Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIABETES MELITUS

Oleh :
I Gusti Ayu Intan Widiasih
P07120013001
2.1 Reguler

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELITUS
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi/Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat
defisiensi insulin yang absolut atau relatif gangguan fungsi insulin (WHO,
2005).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
& Sudarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2002).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan
penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati (Price & Wilson, 2006).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus
adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.

B. Etiologi/Penyebab
Etiologi Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu :
1. Etiologi DM Tipe I (DM Tergantung Insulin (DMTI))
Secara garis besar etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis tipe
I (Bruner and Suddarth, 2001).

3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
Penyelidikan masih dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan
faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai
contoh, virus, atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Etiologi DM tipe II (DM Tak Tergantung Insulin (DMTTI))
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Faktor-faktor yang menyebabkan DM tipe II antara lain :
1) Faktor Genetik
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
2) Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65


tahun.
3) Obesitas
4) Riwayat keluarga
5) Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hipsonik serta penduduk asli
Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes mellitus tipe II dibandingkan dengan golongan
Afro-Amerika.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel
beta,

defek

genetik

kerja

insulin,

penyakit

eksokrin

pankreas,

endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang
jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM.
4. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama
kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada
janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
C. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM
dan pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan
6% dari populasi dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita DM pada tahun
1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8
juta orang. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita
diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan
prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat
4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat
menjadi 12,4 juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian
akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6
yaitu 5,8%

Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan


pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%.
Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar
10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional,
prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar
18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional.
Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk
usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi
mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan
buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada
penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi
merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi
minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.
Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara
Tahun 2010 dan 2030
NO

1
2

Rangking
Negara Thn
2010
India
Cina

Orang dgn
DM (Juta)
31,7
20,8

Rangking
Negara Thn
2030
India
Cina

Orang dgn
DM (Juta)

Amerika Serikat

17,7

Amerika Serikat

30,3

4
5

Indonesia
Jepang

8,4
6,8

Indonesia
Pakistan

21,3
13,9

6
7

Pakistan
Federasi Rusia

5,2
4,6

Brazil
Banglades

11,3
11,1

8
9
10

Brazil
Italia
Banglades

4,6
4,3
3,2

Jepang
Filipina
Mesir

8,9
7,8
6,7

79,4
42,3

PENJELASAN
a. Diabetes Tipe I
Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur

oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam

keadaan

normal

insulin

mengendalikan

glikogenolisis

(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan


glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut turun menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti hiperventilasi, napas bau aseton
dan bila tidak ditangani akan mengakibatkan perubahan kesadaran, koma
bahkan kematian.
b. Diabetes Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Retensi insulin

pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
E. Gejala klinis
Adanya penyakit DM ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan
tidak disadari oleh penderita. Kadang-kadang ada pasien yang pasien sendiri
tidak merasakan adanya keluhan. Mereka mengetahui adanya diabetes hanya
karena pada saat check up ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah :
1. Keluhan Klinik
a) Penurunan Berat Badan (BB) dan Rasa Lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif
singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang
menyebabkan penurunan prestasi disekolah dan lapangan olah raga
juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga.
b) Banyak Kencing (Poliuri)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah
banyak akan sangat menggangu penderita, terutama pada waktu malam
hari.
c) Banyak Minum (Polidipsi)
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya
cairan yang keluar melalui kencing.
d) Banyak Makan (Polifagia)

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimotabolisasikan


menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan,
akibatnya penderita selalu merasa lapar.
e) Keluhan lain
1) Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama
pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
2) Gangguan Penglihatan
3) Gatal/Bisul
Kelainan bisul berupa gatal, biasanya terjadi didaerah
kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketika dan dibawah
payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka lecet
karena sepatu atau tertusuk peniti.
4) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena
sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya.
5) Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang
sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala yang dirasakan.
Diabetes Tipe I
a) Hiperglikemia berpuasa
b) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c) Keletihan dan kelemahan
d) Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
Diabetes Tipe II
a) Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh
b) Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan
c) Kesemutan dan baal-baal
d) Lemah tubuh atau cepat lelah
e) Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah
penurunan BB
Pembeda
Nama Lama

DM Tipe I

DM Tipe II

DM Juvenil

DM

Biasanya kurang dari


40 tahun

Dewasa

Berat

Ringan

Kadar Insulin

Tak ada insulin

Insulin cukup atau


tinggi

Berat Badan

Bisanya kurus

Biasanya gemuk atau


normal

Pengobatan

Insulin, diet, dan


olahraga

Diet, olahraga, tablet,


dan insulin

Umur (th)
Keadaan Klinik Saat
Diagnosis

2. Kompilikasi dari Diabetes Mellitus


a. Fase Akut
1) Koma hipoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Koma hiperosmolar nonketotik
b. Fase Kronik
1) Makroangiopati (mengenai pembuluh darah besar) : pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati (mengenai pembuluh darah kecil) : retinopati
diabetik, nefropati diabetik.
3) Neuropati diabetik
4) Rentan infeksi seperti : TB paru, ginggivitis, dan ISK.
5) Kaki diabetik.
(Suryono, 2010)
F.Pemeriksaan Penunjang
WHO merekomendasikan pengambilan sampel 2 jam sesudah
konsumsi glukosa yaitu : (Brunner and Suddarth, 2002 : 1225)
a. Glukosa plasma sewaktu/random > 200mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa/nuchter >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 g karbohidrat (2 jam postprandial/pp) > 200 mg/dl (11,1
mmol/L).

Pemeriksaan penunjang pada DM menurut Donges dkk (2001 : 728)


antara lain :
1. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : positif secara metabolik.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt
5. Elektrolit
a) Natrium
: Mungkin normal, meningkat atau menurun.
b)
Kalium
: Normal atau peningkatan semu
(perpindahan seluler selanjutnya akan menurut).
6. Haemoglobin glikosilat : kadarnya melipat 2-4 dari dari normal.
7. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
8. Trombosit darah, hematokrit mungkin meningkat atau (dehidrasi/leukositosis,
hema konsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi).
9. Ureum (kreatinin) : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau
penurunan fungsi ginjal).
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengidentifikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA (Diabetik
Keto Asidosis).
11. Insulin darah mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau
normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan infusiensi insulin
atau gangguan dalam penggunaannya (endogen atau eksogen).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
akan insulin.
13. Urin : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
15. Tes HbA1C
HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa dengan
hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut
oksigen ke seluruh bagian tubuh). HbA1c yang terbentuk akan tersimpan
dan tetap bertahan di dalam sel darah merah selama 3 bulan, sesuai masa
hidup sel darah merah. Jumlah HbA1c yang terbentuk, tergantung kadar
glukosa di dalam darah sehingga hasil pemeriksaan HbA1c dapat
menggambarkan rata-rata kadar glukosa darah selama 3 bulan.

Diabetisi perlu melakukan pemeriksaan HbA1c untuk mengetahui


rata-rata kadar glukosa darah dalam waktu 1-3 bulan sebelumnya. Dengan
demikian, diabetisi dapat menilai pengendalian diabetesnya dengan tujuan
untuk mencegah komplikasi diabetes. Selain itu, pemeriksaan HbA1c juga
dapat digunakan untuk menilai efektivitas perubahan terapi setelah 2-3
bulan. Manfaat Pemeriksaan HbA1c :
1. Mengukur kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari yang lalu
(sesuai usia eritrosit)
2. Menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya, sehingga
tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka
pendek
3. Menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan mencegah
terjadinya komplikasi diabetes
Pemeriksaan glukosa darah hanya mencerminkan kadar glukosa
darah pada saat diabetisi diperiksa, tetapi tidak menggambarkan
pengendalian diabetes jangka panjang ( 3 bulan). Meski demikian,
pemeriksaan glukosa darah tetap diperlukan dalam pengelolaan diabetes,
terutama untuk mengatasi permasalahan yang mungkin timbul akibat
perubahan kadar glukosa darah secara mendadak.
a) Cara melakukan pemeriksaan HbA1c
Oleh karena hasil pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh
asupan makanan, obat maupun olahraga, maka diabetisi dapat
melakukannya kapan saja tanpa perlu persiapan khusus. Sampel yang
diperlukan berupa darah yang diambil dari pembuluh darah vena (di
lengan).
b) Makna hasil pemeriksaan HbA1c
-

Nilai HbA1c < 6.5 % berarti kendali diabetes baik.

Nilai HbA1c 6.5 8 % berarti kendali diabetes sedang.

Nilai HbA1c > 8 % berarti kendali diabetes buruk.

G. Penatalaksaan
1. Penyuluhan

Edukasi

DM

adalah

pendidikan

dan

pelatihan

mengenai

pengetahuan dan keterampilan bagi penderita DM dengan tujuan merubah


prilaku pasien untuk meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.
2. Perencanaan makanan (Diet)
Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai
tujuan berikut :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan
mineral).
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Memenuhi kebutuhan energi.
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui caracara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
3. Farmakologis, berupa :
I. Obat Hipoglikemik Oral
1) Sulfonilurea, obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi pengelepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan
berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang
beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada kaedaan insufisiesi
renal

dan

orang

tua

karena

risiko

hipoglikemia

yang

berkepanjangan, demikian juga glibenklamid. Untuk orang tua


dianjurkan preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid,
glikuidon). Glikuidon juga diberikan pada pasien DM dengan
gangguan fungsi ginjal atau hati ringan.
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak
sampai dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah
metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk (Indek Masa

Tubuh/IMT >30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat


lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan
sulfonilurea.
3) Inhibitor Glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
II. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3) Ketoasidosis diabetik
4) Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5) Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6) Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis
hampir maksimal
7) Stres berat (Infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)
8) Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali
9) Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
10) Kontraindikasi atau alergi tarhadap OHO
Jenis dan Lama Kerja Insulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis,
yakni :
1) Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
2) Insulin kerja pendek (short acting insulin)
3) Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
4) Insulin kerja panjang (long acting insulin)
5) Insulin campuran tetap (premixed insulin)
Karakteristik

insulin

yang

ada

di

pasaran

Indonesia,

berdasarkan waktu kerja.


Sediaan Insulin

Awal Kerja

Puncak Kerja

Lama Kerja

Insulin Prandial
Insulin Kerja Cepat
Reguler (Actrapid;
Humulin R)

30-60 menit

30-90 menit

3-5 jam

Insulin Analog, kerja sangat cepat


Insulin glulisine
(Apidra*)
Insulin aspart (Novo
Rapid*)
Insulin lispro (Humalog)

5-15 menit

30-90 menit

3-5 jam

5-15 menit

30-90 menit

3-5 jam

5-15 menit

30-90 menit

3-5 jam

2-4 jam

4-10 jam

10-16 jam

3-4 jam

4-12 jam

12-18 jam

2-4 jam

Tdk ada puncak

6-10 jam

8-10 jam

2-4 jam

Tdk ada puncak

30-60 m

dual

Insulin kerja menengah


NPH (Insulatard,
Humulin N)
Lente*
Insulin kerja panjang
Insulin glargine (Lantus)
Ultralente*
Insulin detemir
(Levemir*)
Insulin campuran
(kerja cepat dan menengah)
70% NPH/30% regular
(Mixtard; Humulin
70/30) 70% NPH/30%
analog rapid (NovoMix
30)
* : Belum ada di Indonesia

10-16 jam

Nama dalam tanda kurung adalah nama dagang


Efek Samping Terapi Insulin
1) Efek samping utama dari terapi insulin adalah terjadinya
hipoglikemia.
2) Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
Cara Penyuntikan Insulin

1) Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit


(subkutan). Dengan arah

alat suntik tegak lurus terhadap

permukaan kulit.
2) Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara
bolus atau drip.
3) Terdapat sediaan insulin campuran (Mixed Insulin) antara insulin
kerja pendek dan kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang
tertentu. Apabila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut
atau diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan
pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin tersebut.
4) Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara penyinpanan
insulin harus dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai
rotasi tempat suntik.
5) Apabila diperlikan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit
insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh
diabetisi yang sama.
4. Olahraga
Manfaat olahraga bagi penderita Diabetis diantaranya :
1) Mengendalikan kadar glukosa darah
2) Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
3) Membantu mengurangi stres
4) Memperkuat otot dan jantung
5) Meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL)
6) Membantu menurunkan tekanan darah
5. Perawatan dirumah, sebagai seorang diabetesi sering mengalami gangguan
sirkulasi pada kaki sehingga mudah terkena infeksi bakteri dan jamur
sehingga perlu perawatan kaki.
Perawatan tersebut meliputi :
1) Hentikan kebiasaan merokok
2) Periksa jari kaki dan celahnya setiap hari, apakah terdapat kalus, bula,
luka lecet ; gunakan cermin untuk melihat telapak kaki dan celah jari
kaki.

3) Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, lalu keringkan dengan baik
terutama dicelah jari kaki.
4) Pakailah krim khusus untuk kulit yang kering, tetapi hindari pemakaian
pada celah jari kaki.
5) Jangan menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan kalus.
6) Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
7) Potonglah kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
8) Pakailah kaos kaki yang pas bila kaki terasa dingin ; ganti kaos kaki
setiap hari.
9) Jangan berjalan tanpa alas kaki.
10) Pakailah sepatu dari kulit yang cocok untuk kaki.
11) Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya ; periksa
adanya benda asing.
12) Hindari trauma yang berulang.
13) Periksa dini rutin ke dokter dan periksa kaki anda setiap kali kontrol
walaupun ulkus atau gangren telah sembuh.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
saling berhubungan yaitu :
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan

status

kesehatan

dan

pola

pertahanan

penderita,

mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat


diperoleh

melalui

anamnese,

pemeriksaan

fisik,

pemerikasaan

laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.


a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa


raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta

upaya

yang

telah

dilakukan

oleh

penderita

untuk

mengatasinya.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
6) Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur atau ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Status neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,


mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pengkajian pola fungsi kesehatan menurut Gordon sebagai berikut :
1) Pola Persepsi Kesehatan Yang Pernah Dialami Klien
Apa upaya dan dimana klien mendapatkan pertolongan
kesehatan lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien
menurun, termasuk riwayat penggunaan obat-obatan.
2) Pola Nutrisi Metabolic
Tanyakan pada klien tentang jenis, frekuensi dan jumlah
makan dan minum klien dalam sehari-hari. Kaji adanya mual
muntah, penggunaan selang enteral, timbangan berat badan, ukur
tinggi badan, hitung berat ideal klien untuk memperoleh gambaran
status nutrisi. Pada gejala awal pasien DM ditemukan selera makan
yang meningkat. Dan pada gejala lanjutan ditemukan mual muntah.
3) Pola Eliminasi
Kaji frekuensi, karakteristik, kesulitan atau masalah dan juga
pemakaian alat bantu seperti folley kateter, ukur juga intake dan
output setiap shift, adanya poliuria dan polidipsi.
Proses eliminasi, kaji terhadap frekuensi, karakteristik,
kesulitan atau masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu atau
intervensi dalam BAB.
4) Pola Aktivitas Dan Latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau
keadaan sekarang. Tanyakan kepada klien adanya keluhan
kelelahan, letih, takikardia, takipnea pada keadaan isitirahat atau
aktivitas. Pada kasus DM mengeluh mudah lelah, letih.
5) Pola Tidur Dan Istirahat
Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena
oleh poliuria.
6) Pola Persepsi Kognitif
Apabila sudah

terjadi

penglihatan.
7) Pola Persepsi Dan Konsep Diri

komplikasi

adanya

gangguan

Kaji tingkah laku mengenai dirinya apakah klien pernah


mengalami putus asa atau frustasi atau stress dan bagaimana
menurut klien mengenai dirinya.
8) Pola Peran Hubungan Dengan Sesama
Apakah peran klien di masyarakat dan keluarga, bagaimana
hubungan klien di masyarakat dan keluarga dan teman sekerjanya.
Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam
interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain. System
dukungan pasangan atau keluarga terhadap klien selama sakit.
9) Pola Reproduksi Seksual
Tanyakan pada klien tentang penggunaan alat kontrasepsi
dan permasalahan yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan
status pernikahan klien.
10) Pola Mekanisme Koping Dan Toleransi Stress
Kaji factor yang membuat klien marah dan tidak dapat
mengontrol diri, tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme
koping yang digunakan Selma ini. Kaji kedaan klien saat ini
terhadap penyesuaian diri, ungkapan, penyangkalan terhadap diri
sendiri.
11) Pola system kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama
apa. Kaji apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut
bertentangan dengan kesehatan.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostic, diantaranya :
a) Glukosa darah sewaktu : 200 mg/dl bila disertai gejala klasik.
b) Glukosa darah puasa : 126 mg/dl
c) Test toleransi glukosa : kadar glukosa darah 2 jam pada
TTGO : 200 mg/dl
d) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
e) Asam lemak bebas kadar lipid dan kolesterol meningkat
f) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/L
g) Elektrolit :
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler), selanjutnya akan menurun.
Fosfor : lebih sering menurun
h) Hemoglobin glikosila t : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4

bulan terahir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat


bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
2) Pemeriksaan Mikroalbumin
a) Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskuler
b) Nefropati diabetic
Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
diabetes adalah terjadinya nefropatic diabetic yang dapat
menyebabkan gagal ginjal terminal sehingga penderita

perlu menjalani cuci darah atau hemodialisis.


Nefropati diabetic ditandai dengan kerusakan glumerolus

ginjal yang berfungsi sebagai alat sebagai alat penyaring.


Gangguan pada glumerolus ginjal dapat menyebabkan

lolosnya protein albumin ke dalam urine.


Adanya albumin dalam urin (albuminoria) merupakan

indikasi terjadinya mefropati diabetic.


c) Manfaat pemeriksaan Mikroalbumin (MAU)
Diagnosis dini nefropati diabetic
Memperkirankan morbiditas penyakit kardiovaskuler dan
mortalitas pada pasien DM
d) Jadwal pemeriksaan mikroalbuminemia
Untuk DM tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau setelah

5 tahun didiagnosis DM
Untuk DM tipe 2 : untuk pemeriksaan awal setelah
diagnosis ditegakan, secara periodic setahun sekali atau

sesuai petunjuk dokter.


3) Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C
a) Dapat memperkirakan resiko komplikasi akibat DM
b) HbA1c atau A1C
Merupakan senyawa yan g terbentuk dari ikatan antara

glukosa dengan hemoglobin (glycohemoglobin)


Jumlah A1C yang terbentuk , tergantung pada kadar

glukosa darah
Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan

(sesuai dengan sel darah merah)


Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata

dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.


c) Manfaat pemeriksaan A1C
Menilai kualitas pengendalian DM

Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12

minggu dijalankan
d) Tujuan pemeriksaan A1C
Mencegah terjadinya komplikasi kronik diabetes karena:
A1C dapat memperkirakan resiko berkembangnya

komplikasi diabetes
Komplikasi diabetes dapat muncul

darah terus menerus tinggi dalam jangka panjang


Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3

jika kadar glukosa

bulan) dapat diperkirakan dengan pemeriksaan A1C.


e) Jadwal pemeriksaan A1C :
Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM ditepastikan
Secara peridodik (sebagai bagian dari peneglolaan DM)
yaitu: setiap 3 bulan (terutama bila sasaran pengobatan
belum tercapai), minimal 2 kali dalam setahun.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan

berhubungan

dengan

kurangnya

pemajanan/mengingat,

kesalahan interpretasi informasi.


6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi
metabolik
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
8. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
berlebih/polifagia.
C. Perencanaan
N Hari/ Tgl/
o
1

Waktu

Dx Kep

Tujuan atau

Rencana

Kekurangan

Kriteria Hasil
Keperawatan
Setelah
1. Pantau tanda-

volume

diberikan

cairan tubuh

asuhan

b/d diuresis

keperawatan

osmotik.

selamax24

tanda vital.
2.

Kaji
nadi perifer,
pengisian

Rasional
1. Hipovolemia dapat
dimanifestasikan
oleh hipotensi dan
takikardia.
2. Merupakan

jam

kapiler, turgor

indikator dari

diharapkan

kulit, dan

tingkat

pasien dpt

membran

dehidrasi/volume

mendemonstrasikan

mukosa.
3.

adekuat.

au masukan

hidrasi

dan keluaran,

adekuat dgn

3.

Memberi
kan perkiraan

catat berat jenis

kriteria hasil:
Tanda vital
stabil
Nadi

sirkulasi yang
Pant

kebutu-han akan

urine.

cairan pengganti,
4.

perifer dpt

fungsi ginjal, dan

Tim

keefektifan dari

bang berat

diraba
Turgor

badan setiap

terapi yg diberikan
4.
Memberi

hari

kulit dan

kan hasil

pengisian

pengkajian yang

kapiler baik
Haluaran

terbaik dari status

urine tepat

cairan yang sedang


5.

Beri

secara

kan terapi

individu,

cairan sesuai

dan kadar

indikasi

berlangsung dan
selanjutnya dalam
memberikan cairan
5.

elektrolit

pengganti.
Tipe dan

dalam batas

jumlah dari cairan

normal.

tergantung pada
derajat kekurangan
cairan dan respons
pasien secara
individual.

Perubahan

Setelah

1. Tentukan

1. Mengidentifikasi

status nutrisi

diberikan

program diet,

kekurangan dan

kurang dari

asuhan

pola makan

penyimpangan dari

kebutuhan

keperawatan

pasien dan

kebutuhan

tubuh b/d

selama....x24

bandingkan

terapeutik

ketidak-

jam

dgn makanan

cukupan

diharapkan

yg dpt dihabis-

insulin,

pasien dpt

kan oleh

penurunan

memperoleh

masukan oral

nutrisi yg
cukup bagi
tubuh, dgn
kriteria hasil:
Mencerna
jumlah

pasien.
2. Timbang berat
badan setiap
hari atau sesuai
indikasi.
3. Identifikasi

2. Mengkaji
pemasukan
makanan yang
adekuat (termasuk
absorbsi dan
utilisasinya).
3. Jika makanan yg

kalori/

makanan yang

disukai pasien dpt

nutrien yg

disukai/dike-

dimasukkan dlm

hendaki

perencanaan

termasuk

makan, kerjasama

kebutuhan

ini dpt diupayakan

tepat
Menunjukkan tingkat
energi
biasanya
Berat

etnik/kultural.
4. Libatkan

setelah pulang.
4. Meningkatkan rasa

keluarga pasien

keterlibatannya ;

badan

pada

memberikan

stabil/

perencanaan

informasi pada

bertambah.

makan sesuai

keluarga untuk

indikasi.

memahami nutrisi

5. Kolaborasi
pemberikan
pengobatan
insulin secara
teratur sesuai
indikasi

pasien.
5. Insulin reguler
memiliki awitan
cepat dan
karenanya dgn
cepat pula dpt
membantu
memindahkan
glukosa ke dalam
sel.

Resiko
infeksi

Setelah
b/d diberikan

hyperglike-

asuhan

1. Observasi

1. Pasien mungkin

tanda-tanda

masuk dgn infeksi

infeksi dan

yg biasanya telah

mia.

keperawatan

peradangan.

mencetuskan

selama....x24

keadaan

jam

ketoasidosis atau

diharapkan
pasien

dpt

mencegah/
menurunkan
risiko infeksi
dgn

kriteria

hasil:
Mendemon
-strasikan
teknik,
perubahan
gaya hidup
untuk

2. Tingkatkan
upaya pencegahan dgn
melakukan

dapat mengalami
infeksi nosokomial.
2. Mencegah
timbulnya infeksi
silang.

cuci tangan yg
baik pada
semua orang
yg berhubungan dengan
pasien
termasuk
pasien sendiri.
3. Pertahankan

mencegah

teknik aseptik

terjadinya

pada prosedur

infeksi.

invasif.
4. Berikan

3. Kadar glukosa yang


tinggi dalam darah
akan menjadi media
terbaik bagi
pertumbuhan
kuman.
4. Sirkulasi perifer
bisa terganggu yg

perawatan kulit

menempatkan

dengan teratur

pasien pada

dan sungguh-

peningkatan resiko

sungguh.

terjadinya
kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan

5. Lakukan
perubahan
posisi,
anjurkan batuk
efektif dan
nafas dalam.

infeksi.
5. Membantu dalam
memventilasi semua
daerah paru dan
memobilisasi
sekret.

Resiko tinggi

Setelah

terhadap

diberikan

perubahan

asuhan

persepsi

keperawatan

sensori b/d

selama ..x24

ketidakseim-

jam

bangan

diharapkan

glukosa /

pasien dpt

insulin dan

mempertahan

atau

kan tingkat

elektrolit.

mental biasa
dgn kriteria
hasil :
Pasien
dapat
mengendali
kan dan
mengkompensasikan
adanya

1. Pantau tandatanda vital dan


status mental.
2. Panggil pasien

1. Sebagai dasar untuk


membandingkan
temuan abnormal
2. Kebingungan dan

dengan nama,

membantu untuk

orientasikan

mempertahankan

kembali sesuai

kontak dengan

dengan

realitas.

kebutuhannya.
3. Pelihara
aktivitas rutin
pasien
sekonsisten
mungkin,
dorong untuk
melakukan

3. Membantu
memelihara pasien
tetap berhubungan
dengan realitas dan
mempertahankan
orientasi pada
lingkungannya.

kegiatan
sehari-hari
sesuai
kemampuan.
4. Selidiki adanya

kerusakan

keluhan

sensoris

parestesia,
nyeri atau
kehilangan
sensori pada
paha ataukaki.

4. Neuropati perifer
dapat mengakibatkan rasa tidak
nyaman yang berat,
kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi
yang mempunyai
resiko tinggi
terhadap kerusakan
kulit dan gangguan
keseimbangan.

Kurang

Setelah

1. Ciptakan

1. Menanggapai

dan

pengetahuan

diberikan

lingkungan

memperhatikan

tentang

asuhan

saling percaya

perlu

penyakit,

keperawatan

sebelum

prognosis

selama....x24

bersedia mengambil

dan

jam

bagian dalam proses

diciptakan
pasien

kebutuhan

diharapkan

pengobatan

pasien dpt

dengan klien

b/d

memahami

tentang

kurangnya

tentang

penyakitnya

pemajanan/

penyakit yg

atau

dideritanya

mengingat,

dgn kriteria

kesalahan

hasil :
Mengung-

interpretasi
informasi.

kapkan
pemahaman
tentang
penyakit
Mengiden-

2. Diskusikan

tentang
penggunaan

diet akan membantu

makanan tinggi

pasien dlm meren-

serat.

canakan

makan/

mentaati

program

4. Diskusikan
pentingnya

evaluasi secara

proses

teratur dan

penyakit

jawab

dan

pertanyaan

menghu-

pasien/orang

bungkan

terdekat.

yang perlu
dan
menjelaska
n rasional
tindakan.

tentang

pentingnya kontrol

gejala dgn

prosedur

hidup.
3. Kesadaran

gaya

rencana diet,

melakukan

dgn benar.
Melakukan

dimana pasien dapat

memilih
3. Diskusikan

tanda

penyebab

dasar

pertimbangan dalam

untuk

faktor

pengetahuan
membuat

tifikasi hub.

gejala dgn

belajar.
2. Memberikan

dietnya.
4. Membantu

untuk

mengontrol

proses

penyakit
lebih ketat.

dengan

Kerusakan
integritas
kulit b/d
perubahan
kondisi
metabolik

NOC
Tissue

NIC :
Pressure

Integrity

: Manajemen

Skin

dan 1. Anjurkan

mucous

pasien untuk

membranes

menggunakan

kriteria hasil:
Integritas

pakaian

longgar
2.
Hindari
kerutas
yg

kulit
baik

bisa

dipertahankan
Tidak

ada

luka/lesi
pada kulit
Perfusi
jaringan
baik
Menunju-

pada tempat
tidur
3. Jaga
kebersihan

1.Menjegah terjadinya
gesekan antara baju
dengan kulit
2.Mencegah terjadinya
gesekan dari tempat
tidur ke kulit
3. Menjaga kebersihan
kulit

agar

tetap

bersih dan kering

kulit agar tetap


bersih dan
kering
4. Mobilisasi
setiap dua jam

4.Mencegah terjadinya
luka

pada

kulit

akibat posisi yang


monoton
5.Mengetahui kegiatan

kan pema- 5. Monitor

pasien dan untuk

haman dlm

aktifitas dan

perencanaan

proses

mobilisasi

perbaikan

pasien

kulit

dan

mencegah
terjadinya
cedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit

dan

mempertahankan kelembaban
kulit

dan

seleanjutnya

perawatan
alami
7

Intoleransi
aktifitas b/d
kelemahan

NOC :
Energy
conservation
Activity

NIC :
1. Bantu klien

1. Mengetahui tingkat

mengidentifi-

kemampuan

kasi aktivitas

aktifitas pasien

yg akan

tolerance
Self care

dilakukan
2. Bantu untuk

dgn kriteria

memilih

pasien secara

hasil :

aktivitas

bertahap dan

Berpartisi-

konsisten yg

mandiri

pasi dalam

sesuai dgn

aktivitas

kemampuan

fisik tanda

fisik, psikologi

disertai
peningkatan tekanan
darah
Mampu

dan sosial
3. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
sumber yg

aktivitas

diperlukan

sehari-hari

untuk aktifitas

secara
mandiri

3. Membantu aktivitas
pasien secara
bertahap dan
mandiri

mendapatkan

melakukan

(ADL)

2. Membantu aktivitas

yg diinginkan
4. Bantu pasien

4. Membantu
mempercepat
kesembuhan pasien

mengidentifikasi aktivitas
yang disukai

Perubahan

Setelah

1. Anjurkan

1. Pasien tidak

nutrisi lebih

diberikan

pasien untuk

menunda jadwal

dari

asuhan

mengikuti

makan sehingga

kebutuhan

keperawatan

jadwal diet

tidak terjadi

tubuh b/d

selama...x 24

yang telah

hipoglikemia.

asupan

jam,

diprogramkan.

berlebih/

diharapkan

polifagia.

nutrisi pasien

2. Pantau jadwal

2. Menghindari

makan pasien.

kemungkinan

seimbang

terjadinya

dgn Kriteria

hipoglikemia.

Hasil:
Nutritional
Status
Makan
habis 1 porsi
Teridentifikasinya
kebutuhan
nutrisi dan
berat badan
yg terkontrol

3. Perbaiki status

3. Untuk memeriksa

nutrisi melalui

kemungkinan tanda

pemberian diet

dan gejala

yg direncana-

hiperglikemia dan

kan bagi pasien

ketoasidosis.

DM
4. Pantau asupan

4. Untuk menurunkan

nutrisi pasien

kadar glukosa

setiap hari dan

dalam darah.

kaji catatan
glukosa darah
5. Libatkan
keluarga pasien
pada
perencanaan
makan sesuai
dengan
indikasi.

5. Untuk mempercepat
kesembuhan pasien

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.
EGC : Jakarta.
Carpenito,Lynda Jual. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.
Jakarta : EGC.
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta : MedAction.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta : EGC.
Suyono, S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Ed.3. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta.
Sujono & Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Ed.3, Media


Aesculapius FKUI : Jakarta.

Mengetahui

Denpasar, 22 November 2014

Pembimbing Praktik

Mahasiswa

( I Gusti Ayu Intan Widiasih )

NIP.

NIM. PO7120013001

Mengetahui
Pembimbing Akademik

)
NIP.

Anda mungkin juga menyukai