Penyalahgunaan
SEORANG gadis bernama Amy mendengar orang tuanya mengatakan bahwa obat yang
digunakan adik laki-lakinya bisa mengurangi selera makan si adik. Karena khawatir akan
berat badannya, Amy secara diam-diam mulai mengambil pil-pil adiknya, sebutir pil setiap
beberapa hari. Agar tidak ketahuan orang tuanya, ia meminta beberapa pil dari temannya
yang menggunakan obat yang sama.*
Mengapa banyak orang tertarik untuk menyalahgunakan obat-obat resep? Satu di antaranya
adalah karena obat itu mudah diperolehboleh jadi sudah ada di rumah. Kedua, banyak
anak muda menyangka bahwa menggunakan obat-obatan tanpa resep dokter bukanlah
sesuatu yang terlarang. Yang ketiga, obat-obat resep tampaknya kurang berbahaya
ketimbang obat-obatan terlarang. Selain itu, ada remaja yang berdalih bahwa jika seorang
anak kecil bisa menggunakan obat resep, pastilah obat itu aman.
Memang, jika digunakan dengan sepatutnya, obat resep bisa meningkatkan kesehatan serta
kualitas hidup dan bahkan menyelamatkan nyawa. Tetapi, jika disalahgunakan, itu sama
berbahayanya dengan narkoba. Misalnya, jika seseorang menyalahgunakan obat
perangsang tertentu, ia bisa menderita gagal jantung atau kejang-kejang. Ada obat-obat lain
yang dapat menurunkan kecepatan pernapasan dan akhirnya menimbulkan kematian. Ada
obat yang bisa menimbulkan efek yang berbahaya jika diminum bersama obat tertentu
lainnya atau dengan alkohol. Pada awal tahun 2008, seorang aktor terkenal tewas karena
minum campuran yang memautkan dari enam butir obat penenang, obat tidur, dan obat
penghilang rasa sakit, kata surat kabar Arizona Republic.
Bahaya potensial lainnya adalah kecanduan. Jika digunakan dalam jumlah yang
berlebihan atau untuk tujuan yang salah, beberapa zat tertentu bisa menimbulkan efek
seperti narkobaobat-obatan ini merangsang pusat rasa senang di otak sehingga dapat
menimbulkan hasrat yang kuat akan obat itu. Tetapi, ketimbang memberikan perasaan
senang yang langgeng atau membantu orang-orang mengatasi persoalan kehidupan,
penyalahgunaan obat-obatan hanya akan memperburuk situasi. Hal itu dapat meningkatkan
stres, memperparah depresi, merusak kesehatan dan kemampuan untuk berfungsi secara
normal, menimbulkan kecanduan, atau mengalami semua hal tersebut. Tak pelak lagi, sang
korban akan mengalami problem di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja. Lalu, di
manakah batas antara penggunaan obat resep yang sepatutnya dan penggunaannya yang
salah?
Anda dapat menemukan pedoman dan harapan yang dapat diandalkan untuk masa depan
yang lebih baik? Artikel-artikel berikut akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
[Catatan Kaki]
Dari situs Web TeensHealth.
[Kotak di hlm. 4]
POKOKNYA BISA HIGH
Ada orang yang mencoba apa saja, pokoknya yang bisa membuatnya high. Praktek-praktek
yang khususnya berbahaya antara lain menghirup cairan pembersih, cat kuku, pernis,
bensin, lem, cairan penyala api, cat semprot, dan bahan-bahan lain yang mudah menguap.
Uap atau gas yang dihirup langsung terserap dalam darah dan segera bereaksi.
Praktek lainnya yang berbahaya adalah penyalahgunaan obat yang dijual bebas yang
mengandung alkohol atau yang merangsang rasa kantuk. Jika digunakan dalam dosis tinggi,
obat-obatan tersebut dapat mempengaruhi indra-indra, khususnya pendengaran dan
penglihatan, dan dapat menimbulkan pusing, halusinasi, mati rasa, serta nyeri lambung.
[Kotak di hlm. 5]
TAKTIK MENDAPATKAN OBAT RESEP
Perilaku mencari-cari obat resep sudah umum di kalangan pecandu dan penyalahguna
obat-obatan, kata buku Physicians Desk Reference. Yang termasuk dalam taktik untuk
mencari obat-obatan itu antara lain membuat panggilan darurat atau berkunjung ke dokter
menjelang berakhirnya jam praktek, menolak untuk menjalani pemeriksaan, pengujian, atau
untuk dirujuk, sering kehilangan resep, mengubah atau menjiplak resep dokter, dan
menolak untuk menunjukkan catatan kesehatan atau keterangan yang diperlukan kepada
dokter lain yang dirujuk. Gonta-ganti dokter untuk mendapatkan lebih banyak resep lazim
dilakukan oleh orang yang menyalahgunakan obat-obatan dan orang yang menderita
kecanduan yang tidak ditangani.
Tiga jenis obat yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut:
Opioiddiresepkan sebagai obat penghilang rasa nyeri
Depresan CNS (sistem saraf pusat)barbiturat dan benzodiazepin yang diresepkan untuk
mengatasi kecemasan atau susah tidur (sering disebut sedatif atau obat penenang)
Akhir ini marak diberitakan penyalahgunaan obat, terutama obat bebas (bisa dibeli tanpa
resep dokter) yang secara kimia dikenal dengan nama Dextromethorpan
Hidrobromidaatau DMP dan digunakan untuk menyembuhkan batuk. Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet atau syrup, bisa dengan komposisi sediaan tunggal (dengan
kandungan zat aktif 15 mg) atau kombinasi zat aktif (kadar 5 mg) dengan antialergi (CTM)
dan pengurang dahak (misal GG). Obat ini diindikasikan sebagai obat batuk non narkotik
yang dijual bebas di toko obat atau bahkan warung kelontong biasa (misal Konidin tablet,
Vicks Formula 44).
Secara kimia, obat ini sangat mirip Codein (obat batuk golongan narkotika), namun tidak
menimbulkan ketagihan. Di pasaran tersedia hampir 50an nama dagang merek obat, baik
sediaan tunggal atau campuran. Nama jalanan pil dekstro, DXM atau DXT, DX, robo, atau
rojo. Pada dosis normal, obat ini menekan keinginan batuk dengan menaikkan ambang
rangsang batuk di otak.
Penyalahgunaan obat
Dosis normal obat ini untuk penyembuhan batuk adalah 3 X 1 tablet (kadar 15 mg) per hari.
Yang menjadi masalah, bahkan sudah sejak dulu (entah dari mana para remaja tahu), obat
ini digunakan untuk obat rekreasi (recreational drug), diminum tidak sesuai indikasi, namun
meminumnya dalam jumlah besar sekaligus secara overdosis, dengan harapan
untuk tripping atau teler dan menimbulkan efek psikologi halusinasi. Menurut penelitian,
dosis besar antara 150 mg hingga 2500 mg (kalau per tabletnya 15 mg, antara 10 sampai
150 tablet), akan menimbulkan eforia, gangguan memori, berkurangnya penglihatan, dan
akhirnya kehilangan kontrol dan kesadaran. Bagi pemakai, keadaan ini dianggap dapat
melupakan segala kesulitan beban kehidupan di dunia.
Dosis besar dengan meminumnya puluhan tablet sekaligus apalagi jika dilakukan secara
rutin akan sangat berbahaya dan memperberat kerja hati dan ginjal pengguna. Lebih
berbahaya lagi jika diminum dengan minuman suplemen yang mengandung caffein atau
soda, Akan terjadi interaksi obat yang akan membuat , jantung pengguna berdebar-debar,
sesak nafas, nyeri perut, mual dan muntah. Jika berlebihan, pasien bisa tidak sadar, kejangkejang, mengalami koma dan mati.
Surat Edaran
Mengingat kecenderungan penyalahgunaan obat dekstro ini, maka mulai kemarin Dinkes
RL membuat surat edaran ke sejumlah apotek dan toko obat agar pembelian dekstro untuk
penggunaan pribadi dibatasi maks 20 tablet. Hal ini untuk mencegah agar apotek dan toko
obat tidak ikut dipersalahkan jika ternyata obat tersebut digunakan tidak sesuai indikasinya.
Di samping itu, mengingat harga obat tersebut yang sangat murah (sekitar 200 300 rupiah
per tablet), dikhawatirkan ada pengguna yang membeli dalam jumlah besar (packing
botolan/1000 buah), dan diperjualbelikan secara illegal. Harus diingat bahwa, sebagaimana
ucapan Paracelsus dokter jaman Romawi dulu : obat adalah racun, hanya dosisnya saja
yang membedakan. Racun akan menjadi obat, jika digunakan pada dosis yang tepat,
namun obat akan menjadi racun, jika digunakan pada dosis yang tidak semestinya.
Drug mis use : salah pengunaan obat-obat dengan tujuan medis (misal: cara minum,
cara memakai)
Ada tiga golongan obat yang paling sering disalahgunakan, yaitu :
1. Golongan Analgesik Opiat / Narkotika
Menurut UU RI No 22 tahun 1997 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapaqt menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Contohnya adalah codein, oxycodon, morfin.
2. Golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan gangguan tidur.
Menurut UU RI No 5 tahun 1997 Psikotropika adalah suatu zat atau obat baik alamiah atau
sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin (diazepam/valium,
klordiazepoksid, klonazepam, alprazolam, dll)
3. Golongan stimulan sistem saraf pusat.
Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan ketergantungan atau
kecanduan.
Selain itu, ada pula golongan obat lain yang digunakan dengan memanfaatkan efek
sampingnya,
bukan
berdasarkan
indikasi
yang
resmi
dituliskan. Contohnya
dekstroamfetamin, amfetamin. Beberapa contoh diantaranya adalah :
Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang diindikasikan untuk profilaksis
asma, sering diresepkan untuk meningkatkan nafsu makan anak-anak
Penggunaan Somadryl untuk obat kuat bagi wanita pekerja seks komersial untuk
Nama
Diazepam
5 10
Klordiazepoksi
10 25
d
Alprazolam
0,25 8
8 16 mg x 42 hari
Flunitrazepam
12
8 10 mg x 42 hari
Pentobarbital
100
800 2200 mg x 35 37 hari
Amobarbital
65 100
800 2200 mg x 35 37 hari
Meprobamat
400
1,6 3,2 g x 270 hari
mendukung pekerjaannya. Obat ini berisicarisoprodol, suatu muscle relaxant, yang
digunakan untuk melemaskan ketegangan otot.
Obat-obat psikotropika beserta dosis sedative dan dosis yang menyebabkan
ketergantungan :
Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut :ventral
tegmental area (VTA), nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTA terhubung
dengan nucleus accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur reward ini yang akan
mengirim
informasi
melalui
saraf.
Saraf
di
VTA
mengandung
neurotransmitter dopamin, yang akan dilepaskan menuju nucleus accumbens dan prefrontal
cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada stimulus yang memicu pelepasan dopamin,
yang kemudian akan bekerja pada system reward.
Obat-obat yang dikenal menyebabkan adiksi/ketagihan seperti kokain, misalnya,
bekerja menghambat re-uptake dopamin, sedangkan amfetamin,bekerja meningkatkan
pelepasan dopamin dari saraf dan menghambat re-uptake-nya, sehingga menyebabkan kadar
dopamin meningkat.
Pada obat golongan opiat, reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA,
nucleus accumbens dan cortex), dan juga pada pain pathway (jalur nyeri) yang
meliputi thalamus, brainstem, dan spinal cord. Ketika seseorang menggunakan obat-obat
golongan opiat seperti morfin, heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat reseptornya di
jalur reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akan memberikan efek
analgesia, sedangkan pada jalurreward akan memberikan reinforcement positif (rasa
senang, euphoria), yang menyebabkan orang ingin menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan
obat opiat dengan reseptornya di nucleus accumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin
yang terlibat dalam system reward.
2. Mewaspadai adanya kemungkinan resep-resep yang palsu dan ganjil, terutama resep - resep
yang mengandung obat psikotropika/narkotika.Hal ini memerlukan pengalaman yang cukup
dan pengamatan yang kuat. Jika terdapat hal-hal mencurigakan, dapat berkomunikasi dengan
dokter penulis resep yang tertera dalam resep tersebut untuk konfirmasi.
3. Mengedepankan etika profesi dan mengutamakan keselamatan pasien dengan tidak
memberikan kemudahan akses terhadap obat-obat yang mudah disalah gunakan.
Kondisi yang perlu diatasi secara farmakoterapi pada keadaan ketergantungan obat
ada dua, yaitu kondisi intoksikasi dan kejadian munculnyagejala putus obat (sakaw).
Dengan demikian, sasaran terapinya bervariasi tergantung tujuannya:
1.
Terapi pada intoksikasi/over dosis tujuannya untuk mengeliminasi obat dari tubuh,
menjaga fungsi vital tubuh
2.
Terapi pada gejala putus obat tujuannya untuk mencegah perkembangan gejala
supaya tidak semakin parah, sehingga pasien tetap nyaman dalam menjalani program
penghentian obat
Masing-masing golongan obat memiliki cara penanganan yang berbeda, sesuai
dengan gejala klinis yang terjadi. Di bawah ini disajikan tabel ringkasan terapi intoksikasi
pada berbagai jenis obat yang sering disalahgunakan.
Tabel 1. Ringkasan tentang terapi intoksikasi
Klas obat
Terapi obat
Benzodiazepin
Flumazenil 0,2
mg/min IV, ulangi
sampai max 3 mg
Tidak ada
Alkohol, barbiturat,
sedatif hipnotik
non-benzodiazepin
Opiat
Naloxone 0,4-2,0 mg
IV setiap 3 min
Terapi nonobat
Support
fungsi vital
Komentar
Kontraindikasi jika ada
penggunaan TCA
resiko kejang
Support
fungsi vital
Support
fungsi vital
Tabel 2. Ringkasan tentang terapi untuk mengatasi gejala putus obat withdrawal syndrome
(DiPiro, 2008)
Obat
Terapi obat
Komentar
Benzodiazepin
Klordiazepoksid 50 mg 3 x sehari atau
(short acting)
lorazepam 2 mg 3 x sehari, jaga dosis
utk 5 hari, kmd tapering
Long acting BZD
Sama, tapi tambah 5-7 hari
Alprazolam paling sulit
utktappering
dan butuh wkt lebih lama
Opiat
Methadon 20-80 mg p.o, taperdengan - jika metadon gagal
5-10 mg sehari, atau klonidin 2 mg/kg metadon maintanance
tid x 7 hari,taper untuk 3 hari
program
berikutnya
- Klonidin menyebabkan
hipotensi pantau BP
Barbiturat
Test toleransi pentobarbital, gunakan
dosis pada batas atas test, turunkan
dosis 100 mg setiap 2-3 hari
Mixed-substance
Lakukan spt pada long acting BZD
Stimulan CNS
Terapi supportif saja, bisa gunakan
bromokriptin 2,5 mg jika pasien
benar-benar kecanduan, terutama pada
kokain
sekali minum, dan tentunya sebaiknya sesuai dengan anjuran dosisnya (jika 3x sehari artinya
diminum setiap 6-8 jam). Paracetamol ini muncul dalam berbagai kemasan obat dengan
merek yang berbeda-beda baik pada obat penurun panas, maupun pada obat batuk, atau flu.
Selain paracetamol, terdapat juga golongan senyawa obat lain yang juga bisa berfungsi
menurunkan panas yakni dari golongan anti-radang non-steroid (NSAIDs, Non Steroidal
AntiInflammatory Drugs). Contoh obat-obatan golongan ini adalah dari jenis salicylates
(seperti : acetyl salicylic acid atau aspirin, sodium salicylate, choline salicylate, dll),
ibuprofen, ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini juga berfungsi menghilangkan rasa sakit
(terutama akibat peradangan).
Tak ada obat yang dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan flu. Obat-obatan yang
ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak nyaman sebagaimana disebutkan di atas.
Khusus untuk flu saat ini ada obat yang memang bersifat menyerang virus penyebab flu
seperti Tamiflu, Relenza; akan tetapi digunakan hanya bila dirasa perlu dan harus atas resep
dokter. Pilek atau flu yang relatif biasa akan hilang sendiri (melemah) dalam beberapa hari
terutama jika diiringi dengan istirahat yang banyak, banyak minum air, dan bantuan suplemen
dan vitamin.
Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan remaja menjadi obat yang
memberikan rasa tenang (seperti narkotik). Karena penjualan obat yang sekarang sangat
bebas serta beredar pula di apotik dimana mana dan tanpa pengawasan yang ketat,
bermacam obat pereda demam seperti paracetamol ini juga sering disalahgunakan oleh
kalangan remaja maupun dewasa. Apabila obat ini disalahgunakan, tentunya akan
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
2. Obat penghilang rasa nyeri
Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat orang dewasa untuk
menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya seringkali orang menjadi ketergantungan
terhadap obat penghilang rasa nyeri dan mengalami overdosis hingga menyebabkan
kematian.
Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang tidak tepat telah
mnyebabkan kematian 15.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun
Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang melebihi jumlah kematian
overdosis gabungan heroin dan kokain. Menurut data yang telah dipublikasikan pada 1
November 2011, resep obat penghilang rasa sakit yang sering disalahgunakan adalah
oxycodone (Oxycotin), metadon atau xanax (Vicodin).
Tetapi ada banyak merek obat lain yang juga disalahgunakan, antara lain:
a) Formulasi Oxycodone: termasuk merek Oxyfast, Percolone, dan Roxicodone
b) Oxycodone dikombinasikan dengan obat lain: termasuk merek Endocet, Percocet, Percodan,
dan Xolox.
c) Hydrocodone: termasuk merek Lortab, Tussionex, dan Vanacet
Obat nyeri yang juga sering disalahgunakan adalah Obat somadril yang fungsinya untuk
mengatasi penyakit nyeri otot, nyeri sendi, serta rematik, dan telah lama beredar di sejumlah
warung obat, diduga sering disalahgunakan untuk kepentingan teler atau mabuk para
pembelinya. Bila obat ini digunakan dalam dosis yang tinggi maka akan menyebabkan
gangguan koordinasi motorik, gangguan konsentrasi, hipotensi, dan bahkan dapat
menyebabkan koma jika terus-menerus digunakan dalam jumlah yang banyak.
3. Misoprostol / Cytotec
Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit maag dan radang
lambung, belakangan ini semakin banyak disalahgunakan untuk menggugurkan
kandungan. Cytotecsebetulnya untuk mengobati maag dan dilarang keras digunakan untuk
perempuan hamil dan ibu menyusui. Cytotec sebetulnya mempunyai indikasi untuk
mengobati maag kronis. Cara kerjanya dalam mengobati lambung adalah menetralisir asam
lambung yang tinggi (yang menjadi penyebab mual dan muntah pasien maag). Selain itu
cytotec mampu melapisi dinding usus yang terluka, yang menjadi penyebab meningkatnya
asam lambung. Tetapi efek samping dari obat ini yaitu memacu kontraksi sel otot polos di
mulut rahim wanita yang dapat menyebabkan keguguran (pada wanita hamil). Oleh sebab itu,
obat ini tidak disarankan bagi wanita hamil.
Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk melakukan aborsi, maka Pelaku
aborsi bisa mengalami pendarahan terus menerus. Kalau pendarahan terjadi tanpa bisa
dicegah, bisa saja pelaku aborsi meninggal dunia.
4. Flunitrazepam
Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti gangguan kecemasan dan
insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang membuat orang tertidur panjang hingga 2-8 jam
kadang digunakan untuk kejahatan agar si korban tertidur.
Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal dengan sebutan date rape
drugkarena bisa melumpuhkan perempuan selama penyerangan seksual seperti pemerkosaan.
Flunitrazepam memiliki efek fisiologis yang mirip dengan valium (diazepam), tapi 10
kali lipat lebih kuat. Ketika seseorang mengalami intoksifikasi umumnya dikaitkan dengan
gangguan penilaian dan keterampilan motorik.
Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang membuatnya sulit
dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya ketika ia dicampurkan ke dalam
makanan atau minuman.
Sekitar 10 menit setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang mungkin akan merasa
pusing dan bingung, merasa udara di sekitarnya terlalu panas atau terlalu dingin serta mual.
Secara perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara dan bergerak hingga
akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam waktu 2 jam dan bisa bertahan hingga 8
jam. Umumnya orang yang konsumsi obat ini tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ia
berada dalam pengaruh obat.
Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya terhadap memori dan
kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar. Dilaporkan kombinasi ini bisa menyebabkan
seseorang tidak sadar selama 8-12 jam setelah dikonsumsi.
Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan tekanan darah, gangguan
memori, mengantuk, gangguan penglihatan, pusing, merasa bingung, gangguan pencernaan
dan gangguan pada retensi urine.
5. Kodein yang disalahgunakan sebagai morfin
Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi narkotik yang lebih
kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya adalah obat yang sering diresepkan dokter, bisa
digunakan sebagai analgetika (penghilang rasa sakit), anti diare dan antitusive (penekan
batuk). Apoteker/pharmacist harus berhati-hati, karena kodein dapat juga disalahgunakan,
jika diminum langsung ternyata ada sekian persen yang diubah menjadi morfin di saluran
pencernaan. Lebih parah lagi bila ternyata pembeli memang sengaja membeli kodein untuk di
ubah menjadi morfin atau heroin. Jika kodein disalahgunakan menjadi morfin, maka akan
menyebabkan hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang dan adanya rasa nyaman diikuti
perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Jika terus menerus disalahgunakan, tentunya
akan menyebabkan ketergantungan dan meninggal karena overdosis.
6. Obat anti-cemas
Sisa-sisa kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang sesuai, terapi perilaku atau
psikoterapi. Obat anti-cemas disebut juga ansiolitik atau obat penenang, diberikan untuk
mengatasi gejala-gejala kecemasan. Obat anti-cemas memiliki efek mengendurkan otot-otot,
mengurangi ketegangan, membantu tidur dan mengurangi kecemasan. Yang paling sering
digunakan adalah benzodiazepin. Obat ini mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan
cara mengurangi aktivitas saraf di dalam otak. Tetapi benzodiazepin bisa menyebabkan
ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-hati.
Contoh benzodiazepinadalah:
Alprazolam
Klordiazepoksid
Diazepam
Flurazepam
Lorazepam
Oksazepam
Temazepam
Triazolam.
Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi susunan saraf pusat
yang bervarisai tergantung pada dosis yang diberikan.
Sebelum ditemukannya benzodiazepin, barbiturat merupakan obat pilihan untuk
mengatasi kecemasan. Tetapi obat ini berpotensi untuk disalahgunakan, sering terjadi gejala
putus obat dan overdosis serta sering menyebabkan kematian; sehingga jarang digunakan
lagi.
Obat-obat anti-depresi kadang juga diberikan untuk penyakit kecemasan.
Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:
Selective serotonin reuptake inhibitors (fluoksetin, fluvoksamin, paroksetin, sertralin)
Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15 hingga 30 miligram untuk
menekan batuk, namun pengguna biasanya mengkonsumsi lebih dari 360 mg bahkan lebih.
Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang mengandung DXM dapat menyebabkan
halusinasi, hilang kendali dari kendaraan (pada saat mengemudi), dan sensasi out of body.
Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan DXM yaitu : bingung,
sulit mengambil keputusan, penglihatan yang buram, pusing, paranoia, keringat berlebihan,
bicara mencerca, mual, muntah-muntah, sakit perut, detak jantung yang tidak normal, tekanan
darah tinggi, pusing, lesu, mati rasa pada jari kaki dan tangan, pucat, kulit yang kering dan
gatal, hilang kesadaran, demam, kerusakan pada otak dan bahkan kematian.
Ketika mengkonsumsi dalam jumlah banyak, DXM juga dapat menyebabkan
hyperthermia, atau demam tinggi.
8. Dexametasone
Dexametasone (micronized) 0.5 mg dan clorpeniramina maleat 2 mg adalah obat-obatan
yang lazim dipakai untuk mengobati alergi Sehingga sering diberikan pada penyakit alergi
menahun seperti asma bronchiale, urticaria dan berbagai penyakit alergi lainnya. Obat yang
mengandung komponen ini sering disalahgunakan untuk menggemukkan badan karena
dampak menahan airnya, atau untuk meningkatkan kualitas tidur pemakainya. Efek
sampingnya adalah timbulnya penyakit pencernaan seperti penyakit maag, luka di lambung,
kelainan pencernaan lainnya. Karena sifatnya yang menahan air, menyebabkan penderita
meningkat nafsu makannya dan bertambah berat. Selain itu obat yang mengandung
Dexamethasone merupakan pemicu timbulnya penyakit kencing manis, apalagi kalau
pemakai mempunyai riwayat penyakit kencing manis di keluarga. Obat ini juga menyebabkan
timbulnya beberapa penyakit kejiwaan bila dipakai secara berkesinambungan. Karena
dampaknya imunosupresif, pemakai mudah menderita penyakit infeksi virus dan jamur pada
tubuhnya. Pemakai jangka panjang juga akan menderita pengeroposan tulang yang disebut
sebagai osteoporosis. Bila penderita terlalu sensitive, dapat pula terjadi shok, yang berujung
dengan kematian.
C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung jawab. Seorang anak
yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya sendiri akan
cenderung memilih obat-obatan jikalau ia mau melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan
yang menekan.
Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan lingkungan dimana sebagai
pemuda / remaja yang sedang mencari identitas pribadi, mereka akan tergoda untuk menjadi
bagian dari grup di mana penggunaan obat-obatan oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap
orang dalam grup itu.
Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua (kematian atau
putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak kehilangan pegangan, apalagi jikalau ia
menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.
Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe keluarga dengan latar
belakang orangtua yang bercerai, ibu yang mengepalai rumah tangga dan menekan si ayah,
kedua orangtua yang memanjakan anak tunggal, orangtua peminum, pergaulan bebas dan
sebagainya.
Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan orang tua yang
patologis/kacau.
Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.
1.
2.
3.
4.