Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus Hipertensi Pada Pasien Lansia

Ida Bagus Indrayana


FF 49
10.2009.119
appucrawler@yahoo.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada
paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan
dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri).
Fungsi

puskesmas

adalah

mengembangkan

pelayanan

kesehatan

yang

menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat


menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang
harus dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan
kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya
promosi dan pencegahan (public health service). Fungsi puskesmas menurut
keputusan menteri kesehatan republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004,
adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu masalah
kesehatan utama, di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer
karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang
ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer meliputi
kurang lebih 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Sekitar 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat

diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi
3. Bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam
mendukung penyembuhan pasien.
4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menangani
hipertensi.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan penyebabnya
serta

menerapkan

prinsip-prinsip

pelayanan

kedokteran

secara

komprehensif dan holistik dan peran aktif dari pasien dan keluarga.
2. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community
medicine.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. 1
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg.2
Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi

tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat I, dan derajat II.1
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
KlasifikasiTekanan Darah
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2

TDS (mmHg)
< 120
120 139
140 159
>160

TDD (mmHg)
< 80
80 89
90 99
>100

Epidemiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun
Negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization
(WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk
pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025
jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2%.1,2
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi
26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat
lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data
Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010.2
Etiologi
Pada 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi
esensial) yang sebabnya tidak diketahui yang ditingkatkan oleh gaya hidup yang
kurang aktif, merokok, berat badan berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alcohol dan
stress.1 Pada 5-10% orang (hipertensi sekunder) mempunyai penyakit lain yang
mendasari menyebabkan tingginya tekanan darah dan memerlukan pengobatan
segera.2
Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang
dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :

Merokok
Kurang aktivitas fisik
Kelebihan berat badan
Diet tinggi lemak
Asupan garam berlebih
Konsumsi alcohol berlebih
Faktor Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :
Riwayat keluarga dengan hipertensi
Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanita
Etnik / suku bangsa
Patofisiologi
Pengaturan Tekanan Darah
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu
- Curah jantung

Hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi
sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard.
- Resistensi vascular

Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas
dinding pembuluh darah dan viskositas darah.
Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem
saraf simpatis dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan
faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh
darah.3
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah
dengan :
- Meningkatkan frekuensi denyut jantung,
- Memperkuat kontraktilitas miokard
- Meningkatkan resistensi pembuluh darah

Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan
:
Menurunkan frekuensi denyut jantung.

SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan


perangsangan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal
sehingga meningkatkan volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem
simpatis dan SRAA yang saling memperkuat efek masing-masing.3
Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang
sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti :
- Endotelin, tromboksan, A2 dan angiotensin II lokal, dan sebagian

lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor


yang dikenal dengan nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PG12).
Selain itu

jantung, terutama atrium kanan memproduksi hormone yang

disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik,
dan vasodilator yang cenderung menurunkan tekanan darah.3
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus,
melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan
faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan
atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya
aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia,
disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme
hipertensi.4,5
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja
dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem
endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi
dan regulasi sistem renin angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama
oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan,
natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh
darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah4
Tanda dan Gejala
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala
yang timbul dapat berbeda-beda.

Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul


gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan
jantung (Julius, 2008). Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun, dan berupa :
Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
1,4

Komplikasi
Penyakit Jantung Hipertensi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai
akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini
ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk,
dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi
dan payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan penyaki tarterial koroner
yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard.
Penyakit Arteri Koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada percabangan
arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada
arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen
maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat
pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk

menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yangberakibat terjadinya penyakit


arteri koronaria.
Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke
kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh
karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan.
mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksiaorta).Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau
tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.5,6
Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat
sphygomanometer. Untuk

menegakan

diagnosis

hipertensi

perlu

dilakukan

pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah
<160/100mmHg.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi :
- Hematologi lengkap
- Gula darah
- Profil lemak
- Fungsi ginjal : Urea N, kreatinin, asam urat, albumin urin kuantitatif
- Gangguan elektrolit : Natrium, kalium
- hsCRP
- EKG
Diagnosa Hipertensi
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama
5 menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi,
terapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan 1x pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama tinggi, maka dapat diukur kembali dan
kemudian diukur sebanyak 2x dengan jarak 1 minggu untuk meyakinkan

adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya


tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya
hipertensi.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kunjungan Rumah
Puskesmas
: Puskesmas Grogol I
Nomor register : Tgl kunjungan rumah

: 25-07-2015

Data riwayat keluarga

Identitas Pasien
a. Nama
: Sueb
b. Tempat & Tanggal Lahir : Tegal, 26 September 1940
c. Umur
: 74 tahun
d. Jenis Kelamin
: Laki-laki
e. Pekerjaan
: Pengangguran
f. Pendidikan
: SD
g. Alamat
: Jl. Makaliwe I no.26 RT 13/002, Grogol,
Jakarta Barat.
h. No telepon

: Tidak ada

Daftar Anggota Keluarga dan Bukan Keluarga Yang Tinggal Serumah

No
1.

Nama dan

Hubungan

jenis kelamin

dgn KK

Tn. Sued

Kepala

Umur

74 th

Pendidikan

SD

Keluarga

2.

Siti

Anak

Sumiyati

pertama

Pekerjaan

Penjaga

Agama

Islam

Rumah

34 th

SD

Ibu

Keadaan

Status

kesehatan

Perkawin

Sedang

an
Duda

sakit
Islam

Sedang

Tida

Inga
Menikah

Sakit

rumah

Imunis

Tida

Inga

tangga
3.
4

Arifin
Indri
Alvianti

Menantu
Cucu

35 th
15 th

SMP
SMP

Pedagang
Pelajar

Islam

Islam

Baik

Baik

Menikah

Tida

Belum

Inga
Lengk

Menikah

Amanda

Cucu

5 th

TK

Pelajar

Islam

Baik

Ningsih
Siti

Anak

Nurhasana

ketiga

Iwan

Menantu

33 th

SD

Ibu rumah

Islam

tangga

34 th

SMP

Kuli

Sedang

Menikah

Sakit
Islam

Baik

Muhammad

Cucu

14 th

SMP

Pelajar

Menikah

10

Islam

Baik

Siti

Anak

Sugiharyati

kelima

Kresno

Menantu

Dinah

31 th

SD

Ibu rumah

Islam

tangga

33 th

SD

Supir

Sedang

Ningsih
Mipta

Islam

Sedang

Tohid

Lengk

Cucu

4 th

Islam

Baik

Tida

Inga
Menikah

Sakit

Tida

Inga
Belum

Lengk

menikah

Cucu

3 th

Islam

Baik

Belum

lengk

menikah

Hudin
13

Menikah

Sakit

Kusuma
12

Belum
Menikah

Wibowo
11

Tida

Inga

Yusuf
9

Tida

Inga

Bangunan

Lengk

Menikah

Rusma
6

Belum

Cucu

2 th

Islam

Baik

Rodan

Tingkat Ekonomi
Baik Kebutuhan sehari-hari pasien terpenuhi
Status Imunisasi Dasar Pasien
Tidak Ingat, pasien tidak ingat imunisasi apa saja yang sudah pernah
diberikan.
Status Imunisasi Keluarga
Untuk Imunisasi Keluarga, pasien tidak ingat. Tetapi cucu-cucu pasien sudah
imunisasi lengkap
Status Gizi Keluarga

Belum
menikah

Lengk

Keluarga sehat, mengkonsumsi makanan 3x1 sehari dengan makanan pokok


yang terpenuhi
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan :
Pasien menggunakan BPJS ( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial )
Anamnesis
Keluhan utama pasien
Pasien datang dengan keluhan sering sakit kepala
Riwayat peyakit sekarang
Sakit kepala, nyeri pada lutut pada saat bangun pagi tapi membaik pada saat
sudah berjalan
Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit
sekarang
Tidak ada
Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang
Pasien mengingat orang tuanya juga menderita hipertensi
Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang
Tidak ada
Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan sekarang
Dulu pernah batuk-batuk selama 3 minggu
Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien
sekarang
Pasien mengingat orang tuanya juga menderita penyakit hipertensi
Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang

Istri pasien meninggal akibat gagal ginjal


Perilaku sosial pasien dan keluarga
Merokok
Pasien sudah lama tidak merokok semenjak sering batuk-batuk, anak-anak
tidak ada yang merokok, sedangkan menantu merokok tapi tidak merokok
didalam rumah
Minum yang mengandung alcohol
Pasien tidak ada mengkonsumsi minuman yang mengandung alcohol, begitu
pula dengan anak dan menantu
Pola Jajan
Pasien jarang jajan, tetapi cucu pasien sering jajan yang lewat didepan rumah
dan jajanan makanan warung
Pola Makan
Pasien teratur makan 3x1 sehari dengan makanan pokok yang cukup lengkap
Pola Penyimpanan atau memasak makanan
Keluarga pasien selalu menghabiskan makanan dan tidak pernah menyimpan
makanan. Keluarga pasien memasak menggunakan gas, dan minyak memasak
biasanya diganti setelah digunakan 4 kali memasak.

Pola Minuman sehari-hari


Pasien sering mengkonsumsi air mineral kemasan, tetapi kadang-kadang
mengkonsumsi air tanah yang sudah dimasak.
Olahraga
Pasien berolahraga teratur pada pagi hari. Setiap pagi, sehabis sholat subuh,
pasien jalan pagi sekitar rumah.
Kebersihan hygiene

Pasien menjaga kebersihan, begitu juga dengan anaknya, tetapi cucu-cucu


pasien kurang menjaga kesehatan
Rekreasi
Pasien jarang melakukan rekreasi, lebih banyak menghabiskan waktu
dilingkungan rumah, begitu pula dengan anaknya.
Ibadah
Pasien rajin beribadah begitu pula dengan anak dan cucunya
Pola membersihkan rumah/lingkungan
Dikarenakan rumah pasien ada pohon jambu yang tergabung didalam
rumahnya, keluarga pasien sering membersihkan daun-daun yang rontok,
tetapi ada debu-debu didalam rumah yang diakibatkan rumah pasien berada
persis didepan jalan. Lingkungan rumah pasien juga berdebu.
Pola pengobatan
Jika pasien dan keluarganya merasa kurang sehat mereka biasa langsung ke
puskesmas.
Pola hubungan social
Pasien dan keluarga memliki hubungan social yang baik dan dekat dengan
tetangga dan orang-orang dilingkungan rumahnya.
Pola aktifitas kemasyarakatan
Baik, pasien sering ikut kegiatan siskamling
Pola kunjungan ke pos yandu
Pasien tidak mengunjungi posyandu, tetapi anak pasien sering membawa
cucu-cucunya k epos yandu untuk pemeriksaan.

Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi


penyakit dalam keluarga
Kebiasaan buruk

: Jajan makanan sembarangan

Pengambilan keputusa n

: 1 keluarga

Ketergantungan obat

: Amlodipine

Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas


Pola rekreasi

: Kurang

Adat istiadat/social budaya yang mempengaruhi


Keluarga Bapak Sueb berasal dari Jawa, sehingga bila kurang merasa kurang enak
badan, pegal-pegal keluarga bapak Sueb mengkonsumsi jamu
Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat
menimbulkan penyakit dikemudian hari
Kebersihan rumah
Kurang bersih, ruang tengah pasien terbuka sehingga banyak debu dari luar
yang masuk kedalam
Vector penyakit
Banyak nyamuk dan lingkungan rumah yang berdebu
Keadaan udara/polusi dalam rumah
Kurang, udara didalam rumah kurang tersikulasi dengan baik, karena kamar
tidak ada jendela.
Luas rumah/bangunan
3 m2 x 12 m2
Luas tanah
36 m2
Jumlah orang yang tinggal dalam rumah
13 orang
Luas kamar pasien atau yang sakit
3 m2 x 4 m2

Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit


4 orang
Jenis lantai
Semen
Jenis tembok
Beton
Jenis atap
Seng
Perbandingan ventilasi rumah
Ruang tengah pasien terbuka, sehingga udara dan cahaya masuk dengan
mudah.
Perbandingan ventilasi kamar
Pada kamar depan, hanya terdapat 1 jendela, sedangkan pada kamar bagian
belakang, tidak ada ventilasi.
Keadaan dapur dan kebersihan
Kondisi dapur kurang bersih, dan kurang adanya ventilasi, pada dapur. Dapur
terletak diruang depan sehingga berdebu.
Tempat penyimpanan makanan
Tidak terdapat tempat penyimpanan makanan, dikarenakan setiap makan,
makanan selalu habis.
Tempat penyimpanan alat makan
Penyimpanan alat makan terdapat pada ruang dapur.
Tempat cuci tangan
Menggunakan air dari bak kamar mandi. Tetapi tidak ada lap handuk untuk
mengeringkan tangan

Keadaan kamar mandi

Pencahayaan kamar mandi kurang terang, dan kurang bersih. Lantai kamar
dari keramik, dan terlihat tidak terawatt. Tembok kamar mandi dari semen,
dan terdapat banyak bercak. Didalam kamar mandi, alat-alat mandi lengkap.
Tetapi sikat gigi diletakan diluar ruangan. Bak mandi tertutup.
Tipe kakus dan system pembuangan
Pasien memiliki wc pribadi yang lengkap dengan system pembuangan yang
baik.
Keadaan wc
Tergabung dengan kamar mandi
Sumber air sehari hari
Air tanah
Sumber air minum
Keluarga pasien mengkonsumsi air kemasan, tetapi kadang kala meminum air
tanah yang sudah dimasak.
Kebersihan tempat penyimpanan air minum
Air yang sudah dimasak, diletakan di ceret. Minuman dari kemasan berbentuk
gelas.
Tempat sampah didalam rumah
Tidak terdapat tempat sampah didalam rumah. Pasien dan keluarga secara
langsung membuang sampah ke luar rumah.
Sumber pencahayaan dalam rumah
Lampu dan cahaya matahari
System pembuangan air limbah
Pembuangan limbah langsung menuju selokan

Kebersihan sekitar rumah


Kurang bersih, dikarenakan ada ayam milik tetangga yang dilepas.
Tempat sampah di luar rumah

Terdapat tempat pembuangan sampah diluar


Keadaan udara/polusi luar rumah
Udara kurang baik untuk kesehatan, banyak debu disekitar rumah, dan bau
dari pembuangan limbah tercium
Keadaan perkarangan
Tidak ada perkarangan rumah
Status upaya pencegahan penyakit dalam keluarga yang dilakukan oleh
keluarga
Menjaga makanan yang dikonsumsi sehari-hari
Mengingatkan untuk selalu teratur berolahraga
Tidak melakukan aktivitas yang berat
Pemeriksaan kesehatan pasien dan keluarga oleh mahasiswa
Keadaan umum : Compos mentis
Tanda vital :
a. Tekanan darah : - Bapak Sueb

: 160/100

-Ny Siti Sumiyati : 130/90


- Indri Alvianti

: 120/90

- Siti Nurhasana : 140/90


- Muhammad Yusuf : 120/90
- Siti Sugiharyati : 130/80
- Kresno Wibowo : 145/95
b. b. Suhu Tubuh : - Bapak Sueb

: 36.50C

-Ny Siti Sumiyati : 36.70C


- Indri Alvianti

: 36.20C

- Siti Nurhasana : 36.50C


- Muhammad Yusuf : 360C

- Siti Sugiharyati : 36.40C


- Kresno Wibowo : 36.70C

Status gizi
Gizi pada keluarga bapak Sueb Baik
Pemeriksaan fisik :
Normal, tidak ada Kelainan yang ditemukan
Pemeriksaan hygiene
Baik
Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan
Pasien tidak melakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis pasien
Hipertensi derajat 2
Diagnosis banding
Penyakit Jantung Koroner
Diagnosis keluarga
Walau keluarga bapak Sueb, terlihat dalam kondisi sehat, bapak Sueb
menderita Hipertensi derajat 2 dan anak-anaknya ada yang menderita
prahipertensi dan hipertensi derajat 1. Tetapi cucu bapak Sueb tidak menderita
hipertensi.

Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga mulai tingkat


pelayanan primer hingga rujukan

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat dianggap sebagai
strategi untuk mengurangi kesakitan (insiden).
Termasuk disini ialah:
Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan, dimana kegiatan ini diharapkan dapat
mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan
faktor resiko penyakit Hipertensi. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan
penyakit Hipertensi, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan
gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah,
penyuluhan bahaya rokok.
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Upaya penanggulangan Hipertensi dilakukan dengan upaya pengobatan sedini
mungkin.
Pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien hipertensi antara lain:
Hipertensi tanpa komplikasi: Diuretik, Beta bloker, penghambat kanal
kalsium.
Indikasi tertentu: Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa
bloker, beta bloker, antagonis Ca, diuretik.
Indikasi yang sesuai:
a. Diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria: inhibitor ACE.
b. Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic.
c. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja
lama.
d. Infark miokard : beta bloker (non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi
sistolik).
Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada penderita Hipertensi agar tidak bertambah
parah dan mengakibatkan kematian.

Pola hidup sehat, istirahat cukup, kurangi asupan garam dan makanan yang digoreng,
rutin berolahraga, disertai rutin konsumsi obat antihipertensi agar terhindar dari risiko
kerusakan organ, terutama penyakit jantung.

1. Resume masalah kesehatan keluarga dan factor risikonya


Telah diperiksa pasien Laki-laki berusia 74 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan sakit kepala sejak 2 hari yang lalu. Sakit kepala dirasakan pasien membuat
tidak nyaman dalam beraktifitas. Pasien sudah menderita hipertensi sejak lama.
Sering kali sakit kepala timbul dikarenakan obat habis, sehingga harus memeriksakan
ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Prognosis penyakit pasien dan keluarga
a. Pasien
Bila pasien teratur meminum obat yang diberikan dan selalu memeriksa tekanan darahnya

ke Puskesmas secara teratur, dan didukung dengan pola hidup sehat yang baik maka
prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam).
b. Keluarga
Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga pasien serta keluarga yang
sangat mendukung kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang sehat
jasmani dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien maupun keluarganya
c. Masyarakat
Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena hipertensi yang diderita pasien tidak
menular, maka prognosisnya ad bonam.
Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan
lingkungan
Karena Hipertensi yang diturunkan dari keluarga, dengan berbagai factor resiko
yang ada maka hipertensi tersebut dapat dialami oleh pasien. Selain itu dilihat dari
factor lingkungan dirumah, dimana kita ketahui bahwa dalam satu rumah yang sempit
terlalu banyak anggota keluarganya, hal tersebut bisa menjadi pencetus timbulnya
pikiran yang bisa mempengaruhi tekanan darah pasien
Strategi intervensi mahasiswa ke pasien dan keluarga

1. Psikobiologi : menjelaskan kepada pasien bahwa dengan bertambahnya usia fungsi


organ tubuh akan semakin menurun. Sehingga kita harus lebih berhati hati dalam
memelihara kesehatan kita
2. Social : menjelaskan untuk tetap berhati hati dengan masyarakat yang tinggal
disekitar rumah pasien. Karena kita tidak mengetahui apakah ada sumber penyakit
yang mereka alami saat mereka berkomunikasi dengan kita.
3. Gaya hidup dan perilaku : menyarankan pemakaian masker ketika bekerja atau
berkomunikasi dengan orang sakit agar kita tida terpapar debu, virus, dan juga bakteri
yang ada dilingkungan sekitar kita.
4. Lingkungan rumah dan sekitar rumah : menyarankan penambahan ventilasiudara
di bagian kamar dan dapur. Dan menyarankan untuk lebih sering membersihkan
rumah.
5. Pelayanan kesehatan : mengajak para pelayan kesehatan untuk memberdayakan
kader agar bisa memberikan konseling kesehatan kepada masyarakat.
Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga oleh mahasiswa
Promotif

:Memberikan penyuluhan dan pengertian kepada pasien


tentang penyakit hipertensi, komplikasi penyakit, dan
pencegahan penyakit.

Preventif

:Hindari faktor- faktor resiko yang dapat meningkatkan


tekanan darah, menganjurkan pasien untuk diet sehat,
menjalankan pola hidup sehat,

dan berolahraga secara

teratur, serta rajin mengontrol tekanan darahnya.


Kuratif
a. Farmakologis:
- Obat antihipertensi kombinasi: Amlodipin dan Losartan
b. Non-farmakologis:
- Istirahat cukup
- Hindari stress, mengurangi asupan garam, meningkatkan konsumsi
buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak, rutin berolahraga
Rehabilitatif

a. Rehabilitasi fisik (contohnya fisioterapi dan terapi wicara untuk stroke, dll)
jika terdapat gangguan/keterbatasan fisik akibat penyakit hipertensi.
b. Rehabilitasi mental dari penderita hipertensi, sehingga penderita tidak
merasa minder dengan orang atau masyarakat yang ada di sekitarnya karena
memiliki penyakit hipertensi.
c. Rehabilitasi sosial bagi penderita hipertensi, sehingga tetap dapat melakukan
kegiatan di lingkungan sekitar bersama teman atau masyarakat lainnya.

Lampiran : foto-foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya


penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga

Gambar 1. Foto Bapak Sueb beserta keluarga didepan rumah

Gambar 2. Kondisi kamar Bapak Sueb

Gambar 3. Kondisi dapur Bapak Sueb

Gambar 4. Kondisi kamar mandi Bapak Sueb

Gambar 5. Kondisi tempat menjemur pakaian

Gambar 6. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi

Gambar 7. Kartu BPJS yang digunakan berobat

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kunjungan ke rumah penduduk yang dilakukan pada hari Jumat, 24 July 2015,
dengan pasien Bapak Sueb. Diagnosis kerja ialah hipertensi. Pasien telah
mendapatkan pengobatan yang teratur dari upaya kesehatan Puskesmas. Karena itu,
perlu juga peninjauan pasien dari sisi keluarga dan lingkungan sekitar dalam
menentukan prognosis pasien ini.
Dalam mengatasi penyakit yang terjadi dalam masyarakat diperlukan tindakan
yang holostik, berkesinambungan, dan terpadu dengan menggunakan cara promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Diharapkan dengan cara tersebut dapat
mengurangi angka kesakitan dan kematian serta dapat meningkatkan kesehatan
dalam masyarakat.

Daftar Pustaka
1. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.
2. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi
Dengan Modifikasi Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.
3. Nafrialdi. Antihipertensi dalam Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, 2008
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan
Penyakit Hipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I. , 2006.
5. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Ringkasan Eksklusif Penaggulangan
Hipertensi. Jakarta : InaSH, 2007.
6. Prodia. Pemeriksaan laboratorium untuk penyandang hipertensi. Diunduh dari
http://prodia.co.id/tips-kesehatan/pemeriksaan-laboratorium-untukpenyandang-hipertensi . 29 July 2015.

Anda mungkin juga menyukai