PENDAHULUAN
Selain olahraga berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan kesegaran
jasmani, olahraga juga berfungsi untuk meraih prestasi dalam kejuaraan-kejuaran
baik tingkat provinsi, nasional maupun internasional. Dari berbagai jenis olahraga
prestasi yang ada, beladiri merupakan salah satu cabang olahraga yang
berkembang pesat di Indonesia antara lain Taekwondo (Korea), Pencak Silat
(Indonesia), Karate (Jepang), Kungfu (Cina), Boxing (Amerika) dan masih
banyak lagi jenis atau nama-nama beladiri yang masuk dan berkembang di
Indonesia.
Taekwondo adalah seni beladiri Korea yang berkembang pesat di
Indonesia dan di pelajari oleh berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia.
Menurut Suryadi (2002) Taekwondo sendiri sudah masuk dan berkembang di
Indonesia selama kurang lebih 30 tahun dengan pembuktian bahwa pada jaman itu
taekwondo berafialiasi ke ITF (International Tae Kwon Do Federation),
berkembang pula aliran WTF (The World Taekwondo Federation) tahun 1982
bergabung menjadi TI (Taekwondo Indonesia). Peminat taekwondo tidak hanya
diminati oleh orang dewasa tetapi juga remaja maupun anak-anak karena
keanggotaan taekwondo terbuka untuk umum.
Kondisi fisik merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
program latihan taekwondo, sehingga perlu mendapat perhatian. Tidak dapat
dipungkiri bahwa unsur kondisi fisik merupakan komponen yang vital dalam
rangka untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam olahraga termasuk dalam
taekwondo. Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam
usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi. Dengan kondisi
fisik yang baik banyak manfaat yang di peroleh. Ada berbagai bentuk serangan
dalam taekwondo, diantaranya adalah pukulan, tendangan, tangkisan, dan
sebagainya (Dinata, 2013).
BAB II
ISI
A. Definisi Tae Kwon Do
Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada
beladiri tradisional Korea. Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak
hanya mengajarkan aspek fisik semata seperti keahlian dalam bertarung,
melainkan juga sangat menekankan pengajaran aspek disiplin mental dan
etika. Dengan demikian Taekwondo akan membentuk sikap mental dan etika
yang kuat bagi orang yang secara sungguh-sungguh mempelajari Taekwondo
dengan benar. Taekwondo mengandung aspek filosofi yang mendalam
sehingga dengan mempelajari Taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga kita secara
menyeluruh akan ditumbuhkan dan dikembangkan.
Menurut V. Yoyok Suryadi (2002:1) Taekwondo terdiri dari 3 kata: tae
berarti kaki/menghancurkan dengan teknik tendangan, kwon berarti
tangan/menghantam dan mempertahankan diri dengan teknik tangan, serta do
yang berarti seni/cara mendisiplinkan diri. Maka jika diartikan secara
keseluruhan, Taekwondo adalah cara mendisipinkan diri/seni beladiri yang
menggunakan teknik kaki dan tangan kosong.
Menurut V. Yoyok Suryadi (2002:1) menerangkan bahwa tiga materi
terpenting dalam berlatih Taekwondo, yaitu poomse, kyukpa dan kyoruki.
1. Poomse atau rangkaian jurus adalah rangkaian teknik gerakan dasar
serangan dan pertahanan diri yang
dilakukan melawan musuh yang
imajiner dengan mengikuti diagram
tertentu. Setiap diagram rangkaian
gerakan
poomse
didasari
oleh
2. Kyukpa atau teknik pemecahan benda keras adalah latihan teknik dengan
memakai sasaran/obyek benda mati, untuk mengukur kemampuan dan
ketepatan tekniknya. Obyek sasaran yang
biasanya dipakai antara lain
papan
kayu,
batu
bata,
dilakukan
dengan
Taekwondo
tidak
hanya
menyentuh aspek keterampilan teknik bela dirinya saja, namun harus meliputi
aspek fisik, mental, dan spiritualnya. Untuk itu, seseorang yang berlatih atau
mempelajari Taekwondo sudah seharusnya menunjukkan kondisi fisik yang
baik, mental yang kuat dan semangat yang tinggi. Namun, hal itu harus
mampu juga ditunjukkan dalam sikap dan tindakan sehari-hari yang baik dan
didasari jiwa yang luhur. Dengan begitu barulah seseorang dapat dikatakan
berhasil dalam berlatih Taekwondo.
B. Metode Latihan
Latihan merupakan usaha yang harus dilakukan untuk mencapai
prestasi yang maksimal, tanpa latihan seorang atlet tidak akan mampu
mengarah pada prestasi tinggi. Dalam olahraga diperlukan tidak hanya
sekedar praktek tetapi harus merupakan proses yang memerlukan
pengalaman. Semakin atlet melakukan latihan maka pengenalan terhadap
teknik akan meningkat dan pengembangan penampilan di lapangan pun juga
akan meningkat.
mempelajari
masalah
cara-cara
berlatih-melatih
yang
bersifat
b. Tendangan
1) Ap chagi
2) Dolyo chagi
Tendangan serong atau memutar dengan perkenaan ap chuk atau
bal deung.
3) Naeryo chagi
Merupakan tendangan mengayun dari atas ke bawah. Tendangan
ini sasarannya adalah kepala, tulang belikat atau dada.
4) Yeup chagi
Adalah tendangan samping dengan perkenaan sonal deung atau
pisau kaki.
5) Dwi chagi
Adalah tendangan belakang, dengan perkenaan tumit atau telapak
kaki.
3. Pendinginan
Para taekwondoin berjalan santai melingkari matras, setelah cukup lalu
diadakan penguluran.
D. Latihan Fisik
Pembentukan kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang amatlah
penting, karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan mampu
E. Prinsip-Prinsip Latihan
Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan.
Sebagai dasar atau landasan prinsip-prinsip latihan adalah proses (adaptasi)
manusia terhadap lingkungan. Manusia memiliki daya adaptasi terhadap
beban latihan yang diterima saat latihan maupun dalam pertandingan.
Menurut Suharno HP (1993:7) adaptasi adalah penyesuaian fungsi dan
struktur organisme atlet akibat beban latihan yang diberikan. Adaptasi atlet
akan timbul apabila terkena rangsangan beban latihan yang berat, keras dan
teratur interval antara unit latihan satu dengan latihan yang lain.
Dengan melihat adaptasi manusia dalam melakukan latihan ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan, agar dalam pengembangan kondisi
fisik dapat berjalan secara efektif dan efisien. Prinsip dasar latihan fisik yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan antara lain:
1) Latihan harus sepanjang tahun tanpa terseling (kontinuitas).
2) Kenaikan beban latihan teratur dari sedikit demi sedikit.
3) Prinsip Stress.
4) Prinsip Individual
5) Prinsip Interval
6) Prinsip Spesialisasi (spesifik)
7) Prinsip Ulangan (repetisi)
8) Prinsip Nutrisium (gizi makanan)
9) Prinsip Latihan Ekstensif dan Intensif dan
10) Prinsip Penyempurnaan Menyeluruh.
Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan
dalam pelaksanaan latihan fisik. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik,
jika berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Namun sebaliknya,
jika latihan tidak didasari dengan prinsip-prinsip latihan yang benar, maka
tujuan latihan tidak akan tercapai tujuan seperti yang dihendaki yaitu prestasi
yang maksimal.
F. Latihan Pliometrik
1. Pengertian Latihan Pliometrik
Latihan pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang masih
relatif baru dikalangan olahragawan, sehingga masih jarang digunakan
para pelatih atau pembina olahraga. Hal ini mungkin karena belum
mengetahui manfaat dari latihan
yang
mengembangkan
cepat.
dan
Tujuan
dari
latihan
ini
adalah
meningkatkan
power
otot-otot
untuk
tungkai.
Pelaksanaan dari latihan Knee Tuch Jump ini adalah sebagai berikut:
a. Posisi awal
Ambil sikap berdiri tegak lurus kaki selebar bahu. Tempatkan kedua
telapak tangan menghadap kebawah setinggi dada.
b. Gerakan
Mulai dengan posisi quater-squat, kemudian loncatlah keatas dengan
cepat. Gerakkan lutut ke atas ke arah dada dan usahakan menyentuh
telapak tangan. Setelah mendarat, segeralah mengurangi gerakan ini.
Gerakan ini dilakukan mulai dari 3 set dengan jumlah ulangan 8 kali
dan waktu istirahat 3 menit antar set.
beban lebih (over load principles), (2) prinsip perkembangan menyeluruh, (3)
prinsip spesialisasi, (4) prinsip individualisasi
1. Prinsip beban lebih
Prinsip latihan ini merupakan latihan yang mendasar yang harus di
pahami oleh pelatih dan atlet. Menurut Harsono (1998: 103) beban
latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis,
serta harus diberikan berulangulang kali dengan intensitas yang cukup
tinggi. Dengan melakukan latihan secara periodik dan sistematis, maka
tubuh atlet akan mampu beradaptasi menerima beban latihan yang di
berikan. Sehingga beban latihan akan ditingkatkan pada tingkat yang
maksimal terhadap latihan yang lebih berat.
2. Prinsip penggunaan beban secara progresif
Peningkatan beban secara progresif merupakan peningkatan beban
secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Suharno HP
(1993: 14) peningkatan beban jangan dilakukan setiap kali latihan,
sebaiknya dilakukan dua atau tiga kali latihan, bagi atlet masalah ini
sangat penting karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban
latihan sebelumya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat
jam agar timbul superkompensasi. Latihan pada saat permulaan latihan
dengan beban latihan yang berat, atlet akan mengalami kesulitan karena
tubuh belum mampu beradaptasi. Dengan melakukan latihan yang
berulangnulang, maka beban terasa ringan maka beban latihan harus
dutambah. Hal yang harus ditambah dalam ini adalah beban latihan yang
berat dengan meningkatkan beban secara teratur. Dengan memberikan
beban latihan yang terlalu berat mengakibatkan tubuh atlet tidak mampu
beradaptasi sehingga prestasi tidak mungkin bisa diraih.
3. Prinsip pengaturan latihan
Pemberian beban latihan yang harus dilakukan secara tersusun dan
terprogram sehingga latihan tersebut dapat memberikan hasil yang nyata
supaya latihan tersebut bisa tercapai hendaknya melakukan latihan pada
otot yang ingin dilatih. M. Sajoto (1995:31) berpendapat latihan
hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga otototot besar dulu yang
dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilakukan agar kelompok
otot kecil tidak mengalami kelelahan lebih dulu.
4. Prinsip perkembangan menyeluruh
Prinsip ini pelatih tidak harus membatasi atlet dengan latihanlatihan yang mengarah pada kekhususan. Dengan memberikan kebebasan
pada atlet untuk melakukan aktivitas yang lain, diharapkan dapat memiliki
dasar-dasar yang lebih kuat dalam menunjang ketrampilan kekhususan.
Dasar perkembangan menyeluruh merupakan salah satu syarat untuk
tercapainya perkembangan fisik khusus dan penguasaan ketrampilan yang
sempurna dari cabang olahraga.
5. Prinsip spesialisasi
Prinsip spesialisasi merupakan pemusatan kemampuan pada satu
cabang olah raga tertentu. Dengan melakukan hal itu seorang atlet akan
mendapatkan prestasi yang tinggi dalam olahraga yang dipilihnya.
Menurut Ozolin yang dikutip Bompa (1994:33) terdapat yang harus
diperhatikan dalam spesialisasi yaitu 1) latihan khusus sesuai dengan
karakteristik cabang olahraga, 2) latihan untuk mengembangkan
kemampuan biomotorik.supaya latihan dapat memberikan hasil yang
nyata maka latihan harus diarahkan pada latihan yang lebih khusus dalam
penerapan spesialisasi sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dengan
memegang prinsip perkembangan menyeluruh sebagai dasar dari
perkembangan spesialisasi.
6. Prinsip individulisasi
Perbedaan fisiologis maupun secara psikologis pada setiap individu
menyebabkan dalam berlatih beban latihan harus dusesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik dari individu. Menurut Harsono (1998:112)
faktor-faktor seperti umur, jenis, bentuk tubuh, kedewasaan, latar
belakang pendidikan, lamamya berlatih, tingkat kesegaran jasmani, ciri
psikologisnya, semua harus ikut dipertimbangkan dalam mendesain
program latihan bagi atlet . Latihan harus direncanakan dan disesuaikan
dengan setiap individu supaya memberikan hasil yang terbaik.
H. Latihan Untuk Meningkatkan Power Otot Tungkai
BAB III
PENDINGINAN (Cooling Down)
DAFTAR PUSTAKA