Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sejak pada tahun 1960 hemodialisa diterapkan sebagai suatu terapi pengganti

ginjal pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal terminal. Hemodialisa
merupakan terapi pengganti yang bertindak sebagai ginjal buatan (artificial kidney
atau dialyzer). Biasanya di Indonesia hemodialisa dilakukan 2 kali seminggu. Setiap
kali hemodialisa dibutuhkan waktu selama kurang lebih 5 jam. Di beberapa pusat
dialysis lainnya ada yang dilakukan hemodialisa 3 kali seminggu dengan lama
dialysis 4 jam.
Hemodialisa merupakan salah satu terapi faal ginjal dengan tujuan untuk
mengeluarkan zat-zat metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air
dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan diasilat
melalui membrane semipermeabel yang bersifat sebagai pengganti ginjal.
Hemodialisis sering disebut pada orang awan sebagai terapi cuci darah. Hemodialisa
terbukti dapat bermanfaat dalam memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas
hidup penderita gagal ginjal terminal. Dalam suatu proses hemodialisis, darah
penderita dipompa oleh mesin kedalam kompartemen darah pada dialyzer. Dialyzer
mengandung ribuan serat atau fiber sintetis yang berlubang kecil ditengahnya. Darah
mengalir di dalam lubang serat sedangkan cairan dialisis yaitu dialisat mengalir diluar
serat. Dinding serat bertindak sebagai membran semipermeabel tempat terjadinya
proses ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terjadi dengan cara meningkatkan tekanan hidrostatik

melintasi membran dialyzer dengan cara menerapkan tekanan negatif ke dalam


kompartemen dialisat yang menyebabkan air dan zat-zat terlarut berpindah dari darah
ke dalam cairan dialisat. Hal ini dapat bermanfaat untuk menyedot kelebihan cairan
tubuh dan sampah-sampah sisa hasil metabolik.
Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang ini
telah dilaksanakan pada banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal
yang kompartemen darahnya adalah kapiler selaput semipermeabel (hollow fibre
kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur tertinggi sampai
sekarang adalah 14 tahun.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi
Hemodialisa berasal dari kata hemo dan dialisa. Hemo adalah darah

sedangkan dialisa adalah pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa


menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang
dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat
dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu
proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeable. (1)
Menurut Price dan Wilson, dialisa merupakan suatu proses solute dan air
mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair
menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua
tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama
yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap
perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. (1)
Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox, hemodialisa didefinisikan sebagai
pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel
(dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan
sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana
tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan
perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk
pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan efisien,

hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut
dan kronik di Amerika Serikat.(2)
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang
dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk
membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam
sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah,
maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)
melalui pembedahan.(11)
2.2

Indikasi
Hemodialisa sebagai terapi penyakit ginjal end-stage digunakan lebih dari

300.000 orang di Amerika Serikat. Standarisasi terapi ini dimulai pada tahun 1973
oleh beberapa ahli seperti Kolff, Merrill, Sribner dan Schreiner. Terapi ini juga
mempertimbangkan segi pendidikan, pekerjaan, dan kondisi kesehatan pasien.
Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan terapi berdasarkan kesehatan penderita
yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya
dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita
neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya
juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria
sedangkan pada wanita diatas 4 mg/100 ml. Selain itu, nilai kadar glomeluro filtration
rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus
berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan
lagi.(1)

Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik


Stadium
Fungsi Ginjal
Risiko meningkat
Stadium 1

Normal
Normal atau meningkat

Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4
Stadium 5

Penurunan ringan
Penurununan sedang
Penurunan berat
Gagal Ginjal

Laju Filtrasi Glomerulus


(mL/menit/1,73m2)
> 90, terdapat faktor risiko
> 90, terdapat kerusakan ginjal,
proteinuria menetap, kelainan
sedimen urin, kelainan kimia
darah dan urin, kelainan pada
pemeriksaan radiologi.
60-89
30-59
15-29
<15

Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003)


secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) kurang dari 15
mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia atau malnutrisi dan
LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain
indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat
komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan
nefropatik diabetik.(5,12)
Thiser dan Wilcox menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika
bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan kadar
kreatinin serum 810 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara
mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa. (2)

Tabel 2. Perbandingan Nilai Kreatinin, Laju Filtrasi Glomerulus dan Clearance


Creatinin Rate untuk menilai Fungsi Ginjal
Nilai
GFR
Kreatinin
Clearance Rate

Normal
Gangguan
Ginjal Ringan
Gangguan
Ginjal Sedang
Gangguan
Ginjal Berat

(ml/menit)
Pria : 90-145
Wanita : 75-115
56-100

30-59

(ml/menit/1,73 m2)
Pria : <1,3
Wanita : <1,0
Pria : 1,3-1,9
Wanita : 1,0-1,9
2-4

15-29

>4

<35

(mg/dl)
>90
60-89

35-55

Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada gagal ginjal kronis adalah
laju filtrasi glomerulus ( LFG ) sudah kurang dari < 15 mL/menit, sehingga dialisis
dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai pemeriksaan tanda dan gejala serta
pemeriksaan laboratorium, sebagai berikut :
a.

Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata


Penderita dapat mengalami gangguan kesadaran. Adanya gangguan asidosis
metabolik dan atau gejala sindrom uremia seperti mual, muntah dan anoreksia.
Tanda tanda overload cairan seperti edem, sesak napas akibat edema paru, serta
adanya gangguan jantung. Penderita juga dapat mengeluhkan sulit kencing (anuria)
lebih dari 5 hari.

b. Pemeriksaan Laboratorium ditemukan :

2.3

Kreatinin serum > 8 mg/dL

Ureum darah > 200 /dL

Hiperkalemi

pH darah < 7,1


Kontraindikasi

Menurut Thiser dan Wilcox, kontraindikasi dari hemodialisa adalah hipotensi


yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak
organik. Sedangkan menurut PERNEFRI kontra indikasi dari hemodialisa adalah
tidak didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas
hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya
adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati
lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut. (13)
2.4 Proses Hemodialisa
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melaui proses
difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi, kecairan
dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. (3)
Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient tekanan, gradien ini
dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai
ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air,
kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovelemia
(keseimbangan cairan). (3)
Sistem tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi
dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk
membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke
dalam tubuh melalui pembuluh darah vena. (3,6)

Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu


saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring
dan membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang
tidak diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodialisa diperlukan akses
vaskuler sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin
hemodialisa. Hemodialisa dilakukan pada penyakit gagal ginjal terminal yaitu dengan
mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari
dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien dialirkan dan dipompa ke
kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput permiabel buatan (artificial) dengan
kompartemen dialisat. Kompartemen dialisat dialairi cairan dialysis yang bebas
pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit yang sama dengan serum normal
dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialysis dan darah yang
terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zar terlarut berpindah dari
konsentrasi yang tinggi kearah konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat
terlarut sama di kedua kompartemen (difusi). Pada proses dialysis, air juga berpindah
dari kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat dengan cara menaikkan
tekanan hidrostatik negative pada kompartemen cairan dialisat. Perpindahan air
disebut dengan ultrafiltrasi.(1,2,3)
Cairan dialysis adalah cairan yang digunakan pada proses hemodialisa, terdiri
dari campuran air dan elektrolit yang mempunyai konsentrasi hampir sama dengan
serum normal dan mempunyai tekanan osmotic yang sama dengan darah. Fungsi
cairan dialysis adalah mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa
metabolisme dari tubuh, serta mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama

dialisa. Cairan dialysis mengandung macam-macam garam, elektrolit dan atau zat
antara lain :
1. NaCl / Sodium Chloride.
2. CaCl2 / Calium Chloride.
3. Mgcl2 / Magnesium Chloride.
4. NaC2H3O2 3H2O / acetat atau NaHCO3 / Bilkarbonat.
5. KCl / potassium chloride, tidak selalu terdapat pada dialisat.
6. Dextrose.

Gambar 1. Cairan Dializer


Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa
berfungsi mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran
darah melewati suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk
dialisat dan sirkuit darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi
sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh

10

efisiensi maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan


ukuran membran dalam alat dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan
mempengaruhi pemindahan larutan.(12)

Gambar 2. Mesin Hemodialisa


Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran
semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk
dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah dialisat ataupun
dalam arah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow
fiber atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang
tersusun pararel. Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan
dialisat membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena
memiliki permukaan yang luas akibat adanya banyak tabung kapiler.(7,8,13)

11

Gambar 3. Aliran Darah


Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter
masuk ke dalam sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran
semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah
dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah
darah selesai dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan ke dalam
tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt).(10)

Gambar 4. Sirkuit

12

Suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi
untuk dialisat. Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur arteri/blood
line), melalui dializer hollow fiber dan kembali ke pasien melalui jalur vena. Dialisat
membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai dengan
suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan perantaraan pompa
pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa. Dialisat kemudian
dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar serabut berongga
sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan dialisat terjadi
sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi, osmosis,
dan ultrafiltrasi.(1,9)
Komposisi dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion
darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan
elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-unsur yang umum terdiri dari
Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl- , asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat
dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat karena unsur-unsur ini
tidak terdapat dalam dialisat. Natrium asetat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam
dialisat, akan berdifusi ke dalam darah. Tujuan menambahkan asetat adalah untuk
mengoreksi asidosis penderita uremia. Asetat dimetabolisme oleh tubuh pasien
menjadi bikarbonat. Glukosa dalam konsentrasi yang rendah ditambahkan ke dalam
dialisat untuk mencegah difusi glukosa ke dalam dialisat yang dapat menyebabkan
kehilangan kalori dan hipoglikemia. Pada hemodialisa tidak dibutuhkan glukosa
dalam konsentrasi yang tinggi, karena pembuangan cairan dapat dicapai dengan
membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat.(13)

13

Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik


antara darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan hidrostatik dapat dicapai dengan
meningkatkan tekanan positif di dalam kompartemen darah dializer yaitu dengan
meningkatkan resistensi terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum
dalam ruang dialisat dengan memainkan pengatur tekanan negatif. Perbedaaan
tekanan hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan kecepatan difusi
solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl
0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi penderita. Tekanan darah pasien
mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal (di luar
tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk membantu aliran dengan
quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan aliran kecepatan
yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri melalui infus
lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah atau gelembung
udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke dalam
aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien, maka hemodializer modern
dilengkapi dengan monitor-monitor yang memiliki alarm untuk berbagai parameter.
(10,11)

Menurut PERNEFRI waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan


kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4-5 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10-15 jam/minggu dengan QB 200300
mL/menit. Pada akhir interval 2-3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam,
air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia
karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.(12)

14

Price dan Wilson menjelaskan bahwa dialisat pada suhu tubuh akan
meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan
hemolisis sel-sel darah merah sehingga dapat menyebabkan pasien meninggal.
Robekan pada membran dializer yang mengakibatkan kebocoran kecil atau masif
dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran keluar dialisat. Hemodialisa rumatan biasanya
dilakukan tiga kali seminggu, dan lama pengobatan berkisar dari 4 sampai 6 jam,
tergantung dari jenis sistem dialisa yang digunakan dan keadaan pasien.(1)
2.5

Penatalaksanaan Hemodialisa
Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal

atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat
membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan
sebagai

upaya

memperpanjang

usia

penderita.

Hemodialisa

tidak

dapat

menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisa dapat
meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal.(8)
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan
menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang
terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan
akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala.(8)
Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung
kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan

15

bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif,
asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa
penyesuaian dan pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan. (7)
2.6

Komplikasi
Hemodialisa sangat penting untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak tetapi

hemodialisa juga dapat menyebabkan komplikasi umum berupa hipertensi (20-30% dari
dialisis), kram otot (5-20% dari dialisis), mual dan muntah (5-15% dari dialisis), sakit
kepala (5% dari dialisis), nyeri dada (2-5% dialisis), sakit tulang belakang (2- 5% dari
dialisis), rasa gatal (5% dari dialisis) dan demam pada anak-anak (<1% dari dialisis).
Sedangkan komplikasi serius yang paling sering terjadi adalah sindrom disequilibrium,
arrhythmia, tamponade jantung, perdarahan intrakaranial, hemolisis dan emboli paru. (7)

Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi selama


hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya adalah
hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung,
gatal, demam dan menggigil.(13)
Tabel 3. Komplikasi dari renal replacement theraphy
complication Hemodialisis
Peritonel dialysis
cardiovascular

Infection

Air embolism
Angina
Arrytmia
Cardiac tamponade
Hypotension*
Bacterimia
Colonization of temporary
central venous cateters
Endocarditis
Meningitis
Osteomyelitis
Sepsis

Arrytmia
Hipotension
Pulmonary edema

Catheter exit sitre


infection
peritonitis

16

Mecahnical

Vascular access celulitis or


absess
Obstruksi pada
arterivena, terbentuk fistul
trombosis atau infeksi
Stenosis atau trombosis
pada vena subklavia atau
superior vena cava dan
intern vena jugular

Catheter obstruction
by clots, fibrin,
omentum, or fibrous
encasement
Dialysate leakage
around the catheter
Dissection of fluid
into the abdominal
wall
Hematoma in the
pericatheter tract
Perforation of a
viscus by the catheter
Hipoalbumin
Hiperglikemi
Hipertrigliserid
Obesitas

Atelectasis
Efusi pleura
Pneumonia

Abdominal and
inguinal hernias
Catheter-related
intra-abdominal
bleeding
Hypothermia
Peritoneal sclerosis
Seizures

Metabolic

Hipoglikemi pada orang


diabetik yang memakai
insulin
Hipokalemi
Hiponatremi dan
hipernatremi
Pulmonary
Dispnea sampai reaksi
anafilasis oleh membran
hemodialisa
Hipoksia
Miscellaneous
Deposit amiloid
Hemorragic cateter
Demam yang disebabkan
oleh bakterimia, pirogen,
atau panas dialysate
Perdarahan (GI,
Intracranial,
retroperitonel, intraocular)
Insomnia
Pruritus
Keram otot
Restlessness
Kejang
*most common complication overall

17

BAB III
KESIMPULAN

Hemodialisa merupakan pengganti terapi faal ginjal dengan tujuan untuk


mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air
dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan dialisat
melalui selaput semipermeabel yang bertindak sebaagai ginjal buatan. Tujuan dari
hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah
pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan
ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi,
osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan
mencegah

kematian.

Namun

demikian,

hemodialisa

tidak

menyebabkan

penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi


hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari
gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien.

18

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Price, S. A. & Wilson, L. M., 1995, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses


penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta.
2. Daugridas, JT. Cronic Hemodyalisis Prescription : A Urea Kinetic Approach.
Daugirdas JT, Ing TS (Eds) Handbook of Dialysis 3dh edition by Lippincott
Williams and Willkins Publisers 2000 : 12-47.
3. Rahardjo P., Susalit E., Suhardjono. Hemodialisis. Dalam Buku AJar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi IV,
4. Albert Lasker : Award for Clinical Medical Research. J Am Soc Nephrol 13:30273030, 2002.
5. Kinchen KS, Sadler J, Fink N, et al: The timing of specialist evaluation in chronic
kidney disease and mortality. Ann Intern Med 137:479-486, 2002
6. Vanholder R, De Smet SR: Pathophysiologic effects of uremic retention solutes. J
Am Soc Nephrol 10:1815-1823, 1999.
7. Jonathan Himmelfarb, MD. Hemodialysis Complications. American Journal of
Kidney Disease, vol 45, No.6 (June); 2005: pp 1125-1131.
8. Ganong, W. F., 1998, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 17. EGC, Jakarta.
9. Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC,
Jakarta.
10. Havens,

L.

&

Terra,

R.

P,

2005,

Hemodialysis.

Terdapat

pada:

http://www.kidneyatlas.org.
11. NKF, 2006, Hemodialysis. Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.
12. PERNEFRI, 2003, Konsensus dialisis. Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi-Bagian
Ilmu Penyakit dalam. FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta.

19

13. Rose, B. D. & Post, T. W, 2006, Hemodialysis: Patient information, Terdapat


pada: http://www.patients.uptodate.com.

Anda mungkin juga menyukai

  • Forto Folio
    Forto Folio
    Dokumen13 halaman
    Forto Folio
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Referat Cover
    Referat Cover
    Dokumen1 halaman
    Referat Cover
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Grawitz Tumor
    Grawitz Tumor
    Dokumen18 halaman
    Grawitz Tumor
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen24 halaman
    Bab I
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen3 halaman
    Lembar Pengesahan
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Kista Ovarium
    Kista Ovarium
    Dokumen22 halaman
    Kista Ovarium
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Referat Cover
    Referat Cover
    Dokumen1 halaman
    Referat Cover
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen8 halaman
    Tugas
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Feses
    Pemeriksaan Feses
    Dokumen14 halaman
    Pemeriksaan Feses
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Perasaan
    Gangguan Perasaan
    Dokumen40 halaman
    Gangguan Perasaan
    Yulie-ana Bani Mansyur
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen3 halaman
    Lembar Pengesahan
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen15 halaman
    Presentation 1
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Presentasi PBL 1
    Presentasi PBL 1
    Dokumen27 halaman
    Presentasi PBL 1
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen3 halaman
    Lembar Pengesahan
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen3 halaman
    Lembar Pengesahan
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Hemodialisa
    REFERAT Hemodialisa
    Dokumen19 halaman
    REFERAT Hemodialisa
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • BAB Is
    BAB Is
    Dokumen20 halaman
    BAB Is
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Thalassemia
    Thalassemia
    Dokumen23 halaman
    Thalassemia
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen17 halaman
    Bab 2
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala (Trauma)
    Cedera Kepala (Trauma)
    Dokumen14 halaman
    Cedera Kepala (Trauma)
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat
  • KP & Daftar Isi
    KP & Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    KP & Daftar Isi
    WahyuTriU
    Belum ada peringkat