Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Material Handling adalah salah satu jenis transportasi (pengangkutan) yang dilakukan
dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan baku, barang setengah
jadi atau barang jadi dari tempat asal ketempat tujuan yang telah ditetapkan.
Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk
memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat proses produksi
yang lain. Pada dasarnya kegiatan material handling adalah kegiatan tidak produktif,
karena pada kegiatan ini bahan tidaklah mendapat perubahan bentuk atau perubahan
nilai, sehingga sebenarnya akan mengurangi kegiatan yang tidak efektif dan mencari
ongkos material handling terkecil. Menghilangkan transportasi tidaklah mungkin
dilakukan, maka caranya adalah dengan melakukan hand-off, yaitu menekan jumlah
ongkos yang digunakan untuk biaya transportasi. Menekan jumlah ongkos transportasi
dapat dilakukan dengan cara: menghapus langkah transportasi, mekanisasi atau
meminimasi jarak (Unikom, 2011).
Pemindahan barang adalah bagian dari sistem industri yang memberi pengaruh
tentang hubungan dan kondisi fisik dari bahan atau material produk terhadap proses
produksi tanpa adanya perubahan-perubahan akan kondisi atau bentuk material
produk itu sendiri. Prinsip didalam menetapkan sistem pemindahan bahan yang
optimal adalah konsep the best handling is no handling at all. Material handling
adalah aliran bahwa yang harus direncanakan dengan secermat-cermatnya sehingga
material akan bisa dipindahkan pada saat dan menuju lokasi yang tepat (Binus, 2004).

Kegunaan Material Handling


Dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material
handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan
diperhitungkan. Aktivitas pemindahan tersebut dapat ditentukan dengan terlebih
dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam suatu operasi. Selanjutnya hal
yang harus diperhatikan adalah tipe layout yang akan digunakan. Ongkos material
handling adalah ongkos yang dikeluarkan untuk melakukan pemindahan material dari

satu departemen menuju departemen yang lain untuk dilakukannya proses produksi
selanjutnya. Tujuan ongkos material handling adalah menjaga atau mengembangkan
kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhadap
material (Mercubuana, 2010).
Kebutuhan-kebutuhan

tersebut

meliputi

Menghemat

penggunaan

luas

lantai.

Mengurangi beban manusia dan kecelakaan. Meningkatkan semangat kerja.


Mengurangi

biaya

handling

atau

penanganan.

Mengurangi

biaya

overhead.

Mengurangi biaya produksi (Mercubuana, 2010).


Kegunaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk perhitungan
Ongkos Material Handling antar departemen, sesuai dengan luas lantai hasil
perhitungan. Beberapa aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah
sebagai berikut. Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (receiving) menuju
departemen fabrikasi maupun departemen assembling. Pemindahan bahan yang
terjadi dari satu departemen menuju departemen yang lainnya. Pemindahan bahan
dari departemen assembling menuju gudang bahan jadi (shipping). Alat angkut yang
dipergunakan (Binus, 2004).
Peralatan Material Handling
Peralatan material handling yang biasanya dipergunakan dalam suatu perusahaan
pabrik dapat dibedakan atas sebagai berikut: Fixed path equipment yaitu peralatan
material handling yang sudah tetap (fixed) digunakan suatu proses produksi,dan dapat
digunakan untuk maksud-maksud lain. Sifat-sifat dari fixed path equipment

ialah:

biasanya tergantung atau ditentukan oleh proses produksi. Sifatnya sudah tetap (fixed)
tidak fleksibel, karena hanya digunakan untuk mengangkut barang-barang atau
bahan-bahan secara terus-menerus dan tidak dapat digunakan untuk maksud yang
lain. Mesin-mesin atau peralatan ini biasanya menggunakan kekuatan tenaga listrik.
Contoh fixed path equipment adalah: ban berjalan (conveyor), ada yang diletakkan di
atas ruang dan ada di lantai, derek (cranes), lift (elevator), kereta api (Unikom, 2011).
Varied Path Equipment, yaitu peralatan material handling yang sifatnya fleksibel dapat
dipergunakan untuk bermacam-macam tujuan dan tidak khusus untuk mengangkut
atau memindahkan bahan-bahan/barang-barang tertentu. Sifat-sifat dari varied ialah:
biasanya tidak tergantung dari proses produksi. Dapat dipergunakan bermacammacam operasi. Mesin-mesin atau peralatan semacam ini biasanya digunakan dengan
kekuatan tenaga manusia atau tenaga mesin (motor). Contoh dari varied path

equipment adalah bermacam-macam truk, forktruck atau forklift, kereta dorong


(Mercubuana, 2010).
Pemilihan jenis alat angkut didasari terhadap besar beban material yang harus
dipindahkan, dimana jenis alat angkut yang dipergunakan bergantung pada spesifikasi
alat angkut dalam melakukan operasinya. Beberapa alat-alat angkut yang biasa
dipergunakan adalah: Alat angkut dengan menggunakan tenaga manusia <20 kg. Alat
angkut dengan menggunakan walky pallet (20-50 kg). Alat angkut dengan
menggunakan lift truck (di atas 50 kg). Setelah ditentukan alat angkut yang akan
digunakan, maka selanjutnya dapat ditentukan ongkos alat angkut berdasarkan jarak
tempuh (meter gerakan). Seperti telah dikatakan bahan plant lay out dan material
handling seharusnya berjalan bersamaan. Oleh karena itu plant lay out yang dibuat
haruslah mencerminkan banyaknya kebutuhan atas kegiatan material handling dari
suatu tingkat proses ke tingkat proses berikutnya (Mercubuana, 2010).
Faktor-faktor material handling yang perlu dipertimbangkan dalam plant lay out yang
baru ialah disediakannya gang-gang kecil atau ruang gerak (aisles) yang cukup lebar
untuk menempatkan dengan aman jenis-jenis peralatan yang mekanis, dan dapat
menampung muatan yang terbesar yang dihadapkan serta cukup bagi tempat
bergerak orang-orang yang berjalan sejajar. Menyediakan tempat atau ruangan yang
cukup untuk berjalannya pekerjaan, sehingga dapat dihindarinya rehandling sebelum
pengolahan dilakukan. Menyimpan barang agar supaya barang tersebut tetap dalam
keadaan yang baik untuk dikerjakan. Jangan sekali-kali meletakkan bahan-bahan
lepas di atas lantai, kecuali bila tidak dapat dihindarkan sama sekali, karena hal ini
membutuhkan pekerjaan dengan tangan untuk mengangkut dan membongkar bahanbahan tersebut setiap kali dipindahkan (Mercubuana, 2010).
Meniadakan kamar-kamar penyimpanan yang terpencil dan dipagari di mana mungkin,
kecuali kalau: bahan-bahan harus disimpan secara teliti sekali, bahan-bahan mudah
hilang, rusak atau dicuri, bahan-bahan tidak segera dapat diperoleh, karena waktu
pengiriman bahan-bahan tersebut lama. Kamar penyimpanan yang dipagari
membutuhkan sistem pemindahan yang khusus baik untuk penerimaan maupun
pengeluaran barang, dan biasanya administrasinya khusus pula. Mengadakan suatu
sistem pemindahan barnag-barang sisa atau scrap dari bahan-bahan bekas yang
dibuang. Merencanakan pos-pos pengawasan sebagai suatu bagian dari arus
pekerjaan. Menghindarkan semua gerakan yang menyilang (zig-zag yang melalui arus
yang berlaku umum (general line of flow). Merencanakan pekerjaan-pekerjaan
pengepakan pada akhir aliran atau arus pekerjaan untuk menghindarkan pekerjaan
pengepakan dan pengangkutan kembali. Dalam merencanakan tempat-tempat

penerimaan dan pengiriman barang, kekuatan lantai harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga

memudahkan

masuknya

kendaraan

pengangkut/pemindah

bahan

(Mercubuana, 2010).
https://fariedpradhana.wordpress.com/2013/09/22/material-handling-penangananbahan

Tujuan Material Handling


Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya
produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan
perancangan fasilitas yang diimplementasikan.
Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain:
1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan
memberikan perlindungan

terhadap material.

2. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.


3. Meningkatkan produktivitas:
a. Material akan mengalir pada garis lurus
b. Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin
c. Perpindahan sejumlah material pada satu kali waktu
d. Mekanisme penanganan material
e. Otomasi penanganan material
f. Menjaga atau mengembangkan rasio antara produksi dan penanganan material,
g. Meningkatkan muatan/beban dengan penggunaan peralatan material handling
otomatis.
4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas
a. Menigkatkan penggunaan bangunan

b. Pengadaan bangunan serbaguna


c. Standarisasi peralatan material handling
d. Menjaga, dan menempatkan seluruh peralatan sesuai kebutuhan dan
mengembangkan program

pemeliharaan inventif.

e. Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem.


5. Sebagai pengawasan persediaan

Jenis Peralatan Material Handling


Tulang punggung sistem material handling adalah peralatan material handling.
Sebagian besar peralatan yang ada mempunyai karakteristik dan harga yang berbeda.
Semua peralatan material handling diklasifikasikan ke dalam tiga tipe utama yaitu:
conveyer (ban berjalan), crane (derek) dan trucks (alat angkut/kereta).
a. Conveyer
b. Cranes dan hoist
c. Trucks

Pertimbangan Perancangan Sistem Material Handling


Sistem material handling pada dasarnya dilakukan guna meningkatkan efisiensi
perpindahan material dari satu departemen ke departemen lainnya. Dengan aliran
material handling, biaya material handling akan dapat ditekan seminimal mungkin.
Efisiensi dapat berwujud jika proses perpindahan material tersebut menggunakan
sistem dan peralatan yang sesuai. Keputusan mengenai sistem dan peralatan
pemindahan material harus didasarkan atas pertimbanagan-pertimbagan yang
matang.
Pertimbangan yang harus dilakukan antara lain menyangkut:
1. Karakteristik material

2. Tingkat aliran
3. Tipe tata letak pabrik
Karakteristik Material
Penggunaan peralatan dan pemindahan material yang kurang sesuai dengan material
yang ditangani akan meningkatkan biaya dan hal tersebut dihindari. Karakteristik dari
suatu material/barang dalam suatu pabrik mutlak untuk diketahui terlebih dahulu.
Karakteristik material antara lain dapat dikategorikan berdasarkan hal-hal seperti
berikut:
1. Sifat fisik : dapat berupa benda padat, cair atau gas
2. Ukuran: seberapa besar volumenya, panjang, lebar serta tinggi dari material/barang
3. Berat: per buah, per kotak atau per unit volume
4. Bentuk: berupa alat panjang, persegi, bulat dan sebagainya.
5. Kondisi: dalam keadaan panas, dingin, kering, basah dan sebagainya.
6. Resiko keamanan: apakah mudah meledak, beracun, mudah pecah, mudah patah,
dan sebagainya.

Dengan pertimbangan sifat fisik, ukuran, berat, bentuk, dan kondisi material atau
barang yang akan dipindahkan, serta karakter lain dari material atau barang, sistem
pemindahan matrial akan lebih mudah ditentukan.

http://winnyalnamarlina.blogspot.com/2011/07/material-handling.html
1. Muatan curah (bulk load) dapat dipindahkan menggunakan bucket conveyor, screw
conveyor.
2. Muatan satuan (unit load) dapat dipindahkan menggunakan roller conveyor,
escalator.

3. Mesin pemindahan bahan untuk muatan curah atau satuan, misalnya : belt
conveyor, apron conveyor.

Screw Conveyor
Screw conveyor memiliki fungsi ganda selain pemindahan bahan tetapi juga
mencampur bahan. Bahan yang dapat dipindahkan dengan screw conveyor terbatas
pada bahan curah yang ukurannya tidak terlalu besar (butiran kecil) sampai bahan
yang berbentuk serbuk maupun cair. Screw conveyor tidak dapat digunakan untuk
pemindahan bahan bongkah besar (large-lumped), mudah hancur (easily-crushed),
abrasive, dan material mudah menempel (sticking materials). Beban yang berlebihan
akan mengakibatkan kemacetan, merusak poros, dan screw berhenti.
Kelebihan lain dari screw conveyor adalah dapat mengeluarkan material pada
beberapa titik yang dikehendaki. Hal ini penting bagi material yang berdebu (dusty)
dan material panas, material yang berbau.
Adanya screw pada conveyor ini mengakibatkan adanaya gesekan material terhadap
screw dan through yang berakibat pada konsumsi daya yang tinggi. Oleh karena itu
screw conveyor digunakan untuk kapasitas rendah sampai sedang (sampai 100
m3/jam) dan panjang biasanya 30 sampai 40 m.
Putaran screw conveyor bisa ke arah kanan (rught hand) yang merupakan jenis
umum, dan ke arah kiri (left hand). Sedangkan jumlah ulir pada screw conveyor ada
yang ulir tunggal, ulir ganda, dan ulir triple. Screw yang digunakan biasanya dibuat
dari lembaran baja.
Berdasarkan jenis bahan yang dipindahkan, conveyor dapat dibagi atas beberapa
jenis, yaitu :
1. Pemindahan bahan berupa butiran kering atau material serbuk menggunakan
trough screw atau continuous screw.
2. Pemindahan bahan berbentuk bongkah (lumpy) dan material lengket menggunakan
ribbon screw, paddle flight, atau cut flihgt screw.
Paddle flihgt dan cut flight conveyor juga digunakan untuk pencampuran (blending),
pengadukan (churning) dan pencampuran (mixing) dua atau lebih material.

Bagian- bagian Screw Conveyor

Jenis muatan yang ditangani oleh mesin pemindah bahan dapat dibedakan menjadi :

Muatan tumpahan (bulk load) yang terdiri dari banyak partikel atau gumpalan yang

homogen

Muatan satuan (unit load) adalah muatan yang telah menjadi satu satuan dalam

ukuran yang lebih besar dan dapat diangkut secara satu satuan. Unit load bisa jadi
merupakan bulk load yang telah terbungkus seperti dalam peti kemas, karung, dan
sebagainya.
Pemilihan mesin pemindah bahan sangat penting dalam operasional, karena
pemindahan bahan merupakan salah satu kegiatan yang memiliki prosentase cukup
besar dalam kegiatan produksi. Oleh karena itu pemindahan bahan harus dilakukan
secara efektif dan efisien, salah satunya dengan pemilihan mesin dan peralatan
pemindahan bahan yang tepat. Pemilihan mesin pemindahan yang tepat memerlukan
pertimbangan, salah satunya faktor teknis antara lain :
1. Jenis dan sifat bahan yang akan ditangani
2. Kapasitas perjam yang dibutuhkan
3. Arah dan jarak perpindahan
4. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir, dan antara
5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan
6. Kondisi lokal yang spesifik
7. Jangka waktu penggunaan alat
Selain faktor teknis, juga harus dipertimbangkan faktor ekonomis, antara lain :
1. Biaya pengeluaran modal (capital outlay) meliputi : biaya peralatan (cost of
equipment), biaya pengangkutan, biaya pemasangan, dan biaya konstruksi yang
diperlukan dalam operasinya.

2. Biaya operasional (operational cost) yang meliputi : upah pekerja, biaya bahan
bakar (energi), biaya perawatan dan perbaikan.
Parameter teknis dalam pengoperasian mesin pemindah bahan juga menjadi
pertimbangan, antara lain :
1. Kapasitas pemindahan bahan (ton/jam)
2. Berat mati peralatan (dead weight of equipment)
3. Tinggi angkat (lifting height)
4. Ukuran geometris mesin/peralatan, antara lain bentangan, panjang, dan lebar.
Mesin pemindahan bahan yang sering digunakan pada industri pengolahan pertanian
adalah mesin pengangkut (conveyor).
, apron conveyor.
Pemilihan jenis mesin pemindahan bahan didasarkan pada :
1. Sifat bahan yang akan dipindahkan
2. Kapasitas peralatan
3. Arah dan panjang pemindahan
4. Penyimpanan material
5. Langkah proses dan gerakan muatan bahan
6. Kondisi lokal yang spesifik
Seperti faktor-faktor yang dipertimbangkan pada pemilihan mesin pemindahan bahan,
maka pemilihan jenis conveyor juga mempertimbangkan faktor ekonomis, seperti
biaya investasi awal (modal), dan biaya operasional.
Belt Conveyor
Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan bahan baik muatan curah (bulk
load) maupun muatan satuan (unit load) dalam ukuran/dimensi yang tidak terlalu
besar. Umumnya pemindahan bahan dengan menggunakan belt conveyor diterapkan

pada muatan satuan yang dikemas baik menggunakan botol, kardus dengan dimensi
tertentu. Arah pemindahan belt conveyor horisontal, namun memungkinkan terjadinya
belokan pada arah pemindahan. Kapasitas pemindahan belt conveyor berkisar antara
500 sampai 5000m3/jam, dengan kemampuan memindahkan pada jarak 500 m
sampai 1000 m bahkan lebih. Belt conveyor banyak diterpakan sebagai mesin
pemindah bahan karena pemeliharaan dan pengoperasian yang relatif mudah.
Bucket Elevator
Bucket elevator merupakan mesin pemindah bahan yang bergerak pada arah vertikal
yang banyak diterapkan pada industri. Bucket elevator yang menggunakan bucket
dengan kapasitas terbatas diterapkan pada pemindahan bahan berupa muatan curah
(bulk load) berbentuk serbuk, butiran-butiran kecil, dan bongkahan. Jenis bucket yang
digunakan pada bucket elevator ada tiga jenis berdasarkan jenis bahan yang dimuat,
yaitu :
1. Deep bucket
Sudut potong 65, digunakan untuk bahan sangat kering dan mudah mengalir.
1. Shallow bucket
Sudut potong 45, digunakan untuk bahan yang mengandung uap air dan agak sukar
mengalir.
1. V-type bucket
Digunakan untuk material berat dan abrasi.
Overhead Conveyor
Overhead conveyor digunakan untuk pemindahan bahan secara horisontal dan
vertikal. Pemindahan bahan dengan menggunakan overthead conveyor diterapkan
pada pemindahan bahan secara kontinyu dalam satu unit kerja (intrashop) maupun
antar unit kerja (intershop). Muatan yang dipindah dengan menggunakan overhead
conveyor adalah muatan satuan.
Keuntungan menggunakan overhead conveyor adalah dapat mengikuti bentuk
lintasan, mudah menyesuaikan perubahan arah, lintasan jauh (sampai 400 atau 500
m) dengan penggerak tunggal, dan sampai 2 km dengan penggerak ganda,
menghemat ruang, serta konsumsi daya kecil.

Pneumatic Conveyor
Pneumatic conveyor atau conveyor udara berfungsi terutama untuk memindahkan
bahan curah (bulk load) di dalam suatu aliran udara yang bergerak melalui pipa.
Prinsip kerja dari pneumatic conveyor adalah bahan dipindahkan oleh aliran udara
yang bergerak cepat.
Penggunaan pneumatic conveyor banyak diterapkan pada industri makanan dan
minuman untuk mengangkut berbagai material kering dan material bubuk. Kapasitas
pneumatic conveyor bisa mencapai 300 ton/jam untuk satu pipa, dan jarak
perpindahan bisa mencapai 1,8 km dengan ketinggian 100 m tanpa perpindahan
antara.
Keuntungan menggunakan pneumatic conveyor adalah material dipindah dalam pipa
yang ditutup rapat sehingga proses pemindahan terjadi hampir tanpa losses,
kemampuan memindahkana material berdebu, menghemat ruang dan kemampuan
pemindahan bahan dalam berbagai sudut dan arah.
Apron Conveyor
Apron conveyor digunakan untuk pemindahan berbagai muatan baik muatan curah
maupun muatan satuan. Arah pemindahan dapat secara horisontal maupun
membentuk sudut.
https://dianape.wordpress.com/conveyors/

Bagian utamanya adalah poros yang dilengkapi screw yang berputar dalam throug,
poros tersebut diputar oleh motor yang terletak pada sisi luar throug . Pada saat
screw berputar, material dimasukan melalui feeding hopper ke screw yang bergerak
maju akibat daya dorong (thrust) screw. Poros dan screw berputar sepanjang rumah
(casing) lintasan berbentuk U (U- shaped). Material yang diindahkan dimasukan
kedalam trough oleh satu atau lebih cawan pengisi (feed hopper). Bahan
dikeluarkan pada ujung trough atau bukan bawah trough.

Gambar 2.1 Screw conveyor


Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu
sehingga berbentuk sekrup helikal tetap (fixed helical screw). Pisau berpilin ini
disebut flight. Adapun macam-macam flight pada screw conveyor adalah :
1. Sectional flight,
2. Helicoid flight, dan
3. Special flight.
Sectional flight
Conveyor berflight section dibuat dari pisau-pisau pendek yang disatukan tiap pisau
berpilin satu putaran penuh dengan cara disambung tepat pada tiap ujung sebuah
pisau dengan dilas sehingga akhirnya akan membentuk sebuah pilinan yang
panjang.
Helicoid flight

Sebuah helicoid flight, bentuknya seperti pita panjang yang berpilin mengelilingi
suatu poros. Untuk membentuk suatu conveyor, flight- flight itu disatukan dengan
cara dilas tepat pada poros yang bersesuaian dengan pilinan berikutnya.
Special flight
Flight khusus digunakan dimana suhu dan tingkat kerusakan tinggi adalah flight
cast iron. Flight-flight ini disusun sehingga membentuk sebuah konveyor. Untuk
bahan yang lengket, digunakan ribbon flight. Untuk mengaduk digunakan cut
flight. Flight pengaduk ini dibuat dari flight biasa, yaitu dengan cara memotongmotong flight biasa lalu membelokkan potongannya ke berbagai arah.
Adapun gambar dari jenis-jenis flight (daun screw) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 dari jenis-jenis flight (daun screw)


Screw conveyor ini terdiri dari baja yang memiliki bentuk spiral (pilinan seperti
ulir) yang tertancap pada shaft/poros dan berputar dalam suatu saluran berbentuk U
(through) tanpa menyentuhnya sehingga flight (daun screw) mendorong material ke
dalam trough. Shaft/poros digerakkan oleh motor gear.

Saluran (trough) berbentuk setengah lingkaran dan disangga oleh kayu atau baja.
Pada akhir ulir biasanya dibuat lubang untuk penempatan as dan drive end yang
kemudian dihubungkan dengan alat penggerak.
Elemen screw conveyor disebut flight (daun screw) . Bentuknya spiral (lilitan
seperti ulir) atau dengan modifikasi tertentu yang menempel pada poros.

Screw conveyor memerlukan sedikit ruangan dan tidak membutuhkan mekanik


serta membutuhkan biaya yang sedikit. Material bercampur saat melewati
conveyor. Pada umumnya screw conveyor dipakai untuk mengangkut bahan secara
horizontal. Namun bila diinginkan dengan elevasi tertentu bisa juga dipakai dengan
mengalami penurunan kapasitas 15-45% dari kapasitas horisontalnya
Komponen Screw Conveyor

Keterangan :
1. Screw conveyor drive, motor mount, V belt drive dan guard.
2. End plate untuk screw conveyor drive.

3. Palung dengan fitted discharge spout.


4. Trough / Palung
5. End plate untuk ball bearing.
6. Seal plate, flanged ball bearing unit dan tail shaft.
7. Screw
8. Screw dengan bare pipe at discharge end.
9. Hanger dengan bearing dan coupling shaft.
10. Flanged cover with inlet.
11. Flanged covers with buttstrap.

Fungsi Dari Komponen


1.

Trough

Troughs (U) atau palung berfungsi sepenuhnya sebagai wadah/rumah yang


menyertakan bahan dan disampaikan dengan bagian-bagian yang berputar (screw
conveyor).

2.

Hanger

Hanger berfungsi memberikan dukungan, mempertahankan allignment dan


bertindak sebagai permukaan bantalan.

3.

Screw Conveyor

Screw Conveyor ini berputar dengan halus memutar materi kesamping didalam
palung atau troughs ( U ).

4.

Kopling

Kopling dan Poros menghubungkan dan mengirimkan motion untuk screw


conveyors berikutnya.

Fakultas Teknologi Kelautan


Kapal

Beranda

Daftar Isi

E-book

Sifat sifat material


ASURANSI KAPAL
Uji Keausan ( Wear )

Suatu komponen struktur dan mesin agar berfungsi denganbaik sebagaimana mestinya
sangat tergantung pada sifat-sifatyang dimiliki material. Material yang tersedia dan
dapatdigunakan oleh para engineer sangat beraneka ragam, sepertilogam, polimer,
keramik, gelas, dan komposit.Sifat yang dimiliki oleh material terkadang
membatasikinerjanya. Namun demikian, jarang sekali kinerja suatu materialhanya
ditentukan oleh satu sifat, tetapi lebih kepada kombinasidari beberapa sifat. Salah satu
contohnya adalah ketahanan-aus( wear resistance ) merupakan fungsi dari beberapa sifat
material(kekerasan, kekuatan, dll), friksi serta pelumasan. Oleh sebab itupenelaahan
subyek ini yang dikenal dengan nama ilmu Tribologi.Keausan dapat didefinisikan
sebagai rusaknya permukaanpadatan, umumnya melibatkan kehilangan material
yangprogesif akibat adanya gesekan (friksi) antar permukaanpadatan. Keausan bukan
merupakan sifat dasar material,melainkan respon material terhadap sistem luar
(kontakpermukaan). Keausan merupakan hal yang biasa terjadi padasetiap material yang
mengalami gesekan dengan material lain.Keausan bukan merupakan sifat dasar material
, melainkanresponse material terhadap sistem luar (kontak permukaan).Material apapun
dapat mengalami keausan disebabkan olehmekanisme yang beragam.Pengujian keausan
dapat dilakukan dengan berbagaimacam metode dan teknik, yang semuanya bertujuan
untukmensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah satunya adalahmetode Ogoshi
dimana benda uji memperoleh beban gesek daricincin yang berputar ( revolving disc ).
Pembebanan gesek iniakan menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang
yang pada akhirnya akan mengambil sebagian materialpada permukaan benda uji.
Besarnya jejak permukaan darimaterialtergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan
tingkatkeausan padamaterial. Semakin besar dan dalam jejak keausan
maka semakin tinggi volume material yang terkelupas daribenda uji. Ilustrasi skematis
dari kontak permukaan antararevolving disc dan benda uji diberikan oleh Gambar
berikut ini.

Dengan B adalah tebal revolving disc (mm), r jari-jari disc (mm),b lebar celah material
yang terabrasi (mm) maka dapatditurunkan besarnya volume material yang terabrasi
(W) :

Laju keausan (V) dapat ditentukan sebagai perbandingan volumeterabrasi (W) dengan
jarak luncur x (setting pada mesin uji) :

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian pengantar, material jenis apapun akan
mengalami keausan dengan mekanisme yangberagam , yaitu keausan adhesive, keausan
abrasive, keausanfatik , dan keausan oksidasi. Dibawah ini diberikan penjelasanringkas
dari mekanisme-mekanisme tersebut :
Mekanisme keausan terdiri dari :
1. Keausan adhesive ( Adhesive wear )

Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan adanya
perlekatan satu sama lainnya( adhesive ) serta deformasi plastis dan pada akhirnya
terjadi pelepasan / pengoyakan salah satu material seperti di perlihatkan pada gambar 2
di bawah ini :

Faktor yang menyebabkan adhesive wear :


1. Kecenderungan dari material yang berbeda untukmembentuk larutan
padat atau senyawa intermetalik.
2. Kebersihan permukaan.

Jumlah wear debris akibat terjadinya aus melalui mekanismeadhesif ini dapat dikurangi
dengan cara ,antara lain :
1. Menggunakan material keras.
2. Material dengan jenis yang berbeda, misal berbedastruktur kristalnya.
2. Keausan Abrasif ( Abrasive wear )
Terjadi bila suatu partikel keras ( asperity ) dari material tertentu meluncur
pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi
atau pemotongan material yang lebih lunak , seperti diperlihatkan pada
Gambar 3 di bawah ini. Tingkat keausan pada mekanisme iniditentukan oleh
derajat kebebasan ( degree of freedom )partikel keras atau asperity
tersebut.

Sebagai contoh partikel pasir silica akan menghasilkan keausan yang lebih tinggi ketika
diikat pada suatu permukaan seperti pada kertas amplas, dibandingkan bila pertikel
tersebut berada di dalam sistem slury. Pada kasus pertama, partikel tersebut
kemungkinan akan tertarik sepanjang permukaan dan akhirnya mengakibtakan
pengoyakan. Sementara pada kasus terakhir, partikel tersebut mungkin hanya berputar
( rolling ) tanpa efek abrasi.

Faktor yang berperan dalam kaitannya dengan ketahanan material terhadap abrasive
wear antara lain:
1. Material hardness
2. Kondisi struktur mikro
3. Ukuran abrasif
4. Bentuk

abrasif Bentuk kerusakan permukaan akibat abrasive wear, antaralain :


1. Scratching
2. Scoring
3. Gouging

hanya satu interaksi, sementara pada keausan fatik dibutuhkan interaksi multi. Keausan
ini terjadi akibat interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban
berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak mikro
tersebut pada akhirnya menyatu dan menghasilkan pengelupasan material. Tingkat
keausan sangat bergantungpada tingkat pembebanan. Gambar 4 memberikan
skematismekanisme keausan lelah :

4. Keausan Oksidasi/Korosif ( Corrosive wear )


Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan
oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan pembentukan
lapisan pada permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai
konsekuensinya, material akan mengarah kepada perpatahan interface antara lapisan
permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan
tercabut.

5. Keausan Erosi ( Erosion wear )


Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel padatan yang
membentur permukaan material. Jika sudut benturannya kecil, keausan yang dihasilkan
analog dengan abrasive. Namun, jika sudut benturannya membentuk sudut gaya normal

( 90 derajat ), maka keausan yang terjadi akan mengakibatkan brittle failure pada
permukaannya, skematis pengujiannya seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

https://ftkceria.wordpress.com/2012/04/28/uji-keausan-wear/
- sifat keausan.
lms.aau.ac.id/library/ebook/.../download_0043.pdf

Anda mungkin juga menyukai