Anda di halaman 1dari 6

GAWAT DARURAT

Senin, 21 Mei 2012


INSECT BITE

GIGITAN SERANGGA ( Insect Bite)

A.

PENDAHULUAN
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau
tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan
untuk pertahanan. Gigitan serangga biasanya untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari
protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita.
Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang
tersengat.
B. EPIDEMIOLOGI
Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama di seluruh
dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena
musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi disekitar
kita. Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak labih rentan
terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Salah satu faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada tempat-tempat yang
banyak serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain.
C. ETIOLOGI
Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu
Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun
biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini
merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan
racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak
beracun menggigit dan menembus kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya
yang menimbulkan rasa gatal.
Ada 30 lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan
kelainan kulit yang signifikan. Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan
sengatan pada manusia terbagi atas :

I. Kelas Arachnida
A. Acarina
B. Araneae (Laba-Laba)
C. Scorpionidae (Kalajengking)
II. Kelas Chilopoda dan Diplopoda
III. Kelas Insecta
A. Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus humanus, capitis et corporis)
B. Coleoptera (Kumbang)
C. Diptera (Nyamuk, lalat)
D. Hemiptera ( Kutu busuk, cimex)
E. Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)
F. Lepidoptera ( Kupu-kupu)
G. Siphonaptera ( Xenopsylla, Ctenocephalides, Pulex
D. PATOGENESIS
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada
kulit, lewat gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh
sistem imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks.
Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin,
asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh
terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi
yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2
kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed.
Reaksi immediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan reaksi
lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan
oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat
disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil.
Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik.
Enzim Hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan
dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran dari racun tersebut.
E. MANIFESTASI KLINIS
Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan menyengat manusia,
yang memberikan respon yang berbeda pada masing-masing individu, reaksi yang
timbul dapat berupa lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang biasanya muncul
dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga
akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti
berkelompok maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada
semua bagian tubuh atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada
awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian
muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan
menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat menyerupai
pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga tergantung dari
respon sistem imun penderita masing-masing. Infeksi sekunder adalah merupakan

komplikasi tersering yang bermanifestasi sebagai folikulitis, selulitis atau limfangitis.


Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul
terjadinya suatu reaksi alergi yang dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik
syok biasanya disebabkan akibat sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi
tidak menutup kemungkinan terjadi pada sengatan serangga lainnya. Reaksi ini
akan mengakibatkan pembengkakan pada muka, kesulitan bernapas, dan
munculnya bercak-bercak yang terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh
permukaan badan. Prevalensi terjadinya reaksi berat akibat sengatan serangga
adalah kira-kira 0,4%, ada 40 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi
ini biasanya mulai 2 sampai 60 menit setelah sengatan. Dan reaksi yang lebih berat
dapat menyebabkan terjadinya syok dan kehilangan kesadaran dan bisa
menyebakan kematian nantinya. sehingga diperlukan penanganan yang cepat
terhadap reaksi ini.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema
antara sel-sel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel
polimorfonuklear. Infiltrat dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit.
Pada dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan sebukan sel radang
akut.
Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium dimana
terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat juga
dilakukan tes tusuk dengan alergen tersangka.
G. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas
diluar rumah yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga seperti di
daerah perkebunan dan taman. Bisa juga ditanyakan mengenai kontak dengan
beberapa hewan peliharaan yang bisa saja merupakan vektor perantara dari
serangga yang dicurigai telah menggigit atau menyengat.

H. DIAGNOSIS BANDING
Reaksi yang diakibatkan oleh sengatan atau gigitan serangga kebanyakan
menyerupai erupsi kulit yang lainnya. Seperti yang dapat dilihat reaksi yang
diakibatkan oleh serangga menunjukkan adanya papul-papul. Bila kita menduga
terjadi reaksi akibat gigitan atau sengatan serangga, maka kita harus memperoleh
anamnesis dengan cermat adanya kontak dengan serangga, menanyakan tentang
pekerjaan dan hobi dari seseorang yang mungkin dapat menolong kita
mendiagnosis kelainan ini. Dibawah ini merupakan beberapa diagnosis banding dari
reaksi akibat gigtan atau serangan serangga antara lain :

1. Prurigo : Biasanya kronik, berbentuk papula/nodula kronik yang gatal. Mengenai


ekstremitas
terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai bawah.
2. Dermatitis Kontak : Biasanya jelas ada bahan-bahan kontaktan atau alergen, lesi
sesuai dengan
tempat kontak
I. PENATALAKSANAAN
Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol
terjadinya infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama,
campuran topikal sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion
atau gel dapat membantu untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan
antihistamin oral seperti diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi rasa gatal.
Steroid topikal dapat digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari
sengatan atau gigitan. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik
topikal maupun oral, dan dapat juga dikompres dengan larutan kalium
permanganat.
Jika terjadi reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan pemasangan
tourniket proksimal dari tempat gigitan dan dapat diberikan pengenceran Epinefrin
1 : 1000 dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB diberikan secara subkutan dan jika
diperlukan dapat diulang sekali atau dua kali dalam interval waktu 20 menit.
Epinefrin dapat juga diberikan intramuskuler jika syok lebih berat. Dan jika pasien
mengalami hipotensi injeksi intravena 1 : 10.000 dapat dipertimbangkan. Untuk
gatal dapat diberikan injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau
difenhidramin 50 mg. Pasien dengan reaksi berat danjurkan untuk beristirahat dan
dapat diberikan kortikosteroid sistemik.
J. PROGNOSIS
Prognosis dari gigitan serangga sebenarnya baik, tapi tergantung jenis serangga
serta racun yang dimasukkannya ke dalam tubuh manusia. Dan apabila terjadi syok
anafilaktik maka prognosisnya bergantung dari penangan yang cepat dan tepat.
K. KESIMPULAN
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau
tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang. Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi
dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada
tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan
lain-lain. Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu
Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun).
Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat
dibagi dalam 2 kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed. Reaksi lokal yang
biasanya muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung

hilang atau juga akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak
seperti berkelompok maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul
pada semua bagian tubuh atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada
awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian
muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan
menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat menyerupai
pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga tergantung dari
respon sistem imun penderita masing-masing.
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas
diluar rumah yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga. Terapi
biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya infeksi
sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal
sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel dapat
membantu untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin oral.
Steroid topikal dapat digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari
sengatan atau gigitan. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik
topikal maupun oral. Jika terjadi reaksi berat dengan gejala sistemik dapat diberikan
Epinefrin.

DAFTAR PUSTAKA
1 . Siregar RS. Prof. Dr. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta :
EGC ; 2000
p. 174-175
2. Rohmi Nur. Insect Bites. [online] 2006 [cited 2008 June 04] : [ 3 screens].
Available from :
http://www.fkuii.org/tiki-index.php?page=Insect+Bites7
3. Bites and Sting. In: Bolognia JL Lorizzo JL, Rapini RP,eds. Dermatology Volume.1.
London:
Mosby; 2003.p.1333-35
4. Ngan Vanessa. Insect Bites and Stings. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [4
screnns].
Available from : http://www.dermnet.com/image.cfm?imageID=1875
5. Rube J. Parasites, Arthropods And Hazardous Animals Of Dermatologic
Significance. In:

Moschella SL, Hurley HJ, eds. Dermatology Volume 1. 2nd ed. Philadelphia: W.B.
Saunders
Company; 1985.p.1923-88
6. Wilson C.Arthropod Bites And Sting. In: Fitzpetrick TB Eisen AZ, Wolf K, Freedberg
IM,
Austen KF.eds. Dermatology in General Medicine, 4th ed.USA: McGraw-Hill;
1993.p.2685-95
7. Burns.D.A. Dissease Caused by Arthropoda and other Noxious Animals. In: Rook,
Wilkinson,
Ebling.eds. Textbook of Dermatology 7 th ed. London: Blackwell
Science.1998.p.1085-1125.
8. Elston Dirk M. Insect Bites. [Online] 2007. [cited 2008 June 4] : [16 screens].
Available from :
http://emedicine.com/derm/topic467.htm#section~Treatment.
9. Habif TP,ed.Clinical Dermatology: A. Color Guide To Diagnosis and therapy. 4th ed.
Edinburgh; Mosby; 2004.p.531-36
10. Hardin MD. Fire Ant Bite. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [1 screen]. Available
from :
http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/tamu/fireants5.html
11. Hardin MD. Bee Sting Picture. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [1 screen].
Available from :
http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/dermnet/beesting1.html
12. New Zealand Dermatological Society Incorporated. Prurigo Nodularis. [Online]
2008 [cited
2008 june 4] : [4 screens]. Availablel from : http://www.dermnet.com/image.cfm?
imageID=1875&moduleID=8&moduleGroupID=216&group
index=0&passedArrayIndex=2
13. Wiryadi Be. Prurigo. In : Djuanda Adhi: Mochtar H, Siti A, eds. Ilmu Penyakit Kulit
dan
Kelamin 3th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1999.p.272-275
14. Kucenic MJ. Contact Dermatitis. [Online] 2007 [cited 2008 june 4] : [8 screens].
Available
from : http://www.umm.edu/imagepages/2387.htm
15. E. Duldner, Jr., MD. Insect Bites And Stings. [online] 2008 [cited 2008 june 4] :
[5 screens].
Available from : http://about.com/adam_health_tropic:79/12.pages/342.h

Anda mungkin juga menyukai