Anda di halaman 1dari 17

gadar gigitan serangga

November 8, 2012

4 Votes

2.1 Defisini
Menurut Smetlzer and Bare Luka gigitan atau vulnus biasanya ditimbulkan akibat binatang
seperti kucing, anjing, ular dan lain- lain.
Definisi lainnya luka gigitan adalah cedera yang disebabkan oleh mulut dan gigi hewan. Hewan
mungkin menggigit untuk mempertahankan dirinya, dan pada kesempatan khusus untuk mencari
makanan
Gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga atau binatang
yang menyengat atau menggigit seseorang.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan
atau sengatan dari binatang atau serangga yang dapat menyebabkan luka gigitan atau vulnus
dimana binatang ataupun serangga yang menggigit tersebut menggigit untuk mempertahankan
dirinya.

2.2 Macam macam gigitan dan penanganannya


1. Gigitan Binatang Darat
a)

Gigitan anjing, kucing, kera dan kelelawar.

Kasus Gigitan anjing merupakan kasus tertinggi yang paling sering terjadi. Dimana anjing
merupakan salah satu penyebab atau vektor dari penyakit rabies. Rabies atau dikenal juga dengan
istilah penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang bersifat akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies.
Penyebab Rabies:
Adapun vektor dalam penularan penyakit ini adalah anjing, kucing dan binatang-binatang liar
seperti kera, kelelawar, rakun, serta rubah.
Cara Penularan Rabies:
Virus rabies ditemukan dalam jumlah banyak pada air liur hewan yang menderita rabies. Virus
ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui :

Luka gigitan
Jilatan pada luka / kulit yang tidak utuh

Jilatan pada selaput mukosa yang utuh

Menghirup udara yang tercemar virus rabies ( meskipun sangat jarang


terjadi namun telah dilaporkan 2 kasus yang menimpa penjelajah yang
menghirup udara di dalam goa yang terdapat banyak kelelawar )

Masa Inkubasi:
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa
inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari 14 hari). Pada
manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi tergantung dari :

Lokasi gigitan, biasanya paling pendek pada orang yang digigit di daerah
kepala, tempat yang tertutup celana pendek
Bila gigitan terdapat di banyak tempat

Umur

Virulensi (banyaknya virus yang masuk melalui gigitan / jilatan)

Gejala Rabies:
Penyakit rabies dibedakan dalam 2 bentuk , yaitu bentuk diam (Dumb Rabies) dan bentuk ganas
(Furious Rabies).
Tanda tanda Rabies Bentuk Diam (Dumb Rabies) :

Air liur menetes berlebihan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan hewan
tidak dapat mengunyah dan menelan makanan.
Tidak ada keinginan pada hewan untuk menyerang atau menggigit

Seluruh bagian tubuh mengalami kelumpuhan

Hewan akan mati dalam beberapa jam

Tanda tanda Rabies Bentuk Ganas (Furious Rabies) :

Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal pemiliknya


Menyerang orang, hewan, dan benda-benda yang bergerak.

Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya.

Pada anak anjing akan menjadi lebih lincah dan suka bermain , tetapi akan
menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam beberapa jam

Gejala Rabies Pada Manusia :

Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan
menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan yang abnormal
pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)
Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan
suara

Air liur dan air mata keluar berlebihan

Pupil mata membesar

Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan

Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya


meninggal dunia

Penatalaksaan :

Amankan diri dari lingkungan sekitar

Nilai keadaan dari status ABC pasien

Cuci luka pada air mengalir dan sabun atau larutan deterjen selama 10 15 menit

Imobilisasi bagian yang digigit

Berikan serum anti rabies

Bila dapat lakukan penangkapan binatang yang menggigit untuk identifikasi

Segera rujuk penderita untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

b)

Gigitan lintah

Ludah lintah mengandung zat anti pembekuan darah. Darah akan terus mengalir ke luar dan
masuk ke perut lintah. Pada orang yang peka terhadap zat tersebut, gigitan lintah akan
menyebabkan reaksi yang berupa pembengkakan, gatal dan kemerahan. Penatalaksaan :
Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan adalah dengan hati hati lepaskanlah dari tempat ia
menggigit. Menyiram minyak atau air tembakau ke tubuh lintah akan membantu mempercepat
usaha melepaskan gigitan liintah. Apabila ada tanda tanda reaksi seperti yang disebutkan di
atas, cukup digosok dengan obat atau salep antihistamin atau anti gatal.
c)

Gigitan ular

Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan ular yang berbisa ataupun gigitan ular yang
tida berbisa.Pada umumnya ular menggigit pada saat ia sangat aktif, yaitu pada senja hari atau
fajar.ebagai akibat dari 1 jenis toksin saja. Bisa ular ( venom ) terduiri dari 20 atau lebih
komponen sehingga pengaruhnya tidak dapat diinterpretasikan. Untuk menduga jenis ular yang
menggigit adalah ular yang berbisa atau tidak dapat dipakai rambu rambu bertolak dari bentuk
kepala dan luka bekas gigitan sebagai berikut :

Ciri ciri ular berbisa = bentuk kepala segi empat panjang, gigi taring kecil,
bekas gigitan ular halus berbentuk lengkungan
Ciri ciri ular tidak berbisa = kepala segitiga, terdapatt 2 gigi taring besar di
atas rahang, 2 luka gigitan utama akibat gigi taring

Tetapi untuk identifikasi yang lebih pasti, lebih baik apabila ularnya dapat dibunuh. Identifikasi
ini penting untuk mengenali jenis bisa yang telah dimasukkannya bersama bisa. Bisa ular ada
yang dapat merusak dinding pembuluh darah, dan ada yang bersifat merusak jaringan saraf.

Gejala atau gambaran klinis yang dapat terjadi antara lain :


1. Gejala lokal : edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis ( dalam 30
menit 24 jam )
2. Gejala sistemik : hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi, muntah, nyeri kepala dan pandangan kabur.
3. Gejala khusus gigitan ular berbisa antara lain :

Hematotoksik : pendarahan di tempat gigitan, paru, jantung, ginjal,


peritonium, otak, gusi, hematemesis dan melena, pendarahan kulit ( petekie
dan ekimosis ), hematuria.

Neurotoksik : hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis pernafasan,


oftalmoplegi, paralisis otot laring, reflek abnormal, kejang dan koma
( akibatnya pada saraf tepi dan saraf pusat )

Kardiotoksik : hipotensi, henti jantung, koma ( kerusakan otot jantung )

Haematotoksin : akibatnya pada sistem peredaran darah

Cytotoksin : gangguan pada jantung dan pembuluh darah

Cytolytik : peradangan serta kematian jaringan

Sindrom kompartment : edema tungkai dengan tanda tanda 5 P ( Pain,


pallor, paresthesia, paralysis, pulselesness )

Menurut Schwartz ( Depkes, 2001 ), gigitan ular dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Deraja Vanera Luk Nyer Edema /
t
si
a
i
eritema

Sistemik

+/-

<3 cm / 12
jam

+/-

3-12 cm / 12
jam

II

++ >12-25cm/ 12 +
+
jam

Neurotoksik, mual, pusing, syok

III

IV

+++

++ >25 cm / 12
+
jam

++

++
>ekstremitas
+

++

Ptekhieae, syok, ekimosis

Gagal ginjal akut, pendarahan, koma

Kepada setiap kasus gigitan ular perlu dilakukan :

Anamnase lengkap : identitas, waktu dan tempat kejadian, jenis dan ukuran
ular, riwayat penyakit sebelumnya.
Pemeriksaan fisik : status umum dan lokal serta perkembangannya setiap 12
jam.

Penatalaksaan :
Tujuan penatalaksaan pada kasus gigitan ular berbisa adalah :

Menghalangi atau memperlambat absorpsi bisa ular


Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam sirkulasi darah

Mengatasi efek lokal dan sistemik

Tindakan penatalaksanaan :
1. Sebelum penderita di bawa ke pusat pengobatan beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:

Penderita diistirahatkan pada posisi hirizontal terhadap luka gigitan

Jangan memanipulasi daerah gigitan

Penderita dilarang berjalan atau minum minuman yang berakohol


o

Apabila gejala timbul secara cepat sementara belum tersedia antibisa,


ikat daerah proksimal dan distal dari gigitan. Tidakan mengikat ini
tidak akan efektif jika dilakukan lebih dari 30 menit pasca gigitan.
Tujuan ikatan adalah menahan aliran limfe, bukan menahan aliran
vena atau arteri.

1. Setelah penderita tiba di pusat pengobatan diberikan terapi supportif


seperti :

Penatalaksaan jalan nafas

Penatalaksaan fungsi pernafasan

Penatalaksaan sirkulasi sperti beri cairan infus cairan kristaloid

Beri pertolongan pertama pada luka gigitan seperti balut ketat pada dan luas
di atas luka, lakukan imobilisasi dengan bidai.

Ambil 5 10 ml darah untuk pemeriksaan seperti protrombin, fibrinogen dan


Hb, leukosit dll.

Apus tempat gigitan dengan venom detection

Beri SABU ( serum anti bisa ular ) yaitu serum kuda yang dikebalkan.

Indikasi SABU adalah gejala venerasi sistemik dan edema hebat pada bagian luka. Pedoman
terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way yaitu ;

Derajat 0 tidak diperlukan SABU. Dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat
-1
meningkat maka diberika SABU
Derajat II 3 4 vial SABU
Derajat III 5 15 vial SABU
Derajat
IV

berikan penambahan 6 8 vial SABU

Sedangkan menurut Luck pedoman terapi SABU yaitu :


Deraja Beratnya
t
evenovasi

Taring
atau gigi

Ukuran zona edema /


eriremato kulit ( cm )

Gejala
sistemik

Jumlah vial
venom

Tidak ada

<2

Minimal

2 15

II

Sedang

15 30

10

III

Berat

>30

++

15

IV

Berat

<2

+++

15

Pedoman yang dilakukan menurut Luck yaitu :

Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit


Ulangi pemeriksaan darah pada 3 jam setelah pemberian antivenom yaitu:

1. Jika koagulasi tidak membaik ( fibrinogen tdk meningkat dan waktu


pembekuan darah memanjang ), ulangi pemberian SABU. Ulangi pemeriksaan
darah pada 1 dan 3 jam berikutnya.

2. Jika koagulasi membaikmaka monitoring ketat diteruskan dan ulangi


pemeriksaan darah untuk monitoring perbaikannya. Monitoring dilanjutkan
sampai 2 x 24 jam untuk mendeteksi kemungkinan joagulasi berulang.

Terapi supportif lainnya pada keadaan :

1. Pendarahan
2. Hipotensi
3. Gangguan neurotoksik

Terapi prokfilaksis seperti pemberian antibiotik spektrum luas, berikan toksoid


tetanus.

1. 2.

Gigitan Binatang Air


1. Gigitan trigoid ( duri babi )

Trigoid atau bulu babi biasanya terdapat diperairan laut dangkal. Biasanya penderita terkena
sengatan trigoid disebabkan karena tidak sengaja menginjak atau bersentuhan dengan bagian
tubuh binatang tersebut.

Tanda dan gejala :

Timbul rasa nyeri dalam waktu 90 menit


Rasa panas didaerah gigitan

Pusing bahkan terkadang sampai tidak sadar

Penatalaksaan :

Amankan diri dan lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation pasien

Tenangkan penderita

Cabut duri babi yang menusuk

Rendam bagian yang tergigit dengan air hangat

Bersihkan luka dengan antiseptik dan imobilisasi daerah yang luka


1. Gigitan ikan pari

Kelompok hewan hewan laut ini menyuntikkan racunnya dengan menusukkan duri atau
jarumnya
Tanda dan gejala :

Pembengkakan
Mual, muntah dan diare

Kejang kejang bahkan disertai kelumpuhan otot

Penatalaksaan :

Amankan diri dan lingkungan sekitar

Nilai keadaan ABC

Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat selama 30 60 menit. Cara ini efektif
untuk me-non-aktifkan racun yang tidak tahan panas

Bawa segera ke rumah sakit


1. Gigitan gurita

Gurita tidak akan menggigit kecuali terinjakatau diganggu. Gigitannya sangat beracun dan sering
kali menimbulkan kematian
Tanda dan gejala :

Kegagalan nafas secara progresifterjadi dalam 10 -15 menit


Luka bekas gigitan kecil, tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna merah
dan benjolan ( tampak seperti melepuh berisi darah )

Kehilangan rasa raba ( dimulai sekitar mulut dan leher )

Mual, muntah

Kesulitan menelan

Kesulitan bernafas

Gangguan penglihatan

Inkoordinasi

Kelumpuhan otot

Pernafasan berhenti

Denyut nadi terhenti

Dapat diikuti kematian

Penatalaksaan :

Amankan diri dan lingkungan

Nilai status ABC klien

Tenangkan penderita

Bersihkan / cuci luka bekas gigitan dengan air hangat

Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cedera

Monitot tanda tanda vital

Lakukan RJP jika diperlukan

Segera bawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

2.3

Macam macam sengatan serangga dan penatalaksaannya


1. 1.
Sengatan serangga / hewan darat
2. Sengatan laba laba

Sengatan laba laba dapat menimbulkan rasa sakit bahkan dapat meninbulkan nekrosis kulit dan
keracunan sistemik. Cairan jernih dari laba laba berisi esterase, fosfatase, alkalin protease dan
enzim lain yang menyebabkan nekrosis jaringan dan hemolisis. Mulanya gigitan laba laba ini
tidak nyeri atau terasa panas,. Setelah beberapa jam terasa nyeri dan gatal dengan indurasi di
sekitar gigitanserta daerah pucat iskemik atau kemerahan pada bekas gigitan. Pada kasus tanpa
terapi akan sembuh dalam waktu 2- 3 hari. Pada kasus yang berat, kemerahan merata dan di
bagian tengah ada pendarahan atau nekrosisdisertai timbulnya bula. Timbul jaringan kehitaman
dan terkelupas yang beberapa minggu kemudian meinggalkan ulkus yang diameternya bisa
mencapai 25 cm dan kadang kadang membuat jaringan cekung. Proses penyembuhan bisa 3 6
bulan. Bila mengenai jaringan lemak, penyembuhan dapat mencapai 3 tahun. Komplikasi lokal
dapat berupa infeksi sekunder, melukai jaringan saraf, demam, nyeri, lemah, mual, muntah.

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan


Gatal gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

Amankan lingkungan
Nilai keadaan airway, breathing, circulation

Tenangkan penderita

Bersihkan gigitan dengan menggunakan menggunakan air sabun atau alkohol


70 % atau antiseptik lainnya , balut dengan balutan dan diusahakan balutan
steril dan beri kompres dingin, angkat dan lakukan imobilisasi bagian yang
terkena gigitan.

Bila ada indikasi, berikan analgesik, anthisitamin, antibiotik

Rujuk segera ke rumah sakit

Pasien dimonitor terhadap tanda tanda hemolisis dan komplikasi sistemik


lainnya.

1. Sengatan lipan / kelabang

Sengatan kelabang dapat meninggalkan bekas luka berupa sepang luka, dan menyebabkan
pembengkakan, rasa sakit dan kemerahandi sekitar tempat luka. Rasa terbakar, pegal dan sakit
biasanya akan hilang dengan sendirnya setelah 4-5 jam kemudian. Gigitan kelabang walaupun
tidak selalu membahayakan jiwa, dapat menimbulkan reaksi alergi yang gawat dan kadang
kadang dapat berakibat fatal
Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan


Gatal gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

Amankan diri dari lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation

Tenangkan penderita

Ambil sengatnya kalau nampak ( hati hati saat mencabut. Jangan sampai menekan
kantng bisa atau kalenjar bisa )

Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptik lainnya.

Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.

Imobilisasikan daerah yang tergigit

Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin

Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

1. Sengatan tawon

Tanda dan gejala serta penatalaksaan pada kasus dengan gigitan tawon pada umumnya hampir
sama dengan tandan dan gejala serta penatalaksaan pada kasus gigitan lipan / kelabang
Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan


Gatal gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

Amankan diri dari lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation

Tenangkan penderita

Ambil sengatnya kalau nampak ( hati hati saat mencabut. Jangan sampai menekan
kantng bisa atau kalenjar bisa )

Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptik lainnya.

Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.

Imobilisasikan daerah yang tergigit

Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin. rujuk

Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

1. Sengatan semut api dan semut lainnya

Semut merah coklat atau semut coklat hitam menyengat kulit manusia dengan kekuatan rahang
ketika menyemprotkan racun.
Penatalaksaan :
Pada kasus yang berat dapat terjadi penekanan saraf dan pembuluh darah. Jika keadaan seperti di
atas maka tempat sengatan diberi es batu, glukokortikoid topikal dan antihistamin oral. Pustula
ditutup dengan verban dan diberi antibiotik bila ada indikasi. Efineprin diberikan jika ada reaksi
anafilaktik.

1. Sengatan kalajengking

Kalajengking memliki sengatan penjepit yang digunakan untuk menggenggam mangsanya.


Kemudian melumpuhkan mangsanya dengan sengatan yang terdapat pada ujung ekornya.
Sengatan tersebut dapat menimbulkan rasa panas dan nyeri yang potensial menimbulkan
keracunan yang mematikan.
Gambaran klinis pada lokasi sengatan kadang kadang terlihat minimal dengan secara umum
racun kalajengking menunjukan sifat hemolitik dan neurotoksik yang dapat menghasilkan
keracunan yang berat.
Gejala lokal yang dapat ditimbulkan antara lain :

Nyeri seperti terbakar

Gejala peradangan disertai parestesi loal

Gejala sistemik yang dapat ditimbulkan antara lain :

Umunya ditemukan pada anak anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Gejala yang
timbul antara lain gelisah, keluar keringat berlebihan, diplopia, nistagmus, fasikuli, opistotonus,
salivasi, hipertensi, takikardi dan kadang kadang kejang, paralisis otot pernafasan

Gejala gejala tersebut dapat pula disertai dengan edema paru, syok, koagulopati,
pankreatitis, gangguan fungsi ginjal, ikterus, hipertermia.
Penatalaksaan :

Bila sengatan berasal dari spesies yang tidak mematikan, Daerah sengatan
dikompres dengan menggunakan kompres dingin atau es batu, analgesik
atau antihistamin.
Umumnya sengatan hanya menimbulkan nyeri lokal dapat ditangani di rumah
dengan instruksi kembali ke bagian gawat darurat bila terjadi perkembangan
penyakit menjadi gangguan saraf dan otot atau saraf kranial.

Perlakukan pasien dengan tenang, berikan tekanan dengan kompres dingin


pada sengatan agar mengurangi absorpsi racun. Berikan infus intravena
midazolam untuk mengontrol agitasi, gerakan otot yang tidak beraturan
akibat sengatan tersebut.

Pemantauan selama pengobatan dapat diberi dan sedatif atau narkotik jika
perlu terutama pasien yang mengalami gejala gejala neuromuskular untuk
mencegah terjadinya henti nafas.

Secara umum penatalaksaan dapat dibagi menjadi 3 terapi yaitu :


1. Terapi supportif

1. Stabilisasi :

Penatalaksaan jalan nafas

Penatalaksaan fungsi nafas : ventilasi dan oksigenasi

Penatalaksaan sirkulasi : pasang infus kristaloid


1. Dekontaminasi

Cuci luka dan berikan tetanus profilaksis jika diperlukan

Jangan melakukan pengisapan dan insisi lokal pada area sengatan


1. Terapi spesifik

Terapi antivenim dengan pemberian serum skorpion ( polivalen )


1. Terapi tingkat lanjut

Terapi ini dilakukan untuk mengatasi gejala sistemik akibat keracunan sengatan kalajengking
seperti hipertensi, edema paru, bradiritmia, gelisah dan syok
Hipertensi dan edema paru dapat diatasi dengan pemberian nifedipin, nitroprusside, atau
prazosin
Bradiaritmia dapat dikontrol dengan pemberian atropin
Pada penderita yang gelisah dengan gerakan gerakan yang tidak terkontrol dapat diberikan
infus intravena kontinudengan midazolam.
Pemberian antivenim harus dilakukan hati hati sebab dapat memberikan reaksi analilaksis.
Reaksi syok anafilaksis dapat dijumpai pada penderita yang sensitif terhadap racun
kalajengking.

1. 2.

Sengatan Serangga / Binatang Laut


1. Sengatan ubur ubur

Kelompok hewan laut ini menimbulkan cederabdengan sengatan dari sel sel penyengat dari
alat alat penangkap ( tentakel ) yang dapat menyebabkan rasa panas terbakar dan sedkit
pendarahan pada kulit.

Tanda dan gejala :

Rasa panas dan terbakar serta sedikit pendarahan

Urtikaria

Mual, muntah

Kejang otot

Syok

Kesulitan bernafas

Penatalaksaan :

Amankan diri dari lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation

Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel tentakel dengan handuk basah

Cuci luka dengan larutan alkohol 70 %

Berikan 10 ml larutan Na Glukonat

Pasang tourniket dan berikan antidot sea wasp antivenom ( SWA ) bila ada

Rujuk ke pusat pelayanan kesehatan terdekat

2.4 Tenggelam.
a. Definisi Tenggelam
Proses tenggelam diawali ketika penderita mulai berusaha keras untuk mempertahankan dirinya
untuuk mengapung di atas air.
b. Proses tenggelam
Penderita akan menegukkan air dalam jumlah yang banyak. Pada saat upaya mempertahankan
diri untuk mengambang mulai gagal, maka penderita akan mulai berusaha menghirup udara yang
sebanyak banyaknya dan menahannya. Saat itulah air dapat masuk ke dalam saluran
pernafasan. Akibatnya akan ada reflek batuk dan menelan sehingga tanpa disadari penderita akan
meneguk air lebih banyak lagi. Akibatnya saluran nafas atau tepatnya epiglotis akan mengalami
spasme sehingga saluran nafas menjadi tertutup. Penderita akan menjadi tidak sadar karena
kekurangan oksigen. Bila penderita masih sadar akan terjadi upaya bernafas dan udara masuk ke
dalam paru paru, spasme yang terjadi hilang bersamaan dengan hilangnya kesadaran.

c. Macam Macam tenggelam


Istilah Tenggelam ada 2 macam yaitu :
1.Tenggelam
Bila upaya pertolongan baik meraih penderita ataupun RJP gagal maka baru terjadi
tenggelam.tenggelam tidak berarti penderita meninggal.
2. Nyaris tenggelam
Dikatakan nyaris tenggelam apabila Penderita yang masih bernafas dan mampu membatukkan
air. Atau dapat dikatakan nyaris tenggelam adalah bertahan hidup selama sedikitnya beberapa
waktu dalam air tanpa ventilasi. Akibat paling umum yang ditimbulkan adalah hipoksia.
d. Upaya Penanganan korban tenggelam
Upaya pertolongan pada penderita tidak boleh ditunda, transportasi ke fasilitas kesehatan harus
dilakukan secepat mungkin. Bantuan nafas pada penderita tenggelam mungkin perlu dilakukan
dengan tiupan yang lebih kuat karena kemungkinan terjadinya spasme otot saluran nafas
tersebut. Jangan berpikir untuk mengeluarkan air dari paru paru. Air paling banyak masuk ke
dalam perut terlebih dahulu dan ini juga akan menyebabkan sulitnya memeberikan nafas
bantuan.
Pedoman pertolongan untuk korban tenggelam antara lain :

Keamanan lokasi dan penolong


Kondisi penderita ( ada respon pada penderota atu tidak, apakah ada cedera
pada penderita atau tidak )

Kondisi air ( suhu air, arus, kedalaman air )

Sumber daya yang ada

Prinsip pertolongan di air :


1. Raih dengan atau tanpa alat
2. Lempar( alat apung )
3. Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita )
4. Renang ( upaya terakhir, harus terlatih dan menggunakan alat apung )

Penatalaksaan pada korban tenggelam antara lain :


1. Pindahkan korban segera dari air dengan cara teraman.

2. Bila ada kecurigaan cedera spinal, 1 penolong mempertahankan posisi


kepala, leher dan tulang punggung pada 1 garis lurus. Pertimbangkan untuk
menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan
pasanglah sebelum menaikkan penderita ke darat.
3. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan
untuk memberikan nafas awal secepeta mungkin dan berikan nafas
sepanjang perjalanan. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
4. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
5. Berikan O2 sesuai indikasi
6. Lakukan pemeriksaan fisik, jika ada cedera rawat cedera.
7. Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

Upaya upaya untuk menyelamatkan korban tidak boleh ditunda secara dini. Keberhasilan
resusitasi dengan perbaikan neurogenik sempurna pada korban yang nyaris tenggelamdengan
perendaman lama pada air dingin. Setelah resusitasi, hipoksia dan asidosis adalah masalah utama
pada korban yang nyaris tenggelam dimana mereka membutuhkan intervensi segera dari
departement kedaruratan. Perubahan patofisiologis dan cedera paru bergantung pada tipe caira
( air tawar atau air garam ) dan volume dari aspirasi. Saat aspirasi, fungsi paru yang berubah
mungkin diantisipasi. Setelah seseorang bertahan dalam air dia akan menun jukan gejala gawat
pernafasan akut, hipoksia, hiperkarbia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik.

Penatalaksanaan di Departemen Kedaruratan.


Terapi ditujukan untuk memelihara perfusi serebral dan oksigenasi adekuat untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.Pada organ vital, rerusitasi jantung paru segera adalah faktor yang
mempunyai pengaruh terbesar untuk dapat bertahan.Tujuan penatalaksanaan adalah untuk
mencegah hipoksia.
1. Jamin jalan nafas dengan perfusi perifer yang adekuat.
1. Gunakan termometer rektal untuk menentukan tingkat hipotermia jika
pasien tenggelam di air dingin.
2. Mulai prosedur penghangatan selama resusitasi sesuai
anjuran(penghangatan ekstrakorporeal, dialisis peritonial yang
dihangatkan, inhalasi oksigen hangat aerosol, penghangatan
permukaan). Pilihan ditentukan oleh keparahan dan durasi hipotermia
dan sumber yang ada.
3. Ambil darah arteri untuk mengevaluasi oksigen dan tegangan
karbondioksida dan pH serta kadar bikarbonat; parameter ini
menentukan tipe dukungan ventilator yang dibutuhkan dan ketepatan
dosis natrium bikarbonat yang diberikan.
1. Hipotensi dan gangguan perfusi jaringan diatasi dengan
penambahan volume intra vaskular dan agen inostropik.

2. Perbaiki ventilasi dan oksigenasi, bantu dengan intubasi


endotrakea dengan ventilasi tekana positif untuk meningkatkan
oksigenasi, mencegah aspirasi dan mengoreksi pirau intra
pulmonal dan abnormalitas ventilasi perfusi. Lanjutkan
pemberian oksigen dengan menggunakan masker.
1. Asidosis respiratorik diatasi dengan meningkatkan
ventilasi.
2. Mulai pemantauan EKG, karena sering terjadi disritmia.
3. Bantu dengan intubasi nasogastrik untuk mengosongkan
perut dan mencegah regurgitasi isi lambung
4. Lanjutkan pemantauan kondisi pasien dengan teliti
seperti: TTV, AGD, Ph, EKG, Elektrolit Serum.
5. Masukkan kateter tidak menetap untuk menentukan
haluaran urine: Asidosis metabolik dapat menurunkan
fungsi ginjal.
6. Masukkan pasien keunit perawatan intensif. Penampilan
pasien mungkin tampak baik-baik saja dan komplikasi
nyaris tenggelam yang dapat menyebabkan kematian
meliputi:
1. Hipoksia atau cedera serebral iskemik
2. Sindrome gawat nafas akut dan kerusakan paru
sekunder akibat aspirasi

Anda mungkin juga menyukai