Anda di halaman 1dari 19

KESEHATAN IBU DAN ANAK : PERSEPSI BUDAYA DAN

DAMPAK KESEHATANNYA
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia
yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Pada
dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya
penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian
ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan penurunan angka
kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak demikian halnya dengan
angka kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini tidak menunjukkan
penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwa MMR sebesar 400 450
per 100.000 persalinan.
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka
kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISP A, diare dan tetanus
yang sering diderita oleh bayi dan anak acap kali berakhir dengan kematian.
Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia,
hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan,
sedang atau setelah persalinan.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana
mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan
budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebabakibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan
anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera
manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang
disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa
makanan tertentu.
Makanan, penyakit dan kesehatan anak.
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi
adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang
menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak
seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan
kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang
hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu;
ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang
lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain; atau
anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan. Walaupun pola

makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan
mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah
ibu; dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga.
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya
yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi
yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh, pemberian ASI
menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun
dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah
bayi berumur 4 tahun. Namun, pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin
selain memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu)
kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa
yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara pada
masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur
tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti,
pisang, nasi yangsudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir
sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang
pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap
sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya
yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat
menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum sangat
berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.
Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan
permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI,
namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai
dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan
pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang.
Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu
baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat
Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan laut
atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang menyusui
untuk memakan telur.
Adanya pantangan makanan ini merupakan gejala yang hampir universal berkaitan
dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsurunsur dalam tubuh manusia -tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam
tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk
mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang harus
mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih "dingin" atau
sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya
dipandang dalam keadaan "dingin" sehingga ia harus memakan makanan yang

"panas" dan menghindari makanan yang "dingin". Hal sebaliknya harus dilakukan
oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 1990).
Menurut Foster dan Anderson (1978: 37), masalah kesehatan selalu berkaitan dengan
dua hal yaitu sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem teori
penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit, teknik-teknik pengobatan
pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan penyakit merupakan suatu
institusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang, paling tidak interaksi antar
pasien dengan si penyembuh, apakah itu dokter atau dukun. Persepsi terhadap
penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat
dikategorikan ke dalam dua golongan yaitu personalistik dan naturalistik. Penyakitpenyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti
perbuatan orang, hantu, mahluk halus dan lain-lain termasuk dalam golongan
personalistik. Sementara yang termasuk dalam golongan naturalistik adalah penyakitpenyakit yang disebabkan oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lainlain.
Dari sudut pandang sistem medis moderen adanya persepsi masyarakat yang berbeda
terhadap penyakit seringkali menimbulkan permasalahan. Sebagai contoh ada
masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejangkejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan hanya dukun yang dapat
menyembuhkannya. Padahal kejang-kejang tadi mungkin disebabkan oleh demam
yang tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak disembuhkan dengan cara yang
tepat dapat menimbulkan kematian. Kepercayaan-kepercayaan lain terhadap demam
dan diare pada bayi adalah karena bayi tersebut bertambah kepandaiannya seperti
sudah mau jalan. Ada pula yang menganggap bahwa diare yang sering diderita oleh
bayi dan anak-anak disebabkan karena pengaruh udara, yang sering dikenal dengan
istilah "masuk angin". Karena persepsi terhadap penyebab penyakit berbeda-beda,
maka pengobatannyapun berbeda-beda. Misalnya, di suatu daerah dianggap bahwa
diare ini disebabkan karena "masuk angin" yang dipersepsikan sebagai
"mendinginnya" badan anak maka perlu diobati dengan bawang merah karena dapat
memanaskan badan si anak.
Sesungguhnya pola pemberian makanan pada anak, etiologi penyakit dan tindakan
kuratif penyakit merupakan bagian dari sistem perawaatan kesehatan umum dalam
masyarakat (Klienman, 1980). Dikatakan bahwa dalam sistem perawatan kesehatan
ini terdapat unsur-unsur pengetahuan dari sistem medis tradisional dan moderen. Hal
ini terlihat bila ada anak yang menderita sakit, maka si ibu atau anggota keluarga lain
akan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) terlebih dahulu, apakah itu
dengan menggunakan obat tradisional ataupun obat moderen. Tindakan pemberian
obat ini merupakan tindakan pertama yang paling sering dilakukan dalam upaya
mengobati penykit dan merupakan satu tahap dari perilaku mencari penyembuhan
atau kesehatan yang dikenal sebagai "health seeking behavior". Jika upaya ini tidak

berhasil, barulah dicari upaya lain misalnya membawa ke petugas kesehatan seperti
dokter, mantri dan lain-lain.
Kehamilan, persalinan dan kematian ibu.
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di
Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan
persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan Mei 1988 dicanangkan
program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan
kesehatan wanita terutama paada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku
perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak
kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Pacta berbagai kalangan masyarakat di Indonesia,
masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah
dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan
ataupun dokter.
Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami
oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena
kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya
informasi. Pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan di RS Hasan Sadikin,
Bandung, dan 132 ibu yang meninggal, 69 diantaranya tidak pernah memeriksakan
kehamilannya atau baru datang pertama kali pada kehamilan 7 -9 bulan (Wibowo,
1993). Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan,
permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan
dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di
daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis
kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami
kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan
ibu mempunyai resiko tinggi pacta saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantanganpantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak
berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan
yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak
negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi
pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dari data SKRT 1986
terlihat bahwa prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia sebesar 73,7%, dan
angka menurun dengan adanya program-program perbaikan gizi menjadi 33% pada

tahun 1995. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada
wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk
pembentukan darah.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang
kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi
yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku
pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan
ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan
menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan
mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi
yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan
kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang,
nanas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa
kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan.
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil
karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau
dengan kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam proses ini, mulai
dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong persalinan,
keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan penolong
persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun
beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih
terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu.
Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang
membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa
untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan
uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk
dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat
menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan
karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan
dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta
merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan
jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak
2004 Digitized by USU digital library 4
dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih
dilakukan.

lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan
sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara
medis, . penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi
dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani
secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan.
Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik
tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam
keluarga. Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan
medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau
keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan
krisis yang terjadi.
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat
menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula
nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan
yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana
jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya
transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa
membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor
keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi,
keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan
sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir
yang tak dapat dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga
pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan
dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang
sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu
yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara
tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang
bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuanramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan
darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu
untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).
lmplikasi terhadap kebijakan pembangunan KIA.
Uraian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan anak melalui program-program pembangunan kesehatan perlu
memperhatikan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat. Menempatkan petugas
kesehatan dan membangun fasilitas kesehatan semata tidaklah cukup untuk mengatasi
masalah-masalah KIA di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata perilaku-perilaku
kesehatan di masyarakat baik yang menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak
sekali dipengaruhi oleh faktor sosial budaya.
Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam

membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu


suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang
tidak semua praktek/perilaku masyaiakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga
kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan
medis/kesehatan. Apalagi kalau persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab sakit
sudah berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya upaya mengatasinya juga
berbeda disesuaikan dengan keyakinan ataupun kepercayaan-kepercayaan yang sudah
dianut secara turun-temurun sehingga lebih banyak
menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi kesehatan. Dan untuk merubah
perilaku ini sangat membutuhkan waktu dan cara yang strategis. Dengan alasan ini
pula dalam hal penempatan petugas kesehatan dimana selain memberi pelayanan
kesehatan pada masyarakat juga berfungsi sebagai agen perubah (change agent) maka
pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dari petugas kesehatan sangat
diperlukan disamping kemampuan dan ketrampilan memberi pelayanan kesehatan.
Mengingat bahwa dari indikator-indikator yang ada menunjukkan derajat kesehatan
ibu dan anak masih perlu diingkatkan, maka dalam upaya perbaikannya perlu
pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara holistik dan integratif yang tidak
hanya terbatas pada bidang kesehatan secara medis saja tetapi juga ekonomi,
pendidikan, sosial dan budaya. Dalam hal melakukan upaya-upaya perbaikan perlu
disadari bahwa hubungan ibu dan anak sangat erat dimana kondisi kesehatan ibu akan
dapat secara langsung mempengaruhi kondisi kesehatan anaknya, baik mulai dari
kandungan maupun setelah persalinan. Oleh karena itu, penting sekali menempatkan
konteks reproduksi dalam program KIA sehingga diharapkan kondisi kesehatan
seseorang benar-benar dapat terpelihara sesuai dengan konsep medis yang tepat sejak
ia berada dalam kandungan, masa kanak-kanak, masa remaja hingga dewasa.
Kepustakaan :
Central Bureau of Statistics et al 1995 Indonesia DemograQhic and health Survey
Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data
Kesehatan, Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan,
diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat,
Depok, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan
Kesehatan, Jakarta: PT Gramedia.
Raharjo, Yulfita dan Lorraine Comer 1990 "Cultur Attitudes to health and sickness in
public Health programs: a demand-creation approach using data from West Aceh,
Indonesia",Health Transition: The Cultural. Social and Behavioral determinants of
Health, volume 11. Disunting oleh John C. Caldwell, et al., Canberra: Health
Transition Centre.
Reddy, P.H. 1990 "Dietary practices during pregnancy, lactation and infaancy :

Implications for Health", Health Transition : The Culture. Social and Behavioral
determinants of Health, volume II. Disunting oleh John C. Caldwell, et al., Canberra:
Health Transition Centre.
Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang
dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan
Kesehatan", Pusat Kaajian Wanita FISIP UI, di Jakarta
Mitos Kehamilan, Benarkah
Saat seorang wanita hamil, maka biasanya akan banyak mendapat banyak nasehat
nasehat dari kerabat, keluarga, teman juga dari orang sekelilingnya, tentang apa yang
boleh dan tidak boleh selama kehamilan anda.
Walaupun maksud dari mereka semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat
atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah.
Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada
kenyataannya.
Oleh karenanya bila anda hamil sebaiknya selalu menkonfirmasikan informasi yang
anda dapatkan dengan dokter atau referensi buku yang dapat dipercaya, sehingga
anda mengetahui apa kebenarannya dan tidak hanya mengikuti sesuatu yang anda
sendiri tidak mengetahui alasannya / kenyataannya.:-)
BEBERAPA MITOS KEHAMILAN & FAKTA:
- Tidak boleh memotong atau menjahit baju.
Mitos: Tidak boleh memotong atau menjahit baju selama kehamilan atau anak akan
lahir dengan bibir sumbing.
Fakta: Bibir sumbing biasanya karena pengaruh obat-obatan yang diminum ibu saat
hamil, efek radiasi atau factor genetic. Oleh karenanya x-ray tidak dilakukan selama
kehamilan kecuali atas indikasi tertentu.
- Minuman dari kacang kedeai (susu kacang) akan membuat kulit bayi bewarna
putih.
Mitos: minum susu kacang atau makanan dari kacang kedelai akan membuat bayi
berkulit putih.
Fakta: warna kulit seseorang dipengaruhi oleh factor genetic ayah ibunya, bukan
dari susu kedelai.

- Jeruk akan meningkatkan lendir pada bayi dan resiko kuning pada bayi baru
lahir.
Mitos: Jangan makan jeruk terlalu sering akan meningkatkan lendir pada paru bayi
dan resiko kuning saat bayi lahir.
Fakta: Jeruk adalah sumber vitamin C dan serat yang baik.
- Minum air es akan menyebabkan bayi besar.
Mitos: Sering minum es saat hamil menyebabkan bayi besar dan akan sulit lahir.
Fakta: Bayi besar biasanya berhubungan dengan ibu hamil yang mempunyai penyakit
kencing manis. Jadi mungkin es ini diminum oleh ibu hamil yang memang dengan
riwayat penyakit kencing manis. Jadi bukan minum es lalu menyebabkan bayi besar
karena air es akan dikeluarkan oleh tubuh sebagai keringat atau air seni.
- Makanan pedas akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan
atau berkulit lebih gelap.
Mitos: Makan makanan pedas saat hamil akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak
kulit kemerahan atau bayi akan berkulit lebih gelap/hitam.
Fakta: Sekali lagi warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh makanan pedas, tapi
factor genetic dari orang tuanya. Dan faktanya bahwa makan makanan pedas saat
hamil, membuat rasa tak enak diperut apalagi bila anda sedang mual, jadi bukan
karena menyebabkan bercak kemerahan pada kulit.
Banyak lagi mitos kehamilan lainnya yang terdapat dalam masyarakat kita. Ketika
anda sedang hamil dan mendapatkan berbagai nasehat atau pantangan, ingatlah untuk
selalu mendapatkan fakta dan kebenaran secara medis atau ilmiahnya. Anda dapat
bertanya kepada dokter anda untuk memastikannya sebelum anda hanya sekedar
mengikutinya saja

makanan pantangan untuk ibu hamil?????


05.52 | 0 Comments

Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah


gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantanganpantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan ibu hamil sehari-hari
tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan
berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan
kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dikatakan
pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil
disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat,
ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya
agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang
dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah
Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang,
selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal
ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk
memakan buah-buahan seperti pisang, nanas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil
juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah
pedesaan. (Wibowo, 1993).
Dalam upacara adat nolama di Sulawesi Tengah, hampir tidak ada pantangan
yang berarti, tetapi selama ibu hamil dijumpai sejumlah pantangan-pantangan.
Pantangan tersebut tidak saja berlaku untuk sang ibu yang hamil, tetapi juga berlaku
bagi sang suami. Pantangan-pantangan bagi ibu hamil tersebut antara lain:

1.
2.
3.

Pantang minum air terlalu banyak karena bila melahirkan terlalu banyak air
dan atau beranak kembar.
Pantang makan gula merah atau tebu serta nanas karena dapat membuat perut
sakit.
Pantang makan ikan cumi-cumi karena dapat melahirkan bayi dalam bentuk
cumi-cumi dan sebagainya.
Budaya atau kepercayaan turun-temurun di Propinsi NTT pun jarang berpihak

pada situasi yang mendukung kecukupan gizi dan kesehatan bagi ibu selama hamil

atau pasca melahirkan. Banyak makanan yang sebenarnya bergizi justru menjadi
pantangan atau pemali. Pisang dapat menjadikan bayi terlalu besar di kandungan dan
sulit melahirkan, larangan makan ikan dan sayuran tertentu masih dijadikan pesan
khusus bagi ibu hamil di daerah tertentu. Budaya panggang pasca melahirkan dan
bayi tidak boleh menerima suntikan meskipun jenis vaksin untuk kekebalan tubuh
juga masih ditemukan.
Selain itu ada pantangan-pantangan makanan yang tidak boleh dimakan
selama kehamilan yang hampir memiliki kemiripan antara suatu daerah dengan
daerah lain di Indonesia misalnya, tidak boleh mengkonsumsi ikan dengan asumsi
kelak anaknya lahir akan mempunyai kulit bersisik atau tidak mulus. Juga dilarang
memakan buah-buahan seperti pepaya, pisang ambon, nanas dan lain lain agar vagina
tetap kering. Dianjurkan meminum air kelapa muda, dengan tujuan agar kulit anaknya
mulus dan kepalanya tidak berkerak. Bahkan di usia kandungan 9 bulan dianjurkan
setiap hari meminum minyak kelapa yang dibuat sendiri agar anaknya lancar lahir
sebab telah di "minyaki". Segala anjuran lebih diarahkan kepada kepentingan pihakpihak lain di luar wanita itu sendiri, teutama kepentingan suami dan anak. Penjagaan
kesehatan ibu sebelum melahirkan tidak mendapatkan perhatian khusus apakah itu
makanannya, vitamin atau pemeriksaan rutin ke puskesmas, bidan atau dokter.
Di desa Cilendek Jawa barat, masih banyaknya kepercayaan atau tradisi lama,
yang justru merugikan kesehatan wanita sendiri. Misalnya memakan makanan bergizi
yang dibutuhkan ibu hamil tetapi dipercaya akan berpengaruh buruk terhadap ibu dan
anak. Wanita hamil umumnya hanya memakan sayur-sayuran (lalap) kebiasaan suku
Sunda yang dianggap makanan sehat, jarang ditambahi dengan ikan, daging, dan
buah-buahan yang dianggap tidak baik untuk si bayi. Akibatnya wanita hamil di
propinsi Jawa Barat secara umum menderita anemia.

Berbagai pantangan makanan bagi ibu hamil yang berdasarkan faktor-faktor


sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat, disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai
pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya
merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini
terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan
ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan
anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Pantangan makan makanan tertentu pada ibu hamil yang membawa dampak
negatif seperti pantang makan ikan laut yang merupakan sumber asam folat dan
protein tinggi,sumber zat besi seperti pada dagin buah-buahan yang kaya akan
vitamin dan makanan lain yang mengandung zat-zat lain yang berguna bagi tubuh.
Dengan pantang memakan jenis makanan tersebut justru akan berdampak negatif bagi
kesehatan ibu dan janin. Konseling dan penyuluhan sangat diperlukan untuk merubah
persepsi yang salah tersebut.
Pantangan makan makanan tertentu pada ibu hamil yang bisa membawa
dampak positif seperti makan buah nanas dan durian karena jika dimakan maka akan
menyebabkan rasa panas pada perut ibu. Rasa panas itu timbul karena efek gas yang
dihasilkan oleh buah-buahan tersebut dan itu tidak baik bagi kesehatan ibu dan janin.
Apakah dengan melaksanakan pantangan tersebut kebutuhan ibu hamil bisa
tercukupi?
Apakah yang sebenarnya dibutuhkan oleh ibu hamil?
Status gizi ibu hamil pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Seorang ibu yang sedang
hamil mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. Pada trimester pertama
kenaikan itu hanya kurang dari 1 kg,trimester kedua kurang lebih 3 kg,sedangkan
trimester terakhir kira-kira 6kg. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin
: pertumbuhan janin,plasenta,dan cairan amnion (Huliana 2001 )

Berat badan ibu hamil,harus memadai, bertambah sesuai umur kehamilan,


berat badan yang bertambah normal akan menghasilkan anak yang normal. Kenaikan
berat badan ideal ibu hamil 7kg untuk ibu yang gemuk dan 12,5 kg untuk ibu yang
tidak gemuk. Jika kurang dari normal beresiko keguguran, anak lahir prematur, berat
badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak dan perdarahan
setelah persalinan
Untuk kesehatan ibu selama kehamilan maupun pertumbuhan dan aktivitas
diferensiasi janin, maka ibu dalam keadaan hamil harus cukup mendapatkan makanan
bagi dirinya sendiri maupun kuantitasnya harus ditambah dengan zat-zat gizi dan
energy agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil
berguna juga dalam memudahkan kelahirannya dan untuk produksi ASI bagi bayi
yang akan dilahirkan. Demi suksesnya kehamilan keadaan gizi ibu pada waktu
konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan
protein, mineral, vitamin, dan energi.
Kebutuhan tambahan protein tergantung kecepatan pertumbuhan janin. Trimester
pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester dua. Trimester terakhir sampai
10 gram/hari. Bila bayi sudah dilahirkan protein dinaikkan menjadi 15 gram/hari.
Menurut WHO tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gram/kgBB.
Tambahan energi selama hamil diperlukan baik bagi komponen fetus maupun
perubahan pada dirinya sendiri. Selama mengandung dibutuhkan kurang lebih 27000
Kkal/hari atau 100Kkal/hari. National Research Council (1980) menganjurkan
pemberian 2000Kkal/hari bagi wanita berumur 25-50 tahun, dengan tambahan
300Kkal/hari bagi ibu hamil.
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti
vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, zink, angka kecukupan yang dianjurkan oleh
National Research Council, US National Academy of sciences (1980), menunjukkan
persentase tambahan gizi ibu hamil ialah energi 15%, protein 68%, vit A 25%, vit
D100%, vit E 25%, Vit C 33%, untuk vitamin kelompok B-kompleks 40%, Thiamin
25%, Riboflavin 15%, Niasin 30%, Vit B6 100%, asam folat 33%, vit B12, kalsium,
fosfor, dan magnesium 50%, zat besi 300%, zink 33%, dan yodium 16%.
Contoh menu dengan pola makan yang baik :
Makan pagi : Nasi
Ikan goreng
Tempe atau tahu goreng

Tumis kacang panjang


Buah
Susu/Teh
Makan siang/malam : Nasi
Ikan goreng
Tahu/tempe bacem
Sayur bobor daun singkong
Pepaya /pisang
Susu
Makanan selingan : Pisang rebus/ubi rebus/kue kering/buah/teh manis
KESIMPULAN
1. Berbagai pantangan makanan bagi ibu hamil seringkali membawa dampak baik positif
maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
2. Berat badan ibu hamil,harus memadai, bertambah sesuai umur kehamilan, berat badan
yang bertambah normal akan menghasilkan anak yang normal.
3. Pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin
C, asam folat, zat besi, kalsium, zink.

Mitos Hamil
Minum air kelapa dapat mempercepat persalinan
Belum ada penelitan yang membuktikan mitos ini karena lancarnya persalinan
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun air kelapa muda memang berkhasiat untuk
menjadikan air ketuban putih dan bersih.
Ingin melahirkan normal, jangan berlaku kasar pada hewan
Hingga kini tak ada bukti medis tentang pantangan ini. Namun dalam kondisi apapun
kita tidak disarankan bersikap kasar pada hewan, jika tidak dirugikan.
Sebaiknya ibu hamil tidak melakukan hubungan intim pada trimester pertama
kehamilannya
Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hubungan intim menyebabkan
keguguran. Jadi sepanjang hal itu tidak menyakitkan dan tidak menimbulkan
ketidaknyamanan, ibu hamil boleh-boleh saja melakukannya.
Janin akan tumbuh lebih besar dan sehat jika ibu makan banyak
Hal penting saat hamil, adalah ibu makan secukupnya, dan tidak terlalu gemuk.
Kegemukan saat hamil, rentan menyebabkan diabetes gestational (diabetes selama
kehamilan), dan proses persalinan yang sulit.
Leher ibu hamil yang menghitam atau puting yang berwarna gelap menandakan
bayinya laki-laki
Perubahan warna pada leher atau puting tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin
bayi. Perubahan warna kulit pada ibu hamil diakibatkan peningkatan progesteron dan
melanost (hormon yang mengatur pigmentsi kulit). Karena itu puting susu yang
menghitam biasa terjadi pada kehamilan, baik pada ibu hamil yang mengandung bayi
laki-laki atau perempuan. Selain perubahan warna kulit dan puting susu, ibu hamil
juga memiliki guratan kehitaman di perut dan garis hitam dari pusar ke bagian
pugbis. Namun gejala ini akan menghilang setelah melahirkan.
Mitos: Puting payudara berwarna gelap saat hamil, berarti bayi laki-laki.
Perubahan warna puting susu sama sekali tak berhubungan dengan jenis kelamin
bayi. Perubahan warna tersebut disebabkan peningkatan progesteron dan melanocyte,
hormon yang mengatur pigmentasi kulit. Puting susu, bercak kelahiran, tahi lalat, atau
tanda-tanda lain dapat menjadi lebih gelap warnanya selama hamil. Warna itu akan
memudar setelah melahirkan

Minum air kelapa akan menghaluskan kulit bayi. Sedangkan jika sering mengonsumsi
kedelai maka kulit bayi akan putih..
Kulit bayi yang putih serta halus tergantung faktor genetis. Bila tak ada anggota
keluarga yang berkulit putih, maka mustahil bayi akan berkulit putih.
Bila bentuk perut calon ibu membulat, berarti bayinya perempuan
Bentuk perut ibu hamil yang lonjong atau bulat tergantung pada posisi janin dalam
kandungan. Jika janin melintang, perut akan terlihat melebar. Namun jika posisi janin
memanjang, perut akan terlihat tinggi. Selain itu, bentuk perut ibu hamil juga
tergantung pada elastisitas otot dan volume air ketuban. Pada kehamilan anak
pertama, perut akan tampak bulat karena otot masih kencang. Namun perut ibu yang
pernah hamil beberapa kali akan tampak turun karena ototnya mulai kendur. Pada ibu
hamil yang cairan ketubannya banyak, bentuk perutnya akan lebih besar dan bulat.
Mitos: Bila kandungan berat ke bawah berarti laki-laki, ke atas perempuan.
Bila kandungan ke atas, berarti kehamilan pertama dan tubuh ibu masih bagus. Otot
perut cenderung semakin elastis pada setiap kehamilan. Jadi, bila bkan kehamilan
pertama, perut cenderung semakin turun.
Menyematkan benda tajam pada baju atau bangle (semacam jahe) akan melindungi
janin dari gangguan supranatural. Satu-satunya gangguan yang bisa menyerang si
kecil saat masih dalam perut adalah gangguan kesehatan. Ibu hamil disarankan
banyak berdoa dan hidup sehat agar bayi yang akan dilahirkan selalu dalam kondisi
baik dan sehat.
Minum susu kedelai atau makanan yang terbuat dari kacang kedelai akan membuat
bayi berkulit putih
Minum susu kedelai ataupun makan makanan yang terbuat dari kacang kedelai tidak
berpengaruh pada warna kulit bayi. Warna kulit bayi diturunkan secara genetis dari
orang tuanya.
Terlalu sering makan jeruk akan meningkatakan lendir pada paru-paru jani dan resiko
kuning saat bayi lahir
Mitos ini tidak benar. Jeruk ini justru merupakan sumber vitamin C dan serat yang
sangat dibutuhkan ibu hamil. Karena itu, mengkonsumsi jeruk selama kehamilan
dianjurkan.
Jika menginginkan bayi cerdas dan persalinan lancar, sering-seringlah berhubungan
intim selama hamil
Tidak benar bahwa sperma mengandung zat penyubur sehingga janin yang terkena
semburan bisa tumbuh subur dan cerdas. Kesehatan janin dalam rahim sama sekali

tidak berkaitan dengan sperma dan frekuensi hubungan intim. Kesehatan dan
kecerdasan janin tidak dipengaruhi oleh kualitas sperma suami, melainkan faktor
genetik dari kedua orangtuanya. Orangtua yang cerdas tentu pula berpeluang
melahirkan anak yang cerdas pula. Bagi calon ibu yang memiliki gangguan
kehamilan, seperti riwayat keguguran, placenta previa dan sebagainya, sebaiknya
tidak melakukan hubungan intim untuk sementara waktu. Hubungan intim akan
meningkatkan kontraksi otot-otot rahim sehingga resiko keguguran atu janin lahir
prematur akan meningkat. Selain itu si ibu juga mengalami resiko perdarahan.
Mitos ini diduga muncul karena orang mengkaitkan kasih sayang dan perhatian
orangtua, dimana kondisi psikologis si ibu mungkin dapat menjadi lebih tenang dan
nyaman dengan sering berhubungan intim. Kondisi kejiwaan ibu akan mempengaruhi
janin yang dikandungnya. Calon ibu yang merasa tenang dan nyaman akan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, dan proses persalinan pun dapat
berjalan lancar. Namun hal sebaliknya juga bisa terjadi jika calon ibu justeru tidak
menikmati hubungan intim tersebut karena merasa terpaksa atau semata-mata karena
kewajiban.
Minum es menyebabkan janin tumbuh besar
Minum es selama kehamilan tidak akan menyebabkan janin menjadi besar, kecuali
jika ibu hamil minum es yang ditambah sirup, madu, atau gula secara berlebihan.
Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam gula inilah yang menybebabkan bayi
memiliki berat di atas normal.
Selain kelebihan gula, ukuran janin juga ditentukan oleh faktor genetik dan asupan
nutrisi. Orang tua yang bertubuh besar sangat mungkin akan melahirkan bayi yang
juga besar. Asupan nutrisi yang baik sangat mempengaruhi perkembangan fisik janin,
sehingga janin akan berkembang dengan baik. Beberapa penyakit tertentu, seperti
diabetes, juga bisa menyebabkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan yang
lebih besar.
USG berbahaya jika dilakukan setiap kali periksa kehamilan
Sejak pertama kali ditemukan, pemeriksaan USG tidak mengakibatkan gangguan
pada ibu dan janin. USG sangat aman karena menggunakan gelombang suara 20.000
hertz dan dipakai secara menyebar.
Ibu hamil tidak boleh makan pisang, nanas, dan mentimun
Mitos ini sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat di jawa karena bisa
mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa nanas bisa menyebabkan
keguguran. Konsumsi pisang, nanas, dan mentimun justru disarankan karena kaya
akan viatamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan
melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan.
Adapun keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun setelah
melahirkan, adalah normal jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan

tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan
keluhan gatal, bau tidak sedap, dan warnanya kekuningan, kehijauan atau kecoklatan.
Ibu hamil dilarang makan makanan pedas, asam dan asin.
Yang ini hampir sepenuhnya benar karena makanan pedas yang merangsang rasa
mulas memang sebaiknya dipantang oleh ibu hamil dengan riwayat keguguran.
Perasaan mulas ini selanjutnya akan menimbulkan kontraksi dalam rahim,
sehingga risiko keguguran akan kian meningkat. Begitu juga makanan asam yang
tidak disarankan karena bisa memicu penyakit mag. Apalagi kadar asam lambung
saat hamil umumnya meningkat. Tentu saja ibu hamil yang tidak memiliki riwayat
penyakit mag atau penyakit lain yang dapat diperberat oleh asam, boleh-boleh saja
sesekali menikmati makanan asam-asam yang memang terasa menyegarkan.
Asupan makanan asin pun sebaiknya dibatasi. Terlebih bagi ibu yang memiliki
riwayat penyakit darah tinggi karena makanan yang banyak mengandung garam ini
amat berpotensi lebih meningkatkan gangguan darah tinggi. Selain itu, garam bersifat
menyerap air sehingga kadang menimbulkan pembengkakan di sekujur tubuh. Kalau
sudah begini, ibu jelas akan terganggu saat menjalani kehamilannya.
Minum air kelapa hijau menyuburkan rambut bayi
Minum air kelapa hijau tidak berkaitan dengan rambut bayi. Namun air kelapa hijau
memang menyehatkan karena mengandung elektrolit, sehingga siapa saja termasuk
ibu hamil, boleh meminum air kelapa hijau agar tetap bugar.
Bila denyut jantung bayi cepat, berarti bayinya perempuan.
Di dalam kandungan, sama sekali tak ada bedanya; antara perempuan dan laki-laki.
Kecepatan denyut janin ditentukan oleh usia janin. Sekitar lima minggu kehamilan,
denyut jantung janin mendekati denyut jantung ibu, dan akan bertambah cepat sampai
minggu kesembilan. Lalu akan menurun pada pertengahan kehamilan. Kondisi ini
terjadi pada semua janin.
Ibu hamil tidak boleh makan daging kambing
Ibu hamil boleh saja mengkonsumsi daging kambing dengan porsi yang wajar,
kecuali ibu hamil yang menderita kelebihan kolesterol atau penyakit jantung. Daging
kambing mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi sehingga mempengaruhi
metabolisme asam urat yang berbahaya bagi penderita koleterol tinggi ataupun
penderita penyakit jantung
Mengurut perut ibu hamil
Mitos ini banyak dipercaya di masayarakat. Padahal mengurut perut ibu hamil dapat
meningkatkan resikot terjadinya keguguran dan gangguan janin, yaitu janin

mengalami stress atau tekanan. Jika janin mengalami stress atau tekanan,
pertumbuhannya dapat terganggu

Anda mungkin juga menyukai