W
Ada 8 (delapan) wasiat Nabi Muhammad Shallallohu Alaihi Wasallam yang
merupakan intisari dari Dialog Rasulullah Muhammad dengan Sahabat Abu Dzar
al-Ghifari. Di suatu waktu Rasulullah saw. berbincang dengan hangat bersama
Abu Dzar al-Ghifari. Hingga pada suatu saat, al-Ghifari berkata kepada Nabi
S.a.w, Ya Rasulullah, berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda, Aku wasiatkan
kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah, karena ia adalah pokok segala urusan.
Khutbah Jumat : 8 Wasiat Nabi Muhammad S.A.W kali ini menjelaskannya.
Delapan wasiat yang dimaksud antara lain; taqwallah, dzikrullah, membaca Al
Quran, Jangan Banyak Tertawa, Jihad, Mencintai orang miskin dan seterusnya.
.
. . . . .
. .
.
kepercayaan kita kepada Nabi Muhammad saw, jauh mengatasi dari pada
berbagai produser acara di televise.
Sebagai muslim yang penuh kehati-hatian dan ingin tahu Abu Dzar pun
melanjutkan pertanyaanya kembali lalu apa lagi ya Rasulullah.? Rasulullah saw
pun menjawab Hendaklah engkau pergi berjihad karena jihad adalah
kependetaan ummatku.
Bagaimanakah maksud jihad sebagai kependetaan? Bukankah jihad itu
kepahlawanan? Inilah yang perlu pemahaman mendalam. Kalimat ini sangat
padu dengan apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa jihad
terbesar adalah melawan hawa nafsu Kita baru saja kembali dari jihad kecil
menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya, Apa jihad besar itu?, Nabi SAW
menjawab, Jihaad al-qalbi (jihad hati). Di dalam riwayat lain disebutkan jihaad
al-nafs. (lihat Kanz al-Ummaal, juz 4/616; Hasyiyyah al-Baajuriy, juz 2/265).
Masih ada lagi selain itu, karena Abu Dzar kembali meminta Lagi ya
Rasulullah? Rasulpun menjawab Cintailah orang-orang miskin dan bergaullah
dengan mereka.
Jamaah Jumah Rahimakumullah
Jikalau keempat hal yang telah lalu seolah sangat bersifat pribadi, maka kali ini
mencintai dan menggauli orang miskin membuktikan adanya unsure sosialis
yang tinggi dalam ajaran Rasulullah saw. mencintai dan bergaul dengan orang
miskin merupakan manifestasi dari kemanusiaan seorang manusia. Dari
berbagai ayat dalam al-Quran, kesemuanya menunjukkan bahwa hubungan itu
selalu dihiasi dengan pemberian dan pembagian. Sebagaimana dalam surat AnNisa 36.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh {294}, dan
teman sejawat, ibnu sabil {295} dan hamba sahayamu.
Lalu Abu Dzar meminta lagi kepada Rasulullah saw dengan berkata Tambahilah
lagi. Rasulullah saw menjawab Katakanlah yang benar walaupun pahit
akibatnya.
Qulil haqqa walau kana murran,
karena memang kebenaran bagi sebagian keadaan adalah kepahitan itu sendiri.
Inilah yang sedang terjadi di sekitar kita kali ini. Ketika kebohongan sudah
mengurat-nadi, seolah kebenaran enggan menunjukkan diri. Bukan karena malu
atau terdesak dengan kebohogan, namun karena keduanya tak mungkin ada
berdampingan dengan bersamaan.
Jamaah Jumah Rahimakumullah
Abu Dzar masih saja bertanya dan meminta, tambahlah lagi untukku!.
Rasulullah pun menjawab Hendaklah engkau sampaikan kepada manusia apa
yang telah engkau ketahui dan mereka belum mendapatkan apa yang engkau
sampaikan. Cukup sebagai kekurangan bagimu jika engkau tidak mengetahui
apa yang telah diketahui manusia dan engkau membawa sesuatu yang telah
mereka dapati (ketahui).
Kemudian beliau memukulkan tangannya kedadaku seraya bersabda,Wahai Abu
Dzar, Tidaklah ada orang yang berakal sebagaimana orang yang mau
bertadabbur (berfikir), tidak ada wara` sebagaimana orang yang menahan diri
(dari meminta), tidaklah disebut menghitung diri sebagaimana orang yang baik
akhlaqnya.
Itulah beberapa wasiat emas yang disampaikan Rasulullah S.a.w kepada salah
seorang sahabat terdekatnya. Semoga kita dapat meresapi dan mengamalkan
wasiat beliau.
Khutbah II
.
.
. .
. !
Bagikan
Afan Umm
Umumnya kita memang tidak ahli dengan ilmu Hadits atau mengkaji kitab-kitab
Hadits, sehingga hanya karena saking populernya hadits dhaif ini, lalu kita pun
betul-betul telah begitu yakin seolah-olah hadits dhaif ini memang diriwayatkan
oleh kitab-kitab shahih, terutama sahih Bukhari dan sahih Muslim, padahal
kenyataannya tidak.
Bahkan beberapa penulis dan khatib banyak yang lalu secara latah menyebutkan
hadits dhaif ini sebagai riwayat dari Bukhari-Muslim (tanpa pernah mengeceknya
sama sekali).
Lalu dimana sebenarnya hadits dhaif ini muncul pertama sekali?
Dari hasil penelusurannya secara lebih mendalam, maka ditemukanlah ternyata
sumber hadits dhaif ini ada di dalam kitab al-Muwaththa Imam Malik, Sirah Ibnu
Hisyam dan kitab ash-Shawaiq Ibnu Hajar.
Namun riwayat hadits ini ternyata mursal di dalam kitab ash-Shawaiq, dan
terpotong sanadnya di dalam Sirah Ibu Hisyam. (lihat Sirah Ibnu Hisyam, cetakan
lama jilid 2, hal 603; cetakan ketiga, jilid 4, hal 185; cetakan terakhir, jilid 2, hal
221)
Adapun dalam riwayat Imam Malik, terhadap hadits ini adalah khabar marfu
saja, yang tidak ada sanadnya sama sekali (silakan lihat kitab Al-Muwaththa,
Imam Malik, jilid 2 hal 46).
Pertanyaannya juga adalah, mengapa hanya Imam Malik yang meriwayatkan
hadits ini sementara gurunya Abu Hanifah atau muridnya Syafii dan Ahmad bin
Hanbal tidak meriwayatkannya. Jika hadits ini shahih maka kenapa para Imam
mazhab lain dan para Imam hadits berpaling darinya?
Lalu hadits yang sebenarnya seperti apa?
Hadits yang sebenarnya termaktub dalam banyak kitab hadits shahih lainnya
adalah:
Aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu berpegang teguh kepadanya
niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya sepeninggalku, yaitu Kitab Allah
dan ltrah Ahlul Baitku.
Hadits tersebut bisa dilihat pada Kitab Sahih Muslim, juz 4, halaman 123,
terbitan Dar al-Maarif Beirut Lebanon.
Jika ingin langsung buka sekarang, bisa diklik Hadits Online ini, lalu carilah
shahih muslim no. 4425
Dalam kitab itu, Muslim meriwayatkan:
wahai manusia, sesungguhnya aku ini manusia yang hampir didatangi oleh
utusan Tuhanku, maka aku pun menghadap-Nya. Sesungguhnya aku tinggalkan
padamu dua perkara yang amat berharga, yang pertama adalah Kitab Allah,
yang merupakan tali Allah. Barangsiapa yang mengikutinya maka dia berada di
atas petunjuk, dan barangsiapa yang meninggalkannya maka dia berada di atas
kesesatan.
Adapun yang kedua adalah Ahlul Baitku. Demi Allah, aku peringatkan kamu akan
Ahlul Baitku, aku peringatkan kamu akan Ahlul Baitku, aku peringatkan kamu
akan Ahlul Baitku.
Jadi Apakah Berpegangteguh pada Kitabullah dan Sunnah Rasul Itu Tidak Benar?
Justru pada dasarnya perintah Rasulullah saaw untuk berpegangteguh pada
Kitabullah (Al-Quran) dan Ahlul Bait atau Keluarga-Nabi inilah yang akan
menyelamatkan umat Islam dari berbagai penyimpangan, dan yang akan
membuat kita berada pada Sunnah Rasul.
Sebab Keluarga Nabi saaw inilah yang akan MENJAGA keaslian dan kemurnian
ajaran Islam, memelihara Sunnah Rasulullah saaw.
Pada hakikatnya, jika kita berpegangteguh pada Ahlul Bait atau keluarga
Rasulullah saaw, maka sesungguhnya kita telah berpegangteguh pada Sunnah
Rasul. Sebab Allah swt sendiri telah menjamin bahwa para Imam as dari keluarga
nabi saaw ini adalah manusia SUCI, sebagaimana firman Allah SWT yang
berbunyi:
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. (QS. Al-Ahzab : 33).
Posts related to Hadits Berpegangteguh Pada Kitabullah & Sunnah Rasul,
Ternyata Hadits Dhaif