Anda di halaman 1dari 17

ABU BAKAR ASH SHIDIQ

Ummul mukminin, Aisyah radhiallahu anhu menuturkan sifat fisik ayahnya, Ia seorang
yang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya, wajahnya selalu
berkeringat, hitam matanya, dahinya lebar, tidak bisa bersaja, dan selalu mewarnai
jenggotnya dengan memakai inai atau katam (Thabaqat Ibnu Saad, 1: 188).
Orang yang Rasulullah Percaya Untuk Menemaninya Berhijrah ke Madinah
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari
Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu
dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita. (QS. At-Taubah: 40)
Dalam perjalanan hijrah ini, Abu Bakar menjaga, melayani, dan memuliakan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Ia mempersilahkan Rasul untuk beristirahat sementara dirinya
menjaganya seolah-olah tidak merasakan letih dan butuh untuk istirahat.
Sebagai Sahabat Nabi yang Paling Dalam Ilmunya
Abu Said al-Khudri mengatakan, Suatu ketika, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
berkhutbah di hadapan para sahabatnya dengan mengatakan, Sesungguhnya Allah telah
menyuruh seorang hamba untuk memilih dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa yang
ada di sisi-Nya, dan hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah.
Kata Abu Said, (Mendengar hal itu) Abu Bakar menangis, kami heran mengapa ia
menangis padahal Rasulullah hanya menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan.
Akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam sendiri. Abu Bakar-lah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami.
Kemudian Rasulullah melanjutkan khutbahnya,
Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya dalam persahabatan dan kerelaan
mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan memilih kekasih
selain Rabbku, pasti aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih, namun cukuplah
persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya.

- Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah


Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu as-Salasil, saat itu aku
menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya, Siapakah orang yang paling Anda cintai?
Rasulullah menjawab, Aisyah. Kemudian kutanyakan lagi, Dari kalangan laki-laki?
Rasulullah menjawab, Bapaknya (Abu Bakar).
- Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga
Abu Musa al-Asyari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya lalu keluar
menemani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Abu Musa berangkat ke masjid dan
bertanya dimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dijawab bahwa Nabi keluar untuk suatu
keperluan. Kata Abu Musa, Aku pun segera pergi berusaha menysulunya sambil bertanyatanya, hingga akhirnya beliau masuk ke sebuah kebun yang teradapat sumur yang dinamai
sumur Aris. Aku duduk di depan pintu kebun, hingga beliau menunaikan keperluannya.
Setelah itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil
menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Aku
mengucapkan salam kepada beliau, lalu kembali berjaga di depan pintu sambil bergumam
Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tak lama
kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun, kutanyakan, Siapa itu? Dia
menjawab, Abu Bakar. Lalu kujawab, Tunggu sebentar. Aku datang menemui Rasulullah
dan bertanya padanya, Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar datang dan meminta izin masuk.
Rasulullah menjawab, Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah
penghuni surga.
Dalam hadist Tabarani diriwayatkan bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda kepada Umar R.A.:
"Nabi Muhammad S.A.W. bersabda kepadaku pada suatu ketika, Wahai Umar, Jibril A.S.
telah datang kepadaku. Dan aku bertanya kepada Jibril: Wahai Jibril, ceritakan padaku
keutamaan Umar R.A. di surga. Jibril A.S. berkata kepadaku Ya Rasulullah S.A.W., jika aku

terus-menerus menceritakan keutamaan Umar kepadamu selama 950 tahun, keutamaan Umar
tidak akan habis diceritakan. Dan ingatlah bahwa amal baik umar hanyalah satu amal baik
dari amal-amal baik Abu Bakar R.A.

Dan ketika seseorang membaca kitab hadist atau buku-buku tentang Abu Bakar R.A., kita
dapat mengetahui bahwa Nabi Muhammad S.A.W. dipilih oleh Allah S.W.T., begitu juga Abu
Bakar R.A. dipilih oleh Allah S.W.T., dia dipilih untuk mengabdi dan berkorban untuk Islam,
dia

dipilih

untuk

membela

Nabi

Muhammad

S.A.W.

di

sepanjang

waktu,

Qadhi Abul Hassan Ahmad ibn Muhammad az Zubaidi menulis dalam kitabnya, bahwasanya
Abu Hurairah R.A. berkata Kaum Muhajirin dan Anshar berkumpul di sekeliling Nabi
Muhammad S.A.W., dan Abu Bakar R.A. bersumpah demi nyawa Rasulullah S.A.W. Ya
Rasulullah S.A.W., tidak pernah aku bersujud di hadapan berhala, bahkan di masa jahiliyah
sekalipun.
Karena mendengar ini, Umar marah dan membalas perkataannya Wahai Abu Bakar, kau
mengatakan hal ini dan bersumpah demi hidup Rasulullah S.A.W. bahwa kau tidak pernah
bersujud di hadapan berhala, tapi aku pernah melihatmu berjalan ke tempat penyembahan
berhala di masa-masa jahiliyah.
Abu Bakar R.A. berkata Ya Umar, itu tidak seperti yang kau kira. Ayahku, Abu Quhafa
membawaku. Dia menuntun tanganku dan membawaku ke salah satu tempat penyembahan
berhala. Kemudian dia memberitahuku berhala itu adalah tuhanmu. Bersujudlah kepadanya.
Ayahku meninggalkanku disana seorang diri. Aku mendekati berhala itu dan meminta
makanan, minuman, dan pakaian. Dan ketika berhala itu tidak menjawab, aku mengambil
sebuah batu dan melemparnya ke berhala itu. Ketika ayahku melihat apa yang telah
kulakukan, dia marah dan menamparku, kemudian ayahku membawaku kepada ibuku dan
menceritakan

kejadian

ini

dengan

tujuan

agar

ibuku

memarahiku.

Tapi ternyata ibuku malah memelukku dan berkata Ya Abu Quhafa, jangan berkata buruk
kepada anakku, karena ketika dia lahir, aku menerima sambutan kepada anak ini. Sebuah
suara yang tanpa pemilik terdengar Wahai wanita hamba Allah, selamat karena kelahiran
anakmu, yang bernama Shiddiq di langit, yang merupakan seorang sahabat dari
Muhammad S.A.W.

Juga Abu Bakar R.A. pernah berkata: Sebelum Nabi Muhammad S.A.W. menerima wahyu
kenabian, aku bepergian ke Yaman. Dan aku menemui seorang ahli kitab. Ketika ahli kitab ini
melihatku, dia berkata Tampaknya kau berasal dari Haram. Aku berkata Ya, aku dari
Haram. Kemudian ahli kitab itu berkata Tampaknya kau berasal dari suku Quraisy? Aku
berkata Ya. Kemudian dia berkata Tampaknya kau berasal dari klan Taym? Aku berkata
Ya.
Abu Bakar berkata Mengejutkan karena setelah dia mengatakan demikian, dia berkata
Hanya satu tanda yang belum kulihat. Aku bertanya padanya tanda apa itu? Dia berkata
tunjukkan perutmu. Aku menolak dan bertanya Kau harus memberitahuku dulu, kenapa
aku harus menunjukkan perutku? Kemudian dia berkata padaku aku membaca di dalam
kitab suci, bahwa seorang nabi akan diutus di Haram, dan dua orang akan bersama nabi ini
dan menolongnya di sepanjang waktu. Yang satu adalah anak muda, dan yang kedua adalah
orangtua paruh baya. Dan untuk orang yang paruh baya, tubuhnya kurus dan punya kulit yang
sangat putih. Dia punya tanda di atas perutnya, dia juga punya tanda di paha kirinya. Aku
telah melihat semua tanda yang tersembunyi. Tunjukkan aku perutmu. Aku menunjukkan
perutku dan melihat ada tanda di atas perutku. Dia bersumpah demi Tuhan dari Kabah aku
bersumpah demi Tuhan dari Kabah bahwa kaulah orangnya yang telah disebutkan dalam
kitab suci kami. Kemudian dia memberiku nasihatyang baik. Dan setelah menyelesaikan
pekerjaanku, aku meninggalkan Yaman dan berjalan menuju Makkah Tul Mukarramah, dan
aku menunggu kedatangan nabi terakhir ini.
Dan ketika dia tahu bahwa nabi terakhir ini tidak lain tidak bukan adalah teman masa
kecilnya, yaitu Muhammad bin Abdullah S.A.W. yang telah menerima wahyu dari Allah,
maka tanpa keraguan sedikit pun, Abu Bakar R.A. langsung beriman dan mengucapkan
kalimat La ilaha ilallah muhammadar rasulullah.
Keimanan yang begitu besar sampai-sampai pada suatu ketika Jibril A.S. turun dari langit dan
berkata kepada Nabi Muhammad S.A.W. Ya Muhammad S.A.W., Allah menyampaikan
salamnya padamu, dan Allah berfirman padamu katakan kepada putra Abu Quhafa bahwa
Allah S.W.T. meridhoinya.
Seperti yang disabdakan Nabi Muhammad S.A.W. Setiap orang yang kuundang ke dalam
Islam akan mempunyai keraguan atau paling tidak mempunyai pertanyaan tentangku atau
Islam. Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang tidak bertanya apapun ketika aku

mengundangnya, tidak ada keraguan sedikitpun, dia beriman dan mengucapkan kalimat La
ilaha ilallah muhammadar rasulullah.
Dan karena hal ini, dia diberikan gelar Shiddiq (yang paling jujur dan paling saleh), karena
dia tidak pernah sekalipun meragukan sabda Rasulullah S.A.W. sampai-sampai diriwayatkan
bahwa Nabi Muhammad S.A.W. baru saja menggerakkan bibirnya, dan sebelum Nabi
Muhammad S.A.W. mengucapkan apa yang ingin disabdakannya, Abu Bakar R.A. langsung
berkata Nabi Muhammad S.A.W. telah berbicara benar.
Sampai-sampai ketika Nabi Muhammad S.A.W. pergi ber Miraj, dalam satu malam Nabi
Muhammad S.A.W. pergi dari Makkah Tul Mukarramah, Masjidil Haram, ke Masjidil Aqsa
di Yerussalem, dan dari sana dia naik ke langit, dan kembali. Ketika dia S.A.W. menceritakan
kisah ini kepada orang-orang kafir (penyembah berhala), mereka mencemooh dan tidak
percaya dengan kata-kata Nabi Muhammad S.A.W., sampai-sampai orang yang imannya
lemah keluar dari Islam dan tidak mau percaya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dan orangorang kafir tahu bahwa Nabi Muhammad S.A.W. mendapatkan dukungan penuh dari Abu
Bakar R.A. dan dialah satu-satunya yang membela Nabi Muhammad S.A.W. di sepanjang
waktu. Jadi mereka datang dan menceritakan kisah ini kepada Abu Bakar R.A. Ya Abu
Bakar, apakah kau tahu apa yang dikatakan temanmu? Dia berkata dalam satu malam dia
berjalan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem, dan dia kembali
dalam satu malam.
Abu Bakar R.A. menjawab Jika temanku berkata demikian, maka dia telah berkata benar.
Wahai orang-orang kafir, kalian telah datang kepada Abu Bakar hari ini, Demi Allah, aku
mempercayainya dalam hal-hal yang jauh lebih besar daripada ini! Aku mempercayai wahyu
yang datang kepadanya setiap pagi dan sore dari langit, dan kalian pikir kalian bisa
menjauhkanku dari Islam karena dia menceritakan kisah ini? Jika dia telah berkata demikian,
maka dia telah bicara jujur.
Inilah mengapa dia disebut Shiddiq. Dia memeluk Islam tanpa takut dengan bencana yang
akan menimpanya dan semua masalah yang akan dia hadapi. Karena keimanannya yang
begitu besar, tidak ada rasa takut di dalam hatinya. Hal ini terbukti ketika dia mendatangi
Nabi Muhammad S.A.W. dan berkata Ya Rasulullah S.A.W., kita harus berdakwah terangterangan.
Nabi Muhammad S.A.W. menjelaskan Ya Abu Bakar, bukan sekarang waktunya. Jumlah

umat Muslim masih sangat sedikit di Mekkah. Biarlah kita jadi kuat dahulu, barulah kita
menyampaikan pesan Allah secara terang-terangan.
Abu Bakar R.A. terus memaksa sampai akhirnya Nabi Muhammad S.A.W. memberikan izin,
padahal baru ada 39 Muslim yang ada di muka bumi waktu itu. Kemudian Abu Bakar R.A.
pergi ke Masjidil Haram, di hadapan orang-orang kafir dan pemimpin mereka, dia
menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan.
Ketika dia baru mulai berdakwah, orang-orang kafir menerjangnya dan memukulinya,
menendangnya, menginjak-injaknya. Abu Bakar menerima begitu banyak pukulan sampaisampai di dalam hadist dikatakan Abu Bakar R.A. bersimbah darah dari ujung kepala hingga
ujung jari.Mereka memukulinya sampai dia pingsan dan setiap orang yang ada di Masjidil
Haram merasa bahwa Abu Bakar tidak mungkin bertahan hidup setelah penyerangan ini,
sampai-sampai anggota klan-nya datang dan membawanya, dan mereka berseru di Masjidil
Haram bahwa jika Abu Bakar meninggal, maka klannya akan membunuh Utbah bin Rabiah
karena telah mendalangi penyerangan ini.
Abu Bakar R.A. tidak sadarkan diri. Keluarganya berusaha membuatnya sadar namun dia
tetap tak sadarkan diri. Di sepanjang hari sampai sore hampir berakhir, dia tetap tak sadarkan
diri. Dan akhirnya ketika dia siuman, hadist mencatat bahwa kata-kata pertamanya adalah
Wahai

keluargaku,

katakan

bagaimana

keadaan

Nabi

Muhammad

S.A.W.?

Anggota keluarganya dan anggota klannya mendiskusikan hal ini... Sepanjang hari Abu
Bakar berada dalam keadaan sekarat, dia dipukuli dengan begitu beringas, semua ini terjadi
karena rasa cintanya kepada Muhammad bin Abdullah S.A.W. Dia baru siuman dan masih
lemah, tapi satu-satunya orang yang dia pikirkan adalah Muhammad S.A.W. Dia terusmenerus bertanya Wahai ibu, katakan padaku bagaimana keadaan Rasulullah S.A.W.?
Ketika ibunya memberitahunya Aku tidak tahu bagaimana keadaan sahabatmu.
Dia berkata Pergilah ke Ummi Jamil (saudara Umar) yang juga telah masuk Islam, pergilah
kepadanya dan tanyakan padanya, dia telah masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Ketika
ibunya pergi kepada Ummi Jamil, dia berkata Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, aku
tidak kenal siapa itu Abu Bakar, dan aku tidak kenal dengan Muhammad bin Abdullah.
Meski berkata begitu, dia datang untuk melihat keadaan Abu Bakar R.A., dan ketika dia
melihatnya dalam keadaan sekarat, dia tidak dapat menyembunyikan keimanannya, dia mulai

menjerit dan menangis, dan Abu Bakar berkata Ya Ummi Jamil, kau telah melihat
Rasulullah S.A.W., katakan padaku bagaimana keadaan Rasulullah? Ketika dia diberitahu
bahwa Rasulullah S.A.W. baik-baik saja dan sedang berada di Darul Arqa, dia tidak tenang
dan bersumpah Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sampai aku melihat wajah
Rasulullah S.A.W., sampai aku melihat bahwa Nabi Muhammad S.A.W. baik-baik saja dan
berada di tempat yang aman. Ibunya khawatir karena Abu Bakar R.A. tidak mau makan dan
minum, dan ibunya tahu bahwa tidak mungkin dia membatalkan sumpahnya karena dia telah
menyebut nama Allah.
Karena Abu Bakar R.A. masih lemah dan jalan terlihat aman, maka ibunya membawanya ke
tempat Rasulullah S.A.W. Dan ketika dia melihat wajah Rasulullah S.A.W. yang dirahmati,
dia merasa tenang. Dia mendekap Nabi Muhammad S.A.W. dan menangis sedalamdalamnya, sehingga Nabi Muhammad S.A.W. juga ikut menangis. dan semua sahabat dan
para Muslim lemah yang ada disana juga ikut menangis. Kemudian dia bertanya Ya
Rasulullah S.A.W., ini adalah ibuku, dia selalu merawatku dengan baik, kau adalah orang
yang dirahmati. Ya Rasulullah, undanglah dia ke dalam Islam dan berdoalah kepada Allah
S.W.T. agar mengabulkan do'amu dan menyelamatkan ibuku dari api neraka. Nabi
Muhammad S.A.W. mengangkat tangannya dan kemudian ibunya Abu Bakar R.A.
mengucapkan

kalimat

La

ilaha

ilallah

muhammadar

rasulullah.

Karena keberaniannya, Ali R.A. berkata Hanya satu jam bersama Abu Bakar lebih baik
daripada seluruh bumi yang dipenuhi orang-orang beriman seperti orang-orang beriman pada
masa Firaun. Hari ini ada milyaran umat Muslim. Kemudian terjadi peristiwa 9/11 dan kita
mulai kehilangan identitas kita. Tiba-tiba umat Islam yang kuat menjadi lemah, mereka
mencukur jenggotnya, mereka melepaskan identitas muslimnya. Padahal pada masa itu belum
ada milyaran Muslim, baru ada 39 Muslim di muka bumi ketika Abu Bakar R.A. menyatakan
keimanannya secara terbuka dan berdakwah/menyampaikan pesan Allah di antara orangorang kafir.
Segalanya dia korbankan untuk Islam, dia mengorbankan kekayaannya untuk Islam, dia
mengorbankan anak dan istrinya untuk Islam, bahkan dia tidak menyisakan apa-apa
untuknya, dia menyumbangkan semuanya untuk Islam.
Dalam hadist Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, dan Imam Hakim, derajat hadist ini hasan
sahih. Umar R.A. meriwayatkan bahwa pada suatu ketika ada perkumpulan di masjid
bersama Nabi Muhammad S.A.W. Nabi Muhammad S.A.W. meminta kepada para sahabat

R.A. untuk bersedekah di jalan Allah S.W.T. Nabi Muhammad S.A.W. butuh dana untuk
mempersiapkan para Mujahidin dan mengirim mereka untuk melawan orang-orang kafir di
Tabuk. Tabuk berjarak sekitar 700 km dari Madinah. Umar R.A. berkata Aku begitu bahagia
ketika Nabi Muhammad S.A.W. mengumumkan ini karena pada waktu itu aku mempunyai
kekayaan. Dan aku berpikir bahwa hari inilah kesempatanku untuk mengalahkan Abu Bakar
dalam berbuat kebaikan. Aku akan mengalahkan Abu Bakar karena dia tidak punya harta
benda yang banyak, sehingga aku dapat menyumbang lebih banyak di jalan Allah S.W.T.
Kemudian aku pulang ke rumah dan menceritakan hal ini kepada istriku. Dan segala yang
kami punya, aku membaginya dengan takaran yang sama. Aku meninggalkan setengah
hartaku untuk keluargaku, kemudian setengahnya lagi kupikul dengan bahuku ke masjid.
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. melihatku membawa harta benda di bahuku, dia bertanya:
Ya Umar, apa yang kau bawakan untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?
Aku menjawab Ya Rasulullah S.A.W., aku telah meninggalkan sesuatu untuk mereka.
Rasulullah S.A.W. bertanya Ya Umar, apa yang kau tinggalkan? Aku menjawab Ya
Rasulullah S.A.W., aku membagi segala yang kupunya dalam dua bagian. Aku meninggalkan
setengah untuk keluargaku, dan aku memberikan setengahnya lagi untuk Allah dan rasul-Nya
S.A.W. Kemudian datanglah Abu Bakar dan dia membawa harta bendanya di bahunya. Aku
tersenyum dan berkata dalam hati, Hari ini aku dapat mengalahkan Abu Bakar R.A. dalam
melakukan kebaikan dan bersedekah di jalan Allah S.W.T. Ketika Rasulullah S.A.W.
melihat Abu Bakar R.A. membawa hartanya, Rasulullah S.A.W. bertanya Ya Abu Bakar, apa
yang kau bawakan untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?
Abu Bakar R.A. menjawab Ya Rasulullah S.A.W., segala hal yang dimiliki tangan ini telah
kubawakan untukmu dan aku meninggalkan Allah dan rasul-Nya untuk keluargaku. Allah
yang akan menjaga keluargaku. Segala harta yang dimilikinya dia korbankan untuk Islam.
Ketika Abu Bakar R.A. masuk Islam, dia mempunyai 40.000 dinar. Pada saat memeluk Islam
hingga berhijrah, dia telah membelanjakan 35.000 dinar, bukan untuk dirinya, namun untuk
Islam dan Nabi Muhammad S.A.W. Apa yang terjadi dengan 5.000 dinar sisanya?
Dengarkanlah

putrinya

(Asma

binti

Abu

Bakar)

meriwayatkan.

Datanglah waktunya berhijrah, ayah kami pergi dengan Nabi Muhammad S.A.W. dan 5.000
dinar yang dia punya dibawanya dengan Nabi Muhammad S.A.W. Kakek kami, Abu Quhafa
datang. Dia seorang buta dan dia bertanya Wahai cucuku, kurasa dia telah pergi dan dia telah
mengambil semua yang dia miliki. Kujawab "Kakek, dia tidak melakukan ini dan

meninggalkan cukup banyak harta. Kakekku buta. Aku mengambil beberapa batu dan aku
menaruhnya di tempat dimana biasanya ayahku menyimpan koinnya. Aku mengambil
sepotong kain dan untuk membungkus bebatuan itu. Kemudian aku memegang tangan
ayahku dan membuatnya menyentuh kain itu, kemudian aku berkata: lihatlah dia
meningggalkan cukup banyak (harta) untuk kita. Aku bersumpah demi Allah, ayah kami
tidak meninggalkan apapun untuk anaknya, yang aku lakukan hanyalah menghibur kakek
kami

sehingga

dia

berpikir

ayah

kami

meninggalkan

sisa

hartanya.

Ketika berkenaan dengan Islam, semuanya dia disumbangkan. Dalam hadist Ibnu Umar, Nabi
Muhammad S.A.W. sedang duduk-duduk dan ada Abu Bakar di sampingnya. Abu Bakar
mengenakan sebuah pakaian yang dia ikatkan dengan dua buah batang kayu. Jibril A.S. turun
dari langit dan menyampaikan salam dari Allah kepada Nabi Muhammad S.A.W., kemudian
dia bertanya Ya Rasulullah S.A.W., kenapa aku melihat Abu Bakar mengenakan sebuah
pakaian

yang

diikatkan

dengan

dua

buah

batang

kayu?

Nabi Muhammad S.A.W. memberitahu Jibril Ya Jibril, semua yang dimiliki orang ini telah
dibelanjakan untukku dan Islam sehingga sekarang dia tak punya apa-apa, dan itulah
mengapa

kau

melihatnya

dalam

kondisi

seperti

ini.

Jibril A.S. berkata Ya Muhammad S.A.W., sampaikanlah salam dari Allah kepada orang ini,
dan sampaikan padanya bahwa Tuhanmu berfirman: Wahai Abu Bakar, katakanlah, apakah
kau merasa senang kepada Tuhanmu dalam kemiskinan ini, atau apakah kau tidak senang dan
kecewa

kepada

Tuhanmu?

Nabi S.A.W. menyampaikan pesan dan salam dari Allah kepada Abu Bakar R.A. Kemudian
dia bertanya kepadanya Wahai Abu Bakar, apakah kau merasa senang kepada Allah dengan
kemiskinan

ini,

atau

apakah

kau

tidak

senang

kepada

Allah?

Air mata Abu Bakar mulai mengalir dan dia menjawab Ya Rasulullah, apakah Abu Bakar
marah kepada Tuhannya? Karena Abu Bakar tidak pernah marah kepada Tuhannya. Abu
Bakar merasa senang dengan Allah, Abu Bakar merasa senang dengan Allah, Abu Bakar
merasa

senang

dengan

Allah

dalam

kemiskinan

ini.

Dia tidak membiarkan siapapun mencela Islam, bahkan anggota keluarganya sendiri.
Diriwayatkan bahwa ketika Abu Quhafa (ayah Abu Bakar) masih dalam keadaan kafir, dia
mencela Nabi Muhammad S.A.W. Abu Bakar R.A. tidak dapat menoleransi hal ini dan dia

menampar ayahnya. Ketika Nabi Muhammad S.A.W. diceritakan tentang kejadian ini dan dia
memanggil

Abu

Bakar

dan

menanyakan

tentang

hal

ini,

inilah

jawabannya:

Ya Rasulullah S.A.W., pada waktu itu jiwaku sedang tidak bersamaku, andaikan jiwaku ada
bersamaku, Ya Rasulullah S.A.W., maka aku akan MEMBUNUH ayahku karena mencelamu
dengan

kata-kata

yang

tidak

pantas.

Dalam hadist yang dicatat oleh Ibn Abi Syaibah, anaknya, Abdurrahman bin Abu Bakar,
mengingatkannya tentang suatu kejadian dalam perang Uhud. Anaknya berkata Ya ayah, aku
melihatmu dalam perang Uhud ketika kau berdiri bersama orang-orang beriman, dan aku
berharap dapat dengan mudah membunuhmu, tapi ketika aku berpikir dan mengingat bahwa
kau

adalah

ayahku,

maka

aku

menjauh.

Abu Bakar R.A. menjawab Wahai putraku, itulah dirimu, tapi inilah diriku. Andaikan aku
melihatmu pada hari itu, maka aku tidak akan berpaling dan aku tak akan berpikir bahwa kau
adalah anakku, karena pada saat itu kau dalam keadaan kafir dan kau berpihak pada orangorang kafir, dan kau menjadi rintangan bagi din yang dibawa oleh Muhammad S.A.W., maka
aku

akan

memisahkan

kepalamu

dari

tubuhmu

dan

membunuhmu.

Pada masa 6 tahun setelah berhijrah, orang-orang munafik menyebarkan gosip dan tuduhan
palsu kepada ibunda kita, Aisyah R.A., mereka berkata bahwa Aisyah telah menodai kesucian
dan kesalehannya. Nabi Muhammad S.A.W. begitu mencintai Aisyah R.A. Dan karena cinta
yang dimiliki Nabi Muhammad S.A.W. kepada Aisyah R.A., di sangat bersedih karena
mendengar tuduhan ini. Dan yang membuatnya lebih sulit adalah tidak ada wahyu dari Allah
yang meluruskan tuduhan ini. Jadi hal ini menjadi begitu sulit bagi Aisyah R.A. dan Nabi
Muhammad S.A.W. Bayangkanlah bagaimana kesulitan yang diderita oleh Aisyah R.A. pada
waktu itu. Karena tuduhan palsu ini, Aisyah R.A. tidak menerima perhatian dan cinta yang
biasanya diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. karena pada saat itu dia begitu sedih.
Dan biasanya, ketika seorang wanita sedang dalam kesukaran dan dia mempunyai masalah,
seorang wanita yang telah bersuami selalu kembali ke rumah ayah dan ibunya. Ibunda kita
Aisyah R.A. meminta izin kepada Nabi Muhammad S.A.W. untuk pulang ke rumah ayahnya
(Abu Bakar R.A.) dan ibunya. Rasulullah S.A.W. memberinya izin sehingga pulanglah
Aisyah R.A. ke rumah orangtuanya. Mereka hidup dalam rumah dua tingkat. Ibunya ada di
bawah

sedangkan

Abu

Bakar

R.A.

ada

di

lantai

atas.

Ketika ibunya melihat Aisyah R.A. pulang ke rumah pada waktu yang tidak biasanya, ibunya
khawatir dan dia bertanya:Wahai Aisyah, apakah semuanya baik-baik saja? Kenapa kau
pulang? Aisyah menceritakan kejadiannya dan seakan-akan ibunya telah ditimpa oleh
gunung, tapi dia tetap kuat dan teguh, dia menasihati anaknya untuk memberinya kekuatan
Wahai

Aisyah,

tidak

ada

yang

perlu

dikhawatirkan.

Ketika seorang wanita begitu dicintai oleh suaminya, apalagi seperti cintanya Rasulullah
S.A.W. kepada Aisyah R.A., maka orang-orang kadang bicara buruk untuk menjatuhkan
wanita itu di mata suaminya. Aisyah R.A. tidak merasa beban ini begitu berat. Karena begitu
sedih, dia berteriak dan menangis. Ketika Abu Bakar R.A. mendengar jeritan putrinya, dia
bergegas ke bawah.
Ketika Abu Bakar mengetahui persoalannya, air mata mulai membasahi pipinya, kemudian
dia berkata kepada putrinya Kau akan pergi ke rumahmu sendiri. Pulanglah ke rumah, maka
kami juga akan mengikutimu.

Aisyah R.A. kembali ke rumah dan mereka mengikutinya. Aisyah R.A. jatuh sakit karena
peristiwa ini. Karena begitu sedih dia menjadi demam dan dia berbaring di pangkuan ibunya.
Setelah Ashar datanglah Nabi Muhammad S.A.W. dan dia bertanya kepada Aisyah R.A.
tentang gosip dan tuduhan yang telah tersebar. Disana ada Abu Bakar R.A. dan Ummi
Rumman

R.A.

(ayah

dan

ibu

Aisyah

R.A.)

Nabi Muhammad S.A.W. bertanya dan Aisyah mendekat kepada ibu dan ayahnya, dia
berpikir bahwa disini dia akan dibela ibu dan ayahnya, dia berkata Ya ayah, jawablah
mewakili diriku. Kau yang membesarkanku, aku telah tinggal bersamamu selama bertahuntahun, kau tahu kesalehan dan kesucianku. Wakililah diriku dan jawablah pertanyaan Nabi
Muhammad

S.A.W.

Ketika tuduhan seperti ini ditujukan kepada putri mereka, orangtua mana yang tidak akan
membela putrinya? Ditambah Aisyah R.A. bukanlah wanita biasa, kesalehan dan kesuciannya
terkenal ke seluruh penjuru Arab. Tidak pernah ada noda yang datang pada dirinya dan tibatiba tersebarlah tuduhan palsu ini. Tentu orangtua manapun di dunia akan membela putrinya
dalam situasi seperti ini. Tapi Abu Bakar dan Ummi Rumman tidak seperti kita, mereka
adalah orang-orang dengan keimanan yang luar biasa dan mereka begitu mencintai
Rasulullah S.A.W. Di satu sisi mereka dapat melihat putri mereka sedang bersedih, dan di sisi

lainnya mereka tahu yang dialami Rasulullah S.A.W. Dan mereka lebih menyayangi Nabi
Muhammad S.A.W. daripada 1.000 Aisyah sekalipun, sehingga mereka berkata Ya Aisyah,
kami tidak bisa mengatakan apa-apa tentang hal ini... Inilah cinta yang Abu Bakar miliki
untuk Nabi Muhammad S.A.W. Abu Bakar R.A. lebih mencintai Nabi Muhammad S.A.W.
daripada

putrinya

sendiri.

Umar R.A. meriwayatkan Hanya satu hari bersama Abu Bakar lebih baik daripada Umar dan
keluarga Umar, dan hanya satu malam bersama Abu Bakar lebih baik daripada Umar dan
keluarga Umar. Dan malam yang dia maksud disini adalah malam ketika Abu Bakar
berhijrah bersama Nabi Muhammad S.A.W. Umar berkata Abu Bakar R.A. pergi bersama
Rasulullah S.A.W. pada saat berhijrah. Terkadang dia berjalan di depan, dan tiba-tiba dia
berbalik dan berjalan di belakang Nabi Muhammad S.A.W. Karena melihat ini, Nabi
Muhammad S.A.W. bertanya kepada Abu Bakar Ya Abu Bakar, ada apa, kenapa kau berjalan
di depan kemudian kau tiba-tiba berlari ke belakang dan berjalan di belakang. Dia
menjelaskan Ya Rasulullah S.A.W., tiba-tiba aku mengingat bahwa akan ada orang-orang
yang mengejarmu, jadi untuk melindungimu, maka aku bergegas ke belakang. Tiba-tiba aku
mengingat bahwa sebagian orang-orang kafir mungkin telah ada di depan dan bersembunyi,
maka aku bergegas ke depan untuk melindungimu misalnya ada orang yang ingin
menyerangmu.
Akhirnya mereka sampai di gua dan Abu Bakar R.A. berkata kepada Rasulullah S.A.W. Ya
Rasulullah, tunggu disini. Abu Bakar memasukinya duluan dan dia membersihkan gua itu.
Kemudian dia menutup semua lubang yang dapat dilihatnya, barulah dia meminta Nabi
Muhammad S.A.W. untuk memasukinya dan meminta Nabi Muhammad S.A.W. untuk
istirahat. Kemudian Nabi Muhammad S.A.W. beristirahat dengan menempatkan kepalanya di
pangkuan

Abu

Bakar

R.A.

Dalam hadist Imam Thabarani yang diriwayatkan Asma R.A., dia telah menutup semua
lubang kecuali satu lubang. Dia menyadari bahwa mungkin terdapat binatang berbahaya di
dalam lubang itu dan dia khawatir binatang itu akan keluar dan menggigit Nabi Muhammad
S.A.W. ketika Nabi Muhammad S.A.W. sedang beristirahat, maka dia memasukkan tumitnya
ke

dalam

lubang

itu

untuk

menutupnya.

Tapi lubang itu ternyata adalah rumah bagi ular berbisa, dan ketika dia menempatkan
tumitnya disana, ular itu menggigitnya. Bayangkanlah betapa luar biasa rasa sakitnya ketika
Abu Bakar R.A. dipatuk oleh seekor ular. Abu Bakar pasrah dan dapat menerima jika

memang dia harus mati karena dipatuk ular itu, namun dia tidak dapat menerima jika dia
meringis dan bergerak untuk menahan rasa sakit itu, karena hal itu membuat Nabi
Muhammad S.A.W. terbangun dari tidurnya. Dengan begitu dia tetap diam dan menahan rasa
sakitnya. Tiba-tiba air matanya terjatuh mengenai wajah Rasulullah S.A.W., sehingga
Rasulullah S.A.W. pun terbangun dan menyadari tentang apa yang terjadi. Kemudian
Rasulullah S.A.W. mengoleskan ludahnya pada luka Abu Bakar R.A. sehingga bisa ular itu
tidak

berpengaruh

apa-apa

pada

dirinya.

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa ketika orang-orang kafir ada di sekitar gua itu, Nabi
Muhammad S.A.W. pada saat itu sedang shalat, air mata mulai menetes dari mata Abu Bakar.
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. selesai shalat, Abu Bakar R.A. berkata Ya Rasulullah
S.A.W., biar kukorbankan orangtuaku, aku tidak menangis untuk diriku sendiri atau merasa
takut bahwa aku akan terbunuh hari ini. Ya Rasulullah S.A.W. aku menangis karena mungkin
saja kau berada dalam masalah sedangkan aku ada disini, dan Abu Bakar tidak dapat
menoleransi Rasulullah S.A.W. berada dalam masalah sedangkan dia ada disana.
Dan karena kecintaannya kepada Islam dan Rasulullah S.A.W. sehingga dia bisa tetap kuat
dan teguh ketika para sahabat-sahabat lainnya sudah berputus asa. Jika kalian membaca buku
hadist, kalian akan menyadari bahwa Abu Bakar R.A. begitu penyayang, hatinya lembut,
ketika Nabi Muhammad S.A.W. berada di saat-saat terakhirnya, para sahabat datang dan
berkata Ya Rasulullah, sekarang waktunya shalat. Nabi Muhammad S.A.W. bersabda
Katakan

kepada

Abu

Bakar

bahwa

dia

yang

akan

mengimami

shalatnya.

Apa yang dikatakan Aisyah R.A. pada saat itu? Aisyah R.A. menjelaskan Ya Rasulullah
S.A.W., biarlah Umar yang mengimami shalatnya. Abu Bakar sangat penyayang dan hatinya
lembut, dia sering menangis ketika shalat, dan jika dia menangis maka para jamaah tidak
akan dapat mendengar bacaannya, maka lebih baik jika kau menyuruh Umar.
Dalam hadist lainnya ketika Nabi Muhammad S.A.W. meninggal, dia memberikan
berdakwah. Dia menyebutkan "tahun lalu aku mendengar Rasulullah bersabda..." dia baru
saja mengatakan kata-kata ini dan dia tidak dapat mengontrol dirinya, air matanya mengalir.
Ketika mulai tenang dia kembali berkata Tahun lalu aku mendengar Rasulullah bersabda...
dan

lagi-lagi

dia

kehilangan

kontrol

dan

air

matanya

mengalir.

Dan camkan ini dalam pikiran, bagaimana Abu Bakar R.A. dapat tetap kuat dan teguh, dan
karena keteguhannya, maka agama Islam yang dibawa Rasulullah S.A.W. dapat tetap kuat

seperti yang seharusnya. Hal ini tidak dapat kita pahami, dan kesukaran yang dialaminya
begitu besar sampai-sampai ibunda kita meriwayatkan: Ketika Nabi Muhammad S.A.W.
wafat, ayahku mengalami kesukaran dan permasalahan yang luar biasa, andaikan masalah itu
jatuh ke atas gunung yang besar, maka gunung itu akan hancur dan berubah menjadi debu.
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat?
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, apa yang mereka alami? Ketika anggota keluarga kita
wafat, apa yang kita rasakan? Betapa sedihnya kita pada saat orang terdekat kita meninggal,
menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat?
Karena ini bukanlah wafatnya seorang manusia biasa, ini adalah wafatnya makhluk terbaik
ciptaan Allah. Bahkan para sahabat tidak tahan berpisah dengannya bahkan sedetik pun,
seseorang yang lebih mereka cintai daripada diri mereka, keluarga, anak-anak mereka, dan
segalanya.
Seorang sahabat pernah berkata Ya Rasulullah S.A.W., ayahku berpihak pada musuh, dia
mencelamu, aku tidak dapat menoleransi ini, sehingga aku memenggal kepalanya dari
tubuhnya.
Sahabat kedua datang pada waktu berjihad dengan membawa anaknya dalam balutan kain,
Ya Rasulullah, aku tahu dia adalah putraku, dia tidak dapat berperang, aku tahu dia tidak
dapat berjihad, aku tahu dia tidak dapat memegang pedang, tapi ya Rasulullah, ambillah
putraku ini dan gunakan dia sebagai tameng, kapanpun orang-orang kafir datang dari kanan,
maka gunakan dia sebagai tameng, kapanpun orang-orang kafir datang dari kiri, maka
gunakan

dia

sebagai

tameng.

Sahabat ketiga datang dan dia berdiri melindungi Rasulullah S.A.W. ketika orang-orang kafir
menyerang Rasulullah S.A.W., sahabat ini yang menahan panah dan tebasan pedang dengan
dadanya.
Sahabat keempat datang dan berkata Ya Rasulullah S.A.W. kau lebih kusayangi daripada
jiwaku, kau lebih kusayangi daripada keluarga dan anak-anakku, ketika aku berada di rumah
dan memikirkanmu, maka aku menjadi gelisah sampai aku datang dan melihatmu, aku tahu
suatu hari kau akan wafat, dan aku juga akan wafat. Ketika kau wafat, karena derajatmu yang
mulia, maka kau akan bersama para anbiyya. Ya Rasulullah, apa yang akan terjadi dengan
diriku, karena ketika aku masuk surga maka aku tidak akan bisa melihatmu. Ya Rasulullah,
hanya

karena

memikirkan

perpisahan

ini

membuatku

begitu

sedih.

Ketika Rasulullah S.A.W. meludah, mereka akan berlomba-lomba ke tanah bekasnya dan
mereka

akan

membasuhkan

tanah

itu

ke

tubuh

dan

wajah

mereka.

Seperti yang diriwayatkan bahwa tidak pernah ada seorang budak yang begitu setia pada
tuannya, bagaikan setianya para sahabat kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dan camkan ini,
bagaimana menurut kalian yang dirasakan para sahabat ketika Nabi Muhammad S.A.W.
wafat?
Inilah mengapa ketika kita membaca kitab hadist dan sirah, kita tahu bahwa sampai-sampai
Ustman R.A. tidak bergerak, dia tidak sadar apa yang terjadi ketika Rasulullah S.A.W. wafat,
Ali R.A. jatuh pingsan, seorang sahabat yang merupakan orang Badui menengadahkan
tangannya dan berdoa Ya Allah, mata ini sehingga aku bisa melihat rasul-Mu yang
dirahmati, telinga ini sehingga aku bisa mendengar suaranya yang dirahmati, tapi sekarang
dia tak ada lagi, jadi apa gunanya mata dan telinga ini? Doanya dikabulkan sehingga sejak
saat

itu

dia

menjadi

buta.

Seorang sahabat berkata Andai saja kita tidak perlu melihat hari ini, anda saja kita telah
wafat

sebelum

hari

ini.

Inilah situasi umumnya bagi umat Muslim. Sekarang lihatlah situasinya untuk Abu Bakar
R.A. Ketika ini terjadi, hati para sahabat hancur, mereka sangat bersedih dan berputus asa.
Abu Bakar datang. Ini hari terakhir kehidupan Rasulullah S.A.W. Nabi Muhammad S.A.W.
menyuruhnya untuk mengimami shalat. Dia mengimami orang-orang beriman dalam shalat.
Kemudian dia datang dan meminta izin kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dia pergi pulang ke
rumahnya sebentar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kemudian ketika dia kembali,
dia mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat. Air matanya mengalir dan
kata-kata yang meluncur dari bibirnya adalah Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun (kita adalah
milik

Allah

dan

kepada

Allah

kita

akan

kembali).

Dia bergegas dan akhirnya tersadar bahwa berita ini telah membuat para sahabat hancur
sampai-sampai sahabat terkuat, yaitu Umar bin Khatab R.A., dia berdiri dengan
menggenggam sebuah pedang di tangannya dan berkatacPara kafir berkata bahwa Nabi
Muhammad S.A.W. telah wafat, Demi Allah dia belum meninggal. Dia belum kembali
menemui Tuhannya. Demi Allah, jika siapapun mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah
meninggal,

maka

aku

akan

memenggal

kepala

mereka.

Jika bahkan Umar R.A. hancur, maka menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat yang
memiliki hati lembut dan sahabat-sahabat yang lemah? Jika dalam situasi seperti ini Abu
Bakar hancur, maka dapat dimaklumi karena dia orang yang paling dicintai Nabi Muhammad
S.A.W.
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. ditanya Siapa orang yang paling kau cintai? Jawabannya
adalah Aku paling mencintai Abu Bakar.

Dia paling mencintai Nabi Muhammad S.A.W.

Dialah orang yang bersama Nabi Muhammad S.A.W. sejak masa kecil.

Dialah orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Dialah satu-satunya yang menerima dan beriman ketika orang-orang mencelanya.

Dialah satu-satunya orang yang rumahnya selalu dikunjungi Nabi Muhammad S.A.W.
setiap pagi dan sore.

Dialah orang yang sering dimintai pendapat oleh Nabi Muhammad S.A.W.

Dialah orang yang paling sering bersama Nabi Muhammad S.A.W. dalam setiap
momen,

Dia bersama Nabi Muhammad dalam perang Uhud, Badar, Khandaq, dan perangperang lainnya.
Jadi dalam situasi seperti ini, jika Abu Bakar R.A. hancur maka dapat dimaklumi. Tapi
lihatlah bagaimana Abu Bakar R.A. Dia datang dan meminta izin kepada istri Rasulullah
(Aisyah R.A.). Dia memasuki rumahnya dan Nabi Muhammad S.A.W. berbaring di sudut
ruangan dengan diselubungi kafan. Dia datang dan membuka kafannya, dia berlutut dan
mencium wajah Nabi Muhammad S.A.W. yang dirahmati dan air matanya mengalir.
Kemudian dia berkata Umar bin Khatab salah. Nabi Muhammad S.A.W. telah meninggalkan
dunia,

dia

telah

meninggal.

Ya

Rasulullah,

Allah

merahmatimu.

Ketika melihat situasi yang sulit menimpa para sahabat dan umat Muslim, dia pergi dan
menuju masjid untuk berceramah dan menguatkan umat Muslim, menasihati mereka, dan
menyemangati

mereka

kembali.

Dia berkata Wahai sahabat-sahabatku, Nabi Muhammad S.A.W. telah memberitahu kalian
bahwa dia akan pergi meninggalkan dunia ini. Allah telah berfirman pada kalian ketika Nabi
Muhammad S.A.W. masih hidup. Allah juga telah berfirman bahwa kalian juga akan mati.

Bukankah Allah S.W.T. telah berfirman: Segalanya akan merasakan akhir, hanya Tuhanmu
yang tetap hidup. Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Wahai orang-orang yang
menyembah Allah. Allah Yang Maha Kuasa tetap hidup dan tak pernah mati. Rasulullah
S.A.W. sudah wafat, takutlah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan berpegang teguhlah kepada
Islam.
Baru setelah ceramah inilah para sahabat R.A. mulai bisa mengatasi kesedihan mereka,
bahkan ketika Abu Bakar membacakan ayat-ayat Al-Quran, Umar R.A. berkata Seakanakan

ayat

Al-Qur'an

ini

belum

diwahyukan

sebelum

ini.

Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan sebuah doa. Saya berdoa kepada Allah S.W.T.
semoga Dia memberikan kita taufiq untuk mencintai Islam, untuk mencintai Nabi
Muhammad S.A.W., untuk mencintai Allah S.W.T., untuk mencintai para salafush sholihin,
mengikuti jalan para salaf, semoga kita selalu semangat untuk berkorban, berkomitmen, dan
mengabdikan diri kepada Islam seperti yang mereka lakukan. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai