Oleh :
I Gusti Ayu Intan Widiasih
P07120013001
2.1 Reguler
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELITUS
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi/Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat
defisiensi insulin yang absolut atau relatif gangguan fungsi insulin (WHO,
2005).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
& Sudarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2002).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan
penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati (Price & Wilson, 2006).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus
adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
B. Etiologi/Penyebab
Etiologi Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu :
1. Etiologi DM Tipe I (DM Tergantung Insulin (DMTI))
Secara garis besar etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis tipe
I (Bruner and Suddarth, 2001).
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
Penyelidikan masih dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan
faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai
contoh, virus, atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Etiologi DM tipe II (DM Tak Tergantung Insulin (DMTTI))
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Faktor-faktor yang menyebabkan DM tipe II antara lain :
1) Faktor Genetik
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
2) Usia
defek
genetik
kerja
insulin,
penyakit
eksokrin
pankreas,
endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang
jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM.
4. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama
kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada
janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
C. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM
dan pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan
6% dari populasi dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita DM pada tahun
1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8
juta orang. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita
diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan
prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat
4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat
menjadi 12,4 juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian
akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6
yaitu 5,8%
1
2
Rangking
Negara Thn
2010
India
Cina
Orang dgn
DM (Juta)
31,7
20,8
Rangking
Negara Thn
2030
India
Cina
Orang dgn
DM (Juta)
Amerika Serikat
17,7
Amerika Serikat
30,3
4
5
Indonesia
Jepang
8,4
6,8
Indonesia
Pakistan
21,3
13,9
6
7
Pakistan
Federasi Rusia
5,2
4,6
Brazil
Banglades
11,3
11,1
8
9
10
Brazil
Italia
Banglades
4,6
4,3
3,2
Jepang
Filipina
Mesir
8,9
7,8
6,7
79,4
42,3
PENJELASAN
a. Diabetes Tipe I
Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam
keadaan
normal
insulin
mengendalikan
glikogenolisis
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
E. Gejala klinis
Adanya penyakit DM ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan
tidak disadari oleh penderita. Kadang-kadang ada pasien yang pasien sendiri
tidak merasakan adanya keluhan. Mereka mengetahui adanya diabetes hanya
karena pada saat check up ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah :
1. Keluhan Klinik
a) Penurunan Berat Badan (BB) dan Rasa Lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif
singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang
menyebabkan penurunan prestasi disekolah dan lapangan olah raga
juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga.
b) Banyak Kencing (Poliuri)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah
banyak akan sangat menggangu penderita, terutama pada waktu malam
hari.
c) Banyak Minum (Polidipsi)
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya
cairan yang keluar melalui kencing.
d) Banyak Makan (Polifagia)
DM Tipe I
DM Tipe II
DM Juvenil
DM
Dewasa
Berat
Ringan
Kadar Insulin
Berat Badan
Bisanya kurus
Pengobatan
Umur (th)
Keadaan Klinik Saat
Diagnosis
G. Penatalaksaan
1. Penyuluhan
Edukasi
DM
adalah
pendidikan
dan
pelatihan
mengenai
dan
orang
tua
karena
risiko
hipoglikemia
yang
insulin
yang
ada
di
pasaran
Indonesia,
Awal Kerja
Puncak Kerja
Lama Kerja
Insulin Prandial
Insulin Kerja Cepat
Reguler (Actrapid;
Humulin R)
30-60 menit
30-90 menit
3-5 jam
5-15 menit
30-90 menit
3-5 jam
5-15 menit
30-90 menit
3-5 jam
5-15 menit
30-90 menit
3-5 jam
2-4 jam
4-10 jam
10-16 jam
3-4 jam
4-12 jam
12-18 jam
2-4 jam
6-10 jam
8-10 jam
2-4 jam
30-60 m
dual
10-16 jam
permukaan kulit.
2) Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara
bolus atau drip.
3) Terdapat sediaan insulin campuran (Mixed Insulin) antara insulin
kerja pendek dan kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang
tertentu. Apabila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut
atau diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan
pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin tersebut.
4) Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara penyinpanan
insulin harus dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai
rotasi tempat suntik.
5) Apabila diperlikan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit
insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh
diabetisi yang sama.
4. Olahraga
Manfaat olahraga bagi penderita Diabetis diantaranya :
1) Mengendalikan kadar glukosa darah
2) Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
3) Membantu mengurangi stres
4) Memperkuat otot dan jantung
5) Meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL)
6) Membantu menurunkan tekanan darah
5. Perawatan dirumah, sebagai seorang diabetesi sering mengalami gangguan
sirkulasi pada kaki sehingga mudah terkena infeksi bakteri dan jamur
sehingga perlu perawatan kaki.
Perawatan tersebut meliputi :
1) Hentikan kebiasaan merokok
2) Periksa jari kaki dan celahnya setiap hari, apakah terdapat kalus, bula,
luka lecet ; gunakan cermin untuk melihat telapak kaki dan celah jari
kaki.
3) Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, lalu keringkan dengan baik
terutama dicelah jari kaki.
4) Pakailah krim khusus untuk kulit yang kering, tetapi hindari pemakaian
pada celah jari kaki.
5) Jangan menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan kalus.
6) Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
7) Potonglah kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
8) Pakailah kaos kaki yang pas bila kaki terasa dingin ; ganti kaos kaki
setiap hari.
9) Jangan berjalan tanpa alas kaki.
10) Pakailah sepatu dari kulit yang cocok untuk kaki.
11) Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya ; periksa
adanya benda asing.
12) Hindari trauma yang berulang.
13) Periksa dini rutin ke dokter dan periksa kaki anda setiap kali kontrol
walaupun ulkus atau gangren telah sembuh.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
saling berhubungan yaitu :
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan
status
kesehatan
dan
pola
pertahanan
penderita,
melalui
anamnese,
pemeriksaan
fisik,
pemerikasaan
upaya
yang
telah
dilakukan
oleh
penderita
untuk
mengatasinya.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
6) Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur atau ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Status neurologis
terjadi
penglihatan.
7) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
komplikasi
adanya
gangguan
5 tahun didiagnosis DM
Untuk DM tipe 2 : untuk pemeriksaan awal setelah
diagnosis ditegakan, secara periodic setahun sekali atau
glukosa darah
Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan
minggu dijalankan
d) Tujuan pemeriksaan A1C
Mencegah terjadinya komplikasi kronik diabetes karena:
A1C dapat memperkirakan resiko berkembangnya
komplikasi diabetes
Komplikasi diabetes dapat muncul
berhubungan
dengan
kurangnya
pemajanan/mengingat,
Waktu
Dx Kep
Tujuan atau
Rencana
Kekurangan
Kriteria Hasil
Keperawatan
Setelah
1. Pantau tanda-
volume
diberikan
cairan tubuh
asuhan
b/d diuresis
keperawatan
osmotik.
selamax24
tanda vital.
2.
Kaji
nadi perifer,
pengisian
Rasional
1. Hipovolemia dapat
dimanifestasikan
oleh hipotensi dan
takikardia.
2. Merupakan
jam
kapiler, turgor
indikator dari
diharapkan
kulit, dan
tingkat
pasien dpt
membran
dehidrasi/volume
mendemonstrasikan
mukosa.
3.
adekuat.
au masukan
hidrasi
dan keluaran,
adekuat dgn
3.
Memberi
kan perkiraan
kriteria hasil:
Tanda vital
stabil
Nadi
sirkulasi yang
Pant
kebutu-han akan
urine.
cairan pengganti,
4.
perifer dpt
Tim
keefektifan dari
bang berat
diraba
Turgor
badan setiap
terapi yg diberikan
4.
Memberi
hari
kulit dan
kan hasil
pengisian
pengkajian yang
kapiler baik
Haluaran
urine tepat
Beri
secara
kan terapi
individu,
cairan sesuai
dan kadar
indikasi
berlangsung dan
selanjutnya dalam
memberikan cairan
5.
elektrolit
pengganti.
Tipe dan
dalam batas
normal.
tergantung pada
derajat kekurangan
cairan dan respons
pasien secara
individual.
Perubahan
Setelah
1. Tentukan
1. Mengidentifikasi
status nutrisi
diberikan
program diet,
kekurangan dan
kurang dari
asuhan
pola makan
penyimpangan dari
kebutuhan
keperawatan
pasien dan
kebutuhan
tubuh b/d
selama....x24
bandingkan
terapeutik
ketidak-
jam
dgn makanan
cukupan
diharapkan
yg dpt dihabis-
insulin,
pasien dpt
kan oleh
penurunan
memperoleh
masukan oral
nutrisi yg
cukup bagi
tubuh, dgn
kriteria hasil:
Mencerna
jumlah
pasien.
2. Timbang berat
badan setiap
hari atau sesuai
indikasi.
3. Identifikasi
2. Mengkaji
pemasukan
makanan yang
adekuat (termasuk
absorbsi dan
utilisasinya).
3. Jika makanan yg
kalori/
makanan yang
nutrien yg
disukai/dike-
dimasukkan dlm
hendaki
perencanaan
termasuk
makan, kerjasama
kebutuhan
tepat
Menunjukkan tingkat
energi
biasanya
Berat
etnik/kultural.
4. Libatkan
setelah pulang.
4. Meningkatkan rasa
keluarga pasien
keterlibatannya ;
badan
pada
memberikan
stabil/
perencanaan
informasi pada
bertambah.
makan sesuai
keluarga untuk
indikasi.
memahami nutrisi
5. Kolaborasi
pemberikan
pengobatan
insulin secara
teratur sesuai
indikasi
pasien.
5. Insulin reguler
memiliki awitan
cepat dan
karenanya dgn
cepat pula dpt
membantu
memindahkan
glukosa ke dalam
sel.
Resiko
infeksi
Setelah
b/d diberikan
hyperglike-
asuhan
1. Observasi
1. Pasien mungkin
tanda-tanda
infeksi dan
yg biasanya telah
mia.
keperawatan
peradangan.
mencetuskan
selama....x24
keadaan
jam
ketoasidosis atau
diharapkan
pasien
dpt
mencegah/
menurunkan
risiko infeksi
dgn
kriteria
hasil:
Mendemon
-strasikan
teknik,
perubahan
gaya hidup
untuk
2. Tingkatkan
upaya pencegahan dgn
melakukan
dapat mengalami
infeksi nosokomial.
2. Mencegah
timbulnya infeksi
silang.
cuci tangan yg
baik pada
semua orang
yg berhubungan dengan
pasien
termasuk
pasien sendiri.
3. Pertahankan
mencegah
teknik aseptik
terjadinya
pada prosedur
infeksi.
invasif.
4. Berikan
perawatan kulit
menempatkan
dengan teratur
pasien pada
dan sungguh-
peningkatan resiko
sungguh.
terjadinya
kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan
5. Lakukan
perubahan
posisi,
anjurkan batuk
efektif dan
nafas dalam.
infeksi.
5. Membantu dalam
memventilasi semua
daerah paru dan
memobilisasi
sekret.
Resiko tinggi
Setelah
terhadap
diberikan
perubahan
asuhan
persepsi
keperawatan
sensori b/d
selama ..x24
ketidakseim-
jam
bangan
diharapkan
glukosa /
pasien dpt
insulin dan
mempertahan
atau
kan tingkat
elektrolit.
mental biasa
dgn kriteria
hasil :
Pasien
dapat
mengendali
kan dan
mengkompensasikan
adanya
dengan nama,
membantu untuk
orientasikan
mempertahankan
kembali sesuai
kontak dengan
dengan
realitas.
kebutuhannya.
3. Pelihara
aktivitas rutin
pasien
sekonsisten
mungkin,
dorong untuk
melakukan
3. Membantu
memelihara pasien
tetap berhubungan
dengan realitas dan
mempertahankan
orientasi pada
lingkungannya.
kegiatan
sehari-hari
sesuai
kemampuan.
4. Selidiki adanya
kerusakan
keluhan
sensoris
parestesia,
nyeri atau
kehilangan
sensori pada
paha ataukaki.
4. Neuropati perifer
dapat mengakibatkan rasa tidak
nyaman yang berat,
kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi
yang mempunyai
resiko tinggi
terhadap kerusakan
kulit dan gangguan
keseimbangan.
Kurang
Setelah
1. Ciptakan
1. Menanggapai
dan
pengetahuan
diberikan
lingkungan
memperhatikan
tentang
asuhan
saling percaya
perlu
penyakit,
keperawatan
sebelum
prognosis
selama....x24
bersedia mengambil
dan
jam
diciptakan
pasien
kebutuhan
diharapkan
pengobatan
pasien dpt
dengan klien
b/d
memahami
tentang
kurangnya
tentang
penyakitnya
pemajanan/
penyakit yg
atau
dideritanya
mengingat,
dgn kriteria
kesalahan
hasil :
Mengung-
interpretasi
informasi.
kapkan
pemahaman
tentang
penyakit
Mengiden-
2. Diskusikan
tentang
penggunaan
makanan tinggi
serat.
canakan
makan/
mentaati
program
4. Diskusikan
pentingnya
evaluasi secara
proses
teratur dan
penyakit
jawab
dan
pertanyaan
menghu-
pasien/orang
bungkan
terdekat.
yang perlu
dan
menjelaska
n rasional
tindakan.
tentang
pentingnya kontrol
gejala dgn
prosedur
hidup.
3. Kesadaran
gaya
rencana diet,
melakukan
dgn benar.
Melakukan
memilih
3. Diskusikan
tanda
penyebab
dasar
pertimbangan dalam
untuk
faktor
pengetahuan
membuat
tifikasi hub.
gejala dgn
belajar.
2. Memberikan
dietnya.
4. Membantu
untuk
mengontrol
proses
penyakit
lebih ketat.
dengan
Kerusakan
integritas
kulit b/d
perubahan
kondisi
metabolik
NOC
Tissue
NIC :
Pressure
Integrity
: Manajemen
Skin
dan 1. Anjurkan
mucous
pasien untuk
membranes
menggunakan
kriteria hasil:
Integritas
pakaian
longgar
2.
Hindari
kerutas
yg
kulit
baik
bisa
dipertahankan
Tidak
ada
luka/lesi
pada kulit
Perfusi
jaringan
baik
Menunju-
pada tempat
tidur
3. Jaga
kebersihan
1.Menjegah terjadinya
gesekan antara baju
dengan kulit
2.Mencegah terjadinya
gesekan dari tempat
tidur ke kulit
3. Menjaga kebersihan
kulit
agar
tetap
4.Mencegah terjadinya
luka
pada
kulit
haman dlm
aktifitas dan
perencanaan
proses
mobilisasi
perbaikan
pasien
kulit
dan
mencegah
terjadinya
cedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit
dan
mempertahankan kelembaban
kulit
dan
seleanjutnya
perawatan
alami
7
Intoleransi
aktifitas b/d
kelemahan
NOC :
Energy
conservation
Activity
NIC :
1. Bantu klien
1. Mengetahui tingkat
mengidentifi-
kemampuan
kasi aktivitas
aktifitas pasien
yg akan
tolerance
Self care
dilakukan
2. Bantu untuk
dgn kriteria
memilih
pasien secara
hasil :
aktivitas
bertahap dan
Berpartisi-
konsisten yg
mandiri
pasi dalam
sesuai dgn
aktivitas
kemampuan
fisik tanda
fisik, psikologi
disertai
peningkatan tekanan
darah
Mampu
dan sosial
3. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
sumber yg
aktivitas
diperlukan
sehari-hari
untuk aktifitas
secara
mandiri
3. Membantu aktivitas
pasien secara
bertahap dan
mandiri
mendapatkan
melakukan
(ADL)
2. Membantu aktivitas
yg diinginkan
4. Bantu pasien
4. Membantu
mempercepat
kesembuhan pasien
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Perubahan
Setelah
1. Anjurkan
1. Pasien tidak
nutrisi lebih
diberikan
pasien untuk
menunda jadwal
dari
asuhan
mengikuti
makan sehingga
kebutuhan
keperawatan
jadwal diet
tidak terjadi
tubuh b/d
selama...x 24
yang telah
hipoglikemia.
asupan
jam,
diprogramkan.
berlebih/
diharapkan
polifagia.
nutrisi pasien
2. Pantau jadwal
2. Menghindari
makan pasien.
kemungkinan
seimbang
terjadinya
dgn Kriteria
hipoglikemia.
Hasil:
Nutritional
Status
Makan
habis 1 porsi
Teridentifikasinya
kebutuhan
nutrisi dan
berat badan
yg terkontrol
3. Perbaiki status
3. Untuk memeriksa
nutrisi melalui
kemungkinan tanda
pemberian diet
dan gejala
yg direncana-
hiperglikemia dan
ketoasidosis.
DM
4. Pantau asupan
4. Untuk menurunkan
nutrisi pasien
kadar glukosa
dalam darah.
kaji catatan
glukosa darah
5. Libatkan
keluarga pasien
pada
perencanaan
makan sesuai
dengan
indikasi.
5. Untuk mempercepat
kesembuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.
EGC : Jakarta.
Carpenito,Lynda Jual. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.
Jakarta : EGC.
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta : MedAction.
Mengetahui
Pembimbing Praktik
Mahasiswa
NIP.
NIM. PO7120013001
Mengetahui
Pembimbing Akademik
)
NIP.