Anda di halaman 1dari 15

KERJASAMA INDONESIA DAN MALAYSIA

Diberitakan bahwa negara Indonesia dan Malaysia menandatangani MoU kerja sama
di bidang pertanian membahas ketahanan pangan.
Menteri Pertanian Indonesia Anton Apriyantono dan Menteri Pertanian dan Industri
Berbasis Pertanian Malaysia menandatangani MoU kerja sama di Kuala Lumpur.
Tujuan kerja sama itu untuk memperkuat, mempromosikan, dan mengembangkan
kerja sama bilateral antara dua negara berbasiskan saling menguntungkan di
bidang makanan, hortikultura, peternakan, agrobisnis, dan bidang lainnya yang
disetujui kedua belah pihak. Indonesia dan Malaysia memandang perlunya
peningkatan kerjasama di bidang perdagangan, investasi dan energi, termasuk
kerjasama sub regional melibatkan kerjasama dalam kerangka segitiga
pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura dan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMS
dan IMT-GT).
Di masa datang, kerjasama bidang perdagangan, investasi dan energi diharapkan
bisa lebih berkembang lagi sekaligus meningkatkan perekonomian kedua negara
serta membuka lapangan kerja yang memang dibutuhkan untuk mengurangi
pengangguran yang terus meningkat dewasa ini. kedua pemimpin negara sepakat
tidak hanya dilakukan antara Pertamina dengan Petronas saja, tetapi juga di bidang
kelapa sawit untuk kepentingan minyak sawit (CPO) maupun pengembangan
sumber energi dari kepala sawit (bio-energy).
Dalam konteks investasi Indonesia akan terus mengembangkan iklim investasi yang
lebih baik menyangkut kepastian hukum, kebijakan ekonomi yang lebih kondusif
bagi investasi termasuk kebijakan tenaga kerja, sehingga investasi bisa berjalan
dengan baik.

Di bidang sosial dan kesejahteraan, kedua pemimpin negara juga bersepakat terus
menggalang kerjasama khususnya di bidang ketenagakerjaan. kedua negara
sepakat untuk melakukan pengelolaan secara lebih baik lagi melalui kebijakan dan
langkah-langkah kerjasama di bidang ketenagakerjaan tersebut.
Kerjasama itu sendiri, untuk selanjutnya akan ditindaklanjuti di tingkat menteri dan
organisasi-organisasi pemerintahan termasuk diantara kalangan dunia usaha baik
swasta maupun milik negara. Kedua belah pihak, menurut dia, telah menunjukkan
kesungguhan untuk menindaklanjuti kesepakatan yang telah terbentuk, baik antara
dua pemerintahan maupun antara kalangan dunia usaha.

KERJASAMA INDONESIA DAN SINGAPURA


Indonesia dan Singapura sepakat membentuk enam kelompok kerja atauWorking
Group guna meningkatkan kerja sama ekonomi di antara kedua negara.

Kesepakatan tersebut dicapai dalam Leaders` Retreat selama tiga jam antara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong di
Botanic Garden, Singapura, Senin.
Pada konferensi pers di Hotel Shangrila, Singapura, Senin malam, Presiden
Yudhoyono mengatakan, keenam kelompok kerja itu mencakup peningkatan
kerjasama di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, untuk peningkatan investasi,
peningkatan kerja sama bidang transportasi udara, peningkatan kerjasama
pariwisata, kerjasama di bidang tenaga kerja serta kerjasama di bidang bisnis
pertanian.
Belajar dari pengalaman masa lalu, kami sepakat kerjasama ke depan setiap saat
bisa diukur sekaligus bisa diidentifikasi masalah, hambatan. Oleh karena itu kami
sepakat telah dibentuk enam working group yang akan menjalankan kerjasama di
bidang ekonomi, tutur Presiden.
Enam kelompok kerja tersebut akan berada di bawah koordinasi Menteri
Perekonomian Hatta Radjasa, sedangkan masing-masing kelompok akan diketuai
oleh menteri teknis terkait yang akan melapor secara berkala kepada pemimpin
negara masing-masing.
Kelompok-kelompok kerja dibentuk guna mencari peluang kerjasama saling
menguntungkan itu, menurut Presiden, akan melibatkan daerah karena Singapura
tidak hanya berminat berinvestasi di Jakarta tetapi juga ingin berkontribusi pada
perkembangan ekonomi di provinsi Indonesia lainnya.

INDONESIA - THAILAND
Pemerintah Indonesia dan Thailand sepakat meningkatkan kerja sama di bidang
pertanian, terutama alih teknologi informasi dan teknologi, perdagangan, pelatihan,
teknik dan penelitian dalam bidang pertanian. Kesepakatan itu dituangkan dalam
MoU yang ditandatangi oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri
Pertanian dan Koperasi Thailand, Khunying Sudarat Keyuprahan, Jumat siang.
Penandatangan yang dilakukan di Ruang Purple di Thai Koo Fah Building (gedung
pemerintahan Thailand) di Bangkok, disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan PM Thailand Thaksin Shinawatra. Menurut informasi Departemen
Pertanian, bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan menurut isi nota
kesepahaman itu antara lain menyangkut promosi perdagangan komoditi pertanian;
pengelolaan dan perlindungan keragaman hayati pertanian; pengembangan dan
penyuluhan pertanian; kerja sama teknik dan peningkatan SDM; serta pengelolaan
dan perlindungan lahan-lahan pertanian dan air. Untuk mendukung pencapaian
kerja sama, kedua pihak sepakat untuk membentuk Kelompok Kerja Pertanian
Bersama (JAWG), yang diketuai oleh seorang pejabat tinggi dari masing-masing
negara.
Tugas utama JAWG itu adalah menyampaikan masukan mengenai pengembangan
dan perbaikan kerjasama, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan, serta
membuat rekomendasi penanganan permasalahan yang timbul dari pelaksanaan

MoU tersebut. MoU yang ditandantangani menteri pertanian Indonesia dan Thailand
itu merupakan tindak lanjut dari kesepakatan yang dibuat oleh kedua negara dalam
bidang kerjasama ekonomi dan teknik (Agreement on Economic and Technical
Cooperation) yang ditandatangani pada 18 Januari 1992 di Bangkok. MoU juga
merupakan tindak lanjut dari kesepakatan bidang pertanian (Agreement on
Agricultural Cooperation) yang ditandatangani dan diamandemen di Jakarta pada 22
Februari 1984 dan 23 April 1996. Sebelumnya pada Jumat pagi Presiden Yudhoyono
dan PM Thaksin melakukan pertemuan empat mata, yang dilanjutkan dengan
pertemuan bilateral.
Delegasi yang dipimpin Presiden dalam pertemuan bilateral itu antara lain terdiri
dari Menko Perekonomian Boediono, Menlu Hassan Wirajuda, Menteri Pertanian
Anton Apriyantono, Menneg BUMN Soegiharto, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi,
Ketua Umum Kadin M.S. Hidayat, anggota DPR Ade Nasution dan Tristanti Mitayani,
anggota DPD Edwin Kawilarang, serta Dirjen Asia Pasifik dan Afrik-Deplu, Herijanto
Soeprapto.

Khusus untuk kerjasama di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, Presiden


mengatakan Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah dari keberadaan kawasan
khusus tersebut karena luas wilayah Singapura tak akan bertambah dengan
industrinya semakin maju.
Karena itu, kawasan sekitar Singapura seperti Batam, Bintan, dan Karimun, dapat
meraih keuntungan dari kondisi tersebut.
Presiden mengatakan kerjasama erat dengan Singapura juga diharapkan meningkat
dalam bidang pariwisata dan transportasi udara, khususnya menjelang kebijakan
ASEAN Open Sky pada 2015.
Sementara dalam bidang tenaga kerja, Indonesia berharap agar tenaga kerja
terampil atau kaum profesional semakin mendapatkan tempat dalam pasar tenaga
kerja Singapura.
Untuk bidang agribisnis, Presiden menjelaskan, Indonesia sampai saat ini masih
sedikit berkontribusi dalam konsumsi sayur mayur dan buah-buahan Singapura.
Sebelum 2014, Kepala Negara mengatakan, Indonesia menargetkan menguasai
hingga 30 persen pasar sayur mayur dan buah-buahan Singapura.
Di luar kelompok kerja bidang ekonomi, Indonesia dan Singapura membentuk satu
kelompok kerja lagi untuk koordinasi kerjasama ancaman terorisme di kawasan.
Working Group masalah `combating terorism` ini sudah berjalan dan kita ingin
lebih efektif lagi dilakukan, ujar Presiden.
Pertemuan antara Presiden Yudhoyono dan PM Lee Hsien Loong dilakukan dalam
suasana santai yang lepas dari suasana kaku keprotokoleran. Sebelum melakukan
pembicaraan bilateral, kedua pemimpin makan siang bersama di sebuah restoran di
tengah Botanic Garden yang rimbun.

Presiden menegaskan posisi penting Singapura sebagai mitra ekonomi yang kuat
dalam bidang investasi dan perdagangan.
Namun selain membahas masalah kerjasama ekonomi dan terorisme, kedua
pemimpin tidak membicarakan masalah lain seperti perjanjian ekstradisi dalam
pertemuan tersebut.
Volume perdagangan Indonesia-Singapura pada 2009 mencapai 25 miliar dolar AS,
tertinggi keempat setelah Amerika Serikat, Jepang, dan China. Sedangkan investasi
Singapura di Indonesia pada 2009 mencapai 4,5 miliar dolar AS atau setara dengan
Rp4,3 triliun.

HUBUNGAN INDONESIA DAN VIETNAM


Hubungan dan ikatan diplomatik Indonesia sudah terjalin selama lima puluh tahun.
Keduanya memiliki konsesus bersama untuk sepakat meningkatkan hubungan dan
kerja sama di segala bidang, termasuk kerja sama keamanan dan penanggulangan
bajak laut di perairan Selat Malaka serta mengungkapkan saling dukung sebagai
dewan keamanan tidak tetap PBB.
Hubungan indonesia dan Vietnam utamanya dilandaskan pada aspek kultural dan
sosial. Landasan utama hubungan diplomatik kultural Indonesia-dan Vietnam
diimplementasikan ke dalam fram sejarah kebudayaan misalnya dengan mlakukan
penelitian arkeologi bersama bertajuk Kebudayaan Dong Son dan Persebarannya
di masing-masing negara, penelitian reguler bertajuk Consultative Workshop
Archeology and Environmental Study on Dong Son Culture yang mempertemukan
peneliti arkeologi dari Vietnam dan Indonesia dengan dihadiri oleh penijau dari
negara lain
Namun jika ditilik dari kacamata sejarah dan pergolakan pasca perang dunia II dan
perang dingin, maka hubungan diplomatik Indonesia dan Vietnam memiliki akar
kuat ketika masing-masing negara dipimpin oleh Soekarno dan Ho Chi Minh yang
mana pada saat itu isu-isu seputar komunisme dan pembentukan politik porosporosan menjadi kajian utama menjalin kerja sama dan membangun ikatan dekat.
Indonesia sebagai salah satu aktor penting di ASEAN pada masa pergolakan
Vietnam dan Kamboja, menggagasi solusi perdamaian bagi keduanya utamanya
menyangkut saran kepada Vietnam untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri
Kamboja dalam bentuk apapun khususnya bantuan politik maupun militer pada
salah satu kubu yang sedang berseteru. Indonesia menggagasi supaya rakyat
Kamboja diberikan kebebasan penuh dan kesempatan untuk memilih pemimpin
untuk mengarahkan revolusi Kamboja ke arah yang dikehendaki.

KERJASAMA INDONESIA DENGAN KAMBOJA


Setiap negara dalam perjalanan setiap pemerintahannya tentu saja tidak lepas
dengan serangkaian pergolakan, baik bersifat intern maupun eksternal. Pergolakan

intern kamboja, tercatat pada peristiwa ancaman komunisme kamboja di tahun


1975 di mana banyak yang mengklaim bahwa pergolakan tersebut tidak lepas dari
pengaruh negara tetangganya yakni Vietnam dan China. Sedangkan salah satu
contoh pergolakan eksternal Kamboja yakni perselisihan dengan Thailand berkaitan
dengan candi purba Preah Vihear di perbatasan kedua negara
tersebutSepertihalnya Indonesia yang identik dengan negara sumber terorisme,
Kamboja juga dikenal berkaitan dengan berbagai permasalahan keamanan dan
perbatasan dengan negara tetangganya. Oleh karena itu, ruang lingkup
pembahasan permasalahan Kamboja masih sangat luas. Fokus pembahasan
memiliki kecenderungan menjadi bias dan terlalu terdispersi.
Persengketaan maupun pergolakan di suatu negara yang berdaulat hakekatnya
masih merupakan wewenang internal bebas intervensi asing sampai pada tingkat
level tertentu negara bersangkutan secara kognitif menyampaikan inkapabilitasnya.
Keberadaan forum kawasan, ASEAN dalam hal ini idealnya adalah berpartisipasi
aktif dalam menjaga situasi keamanan.
Sebagai contoh studi kasus untuk mendapatkan pendekatan perspektif
permasalahan, yakni sengketa Candi Preah Vihear di perbatasan Kamboja-Thailand.
Permasalahan bilateral antara Kamboja-Thailand telah dibawa dalam pertemuan
ASEAN guna mengijinkan ASEAN menjadi jembatan supaya tercapai win-win
solution. Melalui Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo dan sebagai tanggapan
atas surat yang dikirimkan pemerintah Kamboja, yang meminta ASEAN juga ikut
campur untuk mendinginkan ketetgangan yang meningkat atara kedua negara
bertetangga tersebut. Akan tetapi beberapa perundingan yang disponsori ASEAN
melalui pembicaraan makan siang antarmenteri luar negerinya, mengalami
kebuntuan. Sekjen ASEAN, Surin Pitsuwan menyatakan ASEAN tidak bisa
mengontrol situasinyaBukankah ini secara implisit mengungkapkan inkapabilitas
ASEAN menghadapi permasalahan yang ada, sekaligus seolah mengilustrasikan
ASEAN hanya sekedar forum talk shop.
Singkat kata, perundingan bilateral pun lebih digalakkan supaya tercapai saling
pengertian sekaligus saling menahan diri dari benturan-benturan agresifitas militer.
Kebuntuan ini bukan tanpa sebab, tetapi karena tidak ada dari salah satu pihak
Kamboja maupun Thailand bersedia untuk berkompromi. Bahkan keupusan
pengadilan internasional terhadap kepemilikan kuil tersebut jatuh ke tangan
Kamboja ditolak oleh Thailand karena status tanahnya belum jelasOleh karena itu,
pemerintah Pnom Penh pun kemudian berinisiatif mengirimkan permohonan agar
DK PBB campur tangan dalam menjembatani konflik bilateral Kamboja-Thailand
Konflik kedua negara ini merupakan cermin dari inkapabilitas ASEAN yang tidak
kompeten dan tidak efektif sebagai fasilitator mediasi supaya terjadinya negosiasi.
Hubugan internasional antarkedua negara dan antarnegara di bawah payung ASEAN
seolah-olah tidak mencerminkan esensi dari keberadaan ASEAN sebagai forum
bersama menciptakan keharmonisan hubungan antaranggotanya. Upaya
penyelesaian konflik pun lebih banyak berasal dari inisiatif negara yang sedang
bertikai dengan memfokuskan diplomasi bilateral dan multilateral melalui PBB.

KERJASAMA INDONESIA DAN REPUBLIK FILIPINA


Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Filipina mencapai kesepakatan
kerjasama empat agenda yang menonjol, yakni masalah keamanan, politik,
ekonomi, serta pendidikan dan latihan, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
kepada wartawan di Manila, Selasa malam, tentang hasil kunjungan resminya sejak
Senin (20/06).
Dalam masalah keamanan, Yudhoyono menceritakan bahwa dirinya bersama
Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo sepakat meningkatkan kerjasama dalam
menghadapi kejahatan transnasional, ancaman keamanan non tradisional termasuk
terorisme, penyelundupan barang dan jasa, penyelundupan manusia, perdagangan
gelap, narkotika, penyanderaan, gerakan terorisme regional.
"Perlu kerjasama yang baik untuk pengawasan, pengamatan, dan pengamanannya,
yaitu wilayah timur laut Indonesia, bagian utara dan timur Kalimantan, utara
Sulawesi, utara Maluku, dan langsung perbatasan dengan Filipina bagian selatan.
Kita menyadari bahwa penyanderaan ataupun kegiatan kejahatan transnasional
sangat potensial di wilayah itu," kata Kepala Negara.
Presiden menyebutkan, penyanderaan tiga WNI oleh elemen garis keras di Filipina
menunjukkan bahwa wilayah ini rawan. Disepakati kerjasama ini dilakukan lebih
konkret.
Dalam kerjasama keamanan, katanya, juga disepakati peningkatan kerjasama
kepolisian, intelijen, militer, imigrasi, maupun kepabeanan, dengan saling menukar
informasi, komunikasi, dan konsultasi.
Yudhoyono mengatakan dalam bulan Oktober 2005 akan ada pembicaraan soal
keamanan antara Indonesia dan Filipina yang akan merumuskan peningkatakan
kerjasama yang lebih konkret, sehingga kedua negara dapat mengontrol wilayahwilayah rawan untuk kepentingan bersama.
"Bukan hanya untuk Indonesia dan Filipina saja, tetapi juga dengan Malaysia dan
anggota ASEAN lainnya," kata Presiden.
Di bidang ekonomi, pembicaraan dengan Arroyo dan dalam pertemuan dengan
pengurus Kadin Filipina serta pertemuan dengan Philippine-Indonesia Business
Council disepakati peningkatan kerjasama perdagangan dan investasi kedua
negara,
Yudhoyono menyebutkan dari pertemuan tersebut dibahas kerjasama energi,
karena ada perusahan Filipina yang ingin beli gas alam cair (LNG) dari Indonesia.
Selain itu ada peluang kerjasama agrobisnis dan perikanan, serta penerbangan,
atau bidang lain yang diminati kedua negara.
Dibahas pula kerjasama pengembangan kawasan bersama Brunei Darussalam,
Malaysia, Indonesai, Filipina, yang telah dibicarakan dalam KTT ASEAN di Laos
beberapa waktu lalu antara Presiden Yudhoyono, Sulten Hasanal Bolkiah dari Brunei
Darussalam, PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, dan Presiden Filipina Gloria
Macapagal Arroyo.

"Saya menyarankan, dan mendapatkan tanggapan positif dari Arroyo agar dunia
usaha di empat negara itu lebih sering melaksanakan komunikasi untuk
memformulasikan bagaiman konsep pengembangan kawasan dari segi ekonomi
yang tentunya bila dapat dirumuskan keempat negara, maka kita akan
mempercepat pengembangan kawasan," katanya.
Ia menambahkan, apabila sudah ada konsep, program atau agenda yang konkret,
maka kewajiban pemerintah memberikan dorongan dan bantuan, agar
pengembangan kawasan bersama itu betul-betul dapat terwujud, karena hal itu
merupakan bagian kerjasama ekonomi dalam arti yang luas.
Sementara di kerjasama bidang politik, khususnya kerjasama kawasan dan
internasional, menurut Yudhoyono, dibahas bersama Arroyo untuk meningkatkan
komunikasi dan konsultasi di antara intra ASEAN, ASEAN plus 3 (Australia, India, dan
Selandia Baru), serta ASEAN plus dialog dengan negara-negara kawasan di Asia
Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Cina.
Selain itu, Yudhoyono dan Arroyo juga membicarakan soal reformasi PBB yang akan
dibahas lebih lanjut dalam forum sidang PBB bulan September 2005 di New York,
AS.
Sedangkan dalam bidang pendidikan dan latihan, difokuskan pada kerjasama
pengembangan balai latihan kerja untuk mempersiapkan tenaga kerja Indonesia
(TKI), khususnya tenaga kerja wanita (TKW) agar lebih kompetitif dan mendapatkan
perlindungan yang baik selama bekerja di luar negeri.
Presiden dalam kunjungannya ke Filipina antara lain mengunjungi Balai Latihan
Kerja TESDA (Technical Education and Skills Development Authority) yang
merupakan lembaga untuk mempersiapkan seluruh tenaga kerja Filipina guna siap
memasuki lapangan kerja.
Selain itu, Yudhoyono juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Filipina
yang akan membantu sekitar 8.000 warganegara Indonesia yang tidak memiliki
dokumen (undocumented) jelas yang tinggal di Filipina Selatan.
Kuasa Usaha Ad Interim di Manila, Sanusi, menyebutkan bahwa dari sekitar 10.400
WNI di Filipina, 8.000 orang di antaranya tidak memiliki dokumen dan mereka
tinggal di Filipina Selatan sebagai petani atau nelayan.
Pemerintah Indonesia, katanya, juga berharap Filipina dapat menyelesaikan konflik
dengan Front Pembebasan Islam Moro (The Moro Islam Liberation Front) di Mindanao
dapat berlangsung secara damai, dengan difasilitasi oleh Indonesia dan Malaysia,
sehingga baik untuk semua, baik untuk Filipina, kawasan, dan kemanusiaan.
"Itulah hal-hal penting yang dapat kita capai," kata Yudhoyono mengakhiri
penjelasannya.
Presiden dan rombongan dijadwalkan meninggalkan Manila pada Rabu pagi sekitar
pukul 09.00 waktu setempat (08.00 WIB) untuk kembali ke tanah air dan langsung
menuju Pontianak, Kalimantan Barat, untuk memimpin rapat dengan kepala daerah
dan jajaran Muspida setempat hingga hari Kamis (23/06)

KERJASAMA INDONESIA DAN BRUNEI DARUSSALAM

23 Maret 2010, Jakarta Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerima


kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Brunei Darussalam Pehin Datou Singamanteri
Kolonel (B) Dato Seri Paduka Hj. Mohammad Yasmin Bin Hj. Umar, Senin Pagi (22/3)
di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta. Maksud kunjungannya dalam rangka
mempererat dan meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara
khususnya menjajaki kerjasama di bidang industri pertahanan.
Selain melakukan kunjungan ke Menhan RI, Wamenhan Brunei Darussalam juga
berencana melakukan kunjungan kedua perusahaan industri pertahanan Indonesia
yaitu PT Dirgantara Indonesia dan PT. Pindad di Bandung. Di PT. DI, Wamenhan
Brunei Darussalam akan meninjau pesawat milik Brunei Darussalam yang saat ini
sedang dalam perawatan. Sedangkan di PT. Pindad, Wamenhan Brunei Darussalam
akan melihat Panser APC produksi PT. Pindad.
Wamenhan Brunei Darussalam dalam kunjungan kepada Menhan RI menyampaikan,
bahwa rencana kunjungannya ke Industri Pertahanan Indonesia adalah dalam
rangka menjajaki dan mendalami lebih lanjut kemungkinan kerjasama Industri
pertahanan kedua negara sekaligus mendukung pengaktifan kerjasama industri
pertahanan di kawasan ASEAN.
Menanggapai hal tersebut, Menhan RI atas nama pemerintah Indonesia
menyampaikan ucapan terimakasih atas perhatian pemerintah Brunei Darussalam
terkait kerjasama industri pertahanan. Hal tersebut menurutnya, akan semakin
mempererat dan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.
Menhan RI lebih lanjut berharap, ada dukungan yang kuat dari Brunei Darussalam
sebagai salah satu negara sahabat agar industri pertahanan ini dapat
dikembangkan secara bersama-sama.
Terkait perjanjian kerja sama pertahanan kedua Negara atau Defence Coperation
Agreement (DCA), Menhan RI menyampaikan bahwa untuk DCA antara IndonesiaBrunei Darussalam saat ini masih dalam proses ratifikasi di parlemen, dan
diharapkan dalam waktu dekat akan segera diratifikasi.
Menurut Menhan, DCA antara kedua negara sangat penting dalam rangka
memperkokoh hubungan kerja sama pertahanan, baik kerja sama di bidang latihan

kedua angkatan bersenjata, tukar menukar perwira, kerjasama industri pertahanan,


pendidikan maupun kerjasama di bidang lain.
Dalam kunjungannya ke Menhan RI tersebut, Wamenhan Brunei Darussalam
didampingi Dubes Kerajaan Brunei Darussalam Untuk Indonesia, Dato Paduka
Mahmud, Setiausaha Tetap I Kementerian Pertahanan Brunei Darussalam, Dato
Paduka Hj. Mustappa Bin Hj. Sirat, dan Atase Pertahanan Brunei Darussalam, Kol.
Pangiran Hafiz. Sementara itu, Menhan RI didampingi oleh Wamenhan Letjen TNI
Sjafrie Sjamsoeddin, Dirjen Strahan Mayjen TNI, Syarifudin Tippe, S.IP, M. Si, Karo
Humas Brigjen TNI I Wayan Midhio, M.Phil dan Karo TU Kemhan Laksma TNI Agus
Purwoto.
Usai diterima Menhan RI, Wamenhan Brunei Darussalam juga diterima secara
khusus oleh Wamenhan RI di ruang kerjanya. Dalam pertemuan tersebut dibahas
lebih detail tentang mekanisme kerjasama industri pertahanan kedua negara dan
kerjasama teknis lainnya seperti kerjasama di bidang pendidikan dan kerjasama
lainnya di bidang pertahanan.

Hubungan Perekonomian Indonesia - Jepang

Perdagangan

Bagi Indonesia, Jepang merupakan negara mitra dagang terbesar dalam hal
ekspor-impor Indonesia. Ekspor Indonesia ke Jepang bernilai US$ 23.6 milyar
(statistic Pemerintah RI), sedangkan impor Indonesia dari Jepang adalah US$ 6.5
milyar sehingga bagi Jepang mengalami surplus besar impor dari Indonesia (tahun
2007)

Komoditi penting yang diimpor Jepang dari Indonesia adalah a.l. minyak, gas
alam cair, batubara, hasil tambang, udang, pulp, tekstil dan produk tekstil, mesin,
perlengkapan listrik, dll. Di lain pihak, barang-barang yang diekspor Jepang ke
Indonesia meliputi mesin-mesin dan suku-cadang, produk plastik dan kimia, baja,
perlengkapan listrik, suku-cadang elektronik, mesin alat transportasi dan sukucadang mobil.

Investasi

Investasi langsung swasta dari Jepang ke Indonesia yang menurun sehubungan


dengan stagnasi yang dialami perekonomian Indonesia akibat krisis ekonomi yang
melanda Asia pada tahun 1997, kini belumlah pulih sepenuhnya, namun Jepang

tetap menempati kedudukan penting di antara negara-negara yang berinvestasi di


Indonesia.
Dalam jumlah investasi langsung asing di Indonesia dari tahun 1967 hingga 2007,
Jepang menduduki tempat pertama dengan angka 11,5% dalam kesuluruhannya.

Terdapat kurang lebih 1000 perusahaan Jepang beroperasi di Indonesia (sumber:


JETRO). Perusahaan-perusahaan tersebut memperkerjakan lebih dari 32 ribu pekerja
Indonesia yang menjadikan Jepang sebagai negara penyedia lapangan kerja nomor
1 di Indonesia (sumber: BKPM).

Kerjasama Ekonomi

Indonesia merupakan negara penerima ODA (bantuan pembangunan tingkat


pemerintah) terbesar dari Jepang (berdasarkan realisasi netto pembayaran pada
tahun 2005 adalah US$1.22 milyar, yaitu + 17% dari seluruh ODA yang diberikan
Jepang)
Selain itu, realisasi bantuan untuk tahun 2006 adalah :

Pinjaman Yen

: 125.2 milyar Yen


Bantuan hibah

: 5.4 milyar Yen


(berdasarkan pertukaran Nota-nota)
Kerjasama teknik

: 7.8 miliar Yen


(berdasarkan realisasi pembiayaan JICA)

Lain-lain

1.
Setelah mulainya pemerintahan Yudhoyono, telah dibentuk forum Investasi
bersama tingkat tinggi pemerintah-swasta antara Jepang dan Indonesia.
2.
Berdasarkan saran dan dialog yang sejak dulu diadakan antara Japan Club dan
pemerintah Indonesia, pada bulan Juni 2005 pada kesempatan kunjungan Presiden
Yudhoyono ke Jepang, telah berhasil disetujui SIAP, yaitu rencana strategis investasi
yang meliputi 5 pokok, yaiitu masalah bea, customs, tenaga kerja, infrastruktur dan
daya saing.
3.
Perundingan resmi Economic Partnersip Agreement antara Indonesia dan
Jepang (EPA) disetujui oleh pemerintah Indonesia dan Jepang pada waktu Presiden
SBY berkunjung ke Jepang dengan resmi pada bulan Juni 2005, setelah itu Presiden
SBY dan Mantan Perdana Menteri Jepang, Mr.Abe menandatangani surat persetujuan
EPA pada tgl 20 Agustus 2007. Melalui EPA yang telah berlaku efektif dan mulai
diimplementasikan pada tanggal 1 Juli 2008 ini, diharapkan perdagangan dan
investasi antara kedua Negara dapat meningkat dan semakin berkembang

KERJA SAMA INDONESIA DENGAN SRI LANKA

Indonesia jalin kerjasama dengan Sri Lanka untuk kembangkan perdagangan


produk laut, khususnya timun laut, rumput laut, fin fish dan ikan hias untuk target
pasar internasional. Selain melibatkan instansi pemerintah yang relevan,
implementasi kerjasama ini juga akan digerakkan oleh sektor bisnis dan swasta.
Kerjasama tersebut akan mencakup pelatihan, pertukaran ahli dan usaha bersama.
Rencana kerjasama tersebut tertuang dalam Minutes of Meeting yang
ditandatangani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Dr. Fadel
Muhammad dan Menteri Perikanan dan Pengembangan Sumber Daya Akuatik Sri
Lanka, Dr. Rajitha Senaratne di Colombo kemarin (27/01/2011). Minutes of Meeting
akan ditindaklanjuti dengan penjajakan kerjasama pengembangan perikanan di
bawah Memorandum Saling Pengertian di antara kedua Kementerian tersebut.
Kerjasama ini dipandang sangat penting, mengingat Indonesia dan Sri Lanka samasama negara maritim. Keduanya memiliki kesamaan kepentingan dalam
memastikan keberlangsungan sumber daya laut, khususnya Samudera India,
melalui budidaya hasil laut.
Melalui kerjasama tersebut, kedua negara akan berbagi pengetahuan mengenai
pengembangan budidaya hasil laut, terutama metode yang dapat memberikan nilai
tambah pada produk olahan. Indonesia dan Sri Lanka telah menjalin kerjasama
teknik yang baik sejak lama. Kerjasama di bidang perikanan ini akan mempererat
hubungan bilateral dan selanjutnya memberikan manfaat bagi masyarakat kedua
negara.
Demikian diungkapkan oleh Duta Besar RI untuk Sri Lanka dan Maladewa, Djafar
Husein usai mendampingi Menteri Fadel dalam penandatanganan Minutes of
Meeting dimaksud.

Ia menambahkan bahwa selain membahas rencana kerjasama dengan Kementerian


Perikanan dan Pengembangan Sumber Daya Akuatik Sri Lanka, Menteri Fadel juga
bertemu dengan Menteri Pembangunan Ekonomi Sri Lanka, Hon. Basil Rajapaksa.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas mengenai berbagai aspek tentang peningkatan
kerjasama ekonomi kedua negara.
Pertemuan-pertemuan tersebut merupakan bagian dari kunjungan kerja Delegasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Dr. Fadel
Muhammad ke Sri Lanka dan Maladewa pada 26-30 Januari 2011.
Kondisi ekonomi Sri Lanka mengalami peningkatan yang signifikan, terutama dalam
dua tahun terakhir ini, setelah Pemerintah Sri Lanka berhasil menuntaskan konflik
dengan Liberation Tigers of Tamil Eelam

KERJASAMA INDONESIA DENGAN PAKISTAN


KBRI Islamabad dan Rawalpindi Chamber of Commerce and Industry (RCCI)
komitmen untuk meningkatkan kerjasama perdagangan Indonesia-Pakistan melalui
berbagai upaya bersama KBRI Islamabad dan RCCI.
Upaya bersama yang akan dilakukan antara lain: mengupayakan
diselenggarakannya single country exhibition di Rawalpindi dan Indonesia;
mngupayakan kunjungan pengusaha Indonesia ke Rawalpindi; kerjasama
pertukaran informasi mengenai peluang bisnis dan investasi di kedua negara;
penjajakan investasi di Pakistan, utamanya di sektor batu bara.
Komitmen tersebut merupakan hasil pembicaraan antara Duta Besar RI untuk
Pakistan, Ishak Latuconsina, M.Sc dan jajaran pengurus RCCI pada kesempatan
courtesy call Duta Besar RI kepada jajaran pengurus RCCI di kantor RCCI, (Kamis,
26/11).
Duta Besar RI untuk Pakistan menyampaikan ucapan terima kasih atas kontribusi
RCCI dalam menggalang para pengusaha dari Rawalpindi untuk ikut serta dalam
rombongan delegasi pengusha Pakistan ke Trade Expo Indonesia 2009 yang
diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober sampai dengan 1 November 2009 di
Jakarta. Pada Trade Expo Indonesia 2009 tersebut, rombongan pengusaha Pakistan
merupakan delegasi ke-empat terbesar dari 43 negara yang hadir pada Expo
tersebut.
Duta Besar RI juga menyampaikan bahwa neraca perdagangan kedua negara masih
belum seimbang dan masih berpotensi untuk ditingkatkan. Duta Besar RI
mengharapkan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia Pakistan
dapat dengan segera ditandatangani dalam waktu dekat karena hal tersebut dapat
membantu meningkatkan nilai perdagangan antara kedua negara.
Acting President RCCI menanggapi bahwa adalah harapannya untuk dapat
meningkatkan hubungan perdagangan antara Indonesia dan Pakistan. Acting
President RCCI juga menyampaikan bahwa kondisi perekonomian Pakistan saat ini
sedang menuju ke arah yang lebih baik.

Rawalpindi merupakan salah satu pusat industri dan perdagangan di Pakistan yang
mempunyai kontribusi yang besar terhadap perekonomian Pakistan secara umum.
(Sumber: KBRI Islamabad)

KERJASAMA INDONESIA DENGAN INDIA


Indonesia sepakat untuk bekerja sama dengan India di sektor industri tekstil dan
diharapkan sudah membentuk badan resmi yang akan mewadahi rencana kerja
sama tersebut pada Agustus tahun ini.
Kami akan menunjuk sebanyak tujuh orang pemimpin perusahaan di masingmasing negara untuk bertemu dan membicarakan rencana untuk bergabung
mengembangkan industri tekstil, kata Ketua Kadin Indonesia MS Hidayat, dalam
acara pembukaan pameran perdagangan India bertajuk Made in India, di Jakarta,
Jumat (7/8).
Dia menjelaskan, Indonesia selama ini lebih banyak mengimpor produk tekstil. Hal
ini hendaknya bisa diminimalisasi dengan kerja sama yang akan digalang bersama
salah satu negara penghasil tekstil terbesar di dunia yaitu India.
Hidayat menyatakan, nilai investasi yang akan ditanamkan belum dibicarakan lebih
lanjut, namun diharapkan pada pertengahan Agustus 2009 Indonesia dan India
sudah membentuk badan resmi yang akan mewadahi rencana kerja sama di bidang
tekstil ini.
Mudah-mudahan akhir tahun 2009 telah ada kata sepakat antar pihak terkait
mengenai bentuk kerja sama dan nilai investasinya. Semua bisa berjalan lancar
asalkan pemerintah juga memberikan dukungannya, katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar India untuk Indonesia, Biren Nanda,
menyatakan harapannya agar Indonesia dan India dapat lebih mengembangkan
kerja sama, terutama di sektor perdagangan.
Saya berharap kedua negara dapat membangun hubungan yang lebih erat lagi
melalui berbagai kerjasama bilateral dan agar perusahaan India bisa lebih banyak
lagi menamakan investasinya di Indonesia, katanya.
Nanda mengatakan nilai perdagangan India-Indonesia mencapai 10 miliar dolar AS
pada 2008. Padahal angka tersebut adalah target perdagangan untuk 2010.
Menurutnya, selama beberapa tahun terakhir telah terjadi gelombang investasi
baru oleh pengusaha India di Indonesia yang berkonsentrasi pada sektor baja,
otomotif, perbankan dan sumber daya alam.
Hingga saat ini tercatat ada empat perusahaan tekstil besar yang beroperasi di
Indonesia, dua perusahaan di bidang besi dan baja, dua perusahaan di sektor
otomotif dan dua lagi di sektor keuangan.

Selain itu, ada pula beberapa perusahaan India yang aktif dalam sektor
pertambangan dan dua perusahaan India yang mendapat izin eksplorasi untuk
pertambangan gas di Sumatera.

KERJASAMA INDONESIA DENGAN CHINA

Shanghai - Sektor usaha Indonesia dan China sepaham untuk menjalin enam
kerjasama bidang energi dan pertambangan menyusul penandatanganan nota
kesepahaman sejumlah pelaku bisnis Indonesia dan China dalam forum bisnis di
Shanghai, China, Senin, dan disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Keenam kerjasama bidang energi dan pertambangan itu adalah penunjukan
Shanghai Know-How Marine Equipment sebagai distributor pelumas Marine
Pertamina.
Wilayah distribusi pelumas itu adalah China dengan nilai penjualan sebesar 600 ribu
dolar AS per tahun. Kedua pihak mematok target penjualan sebesar 1.500 dolar AS
pada tahun kedua.
Kerjasama kedua adalah pengelolaan proyek Madura Strait PSC, yaitu proyek blok
gas yang terletak di selat Madura. Kerjasama itu melibatkan tiga perusahaan, yaitu
Samudera Energy, CNOOC Limited, dan Husky Oil.
Kemudian PT Aneka Tambang menggandeng Hangzhou Jinjiang Group Co. Ltd untuk
melakukan proyek eksplorasi, eksploitasi, dan pengembangan bauksit.
Selain itu, Jinchuan Group Ltd berniat untuk berinvestasi di Indonesia dengan nilai
mencapai dua miliar dolar AS guna membangun pabrik nikel di Sulawesi Tenggara.
Perusahaan China itu akan menggandeng PT Barong Baragas Energy.
Kerjasama berikutnya adalah pembangunan pembangkit listrik dan eksploitasi nikel
senilai 700 juta dolar AS antara PT Bumi Makmur Selaras dan Hanking Industrial
Group.
Kerjasama eksploitasi nikel juga dikerjakan oleh PT Indonesia Mitra Jaya dan Super
Power International Holding Ltd. Kedua perusahaan itu sepakat untuk mengolah
nikel di daerah Pulau Seram.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang hadir dalam acara penandatanganan
nota kesepahaman tersebut mengatakan, kerjasama dengan China akan
menguntungkan Indonesia.
Menurut dia, kerjasama dengan negeri tirai bambu itu membuka peluang bagi
Indonesia untuk melakukan transfer teknologi sekaligus meningkatkan nilai jual
produk dalam negeri.
Mari Elka menegaskan, yang terpenting dalam sebuah kerjasama adalah
kesetaraan. Dengan kesetaraan, Mari yakin kedua pihak akan sama-sama mendapat
keuntungan.

Panandatanganan enam nota kesepahaman kerjasama bidang energi dan


pertambangan itu adalah bagian dari penandatanganan 27 nota kesepahaman
dalam berbagai bidang antara Indonesia dan China.
Kerjasma lainnya adalah dalam bidang pertanian, seperti pengembangan benih
hibrida, bioteknologi sayuran, dan riset hortikultura.
Kemudian kerjasama di bidang infrastruktur, misalnya pembangunan jembatan dan
serat optik. Selain itu, juga ada kerjasama dalam bidang perikanan dan
kebudayaan, khususnya film animasi.
Forum bisnis yang digelar di China Hall, Pudong Shangri-La Hotel, Shanghai, itu
diikuti oleh sedikitnya 500 pengusaha dari Indonesia dan China.
Forum bisnis itu terselenggara atas kerjasama Kedutaan Besar Republik Indonesia di
Beijing, China, dan Dewan Promosi Perdagangan Internasional China (CCPIT).

Anda mungkin juga menyukai