Anda di halaman 1dari 7

MANIFESTASI NEURO-OFTALMOLOGI PADA MENINGITIS

PENDAHULUAN
Meningitis adalah sebuah inflamasi dari membran pelindung yang menutupi otak dan medula
spinalis yang dikenal sebagai meningen1. Inflamasi dari meningen dapat disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri atau mikroorganisme lain 2. Klasifikasi meningitis dibuat berdasarkan
agen penyebabnya, yaitu meningitis bakterial, meningitis viral, meningitis jamur, meningitis
parasitik dan meningitis non infeksius 1,3.Meningitis dapat menimbulkan berbagai manifestasi
neuro oftalmologi.
MENINGITIS TUBERKULOSIS
A. Definisi
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau meningen yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meningitis tuberkulosis merupakan hasil dari
penyebaran hematogen dan limfogen bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi
primer pada paru.
B. Epidemiologi
Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas dan mortalitas
penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis TB terjadi setiap 300
kasus TB primer yang tidak diobati. Centers for Disease Control (CDC) melaporkan pada
tahun 1990 morbiditas meningitis TB 6,2% dari seluruh kasus TB ekstrapulmonal6. Sekitar
5-15% populasi yang terpapar TB akan menunjukkan gejala klinis dan 5-10% dari jumlah
tersebut akan bermanifestasi pada susunan saraf pusat5
C. Manifestasi Neuro Oftalmologi
1. Papil edema
Papil edema sering ditemukan dan berkaitan erat dengan peningkatan tekanan intra
kranial (TIK) yang disebabkan oleh infeksinya ataupun oleh karena hidrosefalus5.
2. Optik Neuropati
Optik neuropati dapat terjadi oleh karena pengobatan multi drug therapy (MDT) yaitu
3.
4.
5.
6.
7.

10% dari populasi yang menjalani pengobatan MDT.


Optik atrofi
Optik neuritis
Photophobia
Anisokoria
Turunnya tajam penglihatan dan lapang pandang
Berkaitan dengan optochiasmatic arachnoiditis
optochiasmatic arachnoiditis merupakan penyebab tersering terjadinya kompresi
chiasma optikum pada meningitis TB
1

penyebab turunnya tajam penglihatan oleh karena iskemia yang disebabkan oleh

kompresi.
8. Lesi Saraf Kranial
Pada stadium II dapat terjadi 30% paralisis saraf kranialis baik unilateral maupun

bilateral.
Nervus VI merupakan saraf kranialis yang paling sering mengalami paralisis dan

diikuti secara berturut-turut nervus III, IV, VII, dan II.


D. Neuro Imaging
1. CT Scan dengan kontras
Terdapat enhancement meningeal dan umumnya pada basal subarachnoid cisterna,
fisura sylvii dan di sekeliling batang otak.
Dapat dijumpai hidrosefalus dan infark
2. MRI
Terdapat penebalan nervus kranialis yang terlibat
Terdapat enhancement meningeal, hidrosefalus.
3. Angiografi Cerebri
Pembuluh darah menyempit di basis serebri
Pembuluh darah medium dan kecil menyempit atau mengalami oklusi, aneurisma
Hidrocephalus pattern
E. Penatalaksanaan
1. obat anti TB,
2. modulasi respon imun
3. manajemen atau penatalaksanaan tekanan intrakranial yang meningkat
4. Steroid, terutama pada kasus :
a. Kasus neurologi kompromise yang ekstrim
b. Peningkatan TIK yang berat
c. Impending herniasi serebri
d. Impending atau established blok spinal
F. Prognosis
Angka mortalitas sebesar 33 % apabila terdapat paralisis nervus III dan 50% bila
terdapat paralisis nervus IV.
MENINGITIS KRIPTOKOKUS5
A. Definisi
Meningitis kriptokokus adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus
B. Epidemiologi
Kriptokokus adalah jamur. Kuman ini sangat lazim berada di tanah. Jamur ini masuk ke
tubuh kita waktu kita menghirup debu atau kotoran burung yang kering. Risiko infeksi
kriptokokus paling tinggi jika jumlah CD4 di bawah 50. Meningitis kriptokokus adalah
salah satu infeksi oportunistik terkait HIV yang terpenting,

terutama di negara

berkembang. Sebuah penelitian baru memperkirakan ada satu juta kasus setiap tahun
C. Manifestasi Neuro Oftalmologi
1. Hilangnya tajam penglihatan yang disebabkan oleh :
2

Papil edema, disebabkan oleh karena peningkatan TIK dengan atau tanpa

hidrosefalus.
Infeksi langsung criptococcus ke nervus optikus ataupun jalur visual
Kompresi nervus optikus bagian intrakranial oleh karena inflamasi yang

disebabkan proliferasi cryptococcus pada selubung nervus optikus.


Ophtochiasmatic arachnoiditis
2. Paresis nervus kranialis
Angka kejadian paresis nervus kranialis sebesar 30%.
Paresis nervus VI, III, IV, dan VII
D. Neuro Imaging
1. CT Scan
Hasil CT scan pada pasien meningitis Cryptococcus tanpa disertai AIDS
menunjukkan gambaran 50% normal, 25% dengan hidrosefalus, 15% dengan
nodul fokal, 5% dengan enhancement pada gyrus, dan 5% dengan patchy contrast

uptake.
Hasil CT Scan pada pasien meningitis Cryptococcus dengan disertai AIDS
menunjukkan gambaran terbanyak yaitu atrofi serebri, kemudian berturut-turut ct

scan normal, massa tanpa enhancement, dan massa dengan enhancement.


2. MRI
Gambaran meningeal enhancement
Dilatasi ruang Virchow Robin
E. Terapi
Terapi standar pada pasien meningitis cryptococcus tanpa disertai AIDS adalah
dengan Amphotericin B (AMB) 0.5 to 1.0 mg/kg/day plus flucytosine (5FC) 150
mg/kg/day dalam dosis terbagi dan diberikan tiap 6 jam.
F. Prognosis
Angka mortalitas tan HIV-AIDS yaitu sebesar 20-30%
Pada pasien yang disertai HIV-AIDS apabila sudah mendapat terapi awal, angka

mortalitas sebesar 10-25%, dan angka survival rate dalam 1 tahun sebesar 30-60%.
Angka mortalitas pada pasien dengan paresis nervus kranialis sebesa 40%

MENINGITIS ASPERGILLUS5
A. Definisi
Meningitis aspergillosis disebabkan oleh spesies jamur yaitu aspergillus. Umumnya
disebabkan oleh adanya sinusitis aspergillus ataupun adanya perluasan infeksi ke ruang
subarachnoidalis.
B. Manifestasi Neuro oftalmologi
Neuritis optik
Anterior Ischemic Optic Neuropathy
3

Posterior Ischemic Optic Neuropathy


Disebabkan oleh karena embolisasi septik fungal pada vaskularisasi nervus optikus

retrobulber.
C. Neuro Imaging
Gambaran lesi mirip dengan meningioma
Terdapat gambaran thrombosis arteri carotid interna
MENINGITIS LISTERIA5
A. Definisi
Meningitis listeria disebabkan oleh kuman Listeria monocytogenes.
B. Epidemiologi
Faktor risiko adalah pasien dengan diabetes, alkoholik, imunosupresi, usia sangat
muda, dan sangat tua.
Empat puluh persen pasien yang terinfeksi Listeria monocytogenes akan menjadi

meningitis dan 29% menjadi meningo encephalitis


C. Manifestasi Neuro Oftalmologi
Paresis nervus VI, III, dan IV.
D. Terapi
ampicillin, high dose penicillin atau trimethoprim-sulfamethoxazole.
E. Prognosis
Angka mortalitas sebesar 30 % pada pasien yang disertai HIV-AIDS
MENINGITIS SIFILIS
A. Definisi
Meningitis sifilis disebabkan oleh kuman Treponema pallidum5,6.
B. Epidemiologi
Insidens sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996
berkisar
sedangkan

antara
yang

0,04-0,52%.Insiden
tertinggi

di

yang

Amerika

terendah

Selatan.

Di

di

Cina,

Indonesia

insidensnya 0,61% 6 .
Frekuensi terjadinya manifestasi pada susunan saraf pusat yaitu sebesar 43
% pada sifilis primer dan 58% pada sifilis sekunder 5 . Meningitis sifilis
umumnya terjadi dalam 2 tahun setelah terinfeksi dengan angka insiden

sebesar 0.3%-2.4%.
C. Manifestasi Neuro Oftalmologi5
1. Sindrom Optik Neuropati
a. Neuritis papulosa, yang ditandai dengan chorioretinitis sektoral yang unilateral
dan periphlebitis,
b. Gumma pada papil nervus optikus dan edema papil
4

c. Papil edema
d. Optik perineuritis
e. Optik neuritis akut dengan disc swelling.
f. Neuroretinitis
g. Optik atrofi
h. Neuritis retrobulber pada meningitis sifilis dengan HIV-AIDS
2. Keterlibatan pupil
a. Pupil argyl robertson
b. Pupil tonic
c. Sindrom horner
d. RAPD
3. Nervus kranialis
Neurosifilis fase awal akan mempengaruhi nervus kranialis. Nervus kranialis yang
sering mengalami lesi yaitu nervus III, IV, dan VI. Suatu studi melaporkan bahwa
45% kasus meningitis sifilis akut akan mengalami paralisis nervus kranialis dan 4050% cenderung melibatkan nervus VII dan VIII.
D. Neuro Imaging5
Pada pemeriksaan CT Scan dan MRI akan memberikan gambaran adanya enhancement
meningens dan adanya massa atau infark sub kortikal dan kortikal. Pemeriksaan angiografi
menunjukkan gambaran penyempitan arteri serebri dan adanya gambaran puff of smoke
pada basis serebri.
E. Terapi5,6
Penisilin merupakan pilihan utama pada kasus neurosifilis. Pada beberapa kasus yang
alergi penisilin dapat diberikan antibiotik golongan lain seperti tetrasiklin, doksisiklin,
azitromisin, dan golongan sefalosporin.
MENINGITIS DENGAN HIV-AIDS5
A. Lesi Nervus Kranialis pada infeksi HIV

B. Manifestasi Neuro Oftalmologi pada Infeksi HIV

Referensi
1. Susana Chavez-Bueno, MD, George H. McCracken, Jr, MD. Bacterial Meningitis in
Children. Department of Pediatrics, Division of Pediatric Infectious Diseases, University of
Texas Southwestern Medical Center of Dallas. Pediatr Clin N Am 2005; 52: 795810.
6

2. Ginsberg L. Difficult and recurrent meningitis. Journal of Neurology, Neurosurgery and


Psychiatry. 2004; 75: 16-21
3.

Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL et al. Practice guidelines for the management of bacterial
meningitis. Clinical Infectious Diseases 2004; 39: (9) 1267-84

4. T Ducomble, K Tolksdorf, I Karagiannis, B Hauer, B Brodhun, W Haas, L Fiebig. The burden


of extrapulmonary and meningitis tuberculosis: an investigation of national surveillance data,
Germany 2002 to 2009. Euro Surveill. 2013; 18(12) 20436.
5. Schiffman, Neuro Ophthalmic Manifestations of Basilar Meningitis. 1997. Available from
URL : http://library.med.utah.edu/NOVEL/NANOS. Accessed 1 Juni 2015
6. Natahusada, EC, Djuanda A. Sifilis dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. h:393-413.

Anda mungkin juga menyukai