BB Intervensi
BB Kontrol
Jumlah
Subyek
7
7
Rata-rata
Berat badan
43,71
47,13
Median
Modus
Min-Max
43
46
50
33-54
40-56
Std.
Deviasi
7,017
5,305
77
78
deviasi 7,017 dan modus pada kelompok ini tidak ada. Sedangkan nilai
rata-rata di kelompok kontrol 47,13 dengan nilai median 46, nilai
modus 50, nilai minimum-maksimum 40-56 dan standar deviasi 5,305.
2. Rata-rata berat badan setelah perlakuan/pemberian telur
5.2 Tabel Rata-rata berat badan setelah perlakuan
BB Inetrvensi
BB Kontrol
Jumlah
Subyek
7
7
Rata-rata
Berat badan
45,29
47,86
Median
Modus
Min-Max
44
47
47
35-55
40-56
Std.
Deviasi
6,800
5,398
paru
di
UPTD
Puskesmas
Cingambul
Kabupaten
79
Pair 1
InPreInPost
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
-1,571
0,535
0,202
95% Confidence
interval of the
difference
Lower
Upper
-2,066
-1,077
df
Sig. (2tailed)
-7,778
0,000
5.2 Pembahasan
5.2.1 Rata-rata berat badan sebelum perlakuan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penderita tuberkulosis
paru di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten Majalengka rata-rata berat badan
sebelum perlakuan pada subyek penelitian di kelompok intervensi sebesar 43,71
dan di kelompok kontrol 47,14. Dengan berat badan terendah di kelompok
80
dengan penyakit kronik termasuk tuberkulosis paru yang terjadi pada masyarakat.
Pada berbagai kelompok penyakit kronik dapat kita jumpai terjadi malnutrisi,
pada penyakit paru kronis bisa mencapai 45%.(13)
Malnutrisi
dapat
menyebabkan
immunodeficiency
sekunder
yang
meningkatkan kerentanan host terhadap infeksi. Pada pasien dengan TBC, itu
mengarah pada penurunan nafsu makan, nutrisi malabsorpsi, mikronutrien
malabsorpsi, dan metabolisme diubah mengarah ke pemborosan. Kedua,
malnutrisi protein-energi dan mikronutrien kekurangan meningkatkan risiko
TBC.(16) (17)
81
penurunan, biasanya ada kehilangan kedua lemak dan ramping (otot) jaringan,
dengan kehilangan bertahan selama beberapa bulan setelah mulai terapi anti-TB.(7)
82
83
bergizi dan seimbang dengan dikontrol asupan makanannya agar berat badan tidak
terus menurun.
5.2.2 Rata-rata berat badan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penderita tuberkulosis
paru di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten Majalengka rata-rata berat badan
setelah perlakuan pada subyek penelitian di kelompok intervensi yang dilakukan
pemberian telur selama satu bulan dengan mengkonsumsi 2 butir telur perhari
didapatkan rata-rata berat badan sebesar 45,29. Sedangkan pada kelompok kontrol
yang tidak dilakukan pemberian telur didapatkan rata-rata berat badan sebesar
47,86. Dengan berat badan terendah di kelompok intervensi 35 kg dan tertinggi 55
kg, sedangkan berat badan terendah dikelompok kontrol 40 kg dan tertinggi 56 kg.
84
massa
otot
dengan
memperhatikan
jenis
nutrisi
yang
85
86
87
88
Berbagai sumber protein dengan kualitas yang baik dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan protein yang meningkat untuk penyembuhan TB seperti
daging, ikan, telur, susu dan kedelai (protein). Perbaikan status gizi dapat terjadi
dengan meningkatnya asupan makanan diikuti dengan peningkatan berat badan,
IMT,LILA, Trceps, biceps dan kadar albumin. Hal ini akan memberikan hasil
pengobatan yang optimal. Kebutuhan energi dan protein yang tinggi disertai
89
Telur merupakan salah satu protein yang nilai biologis tinggi (sempurna),
asam amino lengkap dan mudah dicerna dimanan fungsi protein adalah sebagai
zat pembangun, pengganti sel-sel yang mati dan sebagai protein strukural, sebagai
bagian badan-badan inti, sebagai mekanisme pertahanan tubuh, sebagai zat
pengatur, sebagai sumber energi dan sebagai penyimpanan dan meneruskan sifatsifat keturunan dalam bentuk genes. (10)
Mengkonsumsi telur sebagai protein yang komplit dapat meningkatan masa
otot dilihat dari prinisp meningkatan berat badan. Pada penderita tuberkulosis
paru mengalami malnutrisi protein-energi, sehingga dengan mengkonsumsi telur
sebagai protein komplit dapat memperbaiki kondisi malnutrisi protein energi dan
meningkatkan masa otot.(7) Kemudian dengan memperhatikan kondisi status gizi
penderita tuberkulosis paru dapat meningkatkan proses penyembuhan.
Berdasarkan hasil penelitian Hobertina Y. Omkarsba dengan judul
penelitiannya tentang hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi
pasien tuberkulosis paru rawat inap RS dr. Ario wirawan Salatiga menjelaskan
dengan meningkatakan status gizi pada penderita TB paru perlu di perhatikan
Pemberian asupan makanan yang memiliki kandungan protein komplet atau
protein dengan nilai biologis tinggi dan
mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk
keperluan pertumbuhan. (9)
90
91
peningkatan berat badan yang rata-ratanya lebih tinggi dari kelompok kontrol.
Mengkonsumsi telur sebagai protein yang komplit dapat meningkatan masa otot
dilihat dari prinisp meningkatan berat badan, penderita tuberkulosis paru yang
mengalami malnutrisi protein-energi, sehingga dengan mengkonsumsi telur
sebagai protein komplit dapat memperbaiki kondisi malnutrisi protein energi dan
meningkatkan masa otot. Karena telur merupakan salah satu protein yang nilai
biologis tinggi (sempurna), asam amino lengkap dan mudah dicerna dimana
fungsi protein adalah sebagai zat pembangun, pengganti sel-sel yang mati dan
sebagai protein strukural, sebagai bagian badan-badan inti, sebagai mekanisme
pertahanan tubuh, sebagai zat pengatur, sebagai sumber energi dan sebagai
penyimpanan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.
Kenaikan rata-rata berat badan pada kelompok intervensi sebesar 1,58 kg
dan kelompok kontrol 0,72 kg setelah satu bulan penelitian di UPTD Puskesmas
Cingambul menujukan ada perbedaan peningkatan antara kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di Lubuk pakam
menunjukkan hal yang sama dengan peningkatan rata-rata berat badan pada
kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrolnya.
Hasil rata-rata kenaikan berat badan pada penelitian selama 1 bulan ini, bisa
ditarik kesimpulan bahwa dengan mengkonsumsi telur terutama protein sebagai
tambahan makanan dengan teratur dapat meningkatkan berat badan. Kemudian
apa bila ditunjang dengan asupan makanan yang bergizi selain protein akan
menghasilkan peningkatan status gizi yang lebih maksimal.
92
Hasil uji paired sample t-test dengan derajat kepercayaan yang digunakan
adalah 95% atau dengan alpha 0,05. Dengan nilai signifikasi yang dihasilkan dari
uji paired sample t-test sebesar 0,000 (p < 0,05). Nilai signifikansi 2 tailed (p
value) sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpa 0,05 sehingga dapat disimpulkan
Ho ditolak. Dengan demikian, uji menunjukkan adanya pengaruh pemberian telur
terhadap peningkatan berat badan penderita tuberkulosis paru.
Dengan hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian telur
terhadap peningkatan berat badan pada penderita tuberkulosis paru. Sehingga
dengan hasil tersebut maka peneliti dapat memberikan saran kepada penderita
tuberkulosis paru dalam proses penyembuhan penyakitnya dapat diikuti dengan
memperhatikan
asupan
makananya
sebagai
komponen
dalam
proses