah lemak dan kolesterol, diet
rendah garam, diet tinggi serat, menghindari alkohol dan merokok, olahraga, dan
manajemen stres.
1)

Diet yang sehat meliputi :


a.Diet Rendah lemak
Lemak jenuh merupakan sumber kolesterol sehingga mengkonsumsi lemak
jenuh berlebihan akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol. Ada dua
jenis kolesterol dalam tubuh kita yaitu :
- HDL Kolesterol (High Density Lipoprotein)
Kolesterol HDL disebut sebagai lemak yang "baik", lantaran dapat
membersihkan dan mengangkut timbunan lemak dari dinding pembuluh
darah ke hati. Kolesterol HDL yang ideal harus lebih tinggi dari 40 mg/dl
untuk pria, atau di atas 50 mg/dl untuk wanita. Sumber makanan yang
termasuk HDL kolesterol terdapat pada minyak ikan, minyak nabati atau
tumbuhan

seperti

artikel.blogspot.com).

minyak

dari

kacang

tanah

(http://pds-

14
- LDL Kolesterol (Low Density Lipoprotein)
Kolesterol LDL adalah lemak yang "jahat", karena bisa menimbun pada
dinding dalam dari pembuluh darah, terutama pembuluh darah kecil yang
mensuplai makanan ke jantung dan otak. Timbunan lemak itu makin lama
makin tebal dan makin keras, yang dinamakan arteriosklerosis, dan
akhirnya menyumbat aliran darah. Kolesterol LDL yang optimal adalah bila
kadarnya dalam darah di bawah 100 mg/dl. Sumber makanan yang
termasuk dalam LDL kolesterol meliputi kuning telur, jeroan, udang,
kepiting (http://pds-artikel.blogspot.com).
b.

Diet Rendah Garam


Garam mempunyai sifat menahan air. Mengonsumsi garam berlebihan atau

makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan


darah. Hindari pemakaian garam yang berlebihan dan penyedap masakan
(Monosodium Glutamat) serta makanan yang diawetkan seperti ikan asin, telur
asin, kecap, sarden, dll. Keperluan garam bagi orang dewasa ialah 500mg
sehari. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam
makanan. Sebaiknya jumlah garam yang dikonsumsi dibatasi (Hembing, 2004).
c.Diet Tinggi Serat
Serat adalah salah satu bagian makanan yang terpenting yang dibutuhkan
oleh tubuh. Umumnya, kita hanya mengkonsumsi kira-kira 10 gram serat per
harinya sedangkan kebutuhan serat bagi tubuh tiap hari sekitar 25 30 mg/hari.
Mengkonsumsi makanan tinggi serat dan mengurangi konsumsi lemak dapat

15
membantu menurunkan berat badan. Hal ini dapat dibuktikan, karena makanan
tinggi serat menghasilkan energi kurang dari lemak. Selain itu, serat
menimbulkan perasaan kenyang sehingga konsumsi makanan dapat dikurangi.
Serat juga dapat mengikat kolesterol dan asam empedu dan membawanya
keluar dari tubuh bersama-sama dengan feses sehingga konsentrasi lemak
dalam darah menurun dan kemungkinan resiko sakit jantung juga akan
menurun. Sumber serat yang paling baik adalah sayuran seperti bayam , kacang
panjang, sawi, kangkung, mentimun dan buah seperti jeruk, pepaya serta
kacang kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai
(Fengshuisehatbugar, 2009).
2)

Menghindari Rokok
Nikotin, penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, syaraf,
otak, dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang
pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan
tekanan kontraksi otot jantung. Selain itu, meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung dan dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) serta
berbagai kerusakan lainnya. Merokok diketahui memberi efek perubahan
metabolik berupa pelepasan hormon pertumbuhan, ACTH, dan cortisol, serta
meningkatkan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat, menyebabkan penurunan
HDL kolesterol, meningkatkan LDL kolesterol dan trigliserida, serta
meningkatkan kadar fibrinogen plasma dan jumlah sel darah putih (Hembing,
2004).

16
Tips menghentikan kebiasaan merokok:
1.Tanamkan niat untuk menghentikan kebiasaaan merokok.
2.Berhenti secara bertahap.
Jika biasa menghisap satu bungkus rokok per hari, kurangi
secara bertahap hingga bungkus per hari kemudian kurangi
lagi menjadi 2 batang rokok per hari hingga berhenti sama
sekali. Penghentian secara bertahap ini akan mencegah efek
dari berhenti merokok secara tiba tiba.
3.Minta dukungan dari keluarga dan teman
Dukungan dari keluarga dan teman akansangat membantu
program berhenti merokok ini. Sangat penting untuk mereka
mengetahui keinginan anda untuk berhenti merokok terutama
teman yang biasa merokok bersama.
4.Perbanyak aktivitas
Biasanya merokok selalu kita lakukan apabila kita sedang
tidak punya aktivitas. Buatlah kegiatan lain yang lebih positif
pada waktu senggang, seperti mencuci motor atau jalan
jalan.
5.Apabila keinginan untuk merokok tidak tertahankan, kunyah
permen karet rendah kalori.

17
6.Jangan mencoba coba merokok kembali jika sudah berhasil
berhenti atau mengurangi rokok.
3)

Olahraga
Lakukan olahraga yang teratur dan terukur sesuai dengan kondisi tubuh. Bagi

para penderita tekanan darah tinggi hendaknya berkonsultasi dulu dengan dokter
untuk mengetahui jenis olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga yang
intensitasnya rendah dan dilakukan tidak terlalu lama.

Ada ahli yang mengatakan,

paling sedikit 30 menit setiap kali latihan dengan intensitas sedang, 3 4 kali
seminggu. Jenisnya antara lain jalan cepat, jogging, atau bersepeda. Urutan latihan
olahraga adalah pemanasan dan peregangan, masing masing 5 menit, baru
melakukan olahraga dan latihan kekuatan, diakhiri pendinginan dan peregangan
kembali. Hindari olahraga seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan
tekanan darah Aktivitas ringan, tetapi bila dilakukan setiap hari bisa bermanfaat untuk
kesehatan dalam jangka panjang. Kita bisa terhindar dari resiko penyakit
kardiovaskular misalnya dengan:
- Jalan-jalan santai, berkebun, dan bermain di lapangan.
- Pekerjaan rumah tangga, dansa, olahraga ringan di rumah.
- Olahraga ringan seperti tenis atau bulutangkis ( http://perdughi.com ).
4)

Kontrol ke Puskesmas
Mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 dapat mengurangi resiko

stroke hingga 75% - 85%. Sepertiga hingga seperempat dari jumlah orang dewasa di
Amerika, menderita tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi dapat ditangani secara

18
efektif dengan banyak terapi pengobatan dan asupan makanan tertentu. Periksa
tekanan darah secara teratur sebulan sekali (Stroke, 2006).
5)

Manajemen stres
Stres adalah tekanan luar terhadap tubuh yang mengharuskan tubuh

memberikan reaksi baik secara mental maupun fisik. Stres dapat bersifat mental
misal, pekerjaan, emosional, masalah dalam keluarga, dan bersifat fisik misal,
pekerjaan yang terlalu menuntut, meletihkan atau berulang ulang. Stres yang
berlebihan ditandai melalui gejala fisik seperti, sakit kepala, tidur tidak nyenyak,
jantung berdebar debar, diare berkepanjangan, nafsu makan hilang.
Cara cara mengatasi stres menurut Agoes, Dina (2009) :
1. Hadapilah setiap masalah yang datang dengan tetap berpikiran positif.
Berusaha untuk mencari jalan keluar adalah kunci keberhasilan menghadapi
masalah tersebut
2. Kenali penyebab ketegangan atau stres. Penyebab ketegangan atau stres
bisa

teridentifikasi

bisa

juga

tidak.

Diketahui tidaknya penyebab stres tetap harus membuat kita tetap sadar
bahwa ketegangan akan selalu kita jumpai selama kita menjalani berbagai
aktivitas. Hendaknya kita selalu berpikir logis dan positif terhadap semua
stres/ketegangan yang ada, sehingga dengan otomatis kita sudah
mempersiapkan diri menghadapi ketegangan tersebut.

19
3. Biasakan hidup sehat makan dengan gizi seimbang. Berusahalah
mempertahankan aktifitas yang kreatif seperti olah raga dan rekreasi,
Hindari rokok dan minuman keras, Cukup istirahat dan tidur.
4. Tetaplah memelihara hubungan persahabatan dan sosial dengan orangorang diluar lingkungan kerja, misalnya tetangga, kerabat dekat, serta
melibatkan diri dalam aktivitas yang berguna seperti kegiatan sosial dan
keagamaan.

2.2

Konsep Stroke

2.2.1

Definisi Stroke
Stroke adalah sindroma klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif

cepat, berupa defisit neurologist fokal atau global, yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak
ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20
menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas
(transient ischaemia attack = TIA) (Mansjoer Arief, 2001).
2.2.2

Etiologi Stroke
Penyebab stroke berdasarkan jenisnya yaitu

1. Stroke Trombotik

20
Stroke trombotik terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena
aterosklerosis berat. Biasanya pasien mengalami satu atau beberapa kali serangan
iskemik transien sebelum stroke trombotik terjadi. TIA adalah gangguan fungsi otak
singkat yang reversibel akibat hipoksia serebrum. TIA mungkin terjadi karena suatu
pembuluh aterosklerosis yang mengalami spasme, atau saat kebutuhan oksigen otak
meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena aterosklerosis yang berat.
Berdasarkan definisi, TIA berlangsung kurang dari 24 jam. TIA yang berulang-ulang
mengisyaratkan akan terjadinya stroke trombotik sejati. Stroke trombotik biasanya
berkembang dalam periode 24 jam. Selama periode perkembangan stroke, individu
dikatakan menderita stroke in evolution. Pada akhir periode tersebut individu
dikatakan menderita stroke lengkap (completed stroke).
2. Stroke Embolik
Stroke embolik berkembang sebagai akibat adanya oklusi oleh suatu embolus
yang terbentuk diluar otak. Sumber-sumber embolus yang menyebabkan penyakit ini
adalah termasuk jantung setelah suatu infark miokardium atau fibrilasi atrium, arteri
karotis atau aorta.
3. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila suatu pembuluh darh diotak pecah sehingga
timbul iskemia (pengurangan aliran). Dan hipoksia disebelah hilir,. Penyebab stroke
hemoragik antara lain adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, atau malformasi arterivenosa (hubungan yang abnormal)
(Elizabeth J. Corwin, 2001).

21
2.2.3

Faktor Resiko
Yang dimaksud faktor resiko adalah faktor yang dapat menyebabkan orang

lemah atau rentan atau mudah mengalami stroke. Faktor resiko ini dibagi menjadi 2
yaitu faktor resiko yang tidak dapat dirubah dan dapat dirubah. Yang tidak dapat
dirubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke,
penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk
homosistinuria. Sedangkan yang dapat dirubah yaitu hipertensi, diabetes melitus,
merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat,
bruit karotis asimtomatis, hiperurisemia, dan dislipidemia (Mansjoer Arief, 2001).
2.2.4

Manifestasi Klinis
Pada stroke non hemoragik ataun iskemik, gejala utamanya adalah defisit

neurologis secara mendadak atau subakut, didahului gejala prodormal, terjadi pada
waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila
embolus cukup besar, biasanya terjadi pada umur > 50 tahun.
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Deseases and
Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
2. Perdarahan subaraknoid (PSA).
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodormal yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi. Serangan sering kali siang hari, saat aktivitas atau emosi
marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada
permulaan serangan. Hemiparesis atau hemiplegi biasa terjadi sejak permulaan

22
serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang
dari 30 menit, 23% antara 30 menit sampai dengan 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2
jam sampai 19 hari).
Pada pasien PSA didapatkan gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat dan
akut Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala dan tanda
rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid
karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis
interna.
Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa:
- Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) mendadak.
-Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik).
- Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, koma).
- Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan).
- Disartia (bicara pelo atau cadel).
- Gangguan penglihatan (hemianiopia atau monookuler) atau diplobia.
- Ataksia (Trunkal atau anggota badan).
- Vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepal (Mansjoer Arief, 2001).
2.2.5

Komplikasi
Pasien yang menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjut yang

terjadi akibat imobilitas serta akibat masalah-masalah yang berhubungan dengan


kondisi medis, umumnya:

23
1). Serangan kejang
2). Depresi
3). Disfagia
4). Afasia (gangguan fungsi berbahasa).
5). Kematian, dan lain-lain (Mansjoer Arief, 2002).
2.2.6

Komplikasi Stroke Berulang


Gejala stroke memang dapat muncul untuk sementara lalu menghilang atau

memberat bahkan menetap. Sehingga masyarakat awam tidak mengenali akan ada
serangan berulang. Akibat ketidaktahuan

itu penderita stroke menjadi terlambat

ditangani oleh dokter. Akibat terlambatnya

pengobatan pasien

stroke

dapat

mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian (Mansjoer, 2002 : 17).


2.2.7

Pencegahan Stroke ( Arief Mansjoer, 2001 )


1.

Pencegahan Primer
1)

Srategi kampanye nasional yang terintegrasi dengan program


pencegahan penyakit veskuler lain.

2) Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke :


a. Menghindari : Rokok, stress mental, alcohol, kegemukan,
konsumsi garam berlebihan, obat-obatan amfetamin, kokain dan
sejenisnya.
b. Mengurangi : Kolesterol dan lemak dalam makanan.

24
c. Mengendalikan : Hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung
(fibrilasi atrium, IMA, penyakit jantung reumatik), penyakit
vaskuler ateroskletorik lainnya.
d. Menganjurkan : Konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.
2.

Pencegahan Sekunder
1) Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan factor resiko misalnya:
- Hipertensi : Diet, obat anti hipertensi yang sesuai.
- Diabetes mellitus : Diet, obat hipoglikemia oral atau insulin.
- Penyakit jantung.
- Dislipidemia : Diet rendah lemak dan obat antidislipedemia.
- Berhenti merokok.
- Hindari alkohol, kegemukan dan kurang gerak.
- Hiperurisemia : Diet, antihiperurisemia.
- Polisetemia.
2) Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin.

2.3

Konsep Perilaku

2.3.1

Definisi
Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas

organisme yang bersangkutan sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada
hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri mempunyai
bentangan yang sangat luas. Dan dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

25
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun tidak langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 1997:13). Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi
individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk
hidup. (Pusdiknas,Depkes RI:1990)
Menurut Poerwodarminto (1998) dalam kasus bahasa Indonesia istilah
perilaku diartikan sebagai tingkah laku atau perbuatan. Berdasarkan pengertian
tersebut maka dapat dikatakan bahwa perilaku manusia adalah tingkah laku atau
perbuatan seseorang sebagai interaksi terhadap suatu objek atau stimulus
(rangsangan) sehingga menimbulkan berfungsinya sikap (Vitalis, D. S:2001).
2.3.2

Macam respon perilaku


Dalam Notoatmodjo (1997:118) menyebutkan perilaku itu terjadi melalui

proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut


merespon. Skiner (ahli psikologis) tersebut menyimpulkan bahwa teori tersebut
merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus), operan dan respon.
Skiner membedakan adanya dua respon:
1)

Respondent respons atau reflexive respons, adalah respon yang


ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsang-perangsang
tersebut mendahului respon yang ditimbulkan.

2)

Operant respons atau instrumental respons, adalah respon yang timbul


dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam

26
ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang tersebut
memperkuat respon.
2.3.3

Bentuk perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua:
1)

Perilaku Tertutup (covert behaviour)


Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh pihak lain.

2)

Perilaku Terbuka (oveert behaviour)


Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka, sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practure), yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Sebagian besar perilaku manusia adalah
operant respons. Untuk itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu
diciptakan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut operant (Notoatmodjo,
1997:119). Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut
Skinner adalah sebagai berikut:
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang akan dibentuk.

27
2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil
yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada
terbentuknya perilaku yang dimaksud.
3) Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
4) Melakukan

pembentukan

perilaku,

dengan

menggunakan

urutan

komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah


dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan
komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering
dilakukan. Kalau perilaku pertama sudah terbentuk, yang kedua yang
diberi hadiah (komponen utama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian
seterusnya sampai seluruh perilaku yang diinginkan terbentuk.
2.3.4

Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan (Notoatmodjo, 1997:121).
Notoatmodjo (1997:121) menyebutkan bahwa respons atau reaksi manusia
bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) dan aktif (tindakan yang nyata atau
practice). Stimulus atau rangsangan terdiri dari empat unsure pokok, yakni: sakit dan

28
penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan. Secara lebih terinci perilaku
kesehatan ini mencakup:
1)

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia


berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit
dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan)
yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku
terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat
pencegahan penyakit, yakni:
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,
(health promotion behaviour).
b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour), adalah
respons untuk melakukan pencegahan penyakit.
c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking
behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan.
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation
behaviour), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha
pemulihan kesehatan.

2)

Perilaku terhadap sistim pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap


sistim pelayanan kesehatan baik sistim pelayanan kesehatan modern maupun
tradisional.

3)

Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respons seseorang


tarhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

29
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah
respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.
2.3.5

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Notoatmodjo ada dua:

2.3.5.1 Faktor Intern


Faktor intern meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi,
dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
1) Pengetahuan
Segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki seseorang
melalui pendidikan maupun pengalaman.

2) Kecerdasan
Kecerdasan mempengaruhi pola piker seseorang serta mempengaruhi
tingkah laku orang tersebut.
3) Persepsi

: pandangan seseorang tentang suatu hal yang dapat

mempengaruhi tingkah laku orang tersebut (Notoatmodjo, 1997).


2.3.5.2 Faktor Ekstern
Faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik
seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
1) Lingkungan

30
Lingkungan dapat berdampak positif maupun negatif. Seseorang yang
lingkungannya berpendidikan tinggi langsung maupun tidak aakan
berpengaruh.
2) Sosial Ekonomi
Ekonomi yang cukup dapat menjamin seseorang mendapatkan pendidikan
yang lebih tinggi bila ada kemauan dari individu tersebut dan ini berarti
pengetahuan yang dimiliki bertambah pula.
3) Kebudayaan
Kepercayaan dan kebiasaan dapat mempengaruhi perilaku orang lain pada
suatu saat (Notoatmodjo, 1997).
2.3.6

Klasifikasi Perilaku
Becker (1997) dalam Notoatmodjo mengajukan klasifikasi perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan (health related behaviour) sebagai berikut:


1)

Perilaku kesehatan (health behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan


tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.

2)

Perilaku sakit (illness behaviour), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

3)

Perilaku peran sakit (the sick role behaviour), yakni segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh
kesembuhan.

Anda mungkin juga menyukai