puskesmas
adalah
mengembangkan
pelayanan
kesehatan
yang
diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi
3. Bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam
mendukung penyembuhan pasien.
4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menangani
hipertensi.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan penyebabnya
serta
menerapkan
prinsip-prinsip
pelayanan
kedokteran
secara
komprehensif dan holistik dan peran aktif dari pasien dan keluarga.
2. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community
medicine.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. 1
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg.2
Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat I, dan derajat II.1
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
KlasifikasiTekanan Darah
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
TDS (mmHg)
< 120
120 139
140 159
>160
TDD (mmHg)
< 80
80 89
90 99
>100
Epidemiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun
Negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization
(WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk
pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025
jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2%.1,2
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi
26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat
lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data
Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010.2
Etiologi
Pada 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi
esensial) yang sebabnya tidak diketahui yang ditingkatkan oleh gaya hidup yang
kurang aktif, merokok, berat badan berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alcohol dan
stress.1 Pada 5-10% orang (hipertensi sekunder) mempunyai penyakit lain yang
mendasari menyebabkan tingginya tekanan darah dan memerlukan pengobatan
segera.2
Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang
dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :
Merokok
Kurang aktivitas fisik
Kelebihan berat badan
Diet tinggi lemak
Asupan garam berlebih
Konsumsi alcohol berlebih
Faktor Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :
Riwayat keluarga dengan hipertensi
Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanita
Etnik / suku bangsa
Patofisiologi
Pengaturan Tekanan Darah
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu
- Curah jantung
Hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi
sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard.
- Resistensi vascular
Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas
dinding pembuluh darah dan viskositas darah.
Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem
saraf simpatis dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan
faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh
darah.3
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah
dengan :
- Meningkatkan frekuensi denyut jantung,
- Memperkuat kontraktilitas miokard
- Meningkatkan resistensi pembuluh darah
Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan
:
Menurunkan frekuensi denyut jantung.
disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik,
dan vasodilator yang cenderung menurunkan tekanan darah.3
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus,
melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan
faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan
atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya
aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia,
disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme
hipertensi.4,5
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja
dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem
endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi
dan regulasi sistem renin angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama
oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan,
natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh
darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah4
Tanda dan Gejala
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala
yang timbul dapat berbeda-beda.
Komplikasi
Penyakit Jantung Hipertensi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai
akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini
ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk,
dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi
dan payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan penyaki tarterial koroner
yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard.
Penyakit Arteri Koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada percabangan
arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada
arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen
maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat
pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk
menegakan
diagnosis
hipertensi
perlu
dilakukan
pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah
<160/100mmHg.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi :
- Hematologi lengkap
- Gula darah
- Profil lemak
- Fungsi ginjal : Urea N, kreatinin, asam urat, albumin urin kuantitatif
- Gangguan elektrolit : Natrium, kalium
- hsCRP
- EKG
Diagnosa Hipertensi
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama
5 menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi,
terapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan 1x pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama tinggi, maka dapat diukur kembali dan
kemudian diukur sebanyak 2x dengan jarak 1 minggu untuk meyakinkan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kunjungan Rumah
Puskesmas
: Puskesmas Grogol I
Nomor register : Tgl kunjungan rumah
: 25-07-2015
Identitas Pasien
a. Nama
: Sueb
b. Tempat & Tanggal Lahir : Tegal, 26 September 1940
c. Umur
: 74 tahun
d. Jenis Kelamin
: Laki-laki
e. Pekerjaan
: Pengangguran
f. Pendidikan
: SD
g. Alamat
: Jl. Makaliwe I no.26 RT 13/002, Grogol,
Jakarta Barat.
h. No telepon
: Tidak ada
No
1.
Nama dan
Hubungan
jenis kelamin
dgn KK
Tn. Sued
Kepala
Umur
74 th
Pendidikan
SD
Keluarga
2.
Siti
Anak
Sumiyati
pertama
Pekerjaan
Penjaga
Agama
Islam
Rumah
34 th
SD
Ibu
Keadaan
Status
kesehatan
Perkawin
Sedang
an
Duda
sakit
Islam
Sedang
Tida
Inga
Menikah
Sakit
rumah
Imunis
Tida
Inga
tangga
3.
4
Arifin
Indri
Alvianti
Menantu
Cucu
35 th
15 th
SMP
SMP
Pedagang
Pelajar
Islam
Islam
Baik
Baik
Menikah
Tida
Belum
Inga
Lengk
Menikah
Amanda
Cucu
5 th
TK
Pelajar
Islam
Baik
Ningsih
Siti
Anak
Nurhasana
ketiga
Iwan
Menantu
33 th
SD
Ibu rumah
Islam
tangga
34 th
SMP
Kuli
Sedang
Menikah
Sakit
Islam
Baik
Muhammad
Cucu
14 th
SMP
Pelajar
Menikah
10
Islam
Baik
Siti
Anak
Sugiharyati
kelima
Kresno
Menantu
Dinah
31 th
SD
Ibu rumah
Islam
tangga
33 th
SD
Supir
Sedang
Ningsih
Mipta
Islam
Sedang
Tohid
Lengk
Cucu
4 th
Islam
Baik
Tida
Inga
Menikah
Sakit
Tida
Inga
Belum
Lengk
menikah
Cucu
3 th
Islam
Baik
Belum
lengk
menikah
Hudin
13
Menikah
Sakit
Kusuma
12
Belum
Menikah
Wibowo
11
Tida
Inga
Yusuf
9
Tida
Inga
Bangunan
Lengk
Menikah
Rusma
6
Belum
Cucu
2 th
Islam
Baik
Rodan
Tingkat Ekonomi
Baik Kebutuhan sehari-hari pasien terpenuhi
Status Imunisasi Dasar Pasien
Tidak Ingat, pasien tidak ingat imunisasi apa saja yang sudah pernah
diberikan.
Status Imunisasi Keluarga
Untuk Imunisasi Keluarga, pasien tidak ingat. Tetapi cucu-cucu pasien sudah
imunisasi lengkap
Status Gizi Keluarga
Belum
menikah
Lengk
Pengambilan keputusa n
: 1 keluarga
Ketergantungan obat
: Amlodipine
: Kurang
Pencahayaan kamar mandi kurang terang, dan kurang bersih. Lantai kamar
dari keramik, dan terlihat tidak terawatt. Tembok kamar mandi dari semen,
dan terdapat banyak bercak. Didalam kamar mandi, alat-alat mandi lengkap.
Tetapi sikat gigi diletakan diluar ruangan. Bak mandi tertutup.
Tipe kakus dan system pembuangan
Pasien memiliki wc pribadi yang lengkap dengan system pembuangan yang
baik.
Keadaan wc
Tergabung dengan kamar mandi
Sumber air sehari hari
Air tanah
Sumber air minum
Keluarga pasien mengkonsumsi air kemasan, tetapi kadang kala meminum air
tanah yang sudah dimasak.
Kebersihan tempat penyimpanan air minum
Air yang sudah dimasak, diletakan di ceret. Minuman dari kemasan berbentuk
gelas.
Tempat sampah didalam rumah
Tidak terdapat tempat sampah didalam rumah. Pasien dan keluarga secara
langsung membuang sampah ke luar rumah.
Sumber pencahayaan dalam rumah
Lampu dan cahaya matahari
System pembuangan air limbah
Pembuangan limbah langsung menuju selokan
: 160/100
: 120/90
: 36.50C
: 36.20C
Status gizi
Gizi pada keluarga bapak Sueb Baik
Pemeriksaan fisik :
Normal, tidak ada Kelainan yang ditemukan
Pemeriksaan hygiene
Baik
Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan
Pasien tidak melakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis pasien
Hipertensi derajat 2
Diagnosis banding
Penyakit Jantung Koroner
Diagnosis keluarga
Walau keluarga bapak Sueb, terlihat dalam kondisi sehat, bapak Sueb
menderita Hipertensi derajat 2 dan anak-anaknya ada yang menderita
prahipertensi dan hipertensi derajat 1. Tetapi cucu bapak Sueb tidak menderita
hipertensi.
Pola hidup sehat, istirahat cukup, kurangi asupan garam dan makanan yang digoreng,
rutin berolahraga, disertai rutin konsumsi obat antihipertensi agar terhindar dari risiko
kerusakan organ, terutama penyakit jantung.
ke Puskesmas secara teratur, dan didukung dengan pola hidup sehat yang baik maka
prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam).
b. Keluarga
Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga pasien serta keluarga yang
sangat mendukung kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang sehat
jasmani dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien maupun keluarganya
c. Masyarakat
Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena hipertensi yang diderita pasien tidak
menular, maka prognosisnya ad bonam.
Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan
lingkungan
Karena Hipertensi yang diturunkan dari keluarga, dengan berbagai factor resiko
yang ada maka hipertensi tersebut dapat dialami oleh pasien. Selain itu dilihat dari
factor lingkungan dirumah, dimana kita ketahui bahwa dalam satu rumah yang sempit
terlalu banyak anggota keluarganya, hal tersebut bisa menjadi pencetus timbulnya
pikiran yang bisa mempengaruhi tekanan darah pasien
Strategi intervensi mahasiswa ke pasien dan keluarga
Preventif
a. Rehabilitasi fisik (contohnya fisioterapi dan terapi wicara untuk stroke, dll)
jika terdapat gangguan/keterbatasan fisik akibat penyakit hipertensi.
b. Rehabilitasi mental dari penderita hipertensi, sehingga penderita tidak
merasa minder dengan orang atau masyarakat yang ada di sekitarnya karena
memiliki penyakit hipertensi.
c. Rehabilitasi sosial bagi penderita hipertensi, sehingga tetap dapat melakukan
kegiatan di lingkungan sekitar bersama teman atau masyarakat lainnya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kunjungan ke rumah penduduk yang dilakukan pada hari Jumat, 24 July 2015,
dengan pasien Bapak Sueb. Diagnosis kerja ialah hipertensi. Pasien telah
mendapatkan pengobatan yang teratur dari upaya kesehatan Puskesmas. Karena itu,
perlu juga peninjauan pasien dari sisi keluarga dan lingkungan sekitar dalam
menentukan prognosis pasien ini.
Dalam mengatasi penyakit yang terjadi dalam masyarakat diperlukan tindakan
yang holostik, berkesinambungan, dan terpadu dengan menggunakan cara promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Diharapkan dengan cara tersebut dapat
mengurangi angka kesakitan dan kematian serta dapat meningkatkan kesehatan
dalam masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.
2. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi
Dengan Modifikasi Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.
3. Nafrialdi. Antihipertensi dalam Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, 2008
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan
Penyakit Hipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I. , 2006.
5. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Ringkasan Eksklusif Penaggulangan
Hipertensi. Jakarta : InaSH, 2007.
6. Prodia. Pemeriksaan laboratorium untuk penyandang hipertensi. Diunduh dari
http://prodia.co.id/tips-kesehatan/pemeriksaan-laboratorium-untukpenyandang-hipertensi . 29 July 2015.