Definisi Stroke
Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other
Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi
neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat
(dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan
daerah fokal otak yang terganggu.
Definisi stroke menurut WHO Monica Project
Manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24
jam, atau berakir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada
gangguan vaskular.
II. Epidemiologi Stroke
Insiden Stroke di negara maju cenderung menurun karena usaha prevensi
primer yang berhasil terutama dalam hal pencegahan terhadap hipertensi. Akan
tetapi di negara berkembang insiden ini justru menaik akibat pengaruh urbanisasi,
perubahan gaya hidup, dan bertambahnya umur harapan hidup (Alex Kalache
1995). Insiden stroke pada daerah perkotaan (urban) di Indonesia diperkirakan 5
kali lebih besar daripada insiden di daerah pedesaan (rural) (Medical Research
Unit. FK Unpad 1994). Hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien stroke yang
dirawat di rumah sakit terutama RS tipe B yang merupakan rumah sakit yang
berada didaerah perkotaan.
Pertambahan kasus stroke yang tidak diimbangi dengan perbaikan
penatalaksanaan di rumah sakit menyebabkan dalam dekade terakhir stroke
merupakan penyebab kematian nomor 1 di rumah-rumah sakit di Indonesia
(Informasi Rumah Sakit. Depkes RI 1997).
Usia merupakan faktor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.
Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia. Di
Oxfordshire, selama tahun 1981 1986, tingkat insiden (kasus baru per tahun)
stroke pada kelompok usia 45-54 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk
dibanding 1987 kasus per 100.000 penduduk pada kelompok usia 85 tahun keatas
(Lumbantobing, 2001). Sedangkan di Aucland, Seland ia Baru, insiden stroke
pada kelompok usia 55 64 tahun ialah 20 per 10.000 penduduk dan di
Soderhamn, Swedia, insiden stroke pada kelompok usia yang sama 32 per 10.000
penduduk.
Pada kelompok usia diatas 85 tahun dijumpai insiden stroke dari 184 per
10.000 di Rochester, Minnesota, dan 397 per 10.000 penduduk di Soderhamn,
Swedia. Berdasarkan jenis kelamin, insidens stroke di Amerika Serikat 270 per
100.000 pada pria dan 201 per 100.000 pada wanita. Di Denmark, insidens stroke
270 per 100.000 pada pria dan 189 per 100.000 pada wanita. Di Inggris insidens
stroke 174 per 100.000 pada pria dan 233 per 100.000 pada wanita. Di Swedia,
insidens stroke 221 per 100.000 pada pria dan 196 per 100.000 pada wanita.
Data di Indonesia menunjukkan terjadinya kecendrungan peningkatan
insidens stroke. Di Yogyakarta, dari hasil penelitian morbiditas di 5 rumah sakit
dari 1 Januari 1991 sampai dengan 31 Desember 1991 dilaporkan sebagai
berikut :
(1) angka insidensi stroke adalah 84,68 per 10.000 penduduk,
(2) angka insidensi stroke wanita adalah 62,10 per 100.000 penduduk, sedangkan
laki-laki 110,25 per 100.000 penduduk,
(3) angka insidensi kelompok umur 30 50 tahun adalah 27,36 per 100.000
penduduk,
penduduk; kelompok umur > 70 tahun adalah 182,09 per 100.000 penduduk,
(4) proporsi stroke menurut jenis patologis adalah 74% stroke infark, 24% stroke
perdarahan intraserebral, dan 2% stroke perdarahan subarakhnoid
III. Anatomi Pembuluh Darah
Cabang-cabang dari
bagian kranial arteri
vertebralis
Cabang meningea
Cabang-cabang dari
arteri basilaris
Arteri communicans
posterior
Arteri cerebralis anterior
Arteri labyrinthi
Arteri choroidea
Arteri pontis
Distribusi
Internal carotid
Anterior cerebral
Anterior communicating
Middle cerebral
Vertebral
Basilar
Posterior cerebral
Posterior communicating
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
b. RIND
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24
jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.
c. Progressing stroke atau SIE (stroke in evolution)
Gejala neurologik yang makin lama makin berat.
d. Completed stroke
Gejala klinis sudah menetap.
C. Berdasarkan sistem pembuluh darah :
a. Sistem Karotis
b. Sistem vertebro-basiler.
V. Faktor resiko stroke
Dalam penanganan pasien stroke perlu dicari faktor-faktor resiko yang
mendasari terjadinya perubahan patologik pembuluh darah otak.
Non-Modifiable
- Umur
- Jenis Kelamin
- Herediter
Modifiable / Modification
hipertensi
antihipertensi
penyakit jantung
diabetes mellitus
kontrol glukosa
hiperkolestrolemia
rokok
berhenti merokok
reduksi
antiplatelet, antikoagulan
antiplatelet, endarterektomi
kalium
ekstraseluler, peningkatan
kalsium
yang
terjadi
pada
arteri
ginjal,
keduanya
dapat
membentuk a. basiler
Gambaran Klinis
B.
Infark Embolik
Penyakit
jantung
tanpa
aritmia
maupun
trombus
Myxoma
Trombosis pada panggul dan ekstremitas bawah pada rightto-left cardiac shunt
Gejala Klinis
C. Infark Lakuner
Stroke ini mempunyai kumpulan gejala klinis yang jelas dengan
daerah kecil yang mengalami iskemia dan terbatas pada daerah
pembuluh darah tunggal yaitu pembuluh darah yang berpenetrasi ke
otak yang menembus kapsula interna, basal ganglia, thalamus,
korona radiata, dan daerah paramedian dari batang otak.
Stroke lakuner biasanya berhubungan dengan kombinasi antara
hipertensi, atherosklerosis dengan diabetes melitus.
Stroke lakuner dapat didiagnosa hanya melalui karakteristik gejala
klinisnya yaitu hemiparesis motorik murni, sindrom sensorik murni,
12
13
14
Pemeriksaan
Penunjang
Perdarahan Intraserebri
Usia pertengahan - usia tua
>>
Hipertensi
Ganglia
basalis,
pons,
thalamus, serebelum
Penurunan kesadaran, nyeri
kepala, muntah
Defisit neurologis (+)
-
Perdarahan Subarachnoid
Usia muda
>>
Ruptur aneurisma
Rongga subarachnoid
15
Kiri : Berry aneurysm, penyebab umum perdarahan subarachnoid. Kanan : Microaneurysms, penyebab umum perdarahan intraserebral.
16
17
PSA
+
++
+
+
+
Sedang
Gross
haemorrhagic
18
PSA
Tak tentu
(20-30
tahun)
Awitan
Gejala
Peringatan
Sakit kepala
Muntah
Kejang
Vertigo
Bangun tidur
Bertahap
+
+/-
Aktivitas
Cepat
+
-
Aktivitas
Cepat
++
++
++
-
>7
Hemiparese
++/Oklusi/stenosi
s
N Hipodens ke
sentral setelah
4-7 hari
Aktivitas
Cepat
++++
++++
++++
-
>7
Hemiparese
<6
-/+
Hemiplegia
PSA
Menurun/Norma
l
<6
+
Hemiplegia
++/Oklusi/stenosi
s
-
Midline shift
Aneurisma/AVM
+/-
+/++++
Hipodens
Hiperdensita Hiperdensitas di
perifer
khas s
seperti subarachnoid
seperti
baji massa darah
setelah
4-7
hari
PIS
PSA
HT Maligna
HHD
-
+/-
19
2. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak
(sangat sensitif).
3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem
karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi
atau aneurisma pada pembuluh darah.
4. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial,
menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.
20
atau
berwarna kekuningan.
Pada PSA didapatkan LCS yang gross hemorragik.
Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan (jernih).
6. Pemeriksaan Penunjang Lain.
Pemeriksaan untuk menetukan faktor resiko seperti darah rutin, komponen
kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi
hepar), elektrolit darah, Thoraks Foto, EKG, Echocardiografi.
21
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan
diastolik)-(3 x atheroma) 12
Nilai SSS
Diagnosa
>1
: Perdarahan otak
< -1
: Infark otak
Penurunan Kesadaran
Nyeri Kepala
Refleks Babinski
22
Tekanan darah diastolik > 140 mmHg atau > 110 mmHg bila akan
dilakukan terapi trombolisis, diperlakukan sebagai penderita hipertensi
emergensi, berupa drip kontinyu nikardipin, diltiazem, nimodipin, dll.
Tekanan darah sistolik > 230 mmHg dan atau tekanan diastolik 121-140
mmHg, diberikan labetalol IV selama 1-2 menit. Dosis labetalol dapat
diulang tiap 10-20 menit sampai penurunan darah yang memuaskan.
Setelah pemberian dosis awal, labetalol dapat diberikan 6-8 jam, bila
diperlukan (bila emergensi).
Jika tekanan darah sistolik 180-230 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik 105-120 mmHg terapi darurat harus ditunda tanpa adanya tanda
perdarahan intraserebral atau gagal ventrikel jantung kiri. Jika tekanan
darah menetap pada dua kali pengukuran selang 60 menit, maka diberikan
200-300 mg labetalol 2-3 kali sehari. Pengobatan alternative, selain
labetalol, adalah nifedipin oral 10 mg tiap 6 jam atau captopril 6,25-12,5
mg tiap 8 jam (urgensi).
Tekanan sistolik < 180 mmHg dan atau tekanan diastolik < 105 mmHg,
terapi hipertensi biasanya tak diperlukan.
Bila ada riwayat penggunaan heparin dalam 48 jam sebelumnya dan masa
tromboplastin partial memanjang.
23
Sistolik sebelum pengobatan > 185 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
Dosis rtPA IV 0,9 mg/kg BB (maksimal 90 mg). 10% dari dosis sebagai bolus
pada menit pertama, sisanya sebagai infus selama 60 menit monitor terus di
ICU 24 jam akan adanya perburukan neurologis dan perdarahan.
Peranan neuroprotektif pada stroke iskemik akut
Obat-obat ini diperkirakan dapat melindungi neuron dari zat-zat destruktif
yang dihasilkan oleh proses biokimia yang terjadi pada kematian neuronal, seperti
glutamat, kalnat dan lain-lain yang toksik terhadap neuron. Di samping itu
kerusakan sel-sel neuron dapat menyebabkan gangguan membran sel akibat
kerusakan pada pompa ion Ca, Na, K.
Ada dua jenis neuroproteksi :
-
Piracetam
Citicholin
Terapi bedah :
-
Carotid endarterectomy
Angioplasty
Catheter embolectomy
24
25
Terapi Khusus
1. Pemberian sedasi misalnya diazepam 5 mg tiap 6 jam atau phenobarbital
30-60 mg/p.o atau IV tiap 6 jam untuk pasien gelisah dan analgetik untuk
nyeri kepala.
2. Nyeri kepala hebat narkotika. Misalnya demetol 100-150 mg IM tiap 4
jam. Dapat digunakan kodein 30-60 mg p.o tiap 2-3 jam
3. Pemakaian obat yang mempengaruhi fungsi platelet sebaiknya dihindari
karena dapat memperpanjang perdarahan.
4. pemberian manitol 20% 1 gr/kgBB diberikan dalam 20 menit diikuti 0,25
gr/kgBB tiap 4 jam untuk edema serebri.
5. Bila terdapat fasilitas pemantaun tekanan intrakranial, tekanan perfusi otak
harus dipertahankan lebih dari 70 mmHg.
6. Untuk kelainan jantung akibat PSA dapat diberikan -blocker seperti
propanolol yang dilaporkan dapat menurunkan efek samping ke jantung.
7. Untuk perdarahan saluran cerna, dapat dilakukan lavage lambung dengan
NaCl, transfusi, pemberian cairan yang adekuat, dan antasida.
8. H2-blocker, misalnya ranitidin, untuk mengurangi resiko terjadinya stress
ulcer.
9. Untuk mual muntah dapat diberikan antiemetik.
10. Bila kejang dapat diberikan anti-konvulsan : fenitoin 10-15 mg/kg IV
(loading dose), kemudian diturunkan menjadi 100 mg per 8 jam atau
phenobarbital 30-60 mg tiap 6-8 jam.
Pedoman tatalaksana hiperglikemia pada stroke akut
-
26
Bila penderita stabil makan biasa, dan motorik dan kognitif sudah pulih, mulai
berikan insulin basal (NPH atau lente insulin)
1. NPH insulin diberikan tiap 12 jam dengan dosis awal kira-kira 0,2 0,3
unit/kgBB per hari
2. Insulin reguler tambahan sebelum makan dapat diteruskan untuk
disesuaikan tergantung pada kadar glukosa darah waktu puasa (sasaran
kadar glukosa darah 100-200 mg/dL).
3. Bila kadar glukosa darah pada pemantauan stabil (<200 mg%) dengan
kebutuhan insulin <15 unit/hari, terapi dimulai dengan anti-diabetika oral
sebelumnya (pada penderita DM tipe II)
Terapi Pembedahan
27
X. Pencegahan Stroke
Mengatur Pola Makan Yang Sehat
1. Makan yang membantu menurunkan kadar kolesterol
Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah,
jagung dan gandum.
28
Makanan yang kaya vitamin C, E dan beta karoten buahan dan bijibijian adalah sebagai sumber antioksidan
Menghentikan Rokok
29
Bisa
menyebabkan
peninggian
koagubilitas,
viskositas
darah,
Mengendalikan stress dengan cara berfikir positif sesuai dengan jiwa sehat
menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah
dan mendekatkan diri pada Tuhan YME.
b) Clopidogrel
c) Ticlopidin
d) Aspirin + Dipiridamol
e) Cilostazol
Efek samping: palpitasi, infak miokad, unstable angina, sakit kepala, mual,
gangguan fungsi hati, rash.
2. Anti Koagulan
Tujuan: pencegahan sekunder stroke dengan factor risiko fibrilasi atrium
Warfarin
Dikumarol
3. Lain-lain:
Statin
Ace inhibitor
31
32
pengobatan.
Penderita
33
dengan
perdarahan
subarakhnoid
ditemukan gangguan fungsi vegetatif yang bersifat glukosuria dan keadaan ini
berhubungan dengan konsentrasi katekolamin yang tinggi dalam sirkulasi.
C. Edema paru
Edema paru dapat terjadi pada penderita perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid. Edema paru akut dapat didahului oleh disfungsi
kardiovaskuler secara primer, misalnya infark miokard atau sekunder akibta
kelainan susunan saraf pusat; atau edema paru akibat langsung dari pusat
edemagenic seebral. Proses terjadinya edema paru akibat kelaianan susunan
saraf pusat yaitu secara langsung melalui sistem saraf otonom terutama
mekanisme vagal. Mekanisme lain disebutkan, bahwa edema paru merupakan
akibat pelepasan simpatis berlebihan disertai hipertensi sistemik dan hipertensi
pulmonal mengakibatkan peninggian permeabilitas vaskuler pada paru. Pelepasan
simpatis tersebut dicetuskan oleh tekanan tinggi intrakranial, hipoksia otak atau
lesi di hipothalamus.
D. Kelainan jantung
Kelainan jantung berupa gangguan ritme jantung atau aritmia jantung,
terjadi pada strok fase akut. Sebanyak 50% menunjukkan ventrikuler ektopik
berat, kelainan lain berupa ventrikuler takikardia, blok AV komplit, dan asistolik.
Kelainan ini lebh sering pada gangguan sirkulasi anterior (sistem karotis). Pada
penderita perdarahan subarakhnoid, aritmia jantung dapat menyebabkan kematian.
Kelainan jantung lainnya pada penderita strok fase akut berupa kerusakan
miokard disertai peninggian kadar enzim jantung pada serum, aritmia jantung dan
peninggian kadar katekolamin plasma.
E. Kelainan EKG
Perubahan EKG yang ditemukan pada penderita dengan kerusakan
susunan saraf pusat terutama perdarahan subarakhnoid yaitu ST-T abnormal,
gelombang T besar atau terbalik, pemanjangan interval QT dan gelombang U
yang menonjol. Kelainan EKG sering menyerupai penyakit jantung iskemia dan
kadang miokard infark. Frekuensi saat dan lamanya kelainan tersebut tidak dapat
dipastikan, dan dalam pengalaman biasanya timbul selambat-lambatnya dalam 8
hari setelah onset.
34
EKG normal
ST-T abnormal
Biasanya terlihat terutama pada hipokalemi dan berbagai gangguan metabolik.
pada
35
Pemanjangan interval QT
Pemanjangan interval QT disebabkan oleh obat-obatan seperti Type 1A
anti-arrhythmic agents (quinidine, procainamide, disopyramide) & tricyclic
antidepressants/phenothiazines (hipnotik dan major tranquilizer).
Gangguan keseimbangan elektrolit Hypokalemia, hypocalcemia atau
hypomagnesemia juga menyebabkan pemanjangan interval QT.
Untuk CNS, cerbrovaskular accidents, stroke, seizure, coma, intracerebral
atau brainstem bleeding. Hipertensi,hipotermi dan diet protein cair juga dapat
menyebabkan pemanjangan interval QT.
36
subarakhnoid
pada binatang
percobaan,
menimbulkan
37
C. Emboli paru
Insiden emboli paru yang berasal dari vena femoralis dan vena bagian ilioingiuinal lebih tinggi dibandingkan vena di betis. Emboli paru biasanya terjadi
secara mendadak dan merupakan kasus darurat medik. Emboli paru ditemukan
pada 50% penderita strok yang meninggal dan kadang-kadang sebagai penyebab
kematian.
D. Depresi
Gangguan emosi terutama kecemasan, frustasi, dan depresi merupakan
masalah tersering pada penderita strok. Depresi sering disalahtaksirkan dengan
motivasi yang kurang, terutama pada penderita dengan gangguan komunikasi
bermakna. Umumnya depresi yang terjadi karena adanya masalah-masalah yang
kompleks misalnya biaya, pekerjaan, kemungkinan cacat seumur hidup (menetap)
dan hubungan dalam perkawinan. Depresi dapat dijumpai walaupun pada
penderita strok dengan cacat yang ringan, karean apada dasarnya setiap cacat akan
mengganggu kehidupan normal yang ada sebelumnya.
E. Nyeri dan kaku pada bahu
Nyeri dan kaku pada bahu sisi tubuh yang hemiplegi sangat sering
dijumpai dan biasanya akibat kesalahan berbaring serta kesalahan letak/posisi
anggota gerak yang lumpuh pada fase akut. Nyeri dan kaku pada bahu dapat
terjadi akibat:
38
F. Spastisitas umum
Biasanya bersifat ringan, ditemukan pada penderita strok fase kronik/lanjut.
G. Radang kandung kemih
Infeksi traktus urinarius terutama pada penderita yang menggunakan
kateter.
H. Kelumpuhan saraf tepi
Pada penderita strok dapat terjadi lesi kompresi radiks dan saraf tepi yang
bervariasi, terutama akibat anggota gerak yang lumpuh, tidak diletakkan dalam
posisi yang baik. Saraf tepi yang sering terkena adalah N. Radialis, N. Ulnaris, N.
Peroneus komunis dan N. Iskhiadikus.
I. Kontraktur dan deformitas
Kontraktur dapat terjadi mengikuti spastisitas berat yang berlangsung
lama. Terjadinya kontraktru akibat adanya perubahan jaringan lunak disekitar
sendi yang bersifat ireversibel. Kadang-kadang dijumpai keadaan kombinasi
kontraktur dan spastisitas, misalnya deformitas equinovarus dan deformitas
pronasi-fleksi lengan dan tangan.
J. Dekubitus
Dekubitus terjadi pada pasien yang berbaring lama.
K. Atrofi otot
Akibat pasien terlalu lama tidak menggunakan ototnya.
39
Daftar Pustaka
40