DOSEN PEMBIMBING:
DESWITA
Kelompok 3
Afrilia Safira
1210322015
1210321002
Rahmayuni
1210321010
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia_Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Hemofilia ini, terima
kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
pembuatan dan penyusunannya.
Dalam penyusunan ini kami menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna dan memiliki banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Namun kami
hanya berharap makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan kita
tentang penyakit hemofili.
Oleh karena itu, demi pembuatan makalah-makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi kami mohon kritik dan saran dari para pembaca. Walau bagaimanapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk media informasi bagi pembaca
dan untuk membuka wawasan serta menambah pengetahuan mengenai penyakit
hemofili. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih.
Padang,
September 2013
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hemofilia ..............................................................3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Darah .................................................4
2.3 Etiologi ...................................................................................8
2.4 Patofisiologi ...........................................................................10
2.5 WOC .......................................................................................11
2.6 Manifestasi Klinis ..................................................................11
2.7 Komplikasi .............................................................................12
2.8 Penatalaksanaan .....................................................................13
2.9 Pemeriksaan Penunjang ..........................................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ...............................................................................18
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................20
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..............................................................................26
4.2 Saran ........................................................................................26
4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat.
Kelainan perdarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki
tercatat dalam berkas Talmud pada Abad Kedua. Sejarah modern dari hemofilia
dimulai pada tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak yang
menderita hemofiliaa.
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan
melalui kromosom X. Karena itu, penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria
karena mereka hanya mempunyai kromosom X, sedangkan wanita umumnya
menjadi pembawa sifat saja (carrier). Namun, wanita juga bisa menderita
hemofilia jika mendapatkan kromosom X dari ayah hemofiliaa dan ibu
pembawa carrier.
Penyakit hemofilia ditandai oleh perdarahan spontan maupun perdarahan
yang sukar berhenti. Selain perdarahan yang tidak berhenti karena luka,
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olahraga yang
berlebihan.
Penderita hemofili ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka
mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi,
cabut gigi atau mengalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin
akan mengalami perdarahan lebih pada saat menstruasi.
10
Gambar 2. Eritrosit
Eritrosit berbentuk bulat pipih dan cekung di bagian tengahnya (bikonkaf),
dengan garis tengah 7,5 m. Eritrosit tidak memiliki inti sel. Jumlah
eritrositdalam 1mm3 darah adalah kira-kira 5 juta.
Eritrosit mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin yangsering disebut
sebagai zat warna darah adalah suatu senyawa protein yang mengandung unsur
besi. Fungsi utama hemoglobin adalah mengangkut oksigendari paru-paru dan
mengedarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Reaksi pengikatan oksigen oleh Hb
didalam paru-paru adalah: 2Hb2+4O24HbO2
Apabila oksihemoglobin (HbO2) sampai di sel-sel tubuh, oksigen
dilepaskan oleh Hb. Selain mengangkut oksigen, hemoglobin juga mengangkut
karbondioksida dari sel-sel tubuh ke paru-paru.
Eritrosit dibentuk oleh sumsum merah tulang pipih, namun pada saat masih
dalam kandungan, eritrosit dibentuk didalm hati dan limpa. Umur eritrosit
sekitar 120 hari, apabila eritrosit mati, oleh hati dan limpa akan di rombak
atau diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang berwarna kehijauhijauan oleh hati. Sedangkan sel darah merah yang sudah rusak juga dapat
dihancurka oleh limfa. Bilirubin berguna untuk membentuk simulasi lemak,
suatu zat yang dikeluarkan empedu ke usus, dan berguna dalam proses
pencernaan makanan.
c. Sel darah putih (leukosit)
11
12
serta berukuran kecil. Garis tengahnya hanya sekitar 2-4 m. Jumlah trombosit
dalam 1 mm3 darah sekitar 250.000.
Bagaimanakah trombosit dapat menghentikan darah keluar dari tubuh. Di
dalam trombosit terdapat enzim trombokinase. Enzim ini akan keluar dari
trombosit apabila darah keluar karena terluka. Karena pengaruh ion kalsium
(C4+) dalam darah dan vitamin K, enzim tromboinase akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Selanjutnya trombin ini akan mengubah protein
darah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Terbentuknya benang-benang
fibrin menyebabkan luka tertutup sehingga tidak mengeluarka darah lagi.
Mekanisme pembekuan darah
Bahan yang turut serta dalam pembekuan darah dinamakan faktor
pembekuan darah dan diberi tanda dengan angka Romawi I sampai XIII, kecuali
VI. Faktor- faktor tersebut ialah faktor I (fibrinogen), II (protrombin), III
(trombloplaastin), Iv (kalsium dalam bentuk ion), V (proaselerin, faktor labil),
VII (prokoventrin, faktor stabil), VIII (AHG = Antihemophilic Globulin), IX
(PTC = Plasma Thromboplastin Complement, faktor Christmas), X (faktor
Stuart-Power), XI (PTA = Plasma Thromboplastin Antecedent), XII (faktor
Hagemen), XIII (faktor stabilisasi fibrin).
Mekanisme pembekuan darah dibagi 3 tahap dasar, yaitu :
1. Pembentukan tromboplastin.
2. Perubahan protrombin menjadi trombin.
3. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Semuanya berlangsung melalui suatu proses. Tahap demi tahap yang dalam
terlihat seperti sutu tangga dank arena itu disebut kaskade koagulasi.
1. Tahap pertama, pembentukan tromboplastin plasma intrinsic yang juga
disebut tromboplastogenesis, dimulai dengan pekerjaan trombosit,
terutama TF 3 ( faktor trombosit 3) dan faktor pembekuan lain pada
13
2.3Etilogi
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX
(FIX), dikelompokkan sebagai hemofilia A dan hemofilia B. Kedua gen tersebut
terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X
(Ginsberg, 2000). Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki-laki yang
menderita hemofilia adalah carier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena.
Anak laki-laki dari perempuan yang carier memiliki kemungkinan 50% untuk
menderita penyakit hemofilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan hemofilia
(ayah hemofilia, ibu carier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi. Kira-kira
33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi spontan
(Hoffbrand, Pettit, 1993).
14
sifat hemofilia. Ia akan normal jika ia mewarisi kromosom X normal dari sang
ibu. Dan sebaliknya ia dapat mewarisi kromosom X dari sang ibu yang
memiliki sifat hemofilia, sehingga ia akan menjadi pembawa sifat hemofilia.
d) Seorang penderita hemofilia lahir dari seorang ibu yang bukan
carrier.
Diperkirakan sampai dengan 30 % terjadi kasus dimana seorang penderita
hemofilia lahir pada sebuah keluarga tanpa hemofilia.
Faktor-faktor hemofilia :
a)
Faktor congenital
Faktor didapat.
2.4 Patofisiologi
16
2.5 WOC
17
WOC terlampir
1.
2.
3.
4.
5.
bulan ).
Hematoma besar setelah infeksi.
Perdarahan dari mukosa oral.
Perdarahan jaringan lunak.
b)
1.
2.
c)
18
2.7 Komplikasi
1. Perubahan tulang, osteoporosis, dan atrofi otot, menyebabkan deformitas
berat sebagai konsekuensi hemartrosis.
2. Perdarahan intracranial jarang terjadi, namun jika terjadi dapat berakibat
fatal.
3. Perdarahan gastrointestinal menyebabkan obstruksi intestinal.
4. Hematoma pada tulang belulang menyebabkan paralisis. Hematoma
intramuscular terjadi pada otot-otot fleksor besar, khususnya pada otot betis,
otot-otot region iliopnas (sering pada panggul) dan lengan bawah.
Hematoma ini sering menyebabkan kehilangan darah yang nyata, sindrom
kompartemen, kompresi saraf dan kontraktur otot.
5. perdarahan retroperitoneal dan retrofaringeal yang membahayakan jalan
napas dapat mengancam kehidupan.
6. Hematuria massif sering ditemukan yang menyebabkan kolik ginjla tetapi
tidak mengancam kehidupan.
2.8 Penatalaksanaan
19
I.
Terapi Suportif
20
III.
Konsentrat F VIII/ F IX
Hemofilia A berat maupun ringan dan sedang dengan episode perdarahan
yang serius membutuhkan koreksi factor pembekuan dengan kadar yang
tinggi yang harus diterapi dengan konsentrat F VIII yang telah
dilemahkan virusnya.
Faktor IX tersedia dalam 2 bentuk yaitu prothombin complex
concentrates (PCC) yang berisi F II, VII, IX, dan X tanpa faktor yang
lain. PCC dapat menyebabkan thrombosis paradoksial dan koagulasi
intravena tersebar yang disebabkan oleh sejumlah konsentrat factor
pembeku lain. Risiko ini dapat meningkat pemberian F IX berulang,
sehingga purified konsentrat F IX lebih diinginkan.
21
Waktu paruh F VIII adalah 8-12 jam, sedangkan F IX 24 jam dan vulome
distribusi dari F IX kira-kira 2 kali dari F VIII.
Kebutuhan F VIII dan F IX dihitung berdasarkan rumus :
I. Volume plasma (VP) = 40 ml/kgBB x BB (Kg) F VIII/F IX yang
II.
diinginkan (U) =
VP x (kadar yang diinginkan (%) kadar sekarang (%)
100
F VIII yang diinginkan (U) = BB (kg) x kadar yang diinginkan (%)
/2
F IX yang diinginkan (U) = BB (kg) x kadar yang diinginkan (%)
IV.
Kriopresipitat AHF
Kriopresipitat AHF adalah salah satu komponen darah non selular yang
merupakan konsentrat plasma tertentu yang mengandung F VIII,
fibrinogen, factor von Willebrand. Dapat diberikan apabila konsentrat F
VIII tidak di temukan. Satu kantong kriopresipitat berisi 80-100 U F VIII.
Satu kantong kriopresipitat yang mengandung 100 U F VIII dapat
meningkatkan F VIII 35 %. Efek samping yang mungkin terjadi yaitu
reaksi alergi dan demam.
V.
22
Antifibronilitik
Preparat antifibronilitik digunakan pada pasien hemofilia B untuk
menstabilkan bekuan/fibrin dengan cara menghambat proses fibrinolisis.
Hal ini ternyata sangat membantu pengelolaan pasien hemofilia dengan
perdarahan; terutama kasus perdaraham mukosa mulut akibat ekstraksi
gigi karena saliva banyak mengandung enzim fibrinolitik. Epsilon
aminocaproic acid (EACA) dapat diberikan secara oral maupun intravena
setiap 6 jam (maksimum 5 g setiap pemberian). Asam traneksamat
diberikan dengan dosis 25 mg/kg BB (maksimum 1,5 g) secara oral, atau
10 mg/kg BB (maksimum 1 g) secara intravena setiap 8 jam. Asam
traneksamat juga dapat dilarutkan 10% bagian dengan cairan parenteral
terutama slain normal.
VII.
Terapi gen
Penelitian terapi gen menggunakan vector retrovirus, adenovirus, dan
adeno-associated virus memberikan harapan baru bagi pasien hemofilia.
Saat ini sedang intensif dilakukan invivo dengan memindahkan vector
adenovirus yang membawa gen antihemofilia ke dalam sel hati. gen F VII
relative lebih sulit dibandingkan F IX, karena ukurannya (9 kb) lebih
besar, namun akhir tahun 1998 para ahli berhasil melakukan pemindahan
plasmid-based factor VIII secara exvivo ke fibrolas.
b. Penatalaksanaan Keperawatan.
4. Kompreslah bagian tubuh yang terluka dan daerah sekitar dengan es.
5. Tekan dan ikat, sehingga bagian tubuh yang mengalami perdarahan tidak
bergerak ( immobilisasi ).
6. Letakkan bagian tubuh tersebut dalam posisi lebih tinggi dari posisi dada
dan letakkan diatas benda yang lembut.
2.9Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan skrinning dasar tediri atas :
a) Pemeriksaan darah lengkap termasuk hitung trombosit dan sediaan apus
darah
b) Waktu protombin (PT), waktu parsial tromboplastin teraktivasi (APIT),
waktu thrombin (TT) fibrinogen, waktu perdaraahan.
2. Koagulasi intravascular diseminata (DIC
Keadaan ini dapat menyulitkan meningokosemia dan septicemia, hipoksia
pada bayi baru lahir, tindakan bedah ekstensif, gagal hati, dan keadaan lain
disertai asidosis dan syok.
3. Pemeriksaan
a) PT, APIT memanjang
b) Produk degradasi fibrinogen (FDP) meningkat
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMOFILIA
Kasus :
Bayi dengan usia 4 bulan berjenis kelamin laki-laki dibawa ke UGD. Ibu
menyatakan bahwa anak terlihat pucat, lemah, malas menyusu, dan demam
yang tidak turun-turun, suhu mencapai 390 C. Ibu cemas karena melihat kondisi
anaknya yang merupakan anak pertamanya. Berat badan bayi turun mencapai 2
kg.
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis
: 5 September 2013
: Hemofilia
: By.Z
: 4 bulan
: laki-laki
:25
pekerjaan
tekanan darah
denyut nadi
respiratory rate
suhu
tinggi badan
tanggal MRS
:: 90/60 mmHg
: 120 x/menit
: 24x/menit
: 390 C
: 50 cm
: 5 September 2013
: normal
: normal
: normal
Keadaan umum
BB
Wajah
Mulut
Hidung
Thorak/ dada
suara paru
7. Jantung
8. Abdomen
9. Eliminasi urin
10.Eliminasi alvi
11.Ekstremitas
: kelemahan
: menurun
: Wajah mengekspresikan nyeri
: Mukosa mulut kering, perdarahan mukosa mulut
: epitaksis
: Adanya tarikan intercostanalis dan bagaimana
: Suara jantung pekak
: adanya hepatomegali
: menurun
: feses hitam
: Hemartrosis memar
27
Diagnosa
o
1
Hipetermi
NOC
NIC
Termoregulasi
Pengobatan Panas
Intervensi yang
dilakukan :
- Memonitor suhu
sesuai kebutuhan
- Memonitor tekanan
respirasi
- Memonitor derajat
kulit
-Nadi, respirasi dalam batas
normal
penurunan kesadaran
- Memonitor
- Hidrasi adekuat
kemampuan aktivitas
- Memonitor leukosit
- Pasien menyatakan nyaman
dan hematokrit
- Tidak mengigil
- Memonitor intake dan
- Tidak kejang
output
- Mendorong
peningkatan intake
cairan
- Memberikan cairan
intravena
- Memberikan obat anti
piretik untuk
mencegah klien
menggigil/kejang
- Memberikan obat
antibiotik untuk
mengobati penyebab
28
demam
- Mengompres dengan
air dingin di
selangkangan dan
dahi
- Menganjurkan klien
memakai baju
berbahan dingin,
tipis, dan menyerap
keringat
Manajemen
Cairan
Indikator :
1. Monitor
2.
hidrasi
Kekurangan
volume cairan
Keseimbangan
DO : berat badan
cairan
turun sampai 2 kg
Indikator :
DS
ibu
menyatakan
bayinya
menyusui
status
malas
1. Kesimbangan intake
& output (24jam)
2. Kestabilan berat
badan
3. Mata yang cekung (-)
4. Rasa haus abnormal
(-)
5. Hidrasi kulit
6. Kelembaban mukosa
29
(seperti
:kelembapan
mukosa
membrane,
nadi)
2. Timbang
BB
tiap hari
3. Hitung haluran
4. Pertahankan
intake
yang
akurat
5. Monitor TTV
6. Monitor adanya
kulit
7. Edema Perifer (-)
Status nutrisi :
intake makanan dan
cairan
Indikator :
indikasi
retensi/overload
cairan
(seperti
:edem,
asites,
distensi
vena
leher)
7. Monitor
1. Intake makanan di
perubahan
mulut
2. Intake di saluran
klien
sebelum
dan
sesudah
makanan
3. Intake cairan di mulut
4. Intake cairan
dialisa
8. Monitor
BB
status
nutrisi
9. Konsultasi
dengan
dokter,
makin
buruk
10.Berikan cairan
11.Nasogastrik
untuk
mengganti
kehilangan
cairan
Pemantauan
Cairan
30
Indikator :
1. Monitor
status
hidrasi
(seperti
:kelebapan
mukosa
membrane,
nadi)
2. Timbang
BB
tiap hari
3. Hitung haluran
4. Pertahankan
intake
yang
akurat
5. Monitor TTV
6. Monitor adanya
indikasi
retensi/overload
cairan
(seperti
:edem,
asites,
distensi
vena
leher)
7. Monitor
perubahan
BB
klien
sebelum
dan
sesudah
dialisa
8. Monitor
status
nutrisi
9. Konsultasi
dengan
31
dokter,
makin
buruk
10.Berikan cairan
11.Nasogastrik
untuk
mengganti
kehilangan
cairan
3.
Resiko
Peningkatan
keterlambatan
perkembangan
tumbuh kembang
Aktivitas :
DO : berat badan
Identifikasi
bayi turun 2 kg
DS : pertumbuhan Perkembangan anak usia 4
tidak sesuai usia
bulan
kebutuhan spesial
anak dan
kemampuan
Indikator :
1. Pada posisi telungkup
beradaptasi
Ajarkan orang tua
mengenai
menaikkan tubuh
perkembangan
normal dan
hubungkan dengan
kebiasaan anak
Demonstrasikan
aktivitas yang
posisi supinasi
4. Memegang tangan
sendiri
5. Menderitkan objek
dengan genggaman
6. Menjangkau objek
7. Memukul objek
8. Berceloteh dan
mendengkur
9. Mengenal suara
orangtuanya
10.Mengenal sentuhan
orangtuanya
11.Melihat dan tertarik
dengan gerakan
12.Senyum, tertawa dan
menjerit
13.Tidur minimal 6 jam
14.Kenyamanan diri
(seperti tertidur
sendiri tanpa botol dot
atau mamae ibu)
dapat
meningkatkan
perkembangan
kepada orang tua
Fasilitasi orang tua
agar dapat
berinteraksi dengan
komunitasnya
Fasiltasi
perkembangan
anak dengan teman
sebaya
Pastikan bahasa
tubuh sesuai
dengan komunikasi
verbal
Anjurkan anak
untuk berinteraksi
dengan
mencontohkan
kemampuan
berinteraksi
33
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang berkaitan
dengan defisiensi atau kelainan biologik faktor VIII dan (antihemophilic
globulin) dan faktor IX dalam plasma (David Ovedoff, Kapita Selekta
Kedokteran).
Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan secara sex-linked
recessive yaitu :
1) Hemofilia A (hemofilia klasik) terjadi akibat defisiensi atau disfungsi
factor pembekuan VIII (FVIII)
2) Hemofilia B (Christmas disease) terjadi akibat defisiensi atau disfungsi
factor IX
( factor Christmas)
Hemofilia diklasifikasikan sebagai :
1) Berat, dengan kadar aktivitas factor kurang dari 1%.
2) Sedang, dengan kadar aktivitas factor kurang diantara 1% dan 5%.
3) Ringan, dengan kadar aktivitas factor 5% atau lebih.
4.2 Saran
35
WOC HEMOFILIA
Etiologi
Factor genetic
Penurunan sintesis factor VIII dan IX
Factor X tidak teraktivasi
Pemanjangan APTT
Thrombin lama terbentuk
Stabilitas fibrin tidak memadai
Perdarahan
Darah sukar membeku
HEMOFILIA
36
perdarahan
\
hemartrosis
inflamasi
berat
badan
MK :
hipertermi
MK :
kekurangan
volume cairan
bayi menurun
MK :
gangguan
tumbuh
kembang
DAFTAR PUSTAKA
38