MATA KULIAH
MANAJEMEN KEUANGAN
Dosen Pengampu : Prof. Dr.Hadri Kusuma, MBA
Oleh :
Sumartono
Bambang Murdadi;Value Aded Vol.8 No.2 Maret 2012-Agustus 2012,Fak.Ekonomi Universitas Muhamadiyah
Semarang.
2
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi UII
ancaman
krisis,
menghilangkan
penyalahgunaan kekuasaan, dan mencari
efisiensi di sektor perbankan dan Jasa keuangan
lainnya. Namun demikian, perlu dipahami
bahwa sesungguhnya pembentukan lembaga
sejenis OJK ini sudah banyak dipraktekkan di
Negara lain, dan berbagai studi dan riset
perbandingan
menunjukkan
bahwa
:
pembentukan OJK tidak membawa dampak
signifikan terhadap kehidupan perbankan dan
Jasa keuangan lainnya. Mengapa Negaranegara yang telah membentuk OJK justru
membubarkannya (Murdadi:36).
Dari beberapa kenyataan yang terjadi
di berbagai negara yang dipaparkan dalam
jurnal (Murdadi:37-38), dapat disimpulkan
bahwa pembentukan lembaga sejenis OJK blm
sepenuhnya efektif, malah akan menjadi kritik
bermasalah dalam keindependensian lembaga
tersebut. Maka harus terjadi koordinasi yang
baik serta Good Corporate Governance dalam
dunia Perbankan dan Jasa Keuangan lainnya.
Terdapat empat komponen utama yang
diperlukan dalam konsep Good Corporate
Governance, yaitu fairness, transparency,
accountability, dan responsibility. Keempat
komponen tersebut penting karena penerapan
prinsip Good Corporate Governance secara
konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas
dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas
rekayasa kinerja entitas. Yang mengakibatkan
rendahnya kualitas yang dihasilkan terhadap
laporan fundamental suatu entitas. Dari
berbagai hasil penelitian lembaga independen
menunjukkan bahwa pelaksanan Corporate
Governance di Indonesia masih sangat rendah.
OJK yang sudah terbentuk merupakan
amanah dari UU Nomor 21 Tahun 2011 OJK,
dan harus dikaji ulang terkait dengan lembaga
yang baru dengan fungsi pengawasannya, maka
OJK diharapkan prioritas fokus terhadap
penerapan good corporate Governane bagi
OJK sendiri maupun lembaga yang diawasinya.
Sesuai dengan UU No 21 tahun 2011
tentang OJK pasal 34 (b) ditetapkan bahwa;
Anggaran OJK bersumber dari APBN
dan/atau
pungutan
dari
pihak
yang
melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan, ini
5.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
industrikeuangan.html.05Maret 2013
(16:32).
Kasmir. 2008. Bank dan lembaga keuangan
lainnya.Rajawali Press. Jakarta
Murdadi, B. 2012. Otorisasi Jasa Keuangan
(OJK) Pengawas Keuangan yang Baru
yang Memilki Kewenangan Penyidikan.
Jurnal Value Aded FE UMS 8 (2): 32-46.
Rahyani, W, S. 2012.Indenpedensi Otoritas
Jasa Keuangan dalam Perpektif UndangUndang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan.Jurnal Legislasi
9 (3) : 361-372.
Sitompul, Z. 2012. Konsepsi dan Transformasi
Otorisasi Jasa Keuangan.Jurnal Legislasi
Indonesia 9 (3):343-360.
Soetiyono, K.S. 2013. OJK Akan Menindak
Lanjuti semua Pengaduan Masyarakat,
Kecuali
Pengaduan
Mengenai
Perbankan yang akan di Teruskan ke BI
Karena saat ini Pengawasan Perbankan
Masih Ada di BI. Edukasi Konsumen.
Agustus. Halaman 17. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2003 Bank Indonesia. 15 Januari
2004. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 7. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2011 Otoritas Jasa Keuangan.
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 5253. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1995 Pasar Modal. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 3608. Jakarta.
Wiriadinata, W. (2012).Masalah Penyidik
dalam Tindak Pidana Keuangan di
Indonesia.Jurnal Legislasi 9 (3) : 395412.