Anda di halaman 1dari 151

KOMPETENSI MANAJERIAL

KEPALA SEKOLAH
PENDIDIKAN MENENGAH

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KEPALA SEKOLAH

MANAJEMEN PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI


KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN


DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN 2008

PENGANTAR

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007


tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa
ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: Kepribadian, Manajerial,
Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. Dalam rangka pembinaan
kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah untuk menguasai
lima dimensi kompetensi tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan
telah

berupaya

menyusun

naskah

materi

diklat

pembinaan

kompetensi untuk calon kepala sekolah/kepala sekolah.


Naskah materi diklat pembinaan kompetensi ini disusun bertujuan
untuk memberikan acuan bagi stakeholder di daerah dalam
melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/kepala
sekolah agar dapat dihasilkan standar lulusan diklat yang sama di
setiap daerah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun materi
diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah ini
atas dedikasi dan kerja kerasnya sehingga naskah ini dapat
diselesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi upaya-upaya kita
dalam meningkatkan mutu tenaga kependidikan.
Jakarta, November 2007
Direktur Tenaga Kependidikan

Surya Dharma, MPA, Ph.D


NIP. 130 783 511

DAFTAR ISI

PENGANTAR ..............................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................

iv

DAFTAR TABEL .........................................................................

BAB I

PENDAHULUAN ..........................................................

A. Latar Belakang .........................................................

B. Dimensi Kompetensi .................................................

C. Kompetensi yang Diharapkan Dicapai ......................

D. Indikator Pencapaian Hasil .......................................

E. Alokasi Waktu ...........................................................

F. Skenario ...................................................................

SELUK BELUK KTSP ..................................................

A. Pengertian ................................................................

B. Landasan Pengembangan Kurikulum .......................

C. Tugas dan Fungsi Tim Pengembang Kurikulum .......

D. Kurikulum dan Kemajuan IPTEKS ............................

11

E. Rencana dan Program Implementasi Kurikulum ......

19

F. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP ......................

27

G. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum ................................

28

H. Komponen-komponen KTSP ....................................

29

BAB III ARAH PENGEMBANGAN KTSP .................................

41

A. Visi, Misi, Tujuan ......................................................

41

B. Kedirian Peserta Didik (Remaja) ..............................

47

C. Esensi dan Tugas Profesional Guru .........................

54

D. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme ..

59

BAB II

ii

E. Mengoptimalkan Peran Guru dalam Proses


Pembelajaran ...........................................................

62

BAB IV RENCANA
PROGRAM
DAN
METODE
PEMBELAJARAN ........................................................

70

A. Pengembangan
Rencana
dan
Program
Pembelajaran ...........................................................

70

B. Metode Pembelajaran ..............................................

79

C. Metode Pembelajaran Kontekstual (Contextual


Teaching and Learning-CTL) ....................................

87

D. Metode Pembelajaran Konvensional ........................

90

E. Metode Pembelajaran CTL .......................................

91

F. Teknik Penilaian Hasil Belajar ..................................

93

PENILAIAN DAN MONITORING KTSP .......................

105

A. Rencana Program Sekolah.......................................

105

B. Penyusunan Kegiatan Sekolah Per Tahun ...............

110

C. Evaluasi Program Pembelajaran ..............................

122

D. Ujian Nasional ..........................................................

126

E. Peningkatan Mutu Program Pendidikan ...................

127

GLOSARIUM...............................................................................

141

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................

145

BAB V

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model kurikulum reskonstruksi sosial ....................

19

Gambar 2.2. Strategi untuk implementasi ..................................

24

Gambar 2.3. Alur pelaksanaan penyusunan KTSP SMK


(contoh) ..................................................................

37

Gambar 4.1. Diagram Alur Penyusunan Silabus Mata Pelajaran

71

Gambar 5.1. Skala Tahun Anggaran ...........................................

105

Gambar 5.2. Paradigma Perencanaan Sekoah ...........................

109

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1.

Analisis SWOT PBM..............................................

110

Tabel 5.2.

Program Kerja Sekolah Tahun Pelajaran


2008/2009 ..............................................................

113

Jadwal Kegiatan Sekolah untuk Tahun Pelajaran


2008/2009 ..............................................................

114

Rencana Pendapatan dan Rencana Belanja


Sekolah ..................................................................

116

Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah


(RAPBS) Tahun Pelajaran 2008 - 2009..................

116

Alokasi Waktu .........................................................

121

Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
sebagai jantungnya pembelajaran, tidak hanya didasarkan kepada
kehendak kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum
semata. Tetapi juga harus memperhatikan tujuan pendidikan nasional,
tujuan

pendidikan

di

provinsi,

dan

tujuan

pendidikan

lokal

(kabupaten/kota), yang merupakan arah untuk dijabarkan menjadi


kompetensi dasar dan kompetensi lulusan peserta didik. Selanjutnya,
kedirian peserta didik sebagai manusia yang berkarakter, berharkat
dan bermartabat harus menjadi bahan pertimbangan pula. Di samping
itu, esensi dan profesionalisme guru sebagai pendidik, harus menjadi
pemahaman yang komperhensif dan tepat dalam pengembangan
kurikulum. Ketiga komponen tersebut adalah arah pengembangan
kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan
Untuk Manajemen Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah dikembangkan menjadi 4
(empat) bagian .
Pertama,, Arah Pengembangan KTSP yang mengandung tiga
indikator yaitu penguasaan terhadap seluk beluk tujuan pembangunan
nasional, tujuan pendidikan nasional, tujuan regional, tujuan local dan
tujuan satuan pendidikan. Di samping itu indicator kepemilikan
wawasan yang tepat tentang kedirian siswa, dan kepemilikan
pemahaman

yang

komprehensif

professional guru sebagai pendidik.

tentang

esensi

dan

tugas

Kedua, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan indiator


penguasaan seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan
kurikulum nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap kurikulum
nasional yang selalu mengalami pembaharuan, serta terampil dalam
menjabarkannya menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Ketiga, Rencana Program dan Metode Pembelajaran, serta
Pemberdayaan

Sumber

Daya

yang

memiliki

kemampuan

mengembangkan rencana dan program pembelajaran sesuai dengan


kompetensi

lulusan

yang

diharapkan,

menguasai

metode

pembelajaran yang efektif, mengelola kegiatan pengembangan


sumber daya dan alat pembelajaran, serta menguasai teknik-teknik
penilaian hasil belajar dan menerapkannya dalam pembelajaran.
Keempat, Penilaian dan Monitoring KTSP yang mengandung
indikator kemampuan menyusun program pendidikan per tahun dan
per semester, menyusun jadwal pelajaran per semester, serta
berkemampuan melaksanakan monitoring dan evaluasi program
pembelajaran dan melaporkan hasil-hasil pembelajaran kepada
pemangku kepentingan (stakeholders) sekolah.

B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan
dan pelatihan ini adalah dimensi kompetensi Manajerial

C. Kompetensi yang Diharapkan Dicapai


Pada akhir pendidikan dan pelatihan pada mata diklat Manajemen
Pengembangan

dan

Pendidikan (KTSP)

Implementasi

Kurikulum

Tingkat

Satuan

ini diharapkan peserta memiliki kompetensi

tentang :

1. Arah pengembangan KTSP


2.

Seluk beluk KTSP

3. Merencanakan program dan metode pembelajaran serta


pemberdayaan sumber belajar.
4. Memonitoring dan menilai KTSP.

D. Indikator Pencapaian Hasil


Pada akhir pendidikan dan pelatihan pada mata diklat Manajemen
Pengembangan

dan

Implementasi

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan (KTSP ini diharapkan peserta mampu :

1. Menguasai tujuan pembangunan nasional, tujuan pendidikan


nasional, tujuan regional, tujuan local dan tujuan satuan
pendidikan.
2. Menguasai seluk beluk KTSP.
3. Merencanakan/membuat program dan metode pembelajaran
serta pemberdayaan sumber belajar.
4. Melakukan Pemantauan dan Penilaian.

E. Alokasi Waktu
No.

Materi Diklat

Alokasi

1.

Arah pengembangan KTSP

7 jam

2.

Seluk Beluk KTSP.

8 jam

3.

Rencana program dan metode pembelajaran 8 jam


serta pemberdayaan sumber belajar.

4.

Pemantauan dan Penilaian

7 jam

F. Skenario
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi untuk setiap
mata diklat, sangat bervariasi disesuaikan dengan kepentingan
pemahaman materi tersebut. Sedangkan jenis metode yang akan
digunakan agar mencapai proses pembelajaran yang efektif
Secara tentatif (dapat dikembangkan lebih lanjut oleh fasilitator
pendidikan dan pelatihan), skenario pendidikan dan pelatihan materi
Manajemen Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP ini dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Perkenalan
2. Penjelasan singkat tentang mekanisme diklat materi Manajemen
Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
3. Pre test
4. Eksplorasi

pemahaman

peserta

diklat

tentang

Manajemen

Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP Presentasi materi dengan pendekatan interaktif
dan multimedia teknologi
5. Diskusi pemecahan masalah KTSP
6. Presentasi hasil diskusi
7. Diskusi pleno
8. Post test
9. Penutup

BAB II
SELUK BELUK KTSP

A. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu,
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan da potensi yang
ada di daerah masing- masing.
Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari delapan
standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk: a. belajar untuk
bermain dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. belajar
untuk memahami dan menghayatai; c. belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif; d. belajar untuk hidup
bersama dan berguna untuk orang lain; dan e. belajar untuk

membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar aktif,


kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Menurut Seller dan Miller (1985:1), kurikulum ialah seperangkat
interaksi bertujuan yang secara langsung maupun tidak langsung
dirancang untuk menfasilitasi belajar agar lebih bermakna. lnteraksi
langsung biasanya mengambil bentuk kurikulum tertulis dan mata
pelajaran-mata pelajaran, adapun interaksi yang tidak langsung dapat
ditemukan dalam kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu
semua hal yang tidak direncanakan tetapi tidak terjadi di sekolah,
dialami, dan dipelajari peserta didik. Menurut Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2006, tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Kurikulum, dalam
pengertian kurikulum tertulis, mempunyai empat komponen-pokok,
yakni: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Tujuan memiliki peranan penting, karena akan mengarahkan
semua kegiatan pembelajaran dan akan mewarnai komponenkomponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasar
dua hal. Pertama, tuntutan perkembangan ilmu, pengetahuan,
teknologi dan seni (ipteks), keperluan, dan kondisi masyarakat.
Kedua,

didasari

oleh

pemikiran-pemikiran

yang

terarah

pada

pencapaian nilai-nilai filosofis.


Berdasar cakupannya, kita mengenal beberapa kategori tujuan,
yakni tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah, tujuan jangka

pendek, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan jangka panjang


merupakan tujuan pendidikan nasional, tujuan ideal pendidikan
bangsa. Tujuan jangka menengah merupakan tujuan institusional,
yakni yang akan dicapai oleh sesuatu lembaga pendidikan. Termasuk
tujuan jangka menengah ialah tujuan kurikuler, yang akan dicapai
oleh sesuatu program studi. Adapun tujuan jangka pendek tercermin
dalam tujuan pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran umum
(TPU) maupun tujuan pembelajaran khusus (TPK).
Dalam mempersiapkan pelajaran, guru harus menjabarkan tujuan
mengajarnya dalam bentuk-bentuk tujuan khusus yang operasional,
sehingga jelas dan mdah mengukurnya.
Materi atau bahan belajar merupakan sekumpulan fakta,
konsep, prinsip, prosedur, teori atau kombinasi dari berbagai hal
tersebut yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dalam
menyusun bahan ajar, guru perlu memperhatikan tiga hal penting,
yakni kontinuitas, sekuens, dan integritas.
Kontinuitas, artinya bahwa pengalaman belajar yang akan
disampaikan

kelas

harus

memiliki

kesinambungan

dengan

pengalaman belajar di luar kelas Sekuens atau urutan, artinya bahwa


pengalaman belajar yang diberikan kelas sebelumnya harus menjadi
dasar bagi pengalaman belajar yang aka diberikan di kelas
selanjutnya. Integritas artinya bahwa pengalaman belajar yang
diberikan kepada siswa harus diarahkan menjadi pengalamani belajar
terpadu, yang berguna untuk memecahkan persoalan hidup seharihari.
Metode terkait erat dengan tipe bahan ajar atau materi. Pada saat
guru menyusun materi, ia harus sudah memikirkan metode apa yang
cocok denga materi tersebut. Di samping itu, guru disarankan untuk

menggunakan matode yang meningkatkan kebermaknaan materi bagi


peserta didik, yakni dengan menghubungkan materi dengan struktur
kognitif yang ada pada peserta didik.
Evaluasi merupakan komponen kurikulum yang berfungsi untuk
menilai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan serta untuk menilai
proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Tiap kegiatan
akan memberikan umpan balik yang digunakan untuk mengadakan
usaha penyempurnaan baik bagi penetapan perumusan tujuan,
pemilihan materi, dan pemilihan metode.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Seperti halya
kurikulum nasional, KTSP disusun mencakup tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum


Minimal ada lima landasan yang digunakan dalam menyusun
kurikulum, yaitu landasan yuridis, filosofis, landasan psikologis,
landasan sosilologis, dan perkembangan ipteks. Pertimbangan lain
yang tidak boleh dilupakan dalam pengembangan kurikulum ialah
faktor

sosial

budaya.

Alasannya

terkait

dengan

sifat

pokok

pendidikan, yakni sebagai proses pemberian pertimbangan nilai,


proses

pengarahan

kehidupan

bermasyarakat,

dan

tempat

berlangsungnya proses pendidikan di masyarakat. Oleh karena itu,


kondisi sosial budaya di mana praktek pendidikan berlangsung harus
dipertimbangkan dalam menyusun dan pengembangan kurikulum.
Ilmu, pengetahuan dan teknologl dan seni (Ipteks) yang terus
berkembang sangat pesat juga perlu dipertimbangkan dalam
menyusun kurikulum. Kurikulum harus berisi apa yang perlu dikuasai

anak didik untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi di


masa depan. Perkembangan ipteks adalah sesuatu yang pasti terjadi,
oleh karenanya harus diantisipasi melalul muatan kurikulum yang
berorientasi ke masa depan.

C. Tugas dan Fungsi Tim Pengembang Kurikulum


Kurikulum disusun oleh ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang
ilmu pendidik, pejabat pendidikan (birokrat), pengusaha serta
pemangku kepentingan (stakeholders) yang lain Kurikulum disusun
dengan tujuan memberi pedoman kepada para pelaksam pendidikan.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguj kurikulum,
di mana kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan yang akar
mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Oleh karena itu,
guru merupakan pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasitan
kurikulum. Dengan kata lain, guru merupakan perencana, pelaksana
penilai dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Namun dalam
prakteknya, proses pengembangan kurikulum dilakukan secara
bersama-sama dengan kelompok pakar yang lain, yang kesemuanya
disebut tim pengembang kurikulum. Adapun tugas tim pengembang
kurikulum ialah: (1) menyusun dasar-dasar hukum, kerangka dasar
serta program inti kurikulum, (2) memberikan alternatif konsep
pendidikan dan model kurikulum yang dipandang paling sesuai
dengan perkembangan jaman, dan (3) mengimplementasikan, menilai
dan menyempurnakan kurikulum.
Di samping memiliki tugas sebagaimana tersebut di atas, tim
pengembang kurikulum memiliki fungsi Untuk mengartikulasikan
kurikulum. Artikulasi dalam pendidikan berarti kesatupaduan dan
koordinasi segala pengalaman belajar. Untuk mewujudkan artikulasi,

pengembang kurikulum perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh,


membuang hal-hal yang tidak diperlukan, merevisi metode dan isi
pembelajaran serta mengusahakan perluasan dan kesinambungan
kurikulum yang bernuansa otonomi ini, sekelompok guru atau
keseluruhan guru di sekolah mengharapkan upaya pengembangan
kurikulum. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa guru adalah
perencana, pelaksana, dan penyempurna pengajaran di kelasnya.
Dialah yang paling tahu kelasnya, karena itu dialah yang paling
kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
Proses pengembangan kurikulum ini akan berjalan efektif jika
guru telah memiliki kemampuan yang memadai sebagai pengembang
kurikulum, di samping kemauan untuk berbuat. Oleh karena itu,
pemberdayaan tim pengembang kurikulum harus diawali dengan
penanaman pengetahuan tentang prosedur pengembangan kurikulum
di samping pembinaan kemauan dan sikap positif terhadap apa yang
sedang dilakukannya.
Beberapa pertanyaan yang merupakan indikator untuk melihat
keberdayaan tim pengembang kurikulum ialah: (1) apakah tim mampu
melakukan penelaahan atau penelitian terhadap kurikulum, (2)
apakah tim mampu melakukan studi penjajagan tentang kemungkinan
penyusunan kurikulum baru, (3) apakah tim mampu menyusun kriteria
bagi penentuan kurikulum baru, dan (4) apakah tim mampu menyusun
kurikulum baru. Oleh karena itu, tim pengembang kurikulum akan
lebih

berdaya

jika

pengetahuan/ketrampilan

mereka
dalam

dibekali
penilaian

dengan:

(1)

kurikulum,

(2)

pengetahuan/ketrampilan dalam menyusun kurikulum baru, dan (3)


pengetahuan/ketrampilan menetapkan kriteria kurikulum baru. Di
samping itu, tim pengembang harus mampu: (1) mendiagnosis

10

kebutuhan, (2) merumuskap tujuan-tujuan khusus, (3) memilih isi


pelajaran, (4) mengorganisasi isi, (5) memilih pengalaman belajar, (6)
melakukan evaluasi, (7) melihat sekuens dan keseimbangan.

D. Kurikulum dan Kemajuan IPTEKS

1. Kurikulum dan Proyeksi Masa Depan


Kurikulum dalam perjalanannya harus selalu menyesuaikan
dengan perkembangan zaman, kemajuan ipteks, dan tuntutan
masyarakat. Dengan kata lain, kemungkinan-kemungkinan apa yang
terjadi di masa depan harus diantisipasi lewat pengembangan
kurikulum secara terus menerus.
Kaitannya dengan pengembangan kurikulum, masa depan harus
dilihat dari dua sudu pandang. Pertama, masa depan merupakan
suatu kajian yang penting bagi siswa. Kedua, kemungkinankemungkinan yang akan terjadi di masa depan dapat digunakan
sebagai

dasar

pengembangan

wawasan

kependidikan

untuk

mempersiapkan anak-anak didik memasuki abad masa depan.


Mempersiapkan untuk masuk ke masa depan berarti pengembangan
kemampuan intelektual dan sosial.
Dasar pemikiran perlunya mengkaji masa depan ialah bahwa:
masa depan tidak dapat diramalkan, kita menciptakannya dengan apa
yang kita kerjakan sekarang; masa depan lahir dari masa sekarang,
karenanya masa sekarang merupakan dasar yang penting bagi kajian
masa depan; perencanaan masa depan bukan diperuntukkan bagi
perbaikan masa sekarang, tetapi dlpusatkan pada kemungkinankemungkinan dan akibat-akibat dan apa yang kita rencanakan untuk
masa depan yang lebih baik.

11

Oleh karena kurikulum yang akan datang dikembangkan berbasis


kompetensi, maka jenis kompetensi atau kemampuan/kesanggupan
apa yang diperlukan sebagai bekal untuk hidup dl masa depan itulah
yang diutamakan. Buku Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah (2001) menunjukkan prinsip-pninsip
pengembangan sebagai berikut:
a. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika
Kurikulum merupakan instrumental input yang digunakan
untuk

menyeimbangkan

mengembangkan

etika,

pengalaman
estetika,

belajar

logika,

dan

yang

kinestika.

Pengembangan etika dilaksanakan dalam rangka penanaman


nilai-nilai sosial dan moral termasuk menghargai dan
mengangkat nilai-nilai universal. Pengembangan estetika
menempatkan pengalaman belajar daam konteks menyeluruh
untuk memberikan wang bagi pengalaman estetik melalul
berbagal kegiatan yang dapat mengekspresikan gagasan,
rasa, dan karsa. Logika yang dikembangkan dipacu untuk
muncufriya

pemikiran

kreatif

dan

inovatif

dengan

keseimbangan yang nyata antara kognisi dan emosi yang


mendukung munculnya ketrampilan interpersonal.

b. Kesamaan memperoleh kesempatan


Setiap orang berhak memperoleh kesempatan pendidikan
yang tepat sesuai kemampuan dan kecepatannya. Untuk itu
perlu adanya jaminan keberpihakan kepada peserta didik
yang kurang beruntung dan segi ekonomi dan sosial, yang
memerlukan bantuan khusus, berbakat dan unggul.

12

c. Memperkuat identitas nasional


Kurikulum

harus

menanamkan

dan

mempertahankan

kebanggaan menjadi bangsa Indonesia melalui pemahaman


terhadap pertumbuhan peradaban bangsa Indonesia dan
sumbangan bangsa Indonesia terhadap peradaban dunia.
Dengan

demikian,

kebenlanjutan

kurikulum

harus

mempertahankan

budaya

yang

bermanfaat

tradisi

mengembangkan

kesadaran,

semangat,

dan

dan

kesatuan

nasional. Materi tentang pemeliharaan identitas nasional,


patriotisme,

sikap

nonsektarian,

kemampuan

untuk

bertoleransi terhadap perbedaan yang ditimbulkan oleh


agama,

ideologi,

wilayah,

bahasa,

dan

jender

perlu

diperhatikan dalam kurikulum.


d. Menghadapi abad pengetahuan
Globalisasi dalam bidang informasi, komunikasi, dan teknologi
menyebabkan

semakin

meningkatnya

fenomena

perkembangan ekonomi berbasis pengetahuan. Pasar bebas,


kemampuan bersaing, serta penguasaan dan teknologi
menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa.
Sumberdaya alam yang makin terbatas tidak dapat lagi
menjadi tumpuan modal karena sumber kesejahteraan suatu
bangsa telah bergeser dari modal fisik ke modal intelektual,
pengetahuan,

sosial,

dan

kredibilitas.

Pada

abad

pengetahuan ini diperlukan masyarakat yang berpengetahuan


yang diperoleh dengan cara belajar sepanjang hayat. Sifat
pengetahuan

dan

ketrampilan

yang

hams

dikuasai

masyarakat sangat beragam dan harus berkualitas sehingga


diperlukan kurikulum yang mendorong untuk meningkatkan

13

kemampuan metakognitif dan kemampuan berpikir dan


belajar dalam mengakses, memilih, menuai pengetahuan, dan
mengatasi

situasi

yang

membingungkan

dan

penuh

ketidakpastian.
e. Menyongsong tantangan teknologi informasi dan komunikasi
Revolusi

dalam

teknologi

informasi

dan

komunikasi

merupakan tantangan fundamental yang dapat mengubah


masyarakat biasa ke dalam masyarakat informasi dan
masyarakat
komunikasi

pengetahuan.
berpotensi

Teknologi

untuk

informasi

menyediakan

dan

kemudahan

belajar elektronik atau belajar dengan kabel on-line yang


mempermudah

akses

ke

dalam

informasi

dan

ilmu

pengetahuan baru yang tidak tertulis dalam kurikulum. Oleh


karena itu diperlukan kurikulum yang luwes dan adaptif
terhadap berbagai pengetahuan baru sesuai keadaan zaman.
f.

Mengembangkan ketrampilan hidup


Pendidikan perlu menyiapkan peserta didik agar mampu
mengembangkan

ketrampilan

hidup

untuk

menghadapi

tantangan hidup yang terjadi di masyarakatnya. Beberapa


aspek utama ketrampilan hidup antara lain kerumahtanggaan,
pemecahan masalah, berpikir kritis, komunikasi kesadaran
diri, menghindari stress membuat keputusan, berpikir kreatif
hubungan interpersonal dan pemahaman tentang berbagai
bentuk pekerjaan serta kemampuan vokasional disertai sikap
positif terhadap kerja. Oleh karena itu, dalam kurikulum perlu
dimasukkan ketrampilan hidup agar peserta didik memiliki
kemampuan

bersikap

dan

14

berperilaku

adaptif

dalam

menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari


secara efektif.
g. Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke dalam kurikuler
Kurikulum perlu memuat dan mengintegrasikan pengetahuan
dan sikap tentang budi pekerti, hak asasi manusia, pariwisata,
lingkungan hidup dan kependudukan, kehutanan, homeindustry/economic, pencegahan konsumerisme, pencegahan
HIV/AIDS,

penangkalan

penyalahgunaan

narkoba,

perdamaian, demokrasi, dan peningkatan konsensus pada


nilai-nilai Universal. Pengintegrasian unsur-unsur tersebut
perlu disesuaikan dengan sifat mata pelajaran pokok yang
relevan dengan perkembangan kemampuan peserta didik.
h. Pendidikan alternatif
Pendidikan tidak hanya terjadi secara formal di sekolah tetapi
juga harus terjadi di mana saja. Hal ini sangat penting
terutama

dalam

rangka

mencapai

universahisasi

dan

demokratisasi pendidikan. Pendidikan alternatif meliputi,


antara lain pendidikan non-formal, pendidikan terbuka,
pendidikan

jarak

jauh,

sistem

lain

yang

lentur

yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi nonpemerintah.


i.

Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan


Upaya untuk memandirikan peserta didik untuk belajar,
berkolaborasi, membantu teman, mengadakan pengamatan,
dan penilaian diri untuk suatu refleksi akan mendorong
mereka untuk membangun pengetahuannya sendiri. Dengan
demikian pandangan baru akan diperoleh melalui pengalaman

15

langsung secara lebih efektif. Dalam hal ini, peran utama guru
adalah sebagal fasilitator belajar.
j.

Pendidikan multikultural dan multibahasa


Indonesia terdiri atas masyarakat dengan beragam budaya,
bahasa, dan agama. Implikasi dan hal tersebut yaitu bahwa
dalam pendidikan perlu menerapkan metodik yang produktif
dan kontekstual untuk mengakomodasikan sifat dan sikap
masyarakat pluralistik dalam kerangka pembentukan jati diri
bangsa.

k. Penilaian berkelanjutan dan komprehensif


Kurikulum harus menanggapi kebutuhan belajar peserta didik
untuk mengetahui hasil belajarnya. Hasil belajar dipandang
sebagai umpan balik untuk perbaikan lebih lanjut terhadap
segala kekurangan dan kelebihan peserta didik selama
belajar dalam kurun waktu tertentu. Oleh karenanya penilaian
berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting
dalam dunia pendidikan. Hasil dari suatu penilaian umumnya
tergantung pada identifikasi jenis dan alat penilaian yang
digunakan serta tujuan, criteria penilaian, dan Interprestasi
hasil. Relevansi, reliabilitas dan validitas penilaian merupakan
prosedur yang menentukan kualitas umpan balik. Penilaian
berkelanjutan mengacu kepada penilaian yang dilaksanakan
oleh guru itu sendiri dengan proses penilaian yang dilakukan
secara

transparan.

Penilaian

harus

dilakukan

secara

komprehensif yang mencakup aspek kompetensi akademik


dan ketrampilan hidup.

16

l.

Pendidikan sepanjang hayat


Pendidikan harus berlanjut sepanjang hidup manusia dalam
rangka untuk mengembangkan, menambah kesadaran, dan
selalu belajar tentang dunia yang berubah dalam segala
bidang.

Dengan

demikian,

kerusakan

dan

keusangan

pengetahuan dapat dihindari. Dalam hal ini, kurikulum harus


menyediakan kompetensi dan materi yang berguna bagi
peserta didik bukan hanya untuk kepentingannya di masa
sekarang, tetapi juga kepentingannya di masa yang akan
datang dengan memberikan fondasi yang kuat untuk inkuiri
dan memecahkan masalah yang merupakan titik awal untuk
menguasai cara berpikir bagaimana berpikir dan belajar
sepanjang hidupnya.

2. Model kurikulum yang relevan untuk masa depan


Banyak perubahan sosial yang diramal oleh John Naisbit terjadi
(Miller dan Seller, 1985:341). Maraknya implementasi disentralisasi,
semakin sensitifnya masyarakat dengan masalah-masalah global,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat
merupakan kenyataan dewasa ini yang memberikan dampak bagi
pengembangan dan pelaksanaan proses pendidikan, khususnya
dalam menentukan model kurikulum yang digunakan. Dengan kata
lain, model kurikulum yang bagaimanakah yang sesuai untuk
menyosngsong

masa

depan

dalam

era

otonomi,

merupakan

pertanyaan yang perlu dijawab secara cermat dan bijak.


Miller dan Seder (1985) menekankan perlunya Bahasa lnggris,
Matematika, dan Ilmu-ilmu sosial bagi siswa sekolah menengah untuk
memasuki abad global. Di samping itu, kurikulum harus menyediakan

17

sejuiniah alternatif yang mencerminkan inisiatif lokal. Kurikulum yang


seperti itu, secara konseptual, disebut model kurikulum rekonstruksi
sosial, yang menurut Sukmadinata (1997: 91) merupakan kurikulum
yang lebih memusatkan perhatian ada problema-problema yang
dihadapi dalam masyarakat. Menurut mereka pendidikan bukan
upaya sendiri melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama.
Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan
guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orangorang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalul
interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problema
yang

dihadapinya

dalam

masyarakat

menuju

pembentukan

masyarakat yang lebih baik.


Ciri dari model kurikulum rekonstruksi sosial sebagai berikut:
a. Tujuan utama kurikulum ini ialah mengahadapkan para siswa
pada

tantangan,

ancaman,

hambatan-hambatan

atau

gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Tantangantangan tersebut merupakan garapan studi sosial yang perlu
didekati dan bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi,
psikologi, estetika, IPA, dan matematika.
b. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial
yang

mendesak.

Masalah

tersebut

dirumuskan

dalam

pertanyaan, sebagai misal : dapatkah kehidupan seperti


sekarang ini memberikan

kekuatan

untuk menghadapi

ancaman yang mengganggu integritas kemanusiaan?


c.

Pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di


tengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah
yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dan
tema utama dijabarkan sejuiniah topik yang dibahas dalam

18

diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lainlain.

Model kurikulum reskonstruksi sosial dapat digambarkan sebagai


berikut:

Gambar 2.1 Model kurikulum reskonstruksi sosial

Model kurikulum rekonstruksi sosial, menurut para ahli kurikulum,


merupakan kurikulum yang berorientasi ke masa depan dan
menyarankan agar isi kurikulum dipusatkan pada penggalian sumbersumber alam dan bukan alam, populasi, kesejahteraan masyarakat,
masalah air, akibat pertumbuhan penduduk, ketidakseragaman
pemanfaatan sumber-sumber alam, dan lain-lain.

E. Rencana dan Program Implementasi Kurikulum


1. Pengertian Rencana dan Program Implementasi Kurikulum
Rencana ialah blueprint atau gambaran awal dari apa yang akan
dilaksanakan. Kaitannya dengan program implementasi kurikulum,
19

perencanaan kurikulum dapat digunakan urituk mengdentifikasi


kesulitan-kesulitan yang potensial serta untuk menghadapi persoalanpersoalan yang mungkin timbul. Adapun program implementasi
kurikulum merupakan rencana pelaksanaan dari kurikulum tertentu.

2. Komponen-komponen rencana Implementasi kurikulum


Terdapat tujuh komponen utama dalam rencana implementasi
kurikulum (Miller dart Seller, 1985:276), yakni sebagai berikut.

a. Mengkaji program baru.


Perencanaan awal dari implementasi menentukan kajian terhadap
program-progtam baru. Kajian ini dapat dilakukan di tingkat kabupaten
yang dipandu oleh panitia perencana. Faktor yang perlu diperhatikan
ialah apakah usulan program berasal dari dalam atau luar sistem
sekolah.

b. Identifikasl sumber-sumber
Identifikasi sumber dapat dilakukan pada tiga bidang, yakni: (1)
sumber tercetak dan dari pandang-dengar, sebagai misal: buku-buku
teks, bahan-bahan mengajar, (2) manusia sumber, sebagal misal:
para konsultan, dan (3) sumber keuangan. Sebelum menerapkan
program baru di kelas, guru harus diberi kesempatan untuk menguji
materi-materi sumber dan merekomendasi kelayakannya untuk
dipakai. Di samping itu materi, manusia sumbet diperlukan untuk
membantu guru mengatasi persoalan yang mungkin timbul. Adapun
sumber keuangan diperlukan karena implementasi program baru
selalu memerlukan biaya sebagai missal : pemberian buku-buku teks,
bahan-bahan baru untuk pembelajaran, dan sebagainya.

20

c. Menetapkan peran
Penetapan peran perlu dilakukan agar tidak teajadl tumpangtindih tugas pada satu orang. Sebagai missal kepala sekolah dapat
diberi

tugas

mengkoordinasikan

kegiatan

implementasi

antara

sekolah sementara tugas mendistribusikan kuesioner yang terkait


dengan kemajuan implementasi dapat dlberikan kepada personal
tertentu.

Perlu

dicatat,

bahwa

kepala

sekolah

yang

sering

mendiskusikan persolan implementasi dan program-program baru


dengan guru-guru, baik dalam satu pertemuan maupun secara
pribadi, serta membantu mereka mengatasi masalah pada umumnya
lebih sukses dari pada kepala sekolah yang tidak aktif pada kegiatan
tersebut.

d. Pengembangan. profesional
Implementasi

program

baru

memiliki

dampak

pada

pengembangan professional. Sebagal misal: Inplementasi Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut guru untuk banyak
membaca hal-hal baru yang terkait dengan KTSP. Dengan kata lain,
diluncurkannya program baru menuntut guru untuk mengkajinya lebih
jauh sehingga kemampuan profesionalnya meningkat.

e. Penjadwalan
Penjadwalan diperlukan untuk menetapkan kapan kemajuan
implementasi

dapat

dinilai

Menyiapkan

jadwal

implementasi

memerlukan analisis yang cermat terhadap program baru dan


kebutuhan guru dalam lmplementasi tersebut. Jadwal akan menjadi
jadwal yang efektif jika disusun berdasar basil diskusi semua
kelompok yang terlibat dalam program implementasi.

21

f. Membangun sistem komunikasi


Arus Informasi dan pertemuan atau kontak yang dibangun melalul
system komunikasi dapat membantu mengurangi perasaan terasing
dan pihak-pihak terkait selama implementasi. Bagi guru, kesempatan
untuk berbicara satu sama lain tentang program-program baru dapat
mengingatkan

mereka

bahwa

mereka

tidak

sendiran

dalam

implementasi itu. Melalui sistem komunlkasi seorang guru yang


memerlukan bantuan dapat segera dibantu oleh rekan sejawat.
Rencana untuk sistem komunikasi dimulai dengan identifikasi tentang
informasi

apa

yang

akan

dlperlukan,

siapa

yang

kan

menggunakannya, dan kapan akan digunakan.

g. Pemantauan pelaksanaan
Tujuan dari pemantauan ialah untuk mengumpulkan informasi
yang terkait dengan implementasi dan menggunakan informasi itu
untuk menfasilitasi dan membantu upaya guru. Arus informasi,
didukung system komunikasi akan memberikan gambaran tentang
kemajuan Implementasi. Melalui pemantauan, keputusan tentang
kegiatan yang penting dapat dibuat, untuk mendukung implementasi
dan kemungkinan perubahan dalam program-program baru.

3. Model-model lmplementasi Kurikulum


Memahami model-model Implementasi kurikulum memungkinkan
para pekerja kurikulum untuk mengidentifikasi kesulitah dalam
implementasi dan untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan tetsebut. Menurut Miller dan Seller (1985: 249),
paling tidak ada tiga model lmplementasl kurikulum yang akomodatif

22

terhadap persoalan yang muncul di lapangan. Model-model tersebut


ialah:
a. Concern-Based Adoption Model (CBAM)
Model mi dikembangkan oleh Hall dan Loucks (1978),
menekankan pada ldentifikasi level yang bervariasi tentang
perhatian guru terhadap inovasi dan bagaimana guru
menggunakan inovasi di ruang kelas.
b. The Innovation Profile Model
Model

mi

dikembangkan

memungkinkan

guru

dan

oleh
pekerja

Leithwood

(1982),

kurikulum

untuk

mengembangkan satu profile tentang hambatan dalam


melakukan perubahan sehingga guru dapat mengatasi
hambatan tersebut.
c. TORI

Model

(Trust,

Openness,

Reallization

dan

Independency)
Model ini dikembangkan oleh Gibbs (1978) memusatkan
pada perubahan pribadi dan sosial. Model ini memberikan
satu skala untuk membantu guru mengidentifikasi sejauh
mana

sikap

reseptive

sekolah

terhadap

implementasi

gagasan inovatif serta memberikan panduan bagaimana


menfasilitasi perubahan.
Di antara tiga model tersebut, model Innovation Profile tampak
paling fieksible untuk implementasi gagasan-gagasan inovatif dalam
kurikulum oleh karenanya model ini perlu dijelaskan lebih jauh
bagaimana cara implementasinya.

23

Inovasi Kurikulum (Adaptasi dari Miller & Seller 1985: 265)

Gambar 2.2. Strategi untuk implementasi

Gambar di atas mengilustrasikan bagaimana model Innovation


Profile membagi proses implementasi menjadi enam tugas. Enam
tugas utama dibagi lagi menjadi dua fase: tugas 1-3 yang merupakan
fase diagnosis dan tugas 4-6 yang merupakan fase aplikasi. Dua
bentuk evaluasi digunakan untuk mengukur apakah strategi yang
digunakan berhasil.
Diagnosis. Untuk melengkapi tiga jenis kegiatan diagnostik,
kajian yang mendalam terhadap program baru pertu dilakukan. untuk
membantu mengidentifikasi elemen-elemen yang penting, program
harus dljelaskan dalam kaitannya dengan serangkaian kriteria, yakni:
(1) pemikiran yang menjadi dasar diterapkannya program baru, (2)
hasil belajar yang diharapkan, (3) perilaku masukan, (4) isi pelajaran,
(5) bahan pembelajaran, (6) strategi pembelajaran, (7) pengalaman
belajar, (8) waktu, (9) alat dan prosedur penilaian.

24

ApIikasi. Ketika pengujian dan analisis awal telah dilakukan,


langkah berikut ialah imptementasi. Pada fase ihi, dipusatkan pada
praktek

di

ruang

kelas.

Tujuannya

ialah

untuk

menfasilitasi

perubahan-perubahan dalam praktek yang dianjurkan oleh program


baru.
Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan berdasar kriteria yang
dikembangkan pada kegiatan awal. Tujuan evaluasi formatif ialah
untuk melihat apakah hambatah-hambatan yang muncul dapat
diatasi, evaluasi sumatif terhadap inovasi dilakukan untuk memastikan
apakah sebagian besar kendala telah dapat diatasi.

4. Kendala dalam implementasi kurikulum


Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam rangka
otonomi

berhadapan

dengan

beberapa

kendala.

Menurut

Sukmadinata (1997:2001), kendal tersebut ialah: (1) tidak adanya


keseragaman, oleh karena itu untuk daerah dan situasi yang
memerlukan keseragaman dan persatuan dan kesatuan nasional,
kurikulum ini sulit diterapkan (2) tidak adanya standard penilaian yang
sama, sehingga sukar untuk memperbandingkan keadaan dan
kemajuan suatu sekolah/distrik dengan sekolah/distrik lain, (3) adanya
kesulitan bila terjadi perpindahh siswa ke sekolah/distrik lain, (4)
sukar untuk melakukan pengelotaan dan penilaian secara nasional,
(5) belum semua sekolah/distrik memiliki kesiapan untuk menyusun
dan rnengembangkan kurikulum sendiri.
Kendala tersebut di atas dapat diatasi dengan lebih banyak
melibatkan guru. Guru dilibatkan bukan dalam penjabaran kurikulum
induk ke dalam program tahunan/caturwulan atau satuan pelajaran,
tetapi juga untuk menyusun kurikulum menyeluruh di sekolahnya. Jika

25

sejak awal guru dilibatkan dalam penyusunan kurikulum, mereka akan


memahami benar substansi kutikulum dan cara implementasinya
secara tepat.

1. Implementasi dan evaluasi kurikulum


Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi kurikulum, perlu
dilakukan evatuasi. Miller dan Seller (1985: 329) menegaskan bahwa
evaluasi kurikulum perlu dilakukan untuk mndapatkan informasi yang
digunakan untuk perbaikan-perbaikan di sekolah. Dengan demikian,
evaluasi memiliki peran untuk menentukan apakah suatu kurikulum
perlu

diteruskan

atau

dihentikan.

Sukmadinata

(1997:

180)

menyatakan bahwa evaluasi kurikulum minimal berkenaan dengan


tiga hal, yakni: (1) moral judgment, (2) penentuan keputusan, (3)
konsensus nilai.
Evaluasi kurikulum dan moral judgment. Konsep utama dalam
evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu
nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini
mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu skala nilai
moral, berdasarkan skala tesebut suatu obyek evaluasi dapat dinilai.
Kedua, evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut suatu hasil dapat dinilai.
Evaluasi dan penilalan keputusan. Pengambil keputusan dalam
pendidikan dah kurikulum itu banyak, ada guru, orang-tua, murid,
kepala sekolah, pengembang kurikulum, birokrat, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan seterusnya. Lalu siapa diantara mereka yang
memiliki peran paling menentukan. Pada dasarnya tiap kelompok di
atas memiliki peran sesuai posisi masing-masing. Besar kecilnya

26

peranan keputusan sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab


masing-masing serta lingkup masalah yang dihadapinya.
Evaluasi dan konsesus nilai. Dalam berbagai situasi pendidikan
serta kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai
dibawakan oleh orang-orang yang turut berpartisipasi. Masing-masing
dari mereka memiliki sudut pandang yang mungkin berbeda,
kepentingan-kepentingan nilai serta pengalaman tersendiri. Kesatuan
penilaian dapat dicapai melalui suatu konsensus.

F. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP


KTSP sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di
bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah berpedoman pada Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP. Penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas
pendidikan provinsi, dan berpedoman pada Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP .
Kurikulum

dikembangkan

berdasarkan

prinsip-prinsip:

(1)

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan


peserta didik dan lingkungannya, (2) Beragam dan terpadu, (3)
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) Menyeluruh dan

27

berkesinambungan, (6) Belajar sepanjang hayat, (7) Seimbang antara


kepentingan nasional dan kepentingan daerah

G. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum


Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
menggunakan

prinsip-prinsip:

(1)

didasarkan

pada

potensi,

perkembangan dan kondisi peserta didik; (2) dilaksanakan dengan


menegakkan kelima pilar belajar; (3) memungkinkan peserta didik
mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi
peserta

didik

dengan

tetap

memperhatikan

keterpaduan

pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,


keindividuan, kesosialan, dan moral; (4) dalam suasana hubungan
peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai,
akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing
madia

mangun

karsa,

ing ngarsa

sung

tulada;

(5) dengan

menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber


belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat
dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan
sumber belajar, contoh dan teladan); (6) dengan mendayagunakan
kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk
keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara
optimal; (7) dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan
yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.

28

H. Komponen-komponen KTSP
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan

pendidikan

tingkat

satuan

pendidikan

dirumuskan

mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut: (1) Tujuan


pendidikan

dasar

adalah

meletakkan

dasar

kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk


hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut; (2) Tujuan
pendidikan

menengah

adalah

meningkatkan

kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk


hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut; (3) Tujuan
pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.

2. Acuan Operasional Penyusunan KTSP


Kurikulum

tingkat

satuan

pendidikan

disusun

dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Peningkatan iman dan


takwa serta akhlak mulia, (2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan
minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta
didik; (3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan;
(4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (5) Tuntutan dunia
kerja; (6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (7)
Agama; (8) Dinainika perkembangan global; (9) Persatuan nasional
dan nilai-nilai kebangsaan; (10) Kondisi sosial budaya masyarakat
setempat;

(11)

Kesetaraan

Jender;

pendidikan

29

(12)

Karakteristik

satuan

3. Struktur dan Muatan KTSP


Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi, yang
dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut: (1)
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, (2) Kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, (3) Kelompok
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (4) Kelompok mata
pelajaran estetika, dan (5) Kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan
dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan
dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada
satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.

a. Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing
tingkat satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang
tercantum dalam Standar Isi.

b. Muatan Lokal
Muatan

lokal

merupakan

kegiatan

kurikuler

untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan


potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak
dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

30

c. Kegiatan Pengembangan Diri


Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh

guru. Pengembangan

diri bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan


mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, ininat, setiap
peserta

didik

sesuai

dengan

kondisi

sekolah.

Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,


atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah

diri

pribadi

dan

kehidupan

sosial,

belajar,

dan

pengembangan karier peserta didik.


Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri
terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan
karier.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan
pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan
kebutuhan khusus peserta didik.

d. Pengaturan Beban Belajar


1). Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat
satuan pendidikan SD/INI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik
kategori

standar

maupun

mandiri,

SMA/MA/SMALB

/SMK/MAK kategori standar.


Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat
digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.

31

Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan


oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
2). Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem
paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur
kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah
maksimum empat jam pembelajaran per ininggu secara
keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi.
c.

Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan


mandiri

tidak

terstruktur

dalam

sistem

paket

untuk

SD/INI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan


SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan
tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan
alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi.
3). Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di
sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam
praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
4). Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK

yang

menggunakan

sistem

SKS

mengikuti aturan sebagai berikut.


a) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap
muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur.

32

b) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit


tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.

e. Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan Kelulusan


Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada
standar penilaian yang dikembangkan oleh BSNP.

f.

Pendidikan Kecakapan Hidup


1) Kurikulum untuk SD/INI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/
SMALB,
kecakapan

SMK/SMAK
hidup,

dapat

yang

memasukkan

mencakup

pendidikan

kecakapan

pribadi,

kecakapan sosial, kecakapan akadeinik dan/atau kecakapan


vokasional.
2) Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari
pendidikan semua mata pelajaran.
3) Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik
dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari
satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.

g. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global


1) Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global.
2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat
merupakan bagian dari semua mata pelajaran.

33

3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta


didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal
yang sudah memperoleh akreditasi.

4. Pelaksanaan Penyusunan KTSP


a. Analisis Konteks
1) Analisis potensi serta kekuatan dan kelemahan yang ada di
sekolah, meliputi: peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, sarana prasarana, biaya, serta programprogram yang ada di sekolah.
2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan
lingkungan sekitar, antara lain: komite sekolah, dewan
pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia
usaha!industri, dunia kerja, sumber daya alam dan sosial
budaya.
3) Mengidentitikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan
sebagai acuan dan panduan penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan.

b. Mekanisme Penyusunan
1) Tim penyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh sekolah dan komite sekolah
di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK
terdiri atas: (1) Guru, (2) Konselor, (3) Kepala sekolah, (4)
Komite sekolah, dan (5) Nara sumber.

34

Kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, Dinas


Pendidikan Provinsi bertindak sebagai koordinator dan
supervisor.Guru, konselor, komite sekolah (khususnya DU/DI,
Asosiasi, Dunia Kerja, dan anggota Institusi Pasangan
Iainnya) dan nara sumber bertindak sebagai anggota tim
penyusun KTSP.
2) Kegiatan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan
bagian dan kegiatan perencanaan sekolah. Kegiatan mi dapat
berbentuk rapat kerja dan/atau Iokakarya sekolah dan/atau
kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu
sebelum tahun pembelajaran baru.
Tahap

kegiatan

penyusunan

kurikulum

tingkat

satuan

pendidikan secara garis besar meliputi: (1) Penyiapan dan


penyusunan draf; (2) Reviu dan revisi; (3) Finalisasi. Langkah
yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan
diselenggarakan oleh tim penyusun.
3) Pemberlakuan
Dokumen KTSP dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah
setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan
diketahui oleh dinas pendidikan kabupaten/kota.

c. Langkah-Iangkah Pelaksanaan Penyusunan KTSP


1) Merumuskan tujuan pendidikan sekolah
Rumusan

tujuan

pendidikan

sekoloah

pada

dasarnya

merupakan tujuan yang dirumuskan oleh Badan Standar


Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan

35

Dasar dan Menengah sebagai penjabaran dan UU Nomor 20


Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 dan
penjelasan Pasal 15.
2) Merumuskan visi dan misi sekolah
Setiap satuan sekolah merumuskan visi dan misinya masingmasing

dengan

memperhatikan

acuan

operasional

penyusunan KTSP. Rumusan visi dan misi secara jelas


menggambarkan eksistensi sekolah yang bersangkutan serta
gambaran masa depannya.

3) Merumuskan tujuan Sekolah


Setiap satuan pendidikan merumuskan tujuan masing-masing
mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkannya.
Rumusan

tujuan

menggambarkan

tujuan

institusional

kehadiran satuan pendidikan yang bersangkutan.


4) Menetapkan

standar

kompetensi.

Penetapan

standar

kompetensi dalam penyusunan KTSP menggunakan acuan


sebagai berikut.
Standar kompetensi lulusan, yang meliputi: (1) Standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP), misalnya
profil lulusan SMK yang tercantum dalam Permendiknas
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
(2) Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP),
merupakan kompetensi minimum setiap mata pelajaran
sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan; dan (3)
Standar

Kompetensi

dan

Kompetensi

Dasar

(SK-KD),

merupakan kompetensi minimum setiap substansi mata

36

pelajaran yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23


Tahun

2006

tentang

Standar

Kompetensi

Lulusan.

Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah


kompetensi minimum yang hams dilaksanakan, setiap satuan
pendidikan

dapat

menambahkan

kompetensi-kompetensi

yang dinilal penting untuk menunjang mutu dan relevansi


kompetensi lulusan.

Gambar 2.3. Alur pelaksanaan penyusunan KTSP SMK (contoh)

37

5) Menyusun diagram pencapaian kompetensi


Diagram pencapaian kompentensi merupakan tahapan atau
tata urutan logis kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan
kepada peserta didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan,
serta

kemungkinan

dilaksanakan

multi

entiy-multi

exit.

Diagram pencapaian kompetensi cukup dibuat untuk mata


pelajaran kompetensi.
6) Menyusun struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata
pelalaran, muatan lokal dan pengembangan din yang harus
ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam
kegiatan pembelajaran. Susunan mata pelajaran dibagi ke
dalam tiga kelompok program, yaitu kelompok program
normatif, program adaptif, dan program produktif.
Muatan

lokal

merupakan

kegiatan

kurikuler

untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri


khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
selaras dengan program keahilan yang materinya tidak sesuai
menjadi bagian dan mata pelajaran yang ada atau tenlalu
banyak sehingga penlu menjadi mata pelajaran tersendiri.
Pengembangari din meskipun bukan mata pelajaran dan
dapat diperoleh dan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
atau ekstrakurikuler yang ditujukan untuk pengembangan
kreativitas dan pelayanan bimbingan karir, tetap harus
tercantum dalam struktur kunikulum. Di dalam struktur
kurikulum harus memuat durasi waktu, yaitu estimasi jumlah
jam yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan din sesual

38

dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang


Standar Isi. Kecakapan hidup, keunggulan lokal dan global,
lingkungan hidup serta materi lain yang tidak termasuk dalam
struktur kurikulum dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan
pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
7) Menetapkan beban belajar
Beban belajar meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka,
praktik di sekolah dengan jumlah 36-40 jam pelajaran per
minggu @ 45 menit.
Penetapan beban belajar dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) menetapkan jumlah jam untuk kegiatan
pembelajaran tatap muka (teori), praktik di sekolah, (2)
mengkonversi jumlah jam praktik di sekolah ke dalam jumlah
jam tatap muka dengan ketentuan 2 jam pembelajaran praktik
di sekolah setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka
(teori), dan (3) menetapkan jumlah jam mata pelajaran yang
terdini atas jam tatap muka (teori) dan jumlah jam hasil
konversi pada butir 2) yang dicantumkan pada struktur
kurikulum.
8) Menetapkan kalender pendidikan
Setiap satuan pendidikan dapat menyusun dan menetapkan
kalender

pendidikan

sesuai

dengan

kebutuhan

dan

karakteristik pendidikan, pembelajaran berbasis kompetensi,


karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat
dengan memperhatikan

ketentuan

sebagai berikut:

(1)

Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan


berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya; (2) Hari libur
sekolah

ditetapkan

berdasarkan

39

Keputusan

Menteri

Pendidikan Nasional dan/atau Menteri Agama dalam hal yang


terkait

dengan

hari

raya

keagamaan,

Kepala

Daerah

Kabupaten/Kota. Organisasi penyelenggara pendidikan dapat


menetapkan

hari

libur

khusus;

(3)

Pemenintah

Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur


serentak untuk satuan-satuan pendidikan; dan (4) Kalender
pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh
masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu
sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi dengan
memperhatikan

ketentuan

dan

Pemerintah/pemerintah

daerah.

Latihan
1. Sebagaimana KTSP pada umumnya, KTSP SMK dikembangkan
berdasarkan kepada berbagai prinsip. Sebutkan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP SMK.
2. Beberapa acuan yang harus diperhatikan dalam penyusunan
KTSP SMA diantaranya meliputi: keragaman potensi dan
karakteristik

daerah,

dinamika

perkembangan

global,

dan

peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat


perkembangan kemampuan peserta didik. Jelaskan maksud
acuan tersebut.

40

BAB III
ARAH PENGEMBANGAN KTSP

A. Visi, Misi, Tujuan


Ada peribahasa orang bijak yang menyatakan bahwa Visi tanpa
tindakan adalah mimpi di siang bolong, sedangkan tindakan tanpa
misi adalah mimpi buruk. (Agus Dharma, 2007). Maka dalam rangka
merumuskan tujuan sekolah, yang pertama kali harus dirumuskan
adalah visi dan misi sekolah. Adapun perbedaan antara tujuan,
sasaran dan target sebenarnya terletak pada kadar spesifikasi
sesuatu yang ingin kita capai. Tujuan lebih umum, target lebih spesifik
sedangkan sasaran terletak diatara keduanya. Anda boleh saja
memutuskan untuk tidak membedakan antara target dan sasaran.
Yang penting diingat adalah sasaran dan target lebih dapat diukur
dibandingkan dengan tujuan.

Visi adalah impian yang menerangi arah untuk mencapai


tujuan. Tanpa visi yang jelas, orang-orang dalam suatu organisasi
berjalan

dengan

meraba-raba

dalam

kegelapan.

Visi

dapat

menumbuhkan perasaan yang benderang untuk menapaki jalan yang


akan ditempuh. Oleh sebab itu, visi yang baik harus dapat
menimbulkan

motivasi

anggota

suatu

organisasi;

keinginan untuk mencapai tujuan. Dalam

mendorong

buku ini kita akan

menggunakan istilah sasaran sebagai pernyataan yang jelas untuk


dicapai. Target lebih spesifik dari sasaran.
Visi sekolah menggambarkan cita-cita bersama seluruh warga
sekolah dalam kurun waktu yang panjang. Visi sekolah bukanlah visi

41

kepala sekolah sendiri, ia visi semua pemangku kepentingan


(stakeholders) terhadap sekolah Anda. Sehingga semua pihak
seharusnya mengetahui dan memahami, serta berupaya untuk
menggapainya. Sekolah Anda mungkin telah memiliki visi, atau jika
belum, Anda mungkin telah memulai memikirkannya. Jika sekolah
Anda belum memiliki visi, contoh berikut dapat Anda pertimbangkan.
-

Menjadi sekolah yang dikenal berkualitas tinggi di Indonesia.

Sokolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan


keteladanan.
Menjadi

sekolah

sebagai

wahana

penyemaian

benih

kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.


Sekolah sebagai tempat pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan.


Namun visi saja tidak cukup, karenanya diperlukan misi.

Misi adalah tahapan utama tindakan (keinginan) yang


dilaksanakan organisasi untuk mencapai visi. Tahapan utama adalah
langkah-langkah kegitan yang disepakati bersama antara warga
internal

sekolah

dengan

semua

pemangku

(stakeholders)

kepentingan terhadap sekolah Anda. Misi sekolah Anda seyogyanya


mencakup hal-hal sebagai berikut.
-

Membangun suasan pembelajaran yang kondusif bagi peserta


didik dan warga internal sekolah untuk dapat menggali
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk
menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat.

Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk memahami dan


menghargai perbedaan.

42

Mendorong peserta didik dan warga internal sekolah agar


memiliki

kemauan

untuk

melayani

sekolah

dan

masyarakatnya.

Tujuan Sekolah
Rumusan visi dan misi sekolah masih terlalu umum dan masih
mengawang-awang untuk dilaksanakan, sehingga perlu dijabarkan ke
dalam

tujuan

yang

sudah

mulai

membumi.

Tujuan

sekolah

seharusnya sudah memperhitungkan kebutuhan peserta didik, warga


internal sekolah, warga eksternal sekolah atau masyarakat sekitar,
dan negara Anda. Kebutuhan peserta didik termasuk di dalamnya
keinginan untuk menyelesaikan pendidikannya yang telah disiapkan
sekolah

agar

dapat

terjun

di

masyarakat

atau

melajunkan

pendidikannya ke jenjang yang berikutnya; menyelesaikan program


pendidikannya sesuai kecepatan belajarnya, menumbuhkan benihbenih dan nilai-nilai untuk menjadi manusia yang bermartabat dan
berharkat,

mengembangkan

kreativitas

untuk

memecahkan

permasalahan dan mengambil keputusan, meningkatkan kemampuan


mereka untuk dapat belajar sendiri, pengadaan berbagai kegiatan kokurikuler, kesempatan untuk mengadakan rekreasi, belajar untuk
belajar tentang budaya sekitar dan berbagai budaya daerah lain.
Selain itu, peserta didik perlu mengambangkan diri sebagai individu,
sebagai anggota masyarakat serta mengembangkan kebutuhan
lainnya yang berhubungan dengan orang lain, seperti kepemimpinan,
hubungan antar pribadi, dan mengembangkan budaya toleransi.
Selain

kebutuhan

peserta

didik,

Kepala

sekolah

harus

mempertimbangkan peran serta warga internal sekolah, seperti


organisasi peserta didik, dan eksternal sekolah, seperti komite

43

sekolah, dewan pendidikan, majlis talim, dan eksternal sekolah


lainnya, dalam pencapain tujuan sekolah. Itu sebabnya Anda sebagai
kepala sekolah harus memperhatikan: (1) Terwujudnya lingkungan
yang menjadi salah satu sumber daya yang memungkinkan peserta
dan warga sekolah dapat mencapai tujuan tersebut, (2) Tersedianya
fasilitas, peralatan, dan bahan-bahan yang memadai untuk digunakan
dalam mencapai tujuan sekolah, dan (3) Tersedianya peluang bagi
warga internal sekolah untuk berkembang secara profesional.
Dalam merumuskan tujuan sekolah, penting juga dipertimbangkan
kebutuhan masyarakat. Kebutuhan ini termasuk harapan orang tua
peserta

didik,

peningkatan

kewarganegaraan

yang

baik,

penghormatan atas nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat, serta


keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat dalam program-program
sekolah.

Rumusan Tujuan
Rumusan tujuan merupakan pernyataan realistik (terukur) sesuai
dengan kemampuan yang tersedia dan dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu. Misalnya selama satu semester, satu tahun, atau
selama kurun waktu untuk setiap jenjang pendidikan dasar dan
menengah (SD/MI 6 tahun, SMP/MTs 3 tahun, SMA/SMK/MA/MAK 3
tahun, begitu pula untuk PLB).

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa dalam merumuskan


visi, misi dan tujuan sekolah perlu mempertimbangkan tujuan
pendidikan nasional, sampai dengan tujuan kabupaten/kota dalam
bidang pendidikan. Di bawah ini ada beberapa contoh tentang tujuan,
sebagai berikut.

44

1. Tujuan Pendidikan Nasional


Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
2. Tujuan Pendidikan Kabupaten Garut
Terwujudnya kader bangsa yang cageur, bageur, bener,
pinter, tur singer dalam menuju Garut menempati posisi ke 10
di Propinsi jawa barat.
3. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan (contoh)
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
4. Tujuan SMK NEGERI 1 Tarogong Kaler (contoh)
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kependidikan
untuk menunjang ketercapaian pembelajaran sejalan
dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja
b. Mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan

sesuai

tuntutan

program

diklat

untuk

mendukung terlaksananya pembelajaran


c. Memenuhi kebutuhan bahan pembelajaran teori dan
praktek sesuai dengan tuntutan materi pendidikan dan
pelatihan
d. Mengadakan kerjasama dengan dunia usaha/industri, dan
lembaga terkait lainnya dalam rangka meningkatkan dan

45

mengembangkan program pendidikan dan pelatihan yang


sejalan dengan perkembangan IPTEK
e. Melaksanakan pembelajaran dan pelatihan yang berbasis
kompetensi;
f.

Menanamkan sikap profesional yang dilandasi iman dan


taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

g. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang


dapat

menunjang

kemampuan

siswa

untuk

dapat

bersaing di pasar kerja


h. Memanfaatkan dan memberdayakan potensi yang dimiliki
untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat
putus sekolah (drop-out), dalam rangka pemberdayaan
SMK
i.

Memanfaatkan dan memberdayakan potensi yang dimiliki


untuk melaksanakan program Comunity College

j.

Melaksanakan

pendidikan

dan

pelatihan

berstandar

Nasional dan Internasional.

Tugas:
1. Acuan apa saja yang dapat digunakan dalam merumuskan tujuan
Sekolah?
2. Coba rumuskan tujuan Sekolah pada satuan pendidikan yang
saudara pimpin
3. Identifikasi SWOT tentang keterlaksanaan tujuan Sekolah pada
sekolah Saudara.

46

B. Kedirian Peserta Didik (Remaja)


Beragamnya

teori

menyebabkan

pemahaman

tentang

perkembangan remaja (Peserta didik SMA/SMK) merupakan tugas


yang menantang. Ketika satu teori nampaknya mampu menjelaskan
perkembangan remaja dengan tepat, teori yang lain akan muncul dan
membuat Anda berpikir ulang tentang kesimpulan Anda sebelumnya.
Yang sangat penting diingat adalah, perkembangan remaja itu sangat
kompleks dan memiliki banyak sisi. Walaupun tidak ada satu teori
yang mampu menjelaskan seluruh aspek perkembangan remaja,
setiap teori telah memberikan sumbangan penting pada pemahaman
perkembangan remaja ini. Secara keseluruhan, bermacam-macam
teori telah membantu Anda melihat keseluruhan pemahaman
mengenai remaja dengan segala kekayaannya. Pemahaman inilah
yang menjadi salah satu Arah pengembangan KTSP, yang harus
dimiliki oleh para pengembang kurikulum.

Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud (1917) mengatakan bahwa kepribadian memiliki 3
(tiga) struktur id, ego dan superego. Id adalah struktur dari Freud
tentang kepribadian yag terdiri dari naluri, yang merupakan sumber
psikis seseorang. Dalam pandangan Freud, Id sepenuhnya tidak
disadari; Id tidak mempunyai hubungan dengan realitas. Contoh,
tatkala seorang anak SD ditanya kalau sudah besar mau jadi apa?
dia menjawab dengan spontan tanpa realita Saya mau jadi presiden.
Tapi tatkala si anak tadi menghadapi tuntutan dari realitas, akan
muncul struk kepribadian lain yaitu EGO. Ego adalah struktur
kepribadian yang berfungsi menghadapi tuntutan realitas. Ego disebut
sebagai cabang eksekutif dari kepribadian, karena ego membuat

47

keputusan rasional. Contoh, Kalau nilai ujian kita mau baik, nyontek
saja punya si Pulan yang menjadi peringkat satu di sekolah. Namun
sama halnya dengan Id, Ego pun tidak memiliki moralitas. Keduanya
tidak mempertimbangkan apakah yang diputuskan itu benar atau
salah.
Oleh karena itu, Freud memperkenalkan struktur kepribadian
yang ke tiga, yaitu Superego, Sturktur kepribadian yang berfungsi
menghadapi tuntutan moral dari kepribadian. Superego akan
mempertimbangkan

apakah

keputusan

itu

benar

atau

salah.

Superego dapat kita sebut sebagai hati nurani.


Contoh perbedaan perkataan yang disampaikan masing-masing
struktur kepribadian, tentang seks.
Id Anda mengatakan Saya ingin kepuasan, hubungan seksual itu
menyenangkan.
Ego Anda mengatakan Saya hanya akan berhubungan seksual
sekali-sekali dan akan menggunakan kontrasepsi, karena saya tidak
ingin punya anak dulu selama saya mengembangkan karir.
Superego Anda mengatakan Saya merasa berdosa melakukan
hubunga seksual di luar nikah .

1. Tinjauan Psikologis
Remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan apa
yang

membuat

mereka

berbeda

dari

orang

lain.

Mereka

mendeskripsikan identitas dirinya dan berpikir bahwa itulah identitas


dirinya .padahal, yang sebenarnya mereka itu masih belum punya
identitas atau jati diri, mereka masih mencari bentuk, masih mencari
karakter. Perhatikan deskripsi diri seorang remaja laki-laki berikut ini:
Saya seorang laki-laki, pandai, seorang atlit, berpandangan politik

48

yang liberal, ekstrovert, dan berperasaan. Remaja ini merasa


nyaman dengan keunikan dirinya: Tidak ada orang lain yang sama
dengan diri saya. Tinggi saya 175 cm dan berat saya 76 kg. Saya
besar di daerah pinggiran kota dan menjadi mahasiswa perguruan
tinggi negeri. Saya belum menikah, tapi teman saya ada yang sudah
menikah. Saya ingin menjadi wartawan olahraga. Saya pandai
membuat perahu. Ketika saya sedang tidak belajar untuk ujian, saya
menulis cerita-cerita pendek mengenai tokoh-tokoh olahraga, yang
saya harap bisa dipublikasikan suatu hari nanti. Nyata atau tidak,
berkembangnya pemikiran seorang remaja mengenai diri dan
keunikan dirinya merupakan suatu kekuatan yang besar dalam hidup.
Penjelasan tentang diri akan dimulai dan informasi mengenai
pemahaman diri remaja dan kemudian rasa percaya diri dan konsep
diri.

2. Identitas (Kedirian) Remaja


Siapakah saya? Apa yang terjadi pada diri saya? Apa yang akan
saya lakukan dengan hidup saya? Apakah yang berbeda dengan diri
saya? Bagaimanakah cara melakukan sesuatu secara sendirian?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak terlalu difikirkan di
masa kanak-kanak. Namun menjadi masalah umum, nyata, dan
universal ketika seseorang mulai memasuki masa remaja. Remaja
bingung untuk mendapatkan solusi dari pertanyaan-pertanyaan
mengenai konsep kedirian atau identitas dirinya.
Pendidik dan kepala sekolah mempunyai peran penting dalam
mengarahkan dan membimbing mereka ke arah yang lebih bermakna,
berharkat dan bermartabat bagi perkembangan remaja untuk

49

membentuk jati dirinya atau kedirian para remaja di jenjang Sekolah


Menegah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan.
Identitas versus kebimbangan identitas (identity versus identity
confusion) merupakan tahap perkembangan yang terjadi di saat
individu berada pada masa remaja. Pada tahap ini , remaja berusaha
menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada di
dalam dirinya, kemana arah mereka dalam menjalani hidup.
Psychological moratorium adalah masa kesenjangan antara
rasa aman di masa kanak-kanak dengan otonomi individu dewasa
yang dialami remaja sebagai bagian dari eksplorasi identitas mereka.
Ketika remaja mengeksplorasi dan mencari identitas budayanya,
remaja seringkali bereksperimen dengan peran yang berbeda-beda.
Ketika remaja berhasil menghadapi dengan identitas-identitas yang
saling bertentangan akan mendapatkan pemikiran baru dan dapat
diterima mengenai dirinya. Sedangkan remaja yang tidak berhasil
menyelesaikan krisis identitasnya akan mengalami kebimbangan
akan identitasnya (identity confusion).
Kebimbangan tersebut akan mengalami tiga hal, yaitu: Penarikan
diri individu, pengisolasian diri dari teman sebaya atau keluarga, atau
meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan
identitas dirinya. Ini yang harus menjadi perhatian kepala sekolah.
Eksperimen Kepribadian dan Peran
Pada masa psychological moratorium para remaja akan mencoba
peran dan kepribadian yang berbeda-beda sebelum pada akhirnya
mencapai suatu pemikiran diri yang stabil. Remaja kan menjadi
argumentative di suatu saat dan akan menjadi kooperatif di saat yang
lain.

50

Contoh. Seorang remaja akan menyukai seorang teman pada


minggu pertam, tetapi akan membencinya pada minggu yang lainnya.
Remaja akan dapat berpakaian rapi pada suatu waktu, tetapi
kemudian berpakaian berantakan pada minggu berikutnya.
Eksperimen kepribadian ini merupakan usaha remaja dalam
mencari tempat mereka yang sesuai di dunia ini.
Ketika

remaja

secra

bertahap

menyadari

bahwa

mereka

bertanggung jawab akan diri mereka sendiri, remaja akan mencari


seperti apakah kehidupan mereka nanti. Banyak orang tua atau orang
dewasa lainnya (guru atau kepala sekolah) yang terbiasa memiliki
anak yang melakukan apa-apa yang mereka katakan, kemudian akan
menjadi terheran-heran atau akan menjadi marah mendengar
komentar para remaja, pemberontakan, demo, dan perubahan
suasana hati yang sering terjadi pada para remaja.
Penting bagi para guru dan kepala sekolah untuk memberi waktu
dan kesempatan kepada para remaja untuk mengeksplorasi peranperan dan kepribadian yang berbeda. Karena pada akhirnya para
remaja akan membuang peran-peran dan kepribadian yang tidak
mereka harapkan.
Ada beratus-ratus peran yang dapat dicoba oleh para remaja, dan
mungkin banyak cara untuk memperoleh satu peran. Di masa remaja
akhir,

peran

dalam

dunia

kerja

merupakan

titik

pusat

dari

perkembangan identitas. Para kaum muda yang telah terlatih untuk


memasuki dunia kerja yang menawarkan potensi rasa percaya diri
yang tinggi, akan mengalami hanya sedikit tekanan pada selama
perkembangan identitas berlangsung.
Beberapa kaum muda menolak pekerjaan yang menawarkan gaji
yang baik dan status social yang tinggi dan lebih memilih bekerja

51

pada lingkungan yang membuat mereka bisa membantu sesama


manusia, seperti Peace Corps, klinik kesehatan jiwa, atau di sekolahsekolah bagi peserta didik yang memiliki latar belakang ekonomi
rendah.
Bagi beberpa kaum muda lebih memilih jadi pengangguran, jika
mereka tidak sanggup untuk bekerja dengan baik, atau jika mereka
merasa tidak berguna bila memiliki pekerjaan tersebut.
Sikap demikian ini menunjukkan adanya keinginan untuk
mendapatkan identitas yang berarti dengan cara bersikap jujur
terhadap dirinya sendiri daripada mengubur identitas dirinya dalam
masyarakat yang lebih luas.

3. Layanan Pendidikan

Hakikat Sekolah bagi Remaja


Sekarang ini, semua remaja Amerika yang berusia di bawah 16
tahun dan sebagian besar remaja berusia 16 hingga 17 tahun berada
di sekolah. Lebih dari setengah generasi muda meneruskan
pendidikannya setelah sekolah lanjutan tingkat atas ke sekolahsekolah kejuruan, perguruan tinggi (college), atau universitas.
Terdapat banyak jumlah dan variasi kondisi sekolah bagi remaja
dengan berbagai fungsi dan tingkatan.

Fungsi Sekolah bagi Remaja


Di abad keduapuluh, sekolah-sekolah di Amerika Serikat memiliki
peran yang lebih menonjol dalam kehidupan remaja. Dari tahun 1890
hingga 1920. setiap negara bagian di Amenika Serikat telah
menyusun undang-undang yang tidak memperbolehkan generasi

52

muda untuk bekerja, dan undang-undang tersebut mengharuskan


mereka untuk bersekolah. Pada saat itu, jumlah lulusan sekolah
lanjutan tingkat atas meningkat 600 persen. Dengan diwajibkannya
sekolah lanjutan (secondary school).
Sekolah memiliki pengaruh yang besar bagi anak-anak dan
remaja. Pada saat seorang siswa lulus dan sekolah lanjutan tingkat
atas, ia telah menghabiskan waktu lebih dan 10.000 jam di dalam
ruang kelas. Pengaruh sekolah sekarang ini lebih kuat dibandingkan
pada generasi-generasi sebelumnya karena lebih banyak individu
yang lebih lama menghabiskan waktunya di sekolah. Sebagai contoh,
di tahun 1900, 11,4 persen dan individu berusia 14 hingga 17 tahun
merupakan individu yang bersekolah. Sekarang ini, 94 persen dari
kelompok usia tersebut merupakan individu yang berada di bangku
sekolah.
Anak-anak dan remaja menghabiskan waktu bertahun-tahun
bersekolah sebagai anggota dan suatu masyarakat kecil di mana
terdapat beberapa tugas untuk diselesaikan; orang-orang yang perlu
dikenal dan mengenal diri mereka; serta peraturan yang menjelaskan
dan membatasi perilaku, perasaan, dan sikap. Pengalaman yang
diperoleh anak-anak dan remaja di masyarakat ini kemungkinan
memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan identitasnya,
keyakinan terhadap kompetensi diri sendiri, gambaran hidup dan
kesempatan berkarir, hubungan-hubungan sosial, batasan mengenai
hal yang benar dan salah, serta pemahaman mengenai bagaimana
sistem sosial di luar lingkup keluarga berfungsi.
Pengaruh

sekolah

terhadap

anak-anak

dan

remaja

telah

dievaluasi melalui dua sudut pandang: (1) Apakah ada perbedaan


antara prestasi kognitif dan individu yang bersekolah dengan individu

53

yang tidak bersekolah? (2) Apakah sekolah dapat mengatasi efek


negatif dari kemiskinan? Sehubungan dengan pertanyaan pertama,
anak-anak dan remaja yang bersekolah biasanya berprestasi lebih
baik dalam berbagai tugas kognitif dibandingkan individu yang tidak
bersekolah (Cole & Cole, 1993; Farnham-Diggory, 1990). Namun para
peneliti belum memiliki gambaran lengkap mengenai bagaimana
sekolah mempengaruhi perkembangan sosial remaja. Hasil penelitian
untuk menjawab pertanyaan nomor dua, mengenai kemiskinan,
memunculkan hasil yang kontroversial.

Tugas :
1. Identifikasi aspek psikologis peserta didik yang ada di tingkat
satuan pendidikan yang di Sekolah Saudara.
2. Apa yang Anda ketahui dengan Eksperimentasi Kepribadian dan
peran?.
3. Bagaimana

langkah

pemecahan

masalah

psikologis

yang

muncul?
4. Bagaimana permasalahan remaja ini dihubungkan dengan
pengembangan kurikulum di sekolah Anda?

C. Esensi dan Tugas Profesional Guru


Aku Guru, Keluargaku Guru. Refleksi dan Penghargaan. Dedi
Supriadi 1998.
Sebagian besar hidupku berurusan dengan guru. Diangkat
pertama kali menjadi pegawai negeri di departemen yang sebagian
besar kegiatannya adalah mengurus guru. Oleh karena itu, setiap ada
persoalan yang menyangkut nasib guru, perasaanku amat mudah
terharu. Aku begitu mudah berempati. Kata-kata dan nada Hymne

54

Guru sering membuatku terhanyut dalam perasaan, membayangkan


ayah, ibu, paman, bibi, adik, teman sejawat dan aku sendiri yang
semuanya adalah guru. Bilamana ada guru sedih, aku ikut sedih. Bila
guru senang, akupun ikut senang.

1. Peningkatan Kemampuan Profesional

Guru sebagai Jabatan Profesional


Selain guru sebagai jabatan professional, kedudukan gurupun
adalah sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan usia dini pada jalur pendidikan
formal yang diangkat sesaui dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
BAB II Pasal 2 Ayat (1).
Banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa guru
merupakan jabatan profesional. Ada yang beranggapan setiap orang
bisa menjadi guru.
Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional,
marilah kita tinjau syarat-syarat atau ciri pokok dari pekerjaan
profesional.
a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu
secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari
lembaga-lembaga

pendidikan

yang

sesuai,

sehingga

kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang


dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Sesuatu disebut professional bila menekankan kepada suatu
keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan

55

jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan


yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.
c. Tingkat

kemampuan

didasarkan

kepada

dan

keahlian

suatu

profesional

latar

belakang

pendidikan

yang

dialaiminya diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi


latar

belakang

pendidikan

akadeinik

sesuai

dengan

profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya, dengan


demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang
diterimanya.
d. Suatu yang profesional selain dibutuhkan oleh masyarakat
juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan,
sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi
terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dan pekerjaan
profesinya itu.

2. Mendidik Sebagai Pekerjaan Profesional


Mendidik merupakan pekerjaan profesional. Hal tersebut dapat
kita tinjau dari karakteristik dan proses pembelajaran sebagai tugas
utama profesi guru.
a. Mendidik bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran
saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan
bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya,
diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan
pada konsep ilmu dan pengetahuan yang spesifik. Artinya,
setiap keputusan dalam melaksanakan aktivitas mendidik
bukanlah didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan
subjektif atau tugas yang dapat dilakukan sekehendak hati,
tetapi didasarkan kepada suatu pertimbangan berdasarkan

56

keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru dalam


mendidik dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. OIeh
karena itu, untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan
latar belakang yang sesuai, yaitu latar belakang kependidikan
keguruan.
b. Sebagaimana halnya tugas seorang dokter yang berprofesi
menyembuhkan penyakit pasiennya, maka tugas seorang
guru

pun

memiliki bidang keahlian

yang jelas,

yaitu

mengantarkan peserta didik ke arah tujuan yang diinginkan.


Memang hasil pekerjaan seorang dokter atau profesi lainnya
berbeda dengan hasil pekerjaan seorang guru. Kinerja profesi
non-keguruan seperti seorang dokter biasanya dapat dilihat
dalam waktu yang singkat. Dikatakan seorang dokter yang
profesional manakala dalam waktu yang singkat dapat
menyembuhkan pasien dan menghilangkan penyakitnya.
Namun tidak demikian dengan guru. Hasil pekerjaan guru,
seperti mengembangkan minat dan bakat serta potensi yang
dimiliki seseorang, termasuk mengembangkan sikap tertentu
memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga hasilnya
baru dapat dilihat setelah beberapa lama. Mungkin satu
generasi.

Oleh

karena

itu,

kegagalan

guru

dalam

membelajarkan peserta didik, berarti kegagalan membentuk


satu generasi manusia.
c. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, sesuai
dengan bidang keahliannya, diperlukan tingkat keahlian yang
memadai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami
materi yang harus disampaikan, akan tetapi juga diperlukan
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang lain,

57

misalnya

pemahaman

tentang

psikologi

perkembangan

manusia, pemahaman tentang teori-teoni perubahan tingkah


laku, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai
media dan sumber belajar, kemampuan mendesain strategi
pembelajaran yang tepat, dan lain sebagainya, termasuk
kemampuan mengevaluasi proses dan basil kerja. Oleh
karena itu, seorang guru bukan hanya tahu tentang what to
teach, akan tetapi juga paham tentang how to teach.
Kemampuan-kemampuan semacam itu tidak mungkin datang
dengan sendirinya, tetapi hanya mungkin diperoleh dari suatu
lembaga pendidikan khusus, yaitu lembaga pendidikan
keguruan.
d. Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang
dapat hidup dan berperan aktif di masyarakat. Oleh sebab itu,
tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat terlepas dari
kehidupan sosial. Hal ini berarti apa yang dilakukan guru akan
mempunyai

dampak

terhadap

kehidupan

masyarakat.

Misalnya, semakin tinggi derajat keprofesionalan seseorang tingkat profesionalisme keguruan yang tinggi dari seseorang-,
maka akan semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan
masyarakat.
e. Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, tetapi
pekerjaan yang dinamis, yang selamanya harus sesuai dan
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu, pengetahuan,
teknologi dan seni (IPTEKS). Oleh karena itulah guru dituntut
peka terhadap dinamika perkembangan masyarakat, baik
perkembangan
perkembangan

kebutuhan
sosial,

58

yang

selamanya

berubah,

budaya,

politik,

termasuk

perkembangan teknologi. Berdasarkan uraian tersebut, maka


dapat disimpulkan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan
professional.

3. Kompetensi Profesional Guru


Apa yang disebut kompetensi? Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Johnson menyatakan: Competency as rational performance
which satisfactorily meets the objective for a desired condition
(Charles E. Johnson, 1974).
Menurutnya, kompetensi merupakan perilaku rasional guna
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukan oleh
penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan
(rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.
Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki
oleh seorang guru, yaitu meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi profesional, yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.

D. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme


Peningkatan profesionalisme guru pada akhirnya terpulang dan
ditentukan oleh para guru itu sendiri. Upaya apa sajakah yang harus
dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya?
Guru harus selalu berusaha untuk melakukan hal- hal sebagal berikut.

Memahami tuntutan standar profesi yang ada

59

Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan,

Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas


termasuk lewat organisasi profesi

Mengembangkan

etos

kerja

atau

budaya

kerja

yang

mengutamakan pelayanan bermutu tinggi

Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam


pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir
agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya
mengelola pembelajaran.

Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia


dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama
jika guru kita ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini
didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berkut.

Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas


guru secara lintas negara.

Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan


perkembangan

profesi

secara

global,

dan

tuntutan

masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik.

Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah


dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat,
dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat
perkembangan baru di bidangnya.

Kemudian upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang


dipersyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan
dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka
guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat
yang dibutuhkan.

60

Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh


melalui in-service training, on-the-job training, dan berbagai
upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.

Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas


dapat dilakukan guru dengan membina jejaring kerja atau networking.
Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh
sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai
sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui
networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di
bidang profesinya. Jejari kerja guru bisa dimulai dengan skala sempit,
misalnya mengadakan pertemuan informal kekeluargaan dengan
sesama teman, sambil berolahraga, silaturahmi atau melakukan
kegiatan sosial lainnya. Pada kesempatan seperti itu, guru bisa
membincangkan secara leluasa kisah suksesnya atau sukses
rekannya sehingga mereka dapat memngambil pelajaran lewat
obrolan yang santai. Bisa juga dibina melalui jejaring kerja yang lebih
luas dengan menggunakan teknotogi komunikasi dan lnformasi,
misalnya melalui korenspondensi dan mungkin melalui internet untuk
skala yang lebih luas. Apabila korespondensi atau penggunaan
internet ini dapat dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiatkiat menjalankan profesi dengan sejawat guru di seluruh dunia. Pada
dasarnya networking atau jejaring kerja ini dapat dibangun sesuai
situasi dan kondisi serta budaya setempat.
Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang
mengutamakan

pelayanan

bermutu

tinggi

kepada

konstituen

merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang


dituntut untuk memberikan tidak hanya pelayanan, tetapi pelayanan

61

prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada


konstituennya yaitu peserta didik, orangtua dan sekolah sebagai
pemangku kepentingan (stakeholders). Terlebih lagi pelayanan
pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan,
dikontrol oleh dan untuk kepentingan pubilk. Oleh karena itu guru
harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
publik.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan untuk peningkatan
profesionalisme

guru

adalah

melalui

adopsi

inovasi

atau

pengembangan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi pendidikan


yang mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir.
Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi
pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies)
dan pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft
technologies).
Upaya-upaya

guru

untuk

meningkatkan

profesionalismenya

tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua


pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus
memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti
PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.

E. Mengoptimalkan Peran Guru dalam Proses Pembelajaran


Ketika ilmu dan pengetahuan masih terbatas, ketika penemuan
hasil-hasil teknologi belum berkembang hebat seperti sekarang ini,
maka peran utama guru di sekolah adalah menyampaikan ilmu dan
pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap
berguna sehingga harus dilestarikan.

62

Dalam kondisi demikian guru berperan sebagai sumber belajar


(learning resources) bagi peserta didik. Peserta didik akan belajar apa
yang keluar dari mulut guru. Oleh karena itu, seperti yang telah
dijelaskan di muka, guru dalam proses pembelajaran mempunyai
peran yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan
teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang konon
bisa memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan
pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peran guru.
Lalu apa peran guru dalam kondisi demikian? Apakah guru
sebagai satu-satunya sumber belajar masih tetap relevan? Apakah
ada

peran

lain

yang

dianggap

lebih

penting?

Bagaimana

melaksanakan peran-peran tersebut agar proses pembelajaran yang


menjadi tanggung jawab lebih berhasil?
Beberapa peran guru dapat dijelaskan di bawah ini.

1. Guru sebagai Sumber Belajar


Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang
sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan
penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya
seorang guru hanya dan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan
guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran
dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber
belajar bagi peserta didiknya. Apa pun yang ditanyakan peserta
berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan
mampu menjawab dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, dikatakan
guru yang kurang baik manakala ia tidak paham tentang materi yang
diajarkannya. Ketidakpahaman tentang materi pelajaran biasanya
ditunjukkan

oleh

perilaku-perilaku

63

tertentu,

misalnya

teknik

penyampaian materi pelajaran yang monoton, ia lebih sering duduk di


kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan
kontak mata dengan peserta didik, miskin dengan ilustrasi, dan lainlain. Perilaku guru yang demikian bisa menyebabkan hilangnya
kepercayaan pada diri peserta didik, sehingga guru akan sulit
mengendalikan kelas. Untuk itu guru sebaiknya melakukan hal-hal
sebagai berikut.

Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak


dibandingkan dengan peserta didik. Hal mi untuk menjaga
agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi
yang akan dikaji bersama siswa. Dalam perkembangan
teknologi informasi yang sangat cepat, bisa terjadi siswa lebih
pintar dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi.
Oleh sebab itu, untuk menjaga agar guru tidak ketinggalan
informasi, sebaiknya guru memiliki bahan-bahan referensi
yang lebih banyak dibandingkan siswa. Misalnya, melacak
bahan-bahan dan Internet, atau dan bahan cetak terbitan
terakhir, atau berbagai informasi dan media masa.

Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari


oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas
rata-rata siswa yang lain. Siswa yang demikian perlu diberikan
perlakuan khusus, misalnya dengan memberikan bahan
pengayaan dengan menunjukkan sumber belajar yang
berkenaan dengan materi pelajaran.

Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran,


misalnya dengan menentukan mana materi inti (core), yang
wajib dipelajari sisiwa, mana materi tambahan, mana materi
yang harus diingat kembali karena pernah dibahas, dan lain
64

sebagainya.

Melalui

pemetaan

semacam

mi

akan

memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya


sebagai sumber belajar.

2. Guru sebagai Fasilitator


Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan
untuk

memudahkan

peserta

didik

dalam

kegiatan

proses

pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran dimulai sering guru


bertanya bagaimana caranya agar ia mudah menyajikan bahan
pelajaran?
Pertanyaan itu sekilas memang ada benarnya. Melalui usaha
yang sungguh sungguh, guru ingin agar ia mudah menyajikan bahan
pelajaran dengan baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut
menunjukkan bahwa proses pembelajaran berorientasi pada guru.
Oleh sebab itu, akan lebih bagus manakala pertanyaan tersebut
diarahkan pada peserta didik, misalnya apa yang harus dilakukan
agar peserta didik mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga
tujuan

belajar

mengandung

tercapai
makna

secara
kalau

optimal.
tujuan

Pertanyaan

tersebut

pembelajaran

adalah

mempermudah peserta didik belajar. Inilah hakikat peran fasilitator


dalam proses pembelajaran..
Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya
hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan
sumber pembelajaran.

Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber


belajar

beserta

fungsi

masing-masing

media

tersebut.

Pemahaman akan fungsi media sangat diperlukan, belum

65

tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan


semua bahan pelajaran. Setiap media memiliki karakteristik
yang berbeda.

Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu


media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu
kompetensi

yang

harus

dimiliki

oleh

seorang

guru

professional. Dengan perancangan media yang dianggap


cocok akan memudahkan proses pembelajaran, sehingga
pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara
optimal.

Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jeni


media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Perkembangan teknologi infomasi menuntut setiap guru untuk
dapat mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Berbagai
perkembangan teknologi informasi memungkinkan setiap guru
bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap
cocok.

Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan


dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini
sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dan
memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka.

3. Guru sebagai Pengelola


Sebagai

pengelola

pembelajaran

(learning

manajer),

guru

berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan


peserta didik dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas

66

yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk
terjadinya proses belajar seluruh peserta didik.
Di samping itu, sebagai pengelola guru dituntut untuk menyusun
rencana pembelajaran, melaksanakan rencana pembelajaran, dan
melaksakan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembelajaran.
Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan peserta didik,
perkembangan tuntutan kurikulum dan tuntutan sekolah sebagai
bagian dari Negara kesatuan Republik Indonesia.

4. Guru sebagai Demonstrator


Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah
peran untuk mempertunjukkan kepada peserta didik segala sesuatu
yang dapat membuat para peserta didik lebih mengerti dan
memahami setip pesan yang disampaikan.
Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai
demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap yang
terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal
bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi
acuan bagi peserta didik. Dengan demikian, dalam konteks ini guru
berperan sebagai model dan teladan bagi setiap peserta didik. Kedua,
sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana
caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati
oleh setiap peserta didik. Oleh karena itu, sebagai demonstrator erat
kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih
efektif.

67

5. Guru sebagai Pembimbing


Peserta didik adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat
dari adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang
sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan,
tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat,
minat, kemampuan, dan sebagainya. Di samping itu, setiap individu
juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan
mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut
guru harus berperan sebagai pembimbing. Proses membimbing
adalah proses memberikan bantuan kepada siswa, dengan demikian
yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah siswa itu sendiri.

6. Guru sebagai Motivator


Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu
aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi peserta didik yang
kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang
kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar
sehingga

ia

tidak

berusaha

untuk

mengerahkan

segala

kemampuannya dan potensinya.


Dengan demikian, bisa dikatakan peserta didik yang berprestasi
rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah
pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau
motivasi.

7. Guru sebagai Evaluator


Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebag evaluator.

68

Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai


tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan peserta
didik dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan
keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah
diprogramkan.

Tugas :
2. Identifikasi kompetensi yang sudah dimiliki para guru di sekolah
yang Saudara pimpin
3. Identifikasi kompetensi yang harus dan belum dimiliki para guru di
Sekolah saudara sebagai upaya pemenuhan tujuan Sekolah yang
telah Saudara rancang
4. Langkah-langkah apa saja yang harus di tempuh pihak sekolah
agar kompetensi-kompetensi tersebut dapat diperoleh oleh para
guru. Sertakan tantangan atau peluang dari tiap langkah yang
Saudara rancang !
5. Jelaskan

sesuai

dengan

yang

profesionalisme guru.

69

Anda

ketahui

tentang

BAB IV
RENCANA PROGRAM DAN METODE PEMBELAJARAN,
SERTA PEMBERDAYAAN SUMBER BELAJAR

A. Pengembangan Rencana dan Program Pembelajaran


Salah satu tugas pokok dan fungsi kepala sekolah adalah
menyusun

rencana

dan

program

sekolah

yang

merupakah

pernyataan kehendak bersama dari mulai kepala sekolah, guru,


tenaga administrasi sekolah, peserta didik, orang tua peserta didik,
dan komite sekolah tentang arah dan pedoman penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dalam kurun waktu tertentu.
Penyusunan rencana dan program sekolah ini biasa dituangkan ke
dalam silabus, sebagaimana dijelaskan pada uraian di bawah.

1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran,

indikator,

penilaian,

alokasi

waktu,

dan

sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar


kompetensi

dan

pokok/pembelajaran,

kompetensi
kegiatan

dasar

ke

dalam

pembelajaran,

dan

materi
indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian.

2. Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus


Dalam

mengembangkan

silabus

satuan

pendidikan,

pengembang harus memperhatikan prinsip-prinsip:

70

para

ilmiah, relevan,

sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan


menyeluruh,

Komponen-komponen pengembangan silabus mencakup unsur-unsur


berikut :
a. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan
memperhatikan: (1) urutan berdasarkan hierarki konsep
disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak selalu
harus sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi; (2)
keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar
dalam mata pelajaran; dan (3) keterkaitan standar kompetensi
dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

Gambar 4.1. Diagram Alur Penyusunan Silabus Mata Pelajaran

71

b. Merumuskan indikator
1) Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi
dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat
diukur

yang

mencakup

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan.
2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
3) Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian.
c. Penentuan jenis penilaian
Penilaian

pencapaian

kompetensi

dasar

peserta

didik

dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan


menggunakan tes dan non-tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan
portofolio,

dan

penilaian

diri.

Penilaian

merupakan

serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan


menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik

yang

dilakukan

berkesinambungan,

secara

sehingga

menjadi

sistematis

dan

informasi

yang

bermakna dalam pengambilan keputusan.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
1) Penilaian

diarahkan

untuk

mengukur

pencapaian

kompetensi.
2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan
apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti

72

proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan


posisi seseorang terhadap kelompoknya.
3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah diiniliki dan yang belum,
serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenuhi kriteria ketuntasan.
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan
tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan
baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
d. Mengidentifikasi materi pembelajaran
Mengidentifikasi

materi

pembelajaran

yang

menunjang

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar


dengan mempertimbangkan:
1) potensi peserta didik;
2) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan spiritual peserta didik;
3) kebermanfaatan bagi peserta didik;

73

4) struktur keilmuan;
5) aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran;
6) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan, khususnya dunia kerja;
7) alokasi waktu.
e. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan

pembelajaran

dirancang

untuk

memberikan

pengalaman pembelajaran yang melibatkan proses mental


dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran
yang

dimaksud

dapat

terwujud

melalui

penggunaan

pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada


peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan
hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan

pembelajaran

disusun

untuk

memberikan

bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar


dapat

melaksanakan

proses

pembelajaran

secara

professional
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk
mencapai kompetensi dasar.
3) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai
dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
4) Rumusan
minimal

pernyataan
mengandung

74

dalam
dua

kegiatan pembelajaran
unsur

penciri

yang

mencerininkan pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa,


yaitu kegiatan siswa dan materi.
f.

Menentukan alokasi waktu


Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar
didasarkan pada jumlah ininggu efektif dan alokasi waktu
mata pelajaran per ininggu dengan mempertimbangkan
jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi
waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

g. Menentukan sumber belajar


Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau alat/bahan
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar
dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber,
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan

sumber

belajar

didasarkan

pada

standar

kompetensi dan kompetensi dasar serta maten pembelajaran,


kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapalan kompetensi.

3. Silabus Mata Pelajaran dan Implementasinya


a. Silabus mata pelajaran
1) Disusun

berdasarkan

disediakan

untuk

seluruh
mata

alokasi

waktu

pelajaran

yang
selama

penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.


2) Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh
guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sama pada
tingkat satuan pendidikan untuk satu sekolah atau

75

kelompok

sekolah,

dengan

tetap

memperhatikan

karakteristik masing-masing sekolah.


b. Implementasi pembelajaran per semester
1) Penggalan silabus kelompok program normatif dan adaptif
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar serta alokasi waktu yang tersedia pada stwktur
kurikulum.
2) Penggalan silabus kelompok program produktif ditetapkan
berdasarkan satuan kompetensi sesuai dengan prinsip
pembelajaran tuntas (mastery learning).
3) Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan,
dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru.
4) Silabus

harus

dikaji

dan

dikembangkan

secara

berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil


evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan
pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.

4. Komponen dan Format Silabus


a. Komponen Silabus
1. Identitas
Berisi identitas sekolah, bidang/program keahlian, standar
kompetensi,
pembelajaran,

mata

pelajaran,

kode

kompetensi kejuruan).

76

kelas/semester,

kompetensi

(khusus

durasi
untuk

2. Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan uraian fungsi dan tugas
atau pekerjaan yang mendukung tercapainya kualifikasi
peserta didik.
3. Kode kompetensi
Yang dimaksud dengan kode kompetensi adalah Kode
standar kompetensi yang merupakan identitas standar
kompetensi.

Kompetensi

kejuruan

menggunakan

kodefikasi yang terdapat pada SKKNI. Bagi mata


pelajaran yang belum memiliki kode standar kompetensi,
sekolah dapat mengembangkan model kodefikasi sendiri.
4. Kompetensi dasar
Kompetensi

dasar

tugas/kemampuan

untuk

merupakan

sejumlah

mendukung

ketercapaian

standar kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat


diamati.
5. Indikator
Indikator merupakan pemyataan yang mengindikasikan
ketercapaian kompetensi dasar yang dipersyaratkan,
dapat

diukur,

dan

durumuskan

dalam

kata

kerja

operasional.
6. Materi pembelajaran
Merupakan substansi pembelajaran utama yang berfungsi
menunjang pencapaian kompetensi dasar, mencakup
keseluruhan

ranah

kompetensi

(pengetahuan,

keterampilan dan sikap).


Materi pokok/materi pembelajaran dirumuskan mengacu
pada indikator pencapaian kompetensi/kriteria kinerja.

77

7. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan fisik dan atau
mental yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi
dengan sumber belajar untuk mencapai penguasaan
kompetensi dasar sesuai dengan indikator/kritena kinerja.
Kegiatan

pembelajaran

dirancang

secara

utuh

(komprehensip), sistematis dan berpusat pada peserta


didik.

Kegiatan

pembelajaran

disusun

dengan

mengintegrasikan aspek kecakapan hidup/kompetensi


kunci (untuk kompetensi kejuruan), keunggulan lokal dan
global, serta lingkungan hidup.
8. Penilaian
Penilaian merupakan proses membandingkan pencapaian
hasil belajar peserta didik dengan indikator pencapaian
kompetensi/kriteria kinerja.
Metode penilalan yang digunakan dalam bentuk tes dan
non

tes

disesualkan

dengan

karakteristik

indikator

pencapalan kompetensi/ kriteria kinerja dan kegiatan


pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
9. Alokasi waktu
Alokasi waktu adalah estimasi jumlah jam pembelajaran
yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar yang
dirinci ke dalam jumlah jam pembelajaran untuk tatap
muka (teori), praktik di sekolah.
10. Sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek danlatau bahan
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dapat

78

berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta


lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi

dan

kompetensi

pokok/pembelajaran,

kegiatan

dasar

serta

materi

pembelajaran,

dan

indikator pencapalan kompetensi/kriteria kinerja.

B. Metode Pembelajaran
Para desainer kurikulum dan para programmer pendidkan dan
pelatihan harus mengenal dengan baik dan menguasai, serta yang
paling penting mampu menggunakan dengan tepat berbagai metode
yang tersedia. Dalam mata diklat ini disajikan informasi penting
mengenai metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Metode-metode tersebut dapat dipilih dan digunakan metode: (1) Alur
Tindakan (action maze), (2) Curah Gagasan (Brainstorming), (3)
Kelompok sibuk (buzz groups), (4) Studi kasus (case study), (5)
Teknik Delphi (Delphi Technique), (6) Demonstrasi (demonstration),
(7) Diskusi (discussion), (8) Latihan (exercise), (9) Akuarium
(fishbowl), (10) Permainan (game), (11) Kotak surat masuk (inbasket), (12) Proses insiden (incident process), (13) Pemodelan
interaktif (interactive modeling), (14) Wawancara (interview), (15)
Kontrak pembelajaran (learning contracts), (16) Ceramah (lecture),
(17) Panel, (18) Pengajaran terprogram (programmed instruction),
(19) Pertanyaan

(questioning),

(20)

Membaca

(reading),

(21)

Permainan peran (role play), (22) simulasi (simulation), dan (23)


inkuairi.

Masing

memiliki

kelebihan

dan

kelemahan..

Metode

Pembelajaran Inkuiri merupakan metode yang menekankan kepada


pengembangan intelektual anak. Perkembangan intelektual menurut

79

Piaget

dipengaruhi

oleh

faktor,

yaitu

maturation,

physical

experience, social experience, dan equilibration.


Metode Pembelajaran Kooperatif (MPK) adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa/peserta diklat dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam MPK, yaitu:
(1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3)
adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya
tujuan yang harus dicapai.
Salah satu metode pembelajaran kelompok adalah metode
pembelajaran

kooperatif

(cooperative

learning-MPK).

MPK

merupakan metode pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini


menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk
digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama,
beberapa

basil

penelitian

membuktikan

bahwa

penggunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa


sekaligus

dapat

meningkatkan

kemampuan

hubungan

sosial,

menumbuhkan sikap menerima kekurangan din dan orang lain, serta


dapat meningkatkan harga din. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan
masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran
yang selama ini memiliki kelemahan.
Metode Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda

80

(heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap


kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok
mampu

menunjukkan

prestasi

yang

dipersyaratkan.

Dengan

demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan


positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dan setiap anggota kelompok. Setiap
individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi
untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki
kesempatan

yang

sama

untuk

memberikan

kontribusi

deini

keberhasilan kelompok.
MPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas
kooperatif

(cooperative

task)

dan

kooperatif

(cooperative

incentive

komponen
structure).

struktur
Tugas

insentif

kooperatif

berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama


dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif
kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu
untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif
dianggap sebagai keunikan dan pembelajaran kooperatif, karena
melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk
belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi
pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. Jadi, hal yang
menarik dari MPK adalah adanya harapan selain memiliki dampak
pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik
(student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti
relasi sosial, penerimaan terhadap peserta yang dianggap lemah,
harga diri, norma akadeinik, penghargaan terhadap waktu, dan suka
memberi pertolongan pada yang lain.

81

Metode pembelajaran ini bisa digunakan manakala: (1) Guru


menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual
dalam belajar, (2) Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya
siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam
belajar, (3) Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar
dan teman lainnya, dan belajar dan bantuan orang lain, (4) Jika guru
menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa
sebagai bagian dan isi kurikulum, (5) Jika guru menghendaki
meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi
mereka, (6) Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi
pemecahan.
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
Dalam

pembelajaran

kelompok,

keberhasilan

suatu

penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang


dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu
disadari

oleh

setiap

anggota

kelompok

keberhasilan

penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja


masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota
dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota
kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai
dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok.
Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok
tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang
tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan

82

kerja sama yang baik dan masing-masing anggota kelompok.


Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih,
diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk
menyelesaikan tugasnya.
2. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dan prinsip yang pertama.
Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap
anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota
harus

memberikan

yang

terbaik

untuk

keberhasilan

kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu


memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok.
Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian
kelompok harus sama.
3. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan
yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap
muka

saling

memberikan

informasi

dan

saling

membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan


pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok
untuk

bekerja

memanfaatkan
mengisi

sama,

menghargai

kelebihan

kekurangan

setiap

masing-masing

masing-masing.

perbedaan,

anggota,

Kelompok

dan

belajar

kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dan


budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akadeinik
yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal
utama dalam proses saling memperkaya antaranggota
kelompok.

83

4. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Coinmunication)


Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat
penting

sebagai

bekal

mereka

dalam

kehidupan

di

masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan


kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan
berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan
berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan
kemampuan

berbicara,

padahal

keberhasilan

kelompok

ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu


dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya,
cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat
orang lain secara santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan
gagasan

dan

ide-ide

yang

dianggapnya

baik

dan

berguna.

Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak


mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu,
guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap
siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas
empat tahap, yaitu: 1. penjelasan materi; 2. belajar dalam kelompok;
3. penilaian; dan 4. pengakuan tim.
1. Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian
pokokpokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam
kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman
siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru

84

memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang


harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam
materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini
guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat,
dan

tanya

jawab,

bahkan

kalau

perlu

guru

dapat

menggunakan demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat


menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses
penyampaian dapat lebih menarik siswa.
2. Belajar dalam Kelompok
Setelah

guru

menjelaskan

gambaran

umum

tentang

pokokpokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk


belajar

pada

kelompoknya

masing-masing

yang

telah

dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat


heterogen,

artinya

kelompok

dibentuk

berdasarkan

perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan


gender, latar belakang agama, sosial-ekonoini, dan etnik,
serta

perbedaan

kemampuan

akademik.

Dalam

hal

kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya


terdiri dan satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua
orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dan
kelompok kemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005).
Selanjutnya,

Lie

menjelaskan

beberapa

alasan

lebih

disukainya pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok


heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar
(peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini
meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis, dan
gender.

Terakhir,

kelompok

heterogen

memudahkan

pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang

85

berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu


asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam
tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing)
informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara
bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi
hal-hal yang kurang tepat.
3. Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis.
Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara
kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi
kemampuan

setiap

siswa;

dan

tes

kelompok

akan

memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil


akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi
dua. Nilai setiap kelompok memiliki niai sama dalam
kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai
bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja
sama setiap anggota kelompok.
4. Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang
dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk
kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan
dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat
memotivasi

tim

membangkitkan

untuk
motivasi

terus
tim

meningkatkan prestasi mereka.

86

berprestasi
lain

untuk

dan

lebih

juga

mampu

C. Metode Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and


Learning-CTL)
CTL adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan peserta secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta/siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep
tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa
untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks
CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah
dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi
pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan seharihari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di

87

otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka


dalam mengarungi kehidupan nyata.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya
apa yang akan dipelajari tidak terlepas dan pengetahuan yang
sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari
secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
c. Pemahaman

pengetahuan

(understanding

knowledge),

artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi


untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meininta
tanggapan

dan

yang

lain

tentang

pengetahuan

yang

diperolehnya dan herdasarkan tanggapan tersebut baru


pengetahuan itu dikembangkan.
d. Mempraktikkan

pengetahuan

dan

pengalaman

tersebut

(applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman


yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap Model
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai

88

umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan


suatu model.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap instruktur perlu
memahami tipe belajar dalam dunia peserta, artinya instruktur perlu
menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar peserta. Dalam
proses pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan sehingga
proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses pemaksaan
kehendak. Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan bagi setiap instruktur manakala menggunakan
pendekatan CTL.
a. Peserta dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar
seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang diinilikinya. Peserta adalah orang
dewasa dalam bentuk kecil- sebagai peserta diklat, melainkan
organisme

yang

sedang

berada

dalam

tahap-tahap

perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan


oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan
demikian, peran instruktur bukanlah sebagai penguasa yang
memaksakan kehendak melainkan sebagai pembimbing
peserta agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
b. Setiap peserta memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal
yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran peserta adalah
mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh karena
itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan
setiap

persoalan

yang

menantang.

89

Dengan

demikian,

instruktur berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang


dianggap penting untuk dipelajari oleh peserta.
c. Belajar bagi peserta adalah proses mencari keterkaitan atau
keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang
sudah diketahui. Dengan demikian, peran instruktur adalah
membantu

agar

setiap

peserta

mampu

menemukan

keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman


sebelumnya.
d. Belajar bagi peserta adalah proses menyempurnakan skema
yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema
baru (akomodation), dengan demikian tugas instruktur adalah
memfasilitasi

(mempermudah)

agar

peserta

mampu

melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.

Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam


proses pembelajaran, di bawah ini disajikan contoh penerapannya.
Dalam contoh tersebut dipaparkan perbandingan antara bagaimana
instruktur menerapkan pembelajaran dengan pola konvensional dan
dengan pola CTL.

D. Metode Pembelajaran Konvensional


Ciri-ciri penggunaan mmetode pembelajaran konvensional
a. Peserta disuruh untuk membaca buku tentang pasar.
b. Instruktur menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan
pokok-pokok materi pelajaran seperti yang terkandung dalam
indikator hasil belajar.

90

c. Instruktur memberi kesempatan

kepada

peserta

untuk

bertanya manakala ada hal-hal yang dianggap kurang jelas


(diskusi).
d. Instruktur mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah
disampaikan dilanjutkan dengan menyimpulkan.
e. Instruktur melakukan post-tes evaluasi sebagai upaya untuk
mengecek terhadap pemahaman siswa tentang materi
pelajaran yang telah disampaikan.
f.

Instruktur menugaskan kepada peserta untuk membuat


karangan sesuai dengan tema.

Dari model pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas,


maka tampak bahwa proses pembelajaran sepenuhnya ada pada
kendali instruktur. Peserta diberi kesempatan untuk mengeksplorasi.
Pengalaman belajar peserta terbatas, hanya sekadar mendengarkan.
Mungkin terdapat pengembangan proses berpikir, tetapi proses
tersebut sangat terbatas dan terjadi pada proses berpikir taraf rendah.
Melalui pola pembelajaran semacam itu, maka jelas faktor-faktor
psikologis peserta tidak berkembang secara utuh, misalnya mental
dan motivasi belajar peserta.

E. Metode Pembelajaran CTL


Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan
CTL instruktur melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di
bawah ini.
1.

Pendahuluan
a. Instruktur menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta
manfaat dan proses pembelajaran dan pentingnya materi
pelajaran yang akan dipelajari.

91

b. Instruktur menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.


c. Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah peserta.
d. Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi,
misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi tentang
perangkat pembelajaran (silabus dan RPP) ke SMA Negeri 1 ,
dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke SMK Negeri 1.
Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai
hal yang ditemukan di Sekolah-sekolah tersebut.
e. Instruktur melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus
dikerjakan oleh setiap peserta.

2. Inti Di Lapangan
a. Peserta melakukan observasi ke Sekolah sesuai dengan
pembagian tugas kelompok.
b. Peserta mencatat hal-hal yang mereka temukan di Sekolah
sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan
sebelumnya.
3. Inti Di Dalam Kelas
a.

Peserta mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan


kelompoknya masing-masing.

b.

Peserta melaporkan hasil diskusi.

c.

Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan


oleh kelompok yang lain.

4. Penutup
a. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi
sekitar masalah Silabus dan RPP sesuai dengan indikator
hasil belajar yang harus dicapai.

92

b. Instruktur menugaskan peserta untuk membuat laporan


tentang pengalaman belajar mereka dengan tema Perangkat
Pembelajaran.

F. Teknik Penilaian Hasil Belajar


Gagasan tentang penilaian telah mengalami perubahan penting.
Dalam pandangan yang baru, proses pembelajaran dan penilaian
merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Penilaian memberikan
informasi tentang pencapai penguasaan standar kompetensi dan
kompetensi dasar oleh peserta didik. Sementara itu, guru merancang
dan melaksanakan pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, melalui penilaian guru akan memperoleh informasi
tentang

bagaimana

seharusnya

guru

merancang/mendesain

pembelajaran dan bagaimana seharusnya peserta didik belajar.


Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instumen penilaian
hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. penilaian hasil belajar
oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan c.
penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik diakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan
perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan semestaer dan ulangan kenaikan tingkat.
Penilain hasil belajar menggunakan berbagai instrument, baik
tes maupun non-tes atau penugasan yang dikembangkan
sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran.

93

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan


untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan terhaap
semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama
dan ahlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaran
dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani olah raga, dan kesehatan.
Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada
kelompok ilmu, pengetahuan dan teknologi melalui ujian
sekolaha/madrasah

merupakan

penilaian

akhir

untuk

menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.


c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu,
pengetahuan dan teknologi dilakukan dalm bentuk ujian
nasional.

Terkait

dengan

pelaksanaan

ujian

nasional,

pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan


(BSNP) untuk menyelenggarakan ujian nasiona bekerja sama
dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan satuan pendidikan.

Perubahan kurikulum dan kurikulum yang berorientasi pada isi


pelajaran (content based curriculum) menjadi kurikulum yang
berorientasi

pada

kompetensi

(competency

based

curriculum)

memiliki konsekuensi terhadap berbagai aspek pembelajaran di


sekolah. Konsekuensi tersebut bukan hanya pada implementasi atau
proses pembelajaran, akan tetapi juga pada penetapan kriteria
keberhasilan. Pada tataran implementasi, misalnya perubahan terjadi
pada

proses

pembelajaran,

dan

94

proses

pembelajaran

yang

menekankan pada selesainya penyampaian pokok bahasan (isi


pelajaran) pada satu semester oleh siswa. Dengan demikian dalam
implementasi kurikulum guru dituntut untuk dapat menggunakan
Model dan metode pembelajaran yang bervariasi.
Dalam

penetapan

kriteria

keberhasilan,

kalau

kurikulum

sebelumnya kriteria ditetapkan oleh sejauh mana penguasaan siswa


terhadap materi pelajaran, sekarang dalam KTSP keberhasilan
ditentukan lebih dari itu, yaitu bagaimana materi pelajaran yang telah
dikuasai itu berdampak pada perubahan perilaku atau performance
siswa seharian.
Perubahan paradigma kurikulum tersebut, membawa implikasi
terhadap paradigma ke penilaian dengan menggunakan acuan
standar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan
kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun secara
praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan
apakah penguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah
berhasil dikuasai siswa atau belum.
Dalam

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan

dimana

implementasinya berdasarkan kompetensi, ada dua hal penting yang


harus dipahami tentang evaluasi.
Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral dalam suatu
proses pembelajaran. Artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai
kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran.
Mengapa demikian? Sebab evaluasi dalam konteks kompetensi
bukan hanya berorientasi pada hasil (product oriented) akan tetapi
juga pada proses pembelajaran (process oriented), sebagai upaya
memantau perkembangan siswa baik perkembangan kemampuan
maupun perkembangan mental dan kejiwaan.

95

Kedua, dalam konteks KTSP, evaluasi bukan hanya tanggung


jawab guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya
dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga mereka
memiliki

kesadaran

keberhasilarmnya

pentingnya

sendin

dalam

evaluasi

untuk

proses

memantau

pembelajaran

(self

evaluation). Dengan demikian siswa tidak lagi menganggap bahwa


evaluasi merupakan suatu beban yang kadang-kadang mengganggu
sikap mentalnya. Melalui self evaluation siswa akan menganggap
bahwa

evaluasi

adalah

sesuatu

yang

wajar

yang

haruss

dilaksanakan.
Dalam implementasi KTSP evaluasi harus mengacu pada kelas
pembelajaran atau disebut penilaian berbasis kelas. Penilaian
berbasis kelas memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu :
Pertama, Penilaian berbasis kelas merupakan bagian integral
dalam proses pembelajaran, artinya bahwa penilaian ini dilakukan
secara terus-menerus dalam setiap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar kelas, seperti
laboratorium atau di lapangan ketika siswa sedang melakukan proses
pembelajaran. Dengan demikian kegiatan evaluasi bukan merupakan
kegiatan yang terpisah dan proses pembelajaran.
Kedua, penilaian berbasis kelas, merupakan proses pengurupulan
informasi yang menyeluruh, artinya dalam penilaian berbasis kelas,
guru dapat mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi
yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif
siswa

seperti

menggunakan

tes,

maupun

evaluasi

terhadap

perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, dan evaluasi


terhadap produk atau karya siswa.

96

Ketiga,

basil

menetapkan

pengurupulan

tingkat

informasi

penguasaan

dimanfaatkan

kompetensi

baik

untuk
standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator basil belajar seperti


yang terdapat dalam kurikulum.
Keempat,

basil

pengurupulan

informasi,

digunakan

untuk

meningkatkan basil belajar siswa melalui proses perbaikan kualitas


pembelajaran agar lebib efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, minimal ada tiga manfaat yang ingin
dicapai oleh penilaian berbasis kelas:
b. Menjamin agar proses pembelajaran yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencapai kompetensi sesuai dengan ramburambu yang terdapat dalam kurikulum.
c. Menentukan berbagai kelemahan dan kelebihan baik yang
dilakukan siswa maupun guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Analisis kelemahan ini sangat berguna untuk
perbaikan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien.
d. Menentukan pencapaian kompetensi oleh siswa, apakah
siswa telah mencapai seluruh kompetensi yang diharapkan
atau belum; bagian kompetensi mana yang sudah berhasil
dikuasai siswa, dan bagian mana yang belum berhasil
dikuasai. Kesimpulan semacam ini sangat penting untuk
diketahui sebagai bahan pelaporan baik kepada siswa itu
sendiri, kepada orang tua, maupun kepada pihak lain yang
dianggap perlu dan terkait dengan sistem penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
Sebagai suatu proses, pelaksanaan penilaian berbasis kelas
harus terencana dan terarah sesuai dengan tujuan pencapaian
97

kompetensi.

Hakikat

penilaian

berbasis

kelas

adalah

untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan semata-mata sebagai


alat untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran. Oleh karena
itulah dalam proses pelaksanaannya, guru perlu memerhatikan
prinsip-prinsip: (1) motivasi, (2) validitas, (3) adil, (4) terbuka, (5)
berkesinambungan, (6) bermakna, (7) menyeluruh, dan (8) edukatif.

1.

Penilaian dengan Portofolio


Pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang

secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman peserta didik.


Semakin banyak pengalaman yang dilakukan peserta didik, maka
akan semakin kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka.
Bagaimana teknik melakukan monitoring terhadap hasil kerja dan
pengalaman peserta didik itu? Inilah yang dimaksud dengan penilaian
portofolio. Portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan karya peserta
didik yang disusun secara sistematis dan terorganisir sebagai hasil
dan usaha pembelajaran yang telah dilakukannya dalam kurun waktu
tertentu.
Melalui hasil karya tersebut guru dapat melihat perkembangan
kemampuan peserta didik baik dalam aspek pengetahuan, sikap
maupun keterampilan sebagai bahan penilaian. Hasil karya yang
dihasilkan bisa hasil karya yang dikerjakan di dalam kelas (artifacts),
atau bisa juga hasil kerja peserta didik yang di lakukan di luar kelas
(reproduction). Hasil karya peserta didik itu kemudian dinamakan
evidence.

Melalui

evidence

inilah,

peserta

didik

dapat

mendemonstrasikan unjuk kerja kepada orang lain baik tentang


pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

98

Penilaian portofolio memiliki beberapa manfaat di antaranya:


a. Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh
tentang perkembangan kemampuan peserta didik. Artinya
melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan
hanya sekadar pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan
keterampilan.
b. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang autentik.
Artinya, penilaian portofolio memberikan gambaran nyata
tentang kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Mengapa demikian? Sebab portofolio adalah dokumen asli
yang berisi tentang sekumpulan karya peserta didik. Melalui
dokumen itulah tergambarkan kemampuan peserta didik yang
sesungguhnya.
c. Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat
mendorong peserta didik pada pencapaian hasil yang lebih
baik dan lebih sempuma, peserta didik dapat belajar optimal,
tanpa merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan sebab penilaian
portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terusmenerus. Setiap hasil kerja peserta didik dimonitor dan diberi
komentar.
d. Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar
peserta didik, oleh sebab setiap respons peserta didik dalam
proses

pembelajaran

diberikan

reinforcement,

dengan

demikian peserta didik akan segera mengetahui kekurangan


dan kelebihan dan proses pembelajaran yang dilakukannya.
e. Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua peserta
didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran peserta
didik. Hal ini disebabkan setiap perkembangan peserta didik

99

yang digambarkan melalui hasil kerja peserta didik, orang tua


dimintai komentarnya. Dalam proses pelaksanaan evaluasi
dengan sistem penilaian portofolio terdapat beberapa prinsip
yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah; (1)
saling percaya, (2) keterbukaan, (3) kerahasiaan, (4) milik
bersama,

(5)

kepuasan

dan

kesesuaian,

(6)

budaya

pembelajaran, (7) refleksi, dan (8) berorientasi pada proses


dan hasil. Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan
dalam melaksanakan penilaian portofolio, yaitu :

2. Menentukan Tujuan Portofolio


Pembelajaran adalah suatu proses yang bertujuan. Apa yang
dilakukan guru dan peserta didik diarahkan untuk mencapai tujuan itu.
Oleh karena itulah tahapan pertama dalam pelaksanaan penilaian
portofolio adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Dengan
tujuan yang jelas dan terarah, akan memudahkan bagi guru untuk
mengelola pembel ajaran Beberapa hal yang sangat penting
sehubungan dengan penetapan tujuan portofolio dijelaskan berikut ini.
a. Dengan menggunakan portofolio, apakah tujuannya untuk
memantau proses pembelajaran (process oriented) atau untuk
mengevaluasi hasil akhir (product oriented) atau mungkin
keduanya.
b. Apakah tujuan penggunaan portofolio itu sebagai proses
pembelajaran atau sebagai alat penilaian?
c. Apakah

portofolio

itu

digunakan

untuk

memantau

perkembangan dan perubahan setiap siswa atau hanya


bermaksud untuk mengoleksi dan mendokumentasikan hasil
pekerjaan peserta didik.

100

d. Apakah portofolio digunakan untuk menunjukkan proses


pembelajaran yang sedang berlangsung kepada pihak tertentu,
misalnya kepada orang tua, atau koinite sekolah, dan lain
sebagainya.
Penentuan tujuan portofolio akan sangat membantu dalam
menentukan evidence siswa dan proses bagaimana evidence itu
diperoleh sebagai bukti bahwa peserta didik telah mencapai suatu
kompetensi sesuai dengan rumusan kurikulum.

3. Penentuan Isi Portofolio


Isi dan bahan portofolio mempakan tahapan berikutnya setelah
menentukan tujuan. Isi dalam portofolio harus dapat menggambarkan
perkembangan kemampuan siswa yang sesuai dengan standar
kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Misalkan
apabila tujuan penggunaan portofolio adalah kemampuan peserta
didik dalam membuat sebuah karangan, maka isi portofolio adalah
perkembangan kemampuan anak dan mulai mengembangkan ide
atau gagasan, menentukan tema, menyusun kalimat, menyusun
paragraf, dan seterusnya hingga penyusunan karangan secara utuh.
Untuk

menghasilkan

kompetensi

tersebut,

tentu

saja

proses

pembelajaran yang dilakukan guru harus sesuai dengan kompetensi


yang diharapkan. Peserta didik didorong untuk menghasilkan karya,
bukan hanya berperan sebagai penerima informasi dan guru.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan isi
portofolio di antaranya:
a. Apakah portofolio itu berisikan seluruh evidence peserta didik
sesuai dengan pengalaman belajar yang telah dilakukannya,
atau hanya berisi sebagian saja yang dianggap penting?

101

b. Apakah isi portofolio itu relevan dengan kompetensi yang ingin


dicapai sesuai dengan kurikulum?
c. Apakah portofolio itu berisi evidence peserta didik yang
dikerjakannya sendiri atau hasil kerja kelompok?

4. Menentukan Kriteria dan Format Penilaian


Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru
dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada
setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai
tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan.
Selanjutnya kriteria itu disusun dalam sebuah format penilaian yang
jelas.
Kriteria penilaian ditentukan dalam dua aspek pokok, yaitu kriteria
untuk proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses belajar
misalnya ditentukan kriteria penilaian dan aspek kesungguhan
menyelesaikan

tugas,

motivasi

belajar,

ketepatan

waktu

penyelesaian, dan lain sebagainya; sedangkan kriteria dilihat dan


hasil

belajar

disesuaikan

dengan

isi

yang

menggambarkan

kompetensi.

5. Pengamatan dan Penentuan bahan Portofolio


Tidak semua bahan (evidence) dimasukkan sebagai bahan
portofolio.

Portofolio

biasanya

hanya

memuat

evidence

yang

dianggap dapat mewakili dan menggambarkan suatu perkembangan


dan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum ditentukan
bahan mana yang dianggap dapat dimasukkan ke dalam portofolio,
terlebih dahulu perlu dilakukan pengamatan.

102

Pengamatan dan penentuan bahan sebaiknya dilakukan oleh guru


dan peserta didik secara bersama-sama. Peserta didik perlu dimintai
pertimbangan-pertimbangan serta alasan-alasannya bahan mana
yang harus dimasukkan. Hal ini penting untuk menjainin objektivitas
penilaian portofolio.

6. Menyusun Dokumen Portofolio


Langkah selanjutnya adalah menyusun bahan itu dalam dokumen
portofolio misalnya dalam bentuk folder yang dilengkapi dengan :
a. Identitas peserta didik
b. Mata pelajarari
c. Daftar isi dokumen
d. Isi dokumen beserta komentar-komentar baik dan guru
maupun orang tua.

7. Latihan
a. Ada beberapa langkah dalam mengembangkan rencana dan
program pembelajaran yang dituangkan dalam silabus, coba
Anda berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan langkahlangkah tersebut.
b. Prinsip-prinsip

yang

harus

dipegang

teguh

dalam

pengembangan rencana dan program pembelajaran juga


perlu ditepkan dalam kelompok kepala SMK dan SMA.
c. Coba buat contoh silabus untuk SMA bagi calon kepala SMA,
dan silabus SMK untuk calon kepala SMK.
d. Salah satu metode pembelajaran untuk melaksanakan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan adalah

103

metode inquiri. Coba Anda buat rencana tindak (action plan)


untuk menerapkan metode tersebut.

104

BAB V
PENILAIAN DAN MONITORING KTSP

A. Rencana Program Sekolah


Dalam Bab V ini diuraikan implementasi KTSP dalam bentuk
rencana program per tahun dan per semester, penyusunan jadwal per
semester, pelaksanaan monitoring oleh kepala sekolah, evaluasi
program pembelajaran, serta penyusunan laporan hasil pembelajaran
kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders) sekolah.
Rencana program adalah ketentuan umum bagaimana suatu
program akan dilaksanakan, inisalnya ketentuan yang akan dipakai
dalam pengelompokan murid. ketentuan tentang jumlah guru dan
tenaga administrasi sekolah sebagai pendukung, ketentuan tentang
persediaan barang, peralatan dan jasa yang diperlukan.
Fungsi perencanaan program ialah memberikan rincian tentang
apa, bagaimana, dan kapan program itu dilaksanakan. Di samping itu,
perencanaan juga berfungsi sebagai acuan bagi guru dalam
menyusun RPP dalam rangka melaksanakan kurikulum sekolah.

Gambar 5.1 Skala Tahun Anggaran


105

Secara khusus perencanaan program mencakup: (1) sasaran


program,

(2)

permasalahan

yang

dihadapi

(kelemahan

dan

kelebihan), (3) tujuan program, (4) rencana pelaksanaan, (5) biaya,


dan (6) evaluasi.
Kepala Sekolah dalam menyusun rencana program termasuk juga
menyusun perencanaan anggaran. Menurut Wahjosuinidjo (2001:
318), terdapat 5 aktivitas utama seorang Kepala Seko!ah pada awal
penyusunan anggaran mencakup: (1) menilai masyarakat, sekolah
dan kebutuhan peserta didik, permasalahan dan isu-isu penting, (2)
mengadakan identifikasi dan meninjau kembali tujuan dan prioritas,
(3) menjabarkan tujuan yang bersifat umum ke dalam pelaksanaan
pencapaian sasaran yang dapat diukur, (4) mengembangkan
strukturdan format program demi tercapainya sasaran, dan (5)
memberikan rekomenmdfasi dan seleksi, alternatif pembiayaan yang
paling efektif untuk pencapaian sasaran.
Akan

tetapi

Kepala

Sekolah

dapat

mengembangkan

perencanannya sendiri sendiri, terutama yang menyangkut rencana


jangka panjang. Dalam perencanaan sekolah, harapan dan cara
mengetahui

terpenuhi

atau

tidaknya

harapan

tersebut

dapat

dinyatakan dalam rumusan perencanaan. Rencana pengembangan


sekolah memerlukan tinjauan agak jauh sekitar tiga sampai empat
tahun ke depan, sedangkan anggaran hanya dirancang untuk satu
tahun. Perencanaan yang disusun harus mernpunyai dimensi jangka:
(1) panjang, meliputi 4 sampai 5 tahun, (2) menengah, meliputi skala
waktu antara 1 sampai 3 tahun, dan (3) pendek, meliputi masa
operasional sampai awal tahun berikutnya. yaitu 0 sampai 1 tahun.
Apakah setiap rencana selalu dikaitkan dengan anggaran? Hanya
perencanaan operasional jangka pendek yang perlu dikaitkan dengan

106

anggaran meskipun idealnya perencanaan jangka menengah juga


perlu

dikaitkan

dengan

perkiraan

anggaran.

Namun,

dengan

banyaknya ketidakpastian anggaran untuk sekolah negeri pada


dewasa ini, sekolh akan sulit membuat perkiraan anggaran yang
lebih dari setahun ke depan.
Rencana pengembangan dapat digambarkan sebagai bentangan
suatu pemandangan ke depan yang semakin jauh semakin tampak
kurang jelas. Di tahun yang akan datang, rencana jangka menengah
menjadi rencana jangka pendek, sedangkan yang jangka panjang
menjadi semakin jelas arah dan gambarannya. Dengan kata lain,
perencanaan tergantung pada dimensi waktu dan hanya rencana
operasional sajalah yang dapat tergambar jelas.
Permasalahannya adalah banyak perencanaan sekolah yang
harus terealisasi menurut tahun pelajaran tidak selalu sesuai dengan
tahun anggaran.
Diagram di atas menunjukkan bahwa perencanaan untuk tahun
pelajaran kedua sudah harus dimulai pada pertengahan tahun
anggaran ke-1. Hal ini berarti bahwa persyaratan keuangan harus
sudah selesai sebelum dimulainya tahun anggaran ke-2. Hal ini juga
berarti bahwa sekitar enam bulan pertama dari tahun anggaran ke-2
telah digunakan untuk tahun pelajaran sebelumnya.
Dari ilustrasi pada diagram di atas terlihat bahwa sekitar lima
bulan pertama dan tahun anggaran ke-2 (Januari-Desember), dana
telah sepenuhnya dipertaruhkan untuk tahun pelajaran sebelumnya.
Ketidaksesuaian ini mempengaruhi perencanaan operasional. Hal ini
akan membatasi keluwesan pengekiaran biaya dari tahun pelajaran
ke tahun pelajaran. Mengapa? Karena tujuh bulan pertama dari tahun
pelajaran yang baru dibiayai dari dana tahun anggaran yang ada.

107

Keadaan ini juga menyebabkan penyusunan anggaran semakin rumit.


Namun demikian, ada juga efek samping yang menguntungkan.
Keadaan tersebut dapat menjadi prisai terhadap dampak finansial
tiap

perubahan

yang

terjadi

dalam

tahun

pelajaran.

Secara

keseluruhan hal tersebut memang merisaukan. Hal itu dapat dihindari


bila tahun kalender, tahun pelajaran maupun tahun anggaran
bersamaan waktunya.

1. Perencanan Sekolah Berdasar Paradigma Baru


Paradigma baru yang digunakan dalam perencanaan sekolah
ialah MPMBS, yang menekankan perlunya otonomi dan partisipasi
semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Perencanaan ini diarahkan untuk peningkatan mutu sekolah dan
dilakukan oleh sekolah bersama unsur-unsurnya. Perencanaan
digunakan untuk kegiatan jangka pendek, menengah, dan panjang.
Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail aspekaspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana
dilaksanakan,

serta

berapa

biaya

yang

diperlukan

untuk

melaksanakan kegiatan tersebut.


Ditjen Dikdasmen (2001:44) menggambarkan alur pembuatan
rencana sekolah seperti berikut.

108

Gambar 5.2. Paradigma Perencanaan Sekolah

2. Anailsis SWOT
Analisis

SWOT

(Strength/kekuatan,

Weakness/kelemahan,

Opportunity/peluang, and Treath/ancaman) sering disebut analisis


KEKEPAN (Kekuatan, KElemahan, Peluang, ANcaman) dilakukan
untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dan keseluruhan
fungsi sekoah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat
kesiapan msing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka
analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap
109

fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Sebagai


contoh, dapat kita angkat fungsi PBM seperti di bawah ini.

Tabel 5.1. Analisis SWOT PBM


Fungsi dan
Faktor-faktornya
A.Fungsi PBM
1. Faktor Internal
a. .................
b. .................
c. .................

Kriteria
Kesiapan

Kondisi
Nyata

a.................
b.................
c.................

a.................
b.................
c.................

2. Faktor Internal
a. .................
b. .................
c. .................

a.................
b.................
c.................

a.................
b.................
c.................

Tingkat kesiapan Faktor


Siap
Tidak Siap

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Ancaman

Tingkat kesiapan harus memadai, artinya, minimal memenuhi


ukuran kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, yang
dinyatakan sebagai: kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal;
peluang bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedang tingkat
kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran
kesiapan, dinyatakan dengan arti: kelemahan, bagi faktor internal; dan
ancaman, bagi faktor yang tergolong eksternal. Bagi kelemahan dan
ancaman, sebagai faktor yang memiliki tingkat kesiapan kurang
memadai, disebut persoalan. Analisis SWOT dan kaitannya dengn
kesiapan fungsi dan faktor-faktornya seperti digambarkan dalam Buku
1 MPMBS (Ditjen Dikdasmen, 2001: 39).

B. Penyusunan Kegiatan Sekolah Per Tahun


Kegiatan sekolah merupakan implementasi pelaksanaan program
sekolah yang dilaksanakan oleh personel sekolah. Kegiatan sekolah
meliputi kegiatan bidang akademik maupun non akademik seperti:
1. Kegiatan Urusan Kurikulum yang meliputi:
110

a. Pembagian tugas guru


b. Pembagian jadwal pelajaran
c. Pembuatan program pembelajaran
1)

Program tahunan

2)

Program semester

3)

Alokasi waktu

4)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP)

5)

Rancangan mengajar

6)

Pembuatan bahan tes

d. Pelaksanaan program pembelajaran meliputi: (1) Kegiatan


tatap muka, (2) Kegiatan terstruktur, dan (3) Kegiatan
mandiri
e. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan:
(1) Ulangan harian, (2) Tugas pekerjaan rumah, (3) Karya
tulis, (4) Ulangan umum akhir smester, dan (5) Ujian Akhir
Nasional
f.

Kegiatan pengumpulan nilai hasil evaluasi pembelajaran

g. Kegiatan analisis pembelajaran yang meliputi kegiatan:


(1) Analisis hasi belajar, (2) Analisis proses, (3) Analisis
bahan tes, dan (4) Target kurikulum dan daya serap
h. Pelaksanaan supervisi kelas dan laboratorium
i.

Kegiatan perbaikan dan pengayaan

j.

Kegiatan pelajaran tambahan

k. Pendataan siswa berprestasi


2. Kegiatan urusan kesiswaan yang meliputi: (1) Penerimaan
siswa baru, (2) Masa Orientasi siswa, (3) Pendataan dan
penempatan

siswa,

(4)

Mutasi

siswa,

(5)

Pendataan

kehadiran siswa, (6) Pengesahan tata tertib sekolah, (7)

111

Pelaksanaan tata tertib sekolah, dan (8) Pembuatan program


OSIS
3. Kegiatan urusan sarana prasarana yang terdiri atas: (1)
Pengadaan

sarana

prasarana

pembelajaran

meliputi

pengadaan dan pemeliharaan: media pembelajaran seperti


Auidovisual,

laboratonium

IPA,

laboratorium

komputer,

laboratorium bahasa dan lain lain, (2) Pengadaan alat tulis


kantor, (3) Pengadaan alat-alat kebersihan sekolah, dan (4)
Pengadaan mebeler sekolah
Selain pengadaan sarana prasarana kegiatan pemeliharaan
sarana prasarana juga sangat penting di sekolah diantaranya
pemeiiharaan gedung sekolah, ruang kelas, mebeler sekolah dan
perkantoran, media pembelajaran, ruan laboratonium, kantin sekolah,
koperasi sekolah dan lain-lain

1. Pelaksanaan Program Sekolah


Dengan tersusunnya program sekolah yang disusun secara
bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, diharapkan dapat
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah melalul kegiatan-kegiatan
pendidikan di sekolah dalam rangka peningkatan kualitas sumber
daya manusia menyongsong era globalisasi yang akan datang.
Untuk melaksanakan program sekolah diperlukan prosedur atau
langkah-langkah kegiatan yang dapat mewujudkan program sekolah
yang telah disusun.
-

Mensosialisasikan program sekolah kepada guru, pegawai


sekolah, siswa dan orang tua siswa melaiui pertemuan formal,
rapat kerja sekolah.

112

Menyusun skala prioritas berdasarkan kondisi keuangan


sekolah dan sumber daya manusia yang ada di sekolah.

Pembagian tugas kepada setiap pelaksana atau penanggung


jawab program berdasarkan potensi/kemampuan masingmasing yang akan dilaksanakan.

Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk setiap


egiatan dalam rangka memantau tercapainya target/sasaran.

Membuat laporan tentang keterlaksanaan program sekolah,


sekaligus membuat catatan-catatan apakah ada kendala yang
dihadapi datam petaksanaan program sekolah tersebut dan
menentukan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
tersebut.

Menyusun program tindak lanjut dalam hubungan derigan


program sekolah yang akan datang.

Tabel 5.2. Program Kerja Sekolah Tahun Pelajaran 2008/2009


No

Nama Program

Peningkatan layanan
pendidikan yang berorientasi
pada keunggulan
Peningkatan mutu guru dalam
media Interaktif

3
4

6
7

Waktu
Pelaksanaan

Sumber
Dana

Target/
Sasaran
Peningkatan mutu
pembelajaran
Guru menguasai
penggunaan
Multimedia
Menjuarai setiap
musabaqh
Guru menjadi
penelili dalam
bidang pendidikan
Guru dapat
membuat tulisan

Peningkatan Iman dan Taqwa


siswa
Peningkatan kemampuan
menelili bagi guru
Peningkatan kemampuan
menulis bagi guru (dalam
rangka pengembangan
profesi guru)
Pembelajaran dengan
multimedia
Peningkatan kesejahteraan
Guru dan pegawal

Siswa kreatif dan


kritis
Peningkatan
kinerja

113

No

Nama Program

Peningkatan Jenjang
pendidikan guru

Kegiatan MGMP Seininar dan


pelatihan

Waktu
Pelaksanaan

Sumber
Dana

Target/
Sasaran
guru/pegawai
Peningkatan
Profesioanalisme
Guru
Peningkatan
Profesioanalisme
Guru

Tabel 5.3. Jadwal Kegiatan Sekolah untuk Tahun Pelajaran


2008/2009
No
1
2
3
4

5
6
7

10
11

12

13

14

Kegiatan
Jl Ag Sep Ok No Des Jan Feb Mar Ap Me Jun
Peningkatan
= =
=
=
=
=
=
=
=
=
= ==
layanan pendidikan
Peningkatan Nialai
= =
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
UAN dan raport
Peningkatan mutu
=
guru
=
Peningkatan Iman
= =
=
=
=
=
=
=
=
=
=
dan taqwa peserta
didik
=
Perluasan jaringan
= =
=
=
=
=
=
=
=
=
=
internet
=
Peningkatan
=
=
=
=
=
=
=
=
kemampuan guru
=
Kemampuan
=
=
=
=
=
=
=
peserta didik
membuat KI
=
Peningkatan
=
=
=
=
=
kegiatan paresiasi
seni
=
Peningkatan
=
=
=
=
=
=
=
=
=
kesejahteraan guru
dan pegawai
Pengadaan AC bagi
=
ruang belajar
=
Peningkatan
=
=
=
=
=
=
=
=
=
jenjang pendidikan
guru
=
Peningkatan
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
layanan konseling
individu dan
kelompok
=
Peningkatan kerja
= =
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Wakil Kepala
Sekolah
=
Peningkatan kinerja = =
=
=
=
=
=
=
=
=
=

114

No
15

16
17
18
19
20
21

22

23
24
25

Kegiatan
TAS
Pendalaman materi
UAN

Jl

Ag Sep Ok No Des Jan Feb Mar Ap Me Jun

Lomba Akademis
dan non Ak.
Studi Banding guru
ke sekolah lain
Studi tour siswa
tentang budaya
Studi tour sis
tentang IPTEK
Evalusi hasil belajar
Cawu I, II dan III
Evaluasi belajar
tahap akhir BETA
dan EBTANAS
Peningkatan
persentase siswa
masuk SLTA
unggulan
LDK OSIS dan MPK
Pembuatan taman
sekolah
Rapat Kerja Guru
dan Karwayan

=
=
=

=
=

=
=
=

Catatan : akan lebih baik kalau setiap bulannya di rinci ke dalam


minggu.

3. Penyusunan RAPBS
Dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah perlu dibuat rencana pemasukkan, rencana pengeluaran dan
penetapan APBS oleh yang berwenang melalui rapat kerja sekolah. Semua
pemasukan dan pengeluaran dana sekolah dibukukan dalam buku kas yang
mencakup mata anggaran untuk kepentingan belanja pegawai, belanja
barang, belanja alat tulis kantor belanja barang inventaris serta biaya
pemakaian telepon dan listrik.
Dalam penyusunan RAPBS dapat digunakan format yang terdiri dan
rencana pendapatan dan rencana belanja sekolah.

115

Tabel 5.4. Rencana Pendapatan dan Rencana Belanja Sekolah

Tabel 5.5. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS)


Tahun Pelajaran 2008 - 2009
Nama Sekolah :
Kecamatan :
NO

PENERIMAAN
PARTISIPASI ORANG
TUA SISWA
a. Siswa Kelas 1 : 60
orang
Rp. 30.000 x 60siswa x
12 bulan
b. Siswa Kelas 2 : 42
orang
Rp. 30.000 x 42 siswa
x 12 bulan
c. Siswa Kelas 3 : 45
orang
Rp. 30.000 x 45 siswa
x 12 bulan
d. Siswa Kelas 4 : 39
orang
Rp. 30.000 x 39siswa x
12 bulan
e. Siswa Kelas 5 : 34
orang
Rp. 30.000 x 34 siswa
x 12 bulan
f. Siswa Kelas 6 : 34
orang
Rp. 50.000 x 34 siswa
x 12 bulan

BESARNYA
(Rp)

NO
I

36.000.000
1
25.200.000

1.1

PENGELUARAN /
BELANJA
Pemeliharaan dan
Pengadaan Sarana
dan
Prasarana
Pemeliharaan

1.2

Perbaikan ruang
belajar / kelas
Pengecatan

1.3

Perbaikan atap

1.4

Perbaikan WC /
Kamar Mandi
Perbaikan pintu /
jendela
Perbaikan Pagar
Sekolah
Perbaikan meubelair

BESARNYA
(Rp)

3.000.000
600.000

27.000.000

496.500

23.400.000

1.5
1.6

20.400.000

1.7

1.500.000
834.000
500.000
1.000.000

1.8

Penataan lingkungan,
taman sekolah dan
keamanan

1.500.000

30.600.000

9.430.500
2

116

Pengadaan

NO

PENERIMAAN

BESARNYA
(Rp)

NO
2.1
2.2
2.3
2.4

2.4
2.5
2.6
2.7
2.8

II

Peningkatan
Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM)

Penyelenggaraan
ulangan harian, tes,
ujian
Tes Semester
Ulangan Harian
Uji Mutu Pendidikan /
UMP
Tes Kemampuan
Dasar / TKD
Latihan Ujian
Ujian Akhir Sekolah

1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
2
2.1
2.1
2.3

117

PENGELUARAN /
BELANJA
Dokumentasi Sekolah
Pengadaan alat
kebersihan
Pengadaan meja dan
bangku muirid
Pengadaan
meja/kursi kepala
sekolah
pengadaan
meja/kursi guru
Pengadaan Lemari
kantor
Pengadaan lemari
kelas
Pengadaan rak buku
Pengadaan papan
tulis

Pengadaan
pendukung KBM
Pengadaan buku
pedoman Guru
Pengadaan buku
pelajaran pokok
Pengadaan buku
kurikulum

BESARNYA
(Rp)
300.000
600.000
3.000.000

1.000.000
500.000
400.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
8.800.000

8.340.000
1.688.000
612.000
322.500
1.224.000
6.120.000
18.306.500

1.168.000
9.369.000
1.000.000

NO

PENERIMAAN

BESARNYA
(Rp)

NO
2.4

2.5
2.6
2.7
2.8

III
1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11
12
13

IV

118

PENGELUARAN /
BELANJA
Pengadaan bahan,
buku perpustakaan
majalah / surat kabar
Pengadaan alat
peraga
Pengadaan alat
olahraga
Pengadaan alat seni
Pengadaan
Penghargaan siswa
berprestasi
Pembinaan
Kesiswaan
Penyelenggaraan
lomba mata pelajaran
Penyelenggaraan
siswa teladan
Penyelenggaraan
Olimpiade INIPA
Penyelenggaraan
lomba Calistung
Penyelenggaraan
PORSENI
Pembinaan tata
upacara
bendera/LTUB
Kegiatan pramuka
Pembinaan
keagamaan
Kegiatan sanggar
belajar
Kegiatan UKS/ Dokter
kecil
Karyawisata/kegiatan
akhir tahun pelajaran
Kegiatan/kunjungan
sosial
Peringatan hari
bersejarah nasional
Pembinaan
Peningkatan
Kegiatan Personil

BESARNYA
(Rp)
1.948.000

500.000
434.000
434.000

3.336.000
18.189.000

1.668.000
1.264.000
1.168.000
2.336.000
1.668.000

834.000
1.668.000
4.170.000
834.000
1.168.000
1.468.000
834.000
834.000
19.914.000

NO

PENERIMAAN

BESARNYA
(Rp)

NO
1

5
6
V
1
1.1
1.2
1.3

1.4
1.5

BESARNYA
(Rp)

55.800.000

1.500.000

Pembinaan mutu dan


kegiatan tenaga
kependidikan

3.000.000

Penyelenggaraan
K3S,KKG,KKG PAI,
KKG OR

2.000.000

Penyelenggaraan /
kegiatan Gugus
Rekreasi
Rumah Tangga
Sekolah
Langganan daya
dan jasa
Langganan listrik
Langganan telepon
Biaya
penyelenggaraan
rapat-rapat
Biaya dapur sekolah
Biaya penanganan
sampah

972.000
3.300.000
66.572.000

1.500.000
1.200.000

1.400.000
2.200.000
240.000
6.540.000

Pengadaan

2.1
2.2

Alat tulis kantor


Adininistrasi
kesiswaan
Adininistrasi sekolah,
kelas, guru
Buku tulis, kapur
tulis,pensil, bahan
praktikum

3.200.000

Pemotretan
Penjaringan/ suntikan

1.380.000
1.080.000
11.518.000

2.3
2.4

2.5
2.6

119

PENGELUARAN /
BELANJA
Honorarium guru dan
tenaga kependidikan
honorer / wiyata
bhakti
Transportasi
penyelenggaraan
seininar,rapat
rapat dinas

1.600.000
1.200.000
3.300.000

NO

PENERIMAAN

BESARNYA
(Rp)

TOTAL PENERIMAAN

162.600.000

NO

PENGELUARAN /
BELANJA

BESARNYA
(Rp)

TOTAL
PENGELUARAN

159.270.000

Mengetahui :
Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Kecamatan

Ketua Yayasan

Kepala Sekolah

..

4. Kalender Pendidikan
Setiap satuan pendidikan dapat menyusun dan menetapkan
kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
pendidikan, pembelajaran berbasis kompetensi, karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut.
a. Kalender pendidikan/kalender akadeinik mencakup permulaan
tahun ajaran, ininggu efektif belajar, waktu pembelajaran
efektif, dan hari libur.
b. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan
berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
c. Hari libur dapat berbentuk jeda tengah semester selamalamanya satu ininggu dan jeda antar semester
d. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional dan/atau Menteri Agama dalam hal yang
terkait

dengan

hari

raya

keagamaan,

Kepala

Daerah

Kabupaten/Kota. Organisasi penyelenggara pendidikan dapat


menetapkan hari libur khusus.

120

e. Pemerintah
menetapkan

Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
hari

libur

serentak

untuk

dapat

satuan-satuan

pendidikan.
f.

Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun


oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi
waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi
dengan

memperhatikan

ketentuan

dari

Pemenintah/pemerintah daerah.
Alokasi waktu minggu efektit belajar, waktu libur dan kegiatan
lainnya tertera pada tabel berikut
Tabel 5.6. Alokasi Waktu

121

C. Evaluasi Program Pembelajaran


Program pembelajaran yang telah dilakukan harus dievaluasi
dengan memperhatikan hal-hal berikut : (1) standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan

peserta

didik

dari

satuan

pendidikan;

(2)

standar

kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran


atau kelompok mata pelajaran; (3) kompetensi lulusan untuk mata
pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan membaca dan
menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan; (4) kompetensi
lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5) standar
kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut; (6) standar kompetensi lulusan pada satuan
pendidikan
kecerdasan,

menengah

umum

pengetahuan,

bertujuan

kepribadian,

untuk
ahklak

meningkatkan
mulia,

serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih


lanjut; (7) standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
Dalam melalukan penilaian terhadap program pendidikan perlu
memperhatikan standar penilaian pendidikan berikut :
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh
Pemerintah.

122

1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik


Penilaian

hasil

berkesinambungan

belajar
untuk

oleh

pendidik

memantau

dilakukan

proses,

secara

kemajuan,

dan

perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah


semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian ini digunakan untuk: (1) menilai pencapaian kompetensi
peserta didik, (2) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar;
dan (3) memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:
(1) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; serta (2) ujian,
ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.

Penilaian

hasil

belajar

kelompok

mata

pelajaran

ilmu

pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan,


dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang
dinilai
Penilaian

hasil

belajar

kelompok

mata

pelajaran

estetika

dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap


untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik
peserta didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan melalui: (1) pengamatan
terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan
psikomotorik dan afeksi peserta didik, dan (2) ulangan, dan/atau
penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah BSNP menerbitkan panduan
penilaian untuk: (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

123

mulia,

(2)

kelompok

mata

pelajaran

kewarganegaraan

dan

kepribadian, (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan


teknologi, (4) kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) kelompok
mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2. Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan


Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai
pencapaian

standar

kompetensi

lulusan

untuk

semua

mata

pelajaran.Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada


kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran

kewarganegaraan

dan

kepribadian,

kelompok

mata

pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga,


dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Penilaian akhir mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik
oleh pendidik. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran
pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui
ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan.
Untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah, peserta didik
harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas
ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan

124

3. Penilaian Hasil belajar oleh Pemerintah


Penilaian ini bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam
bentuk ujian nasional.
-

Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan


akuntabel.

Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan


sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran.

Hasil

ujian

nasional

digunakan

sebagai

salah

satu

pertimbangan untuk:
o

pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;

dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;

penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau


satuan pendidikan;

pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan


pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu
pendidikan.

Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan


menengah dan pendidikan jalur nonformal kesetaraan berhak
mengikuti

ujian

nasional

dan

berhak

mengulanginya

sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.


-

Setiap peserta didik wajib mengikuti satu kali ujian nasional


tanpa dipungut biaya.

Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian


nasional setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
BSNP.

125

Peserta ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil


ujian nasional yang diterbitkan oleh satuan pendidikan
penyelenggara Ujian Nasional.

D. Ujian Nasional

1. Materi yang Diujikan


-

Pada jenjang SD/INI/SDLB, atau bentuk lain yang sederajat,


Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Pada program paket A, Ujian Nasional mencakup mata


pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan
Kewarganegaraan.

Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang


sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa
Indonesia,

Bahasa

Inggris,

Matematika,

dan

Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA).


-

Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup mata


pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, Ujian


Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang
menjadi ciri khas program pendidikan.

126

Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup mata


pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan
mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan.

Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat,


Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran kejuruan
yang menjadi ciri khas program pendidikan.

2. Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada
pendidikan dasar dan menengah setelah :
-

Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

Memperoleh nilai ininimal baik pada penilaian akhir untuk


seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok
mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan;

Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok matapelajaran


ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

Lulus Ujian Nasional.

E. Peningkatan Mutu Program Pendidikan


Secara umum mutu mengandung makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang
maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam
konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada
proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan"
yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif,

127

afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan


guru), sarana sekolah, dukungan adininistrasi dan sarana prasarana
dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan
berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam
interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan
sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks
kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang
akadeinis

maupun

yang

non-akadeinis

dalam

suasana

yang

mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks "hasil


pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2
tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau
hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test
kemampuan akadeinis. Dapat pula prestasi di bidang lain seperti
prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan
tertentu inisalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan
prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang
(intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati,
kebersihan, dsb.
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling
berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah,
maka mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu
oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap
tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus
selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan
kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality
improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab

128

akhirnya adalah pada hasil yang dicapai . Untuk mengetahui


hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah ' terutama yang menyangkut
aspek

kemampuan

akadeinik

atau

"kognitif"

dapat

dilakukan

benchmarking (menggunakan titik acuan standar). Evaluasi terhadap


seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada
patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstrakurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan
dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan
tahun berikutnya.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya
perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil.
Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat
input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi
bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti
penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya,
penyediaan

sarana

pendidikan,

pelatihan

guru

dan

tenaga

kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (


sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu
sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang
diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek,
1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan
(sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan
industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macrooriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya,
banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi
atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).
Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan

129

permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara


utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Diskusi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa
pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan
faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor
proses pendidikan..Input pendidikan merupakan hal yang mutlak
harus ada dalam batas - batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan
dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school
resources are necessary but not sufficient condition to improve
student achievement). Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit
pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman
potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang
beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya,
maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan
perannya

untuk

mengupayakan

peningkatan

kualitas/mutu

pendidikan. hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan


berbagai keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur
dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan
kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar mutu tetap
terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka
harus ada standar yang diatur dan disepakati secara secara nasional
untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu
tersebut (adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong
munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu
pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai
institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini,
kemudian
pendidikan

dikenal

dengan

berbasis

manajemen

sekolah

130

peningkatan

(School

Based

mutu
Quality

Management) atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan


(developmental) disebut School Based Quality Improvement.
Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah,
masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing masing

ini,

berkembang

didasarkan

kepada

suatu

keinginan

pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif


dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan
melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus
mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro
pendidikan serta memahami kindisi lingkunganya (kelebihan dan
kekurangannya) untuk kemudian melaui proses perencanaan, sekolah
harus memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk
program - program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi
oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya
masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun
berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mendiri tetapi masih
dalam kerangka acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan
penyediaan input yang memadai, memiliki tanggung jawab terhadap
pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.

1. Pengertian Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah


Bervariasinya

kebutuhan

siswa

akan

belajar,

beragamnya

kebutuhan guru dan staf lain dalam pengembangan profesionalnya,


berbedanya lingkungan sekolah satu dengan lainnya dan ditambah
dengan harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang
bermutu bagi anak dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh
tenaga bermutu, berdampak kepada keharusan bagi setiap individu

131

terutama

pimpinan

kelompok

harus

mampu

merespon

dan

mengapresiasikan kondisi tersebut di dalam proses pengambilan


keputusan.

Ini

memberi

keyakinan

bahwa

di

dalam

proses

pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan mungkin


dapat dipergunakan berbagai teori, perspektif dan kerangka acuan
(framework) dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat
terutama yang memiliki kepedulian kepada pendidikan. Karena
sekolah berada pada pada bagian terdepan dari pada proses
pendidikan, maka diskusi ini memberi konsekwensi bahwa sekolah
harus menjadi bagian utama di dalam proses pembuatan keputusan
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sementara, masyarakat
dituntut partisipasinya agar lebih memahami pendidikan, sedangkan
pemerintah

pusat

berperan

sebagai

pendukung

dalam

hal

menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan.


Strategi ini berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan
sekolah yang selama ini kita kenal. Dalam sistem lama, birokrasi
pusat sangat mendominasi proses pengambilan atau pembuatan
keputusan pendidikan, yang bukan hanya kebijakan bersifat makro
saja tetapi lebih jauh kepada hal-hal yang bersifat mikro; Sementara
sekolah cenderung hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut
yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan
Sekolah, dan harapan orang tua. Pengalaman menunjukkan bahwa
sistem lama seringkali menimbulkan kontradiksi antara apa yang
menjadi

kebutuhan

dilaksanakan
Fenomena

di

sekolah

dalam

pemberian

dengan

kebijakan

proses peningkatan
kemandirian

yang

mutu

kepada

harus

pendidikan.

sekolah

ini

memperlihatkan suatu perubahan cara berpikir dari yang bersifat


rasional, normatif dan pendekatan preskriptif di dalam pengambilan

132

keputusan pandidikan kepada suatu kesadaran akan kompleksnya


pengambilan keputusan di dalam sistem pendidikan dan organisasi
yang mungkin tidak dapat diapresiasiakan secara utuh oleh birokrat
pusat. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya pemikiran
untuk beralih kepada konsep manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah sebagai pendekatan baru di Indonesia, yang merupakan
bagian dari desentralisasi pendidikan yang tengah dikembangkan.
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan
alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan
kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan
oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada
perbaikan proses pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa indikator
yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain
sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (ii)
sekolah memilki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah
memiliki kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan yang tinggi
dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya
termasuk siswa) untuk berprestasi, (v) adanya pengembangan staf
sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi) adanya
pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek
akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk
penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (vii) adanya komunikasi dan
dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat. Pengembangan
konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan
sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan
kaitannya

dengan

perencanaan,

inisiatif

tujuan

keseluruhan,

kurikulum

yang

kebijakan,

telah

strategi

ditentukan

oleh

pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya

133

perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala


sekolah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan
masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus
sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi
dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh
pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari
semua itu ditujukan kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan
pendidikan yang berkualitas/bermutu bagi masyarakat.
Dalam
tanggung

pengimplementasian
jawab

untuk

konsep

mengelola

ini,

dirinya

sekolah

memiliki

berkaitan

dengan

permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel


sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan
oleh pemerintah. Bersama - sama dengan orang tua dan masyarakat,
sekolah

harus

membuat

keputusan,

mengatur

skala

prioritas

disamping harus menyediakan lingkungan kerja yang lebih profesional


bagi guru, dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta
keyakinan masyarakat tentang sekolah/pendidikan. Kepala sekolah
harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili
berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan
secara profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di
sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total
dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu
sendiri maupun sekolah lain. Ada empat hal yang terkait dengan
prinsip - prinsip pengelolaan kualitas total yaitu; (i) perhatian harus
ditekankan

kepada

proses

dengan

terus

menerus

mengumandangkan peningkatan mutu, (ii) kualitas/mutu harus


ditentukan oleh pengguna jasa sekolah, (iii) prestasi harus diperoleh
melalui pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv)

134

sekolah harus menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan,


keterampilan,

sikap

arief

bijaksana,

karakter,

dan

memiliki

kematangan emosional. Sistem kompetisi tersebut akan mendorong


sekolah untuk terus meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan
dapat memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri
setiap personel sekolah, khususnya siswa. Jadi sekolah harus
mengontrol semua semberdaya termasuk sumber daya manusia yang
ada, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih efisien sumber
daya tersebut untuk hal - hal yang bermanfaat bagi peningkatan mutu
khususnya. Sementara itu, kebijakan makro yang dirumuskan oleh
pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan dalam
rangka

menjamin

tujuan-tujuan

yang

bersifat

nasional

dan

akuntabilitas yang berlingkup nasional.

2. Strategi pelaksanan di tingkat sekolah


Dalam

rangka

mengimplementasikan

konsep

manajemen

peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi


aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya
termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap pendidikan
sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :
-

Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif,


akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai
aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan
keuangan.

Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa


kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah,
personil

sekolah,

kinerja

dalam

mengembangkan

dan

mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa

135

berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan,


maupun aspek lainnya.
-

Berdasarkan

analisis

tersebut

sekolah

harus

mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi,


misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang
berkualitas

bagi

siswanya

sesuai

dengan

konsep

pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal


penting

yang

perlu

diperhatikan

sehubungan

dengan

identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan


adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya
dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian
peningkatan mutu tersebut.
-

Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut


sekolah

bersama-sama

dengan

masyarakatnya

merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau


jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya. Program
tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah
ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari
strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan
datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup
indikator atau target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun
tersebut

sebagai proses peningkatan mutu

pendidikan

(misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu,


perolehan prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga,
dsb). Program sekolah yang disusun bersama-sama antara
sekolah, orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan
dimungkinkan berbeda antara satu sekolah dan sekolah

136

lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita dalam
mengimplementasian konsep manajemen ini adalah mutu
siswa, maka program yang disusun harus mendukung
pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum
nasional

yang

telah

ditetapkan,

langkah

untuk

menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa


yang akan menyampaikannya.

Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini


adalah kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas
untuk melaksankan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan
keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu
lebih penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa
untuk belajar. Kondisi ini mendorong sekolah untuk menentukan skala
prioritas dalam melaksanakan program tersebut. Seringkali prioritas
ini dikaitkan dengan pengadaan preralatan bukan kepada output
pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep
manajemen tersebut sekolah harus membuat skala prioritas yang
mengacu

kepada

program-program

pembelajaran

bagi

siswa.

Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus bukan sematamata

berdasarkan

pertimbangan

keuangan

melainkan

harus

merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut. Anggaran harus jelas


terkait dengan program yang mendukung pencapaian target mutu. Hal
ini memungkinkan terjadinya perubahan pada perencanaan sebelum
sejumlah program dan pendanaan disetujui atau ditetapkan.
-

Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu


satu tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah harus

137

membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka


panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas.
Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai
strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi
tujuan esensial, yaitu : (i) mampu mengidentifikasi perubahan
pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai
program sekolah dalam periode satu tahun, dan (ii)
keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan
tersebut harus menyakinkan guru dan staf lain yang
berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena
perubahan tersebut dirasakan harus melaksanakan total dan
segera) bahwa walaupun perubahan besar diperlukan dan
direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa,
tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk
melaksanakannya,

sementara

urutan

dan

logika

pengembangan telah juga disesuaikan. Aspek penting dari


strategi perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang
untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja
dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka
acuan perencanaan dan waktunya.
-

Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan


apakah program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan
sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu
siswa,

maka

kegiatan

monitoring

dan

evaluasi

harus

memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil


belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan
monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas

138

dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait


dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali
evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu,
oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi
lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan
selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di
masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus
dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan
mutu yang berkelanjutan.
Dalam hal penjaininan mutu beberapa hal berikut harus diperhatikan,
yaitu :
1. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal
wajib melakukan penjaininan mutu pendidikan.
2. Penjaininan mutu pendidikan bertujuan untuk memenuhi atau
melampaui Standar Nasional Pendidikan.
3. Penjaininan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap,
sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaininan
mutu yang meiniliki target dan kerangka waktu yang jelas.
4. Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang
agama mensupervisi dan membantu satuan pendidikan
keagamaan melakukan penjaininan mutu.
5. Pemerintah Provinsi mensupervisi dan membantu satuan
pendidikan yang berada di bawah kewenangannya untuk
meyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraannya dalam
melakukan penjaininan mutu.
6. Pemerintah Kabupaten/Kota mensupervisi dan membantu
satuan pendidikan yang berada di bawah kewenangannya

139

untuk meyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraannya


dalam melakukan penjaininan mutu.
7. BAN-S/M, BAN-PNF, dan BAN-PT memberikan rekomendasi
penjaininan mutu pendidikan kepada program dan/atau
satuan pendidikan yang diakreditasi, dan kepada Pemerintah
dan Pemerintah Daerah.
8. LPMP mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam melakukan
upaya penjaminan mutu pendidikan.
9. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (6), LPMP bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan
Perguruan tinggi.
10. Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan mutu
satuan pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur
pendidikan.
11. Penyelenggaraan satuan pendidikan yang tidak mengacu
kepada Standar Nasional Pendidikan ini dapat memperoleh
pengakuan dari Pemerintah atas dasar rekomendasi dari
BSNP.
12. Rekomendasi dari BSNP tersebut didasarkan pada penilaian
khusus.

140

GLOSARIUM

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang


sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Badan Standar Nasional Pendidikan yang disingkat BSNP
adalah badan mandiri dan independen yang bertugas
mengembangkan, memantau pelaksanaan dan mengevaluasi
standar nasional pendidikan.
Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pmbelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kerangka Dasar Kurikulum adalah rambu-rambu yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk dijadikan
pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
Keunggulan Lokal dan Global adalah potensi unggulan daerah
dan atau internasional dalam bentuk sumberdaya alam dan
sosial budaya (seni, produk, jasa, kerajinan, bahasa, teknologi,
dan lain-lain).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan.
Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
141

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan


bertindak secara konsisten pada perwujudan dari pengetahuan,
sikap dan keterampilan, yang dimiliki oleh peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
Standar Kompetensi Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh
mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik pada setiap
kelompok mata pelajaran yang mencakup kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika dan
jasmani, olahraga dan kesehatan.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diharapakan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester
untuk mata pelajaran tertentu.
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap tingkat dan/atau semester, standar kompetensi terdiri atas
sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus
dicapai dan berlaku secara nasional.
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang
harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
Pendidikan Kecakapan Hidup adalah pendidikan yang
memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha
mandiri.
Beban Belajar adalah rumusan satuan waktu yang dibutuhkan
peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran melalui
sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri
142

17.

18.

19.

20.

21.

22.

tidak terstruktur untuk mencapai standar kompetensi lulusan


serta kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat
perkembangan peserta didik.
Kegiatan Tatap Muka adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa proses interaksi antara peserta didik, materi
pembelajaran, pendidik dan lingkungan.
Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik
yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian
tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan
tatap muka. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur
ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk
kegiatan perbaikan, pengayaan dan percepatan.
Kegitan Mandiri Tidak Terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran
oleh peserta didik yang didisain oleh pendidik untuk menunjang
pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata
pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya
diatur sendiri oleh peserta didik.
Sistem Paket adalah penyelenggaraan program pendidikan
yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program
pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk
setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada
satuan pendidikan yang dimaksud.
Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan
program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri
beban belajar dan matapelajaran-matapelajaran yang diikutinya
setiap semester pada satuan pendidikan yang dimaksud.
Kalender Pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender
pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

143

23. Permulaan Tahun Ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan


pembelajaranpada awal tahun ajaran pada setiap satuan
pendidikan.
24. Minggu Efektif Belajar adalah jumlah minggu kegiatan
pembelajaran untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan
pendidikan.
25. Waktu Pembelajaran Efektif adalah jumlah jam pembelajaran
setiap minggu, meliputi jumlah pembelajaran untuk seluruh mata
pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk
kegiatan pengembangan diri.
26. Waktu Libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan
kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang
dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester,
jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur
keagamaan, hari libur umum (termasuk hari-hari besar nasional),
dan hari libur khusus.
27. Struktur Kurikulum merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan
pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Susunan mata
pelajaran tersebut terbagi dalam lima kelompok yaitu kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan
kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika; jasmani,
olahraga dan kesehatan.
28. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non-formal dan
informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
29. Kategori Standar adalah sekolah yang sedang berupaya
mencapai standar minimal berdasarkan delapan standar
nasional pendidikan.
30. Kategori Mandiri adalah sekolah yang berhasil mencapai batas
minimal delapan standar nasional pendidikan.
31. SKKNI adalah standar Kerja Nasional Indonesia

144

DAFTAR PUSTAKA

Agus Dharma.2007. Manajemen Sekolah. Edisi ke dua. Pusat Pendidikan


dan Pelatihan Pegawai Departemen Pendidikan Nasional.
Sawangan. Depok. Jawa Barat.
Dedi Supriadi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Adicita Karya
Nusa. Yogyakarta.
Hari Suderadjat. 2003. Pendidikan Berbasis Luas yang Berorientasi Pada
Kecakapan Hidup. Cipta Cekas Grafika. Bandung.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta.
Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi
keenam. Penerbit Erlangga. Ciracas. Jakarta.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarata.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen. Jakarta.
Wardiman Djojonegoro, Shofyanis, dan Watik Pratiknyo. 1998. Peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan dan
Kebudayaan. Balitbang Dikbud. Depdikbud. Jakarta.

145

Anda mungkin juga menyukai