Anda di halaman 1dari 7

Pedoman Perawatan Kesehatan Rongga Mulut Perinatal

Tujuan
American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) menyadari bahwa
kesehatan rongga mulut perinatal seperti halnya kesehatan rongga mulut bayi,
adalah satu fondasi dimana edukasi preventif dan perawatan gigi harus dibuat
sehingga dapat meningkatkan kesempatan anak agar bebas dari masalah penyakit
mulut selamanya. Menyadari bahwa dokter gigi, dokter umum, professional
kesehatan, dan komunitas organisasi harus terlibat sebagai tim agar tujuan ini
tercapai, AAPD menyediakan rekomendasi untuk kesehatan rongga mulut
perinatal, termasuk penilaian resiko karies, pedoman antisipasi, strategi preventif,
dan intervensi terapetik, untuk diikuti oleh kelompok kesehatan rongga mulut
perinatal dan pediatrik.
Metode
Dokumen ini merupakan perkembangan pedoman sebelumnya yang
diadopsi pada tahun 2009. Perkembangan ini berdasarkan tinjauan literatur dental
dan medis terakhir yang berhubungan degan perawatan kesehatan rongga mulut
perinatal. Penelitian anelektronik dilakukan menggunakan PubMed, dengan
parameter di bawah ini: Istilah: early childhood caries, perinatal, kesehatan
rongga mulut perinatal, dan early childhood caries prevention; selama 10
tahun terakhir, manusia, Inggris, dan percobaan klinis. Penelitian untuk tinjauan
dipilih daftar resultan dari 113 artikel dan dari referensi dalam artikel terpilih.
Ketika data tidak muncul dengan tepat, pedoman didasarkan oleh opini ahli
peneliti dan klinisi berpengalaman.
Latar Belakang.
Periode perinatal didefinisikan sebagai periode sekitar waktu kelahiran,
dimulai dengan selesainya minggu gestasi ke 20-28 dan berakhir di 1-4 minggu
setelah kelahiran. Kesehatan rongga mulut perinatal berperan penting pada

kesehatan dan keadaan keseluruhan wanita hamil. Juga penting untuk kesehatan
dan keadaan bayi baru lahir mereka. Banyak wanita tidak mencari perawatan gigi
selama kehamilan, dan orang yang mencari sering ditolak oleh dokter gigi untuk
mendapatkan perawatan. Banyak calon ibu tidak paham akan pengaruh kesehatan
rongga mulut yang buruk untuk dirinya, kehamilan mereka, dan/atau anak mereka
yang belum lahir. Penelitian berlanjut ditujukan untuk memperlihatkan hubungan
antara penyakit periodontal dengan hasil yang baik dalam kehamilan termasuk
melahirkan prematur, berat badan lahir bayi rendah dan preeclampsia. Selain itu,
ibu dengan kesehatan rongga mulut buruk dan bakteri kariogenik rongga mulut
tingkat tinggi beresiko lebih besar untuk menularkannya kepada anak mereka dan
meningkatkan resiko karies anak mereka pada usia awal. Karies gigi pada bayi
merupakan penyakit yang secara umum dapat dicegah. Menentukan ibu mereka
apakah beresiko tinggi untuk menularkan bakteri kariogenik pada anaknya dapat
meningkatkan kesempatan untuk intervensi preventif.
Tujuan utama perawatan kesehatan rongga mulut perinatal, mengenai
penularan karies, adalah mendapatkan jumlah bakteri kariogenik pada mulut calon
ibu lebih rendah, sehingga kolonisasi Streptococcus mutans (SM) bayi dapat
tertunda selama mungkin. Pemberian informasi edukasi dan terapi preventif dari
waktu ke waktu untuk orang tua ini dapat menurunkan insidensi early childhood
caries (ECC), mencegah kebutuhan rehabilitisi dental, dan meningkatkan
kesehatan rongga mulut anak mereka. Dokter umum, perawat, dan professional
pemberi kesehatan lain lebih sering bertemu calon ibu atau ibu baru dan anak
mereka dibandingkan dokter gigi. Oleh karena itu, penting bahwa penyedia
kesehatan ini sadar etiologi infeksi dan faktor resiko yang berhubungan dengan
karies dental dan ECC, membuat keputusan tepat mengenai intervensi efektif dan
berkala untuk wanita hamil, dan memfasilitasi peningkatan perawatan dental di
rumah.
Perawatan Kesehatan Rongga Mulut Perinatal
Karies dental

Karies dental adalah penyakit infeksi menular kronis umum yang berasal
dari bakteri spesifik yang menempel pada gigi, SM primer, yang memetabolisasi
gula untuk menghasilkan asam, dari waktu ke waktu mendemineralisasi struktur
gigi. SM dipertimbangkan sebagai indikator kelompok organisme bakterial
penting yang bertanggung jawab untuk karies dental. Kolonisasi SM pada bayi
dapat muncul semenjak waktu kelahiran. Kolonisasi signifikan muncul setelah
erupsi gigi sebagai mana gigi memberikan permukaan untuk menempel.
Permukaan lain dapat melindungi SM. Sebagai contoh, lekuk lidah merupakan
tempat ekologis penting untuk melidungi bakteri pada bayi.
Penularan vertikal SM dari ibu ke bayi telah dilaporkan. Genotip SM pada
bayi muncul identik pada sebagaimana yang muncul pada ibu dalam 17 laporan,
berkisar antara 24 sampai 100%. Makin tinggi tingkat SM saliva maternal, makin
tinggi resiko kolonisasi pada bayi. Keberhasilan penularan dan hasil kolonisasi
SM saliva ibu berhubungan dengan beberapa faktor termasuk pembesaran
inoculum, frekuensi inokulasi, dan dosis infektif minimum. Sejalan dengan
tingkat SM saliva maternal, kesehatan oral ibu, penyakit periodontal, frekuensi
mengudap dan status sosioekonomik juga dihubungkan dengan kolonisasi pada
bayi. Laporan menunjukan bahwa penularan horizontal (contoh penularan antara
anggota kelompok seperti saudura kandung seusia atau anak pada pusat
perawatan) muncul. Penelitian anak dengan EEC berat memperlihatkan bahwa
tidak ada genotip SM ditemukan pada mayoritas anak (74%).
Penilaian resiko karies dapat dilakukan untuk menentukan resiko relatif
pasien untuk karies dental. Tujuannya untuk mencegah penyakit dengan cara
mengidentifikasi dan meminimalkan faktor kausatif (contoh mikroba, kebiasaan
diet, akumulasi plak) dan faktor pelindung optimal (pemberian fluoride,
kebersihan rongga mulut, sealant). Penilaian resiko karies dapat membantu
identifikasi prediktor terpercaya dan profesional perawat kesehatan dapat
mengidentifikasi dan mengarahkan pasien berisiko tinggi. Penetapan awal
perawatan gigi di rumah memberikan kesempatan yang baik untuk menerapkan
praktik kesehatan rongga mulut preventif, termasuk penilaian resiko karies, dan

menurunkan resiko kondisi rongga mulut/dental yang dapat dicegah atau penyakit
untuk anak.
Pedoman antisipasi
Pedoman antisipasi untuk ibu dan atau pemberi perawatan dapat membantu
menunda onset dan menurunkan dampak kolonisasi SM bayi. Modifikasi
kebersihan rongga mulut ibu, diet dan penggunaan kloreksidin topikal dan/atau
flouride dapat membantu efek signifikan pada tingkat SM kemudian tingkat karies
bayi.
Rekomendasi
Rekomendasi kesehatan rongga mulut perinatal termasuk di bawah ini:
Edukasi kesehatan rongga mulut: Periode perinatal adalah waktu penting
untuk mengedukasi dan memberikan perawatan dental pada calon ibu. Kehamilan
memberikan kesempatan untuk mengedukasi wanita mengenai kesehatan rongga
mulut dengan memberikan teachable moment pada perawatan diri dan
perawatan anak di masa depan. Intervensi awal dan konseling selama periode
perinatal dari pemberi kesehatan (contoh dokter, dokter gigi, perawat) penting
untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut baik untuk bayi dan anak.
Kebersihan rongga mulut: penyikatan gigi dengan pasta gigi berfluoride
dan flossing oleh ibu penting untuk membantu makanan yang menyangkut dan
mengurangi tingkat bakteri plak. Tinjauan literatur sistematik memperlihatkan
hubungan antara penyakit periodontal dan resiko kehamilan yang meningkat,
termasuk melahirkan prematur, berat badan bayi lahir rendah dan preeclampsia.
Infeksi periodontal, dapat menjadi reservoir mediator inflamasi, dapat menjadi
ancaman untuk plasenta dan fetus yang dapat meningkatkan kelahiran prematur.
Ibu dengan periodontitis berat mempunyai tingkat prostaglandin tinggi pada
cairan crevicular gingival dan darah. Meningkatnya tingkat prostaglandin dapat
dihubungkan dengan kontraksi uterin yang mengawali kelahiran premature.
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa skeling dan root planning selama
kehamilan dapat mengurangi kelahiran prematur dan bayi lahir berat badan

rendah, penelitian acak terkontrol akhir-akhir ini tidak mendukung perawatan


penyakit periodontal selama kehamilan mencegah kelahiran prematur, membatasi
pertumbuhan fetal atau preeclampsia. Mengenai potensi untuk peningkatan
kesehatan rongga mulut untuk meningkatkan hasil kehamilan, data hubungan
antara pengalaman ibu dan anak dengan karies dental telah ditetapkan. Oleh
karenanya, pelayanan gigi komprehensif untuk wanita hamil harus tersedia
sehingga tidak hanya kesehatan oral dan umumnya yang terlindungi, tetapi juga
resiko karies anak menurun.
Efek kehamilan dapat secara negatif mempengaruhi tingkah laku kesehatan
rongga mulut pada wanita hamil. Nausea dan vomiting dapat mengawali
kemalasan menyikat gigi, menghasilkan tingkat karies lebih tinggi. Untuk wanita
hamil yang mengalami vomiting, membilas dengan segelas air berisi satu sendok
teh baking soda dan menunggu sejam sebelum menyikat dapat membantu
meminimalkan erosi gigi. Menggunakan pasta gigi berfluoride, mengunyah
permen karet tanpa gula atau mengandung xylitol, dan makan sejumlah kecil
makanan bernutrisi dalam hari-harinya dapat membantu meminimalkan resiko
kariesnya.
Diet: Komponen penting diet ibu harus didiskusikan secara keseluruhan.
Diet sehat penting untuk mendapatkan jumlah adekuat nutrisi untuk calon ibu dan
anak. Keinginan untuk makan dapat mengawali konsumsi makanan yang
meningkatka resiko karies ibu yang juga dapat mempengaruhi anaknya. Frekuensi
konsumsi substansi kariogenik dan hasil proses demineralisasi/remineralisasi juga
merupakan topik diskusi penting.
Fluoride: Penggunaan pasta gigi berfluoride dan pembilasan dengan obat
kumur tanpa alkohol mengandung 0.05% sodium fluoride sehari sekali atau
0.02% sodium fluoride dua kali sehari telah disarankan untuk membantu
mengurangi tingkat plak dan membantu remineralisasi enamel.
Pemberi perawatan kesehatan rongga mulut profesional: Perawatan gigi
profesional runtin untuk ibu dapat membantu mengoptimalkan kesehatan rongga
mulut. Semua wanita hamil harus mempunyai evaluasi rongga mulut, harus
dikonselingkan agar mempunyai kesehatan rongga mulut yang tepat, dan diajukan

untuk perawatan kesehatan rongga mulut preventif dan terapetik. Telah terlihat
tingkat saliva maternal SM secara signifikan berhubungan dengan kolonisasi SM
pada plak sebagaimana karies dental pada anak mereka. Penghilangan karies aktif
dengan restorasi struktur gigi yang ada penting untuk menekan reservoir SM
maternal dan mempunyai potensi untuk meminimalkan penularan SM pada bayi,
sehingga menurunkan resiko bayi untuk mengembangkan ECC. Waktu teraman
untuk melakukan perawatan dental selama kehamilan pada trimester kedua, atau
minggu ke 14-20. Resiko keguguran lebih rendah pada trimester kedua
dibandingkan pada trimester pertama, dan organogenesis telah selesai. Walaupun
trimester kedua biasanya optimal, perawatan gigi dapat dicapai dengan aman pada
waktu manapun selama kehamilan.
Pilihan perawatan dapat temasuk diagnosis x-ray, profilaksis dental,
perawatan periodontal, dan restorasi dengan pemberian anestetik lokal yang
mengandung epinefrin. Amalgam dapat dipertimbangkan sebagai bahan restorasi
pada wanita hamil. Tidak ada evidensi keluarnya merkuri dari restorasi amalgam
pada ibu yang menyebabkan efek terpaparnya fetal. Karena merkuri dapat keluar
selama pengeluaran dan penempatan restorasi amalgam yang dapat diserap ke
dalam aliran darah dan menembus plasenta, penggunaan rubber dam dan evakuasi
saliva ejector direkomendasikan. Antibiotik dan analgesik untuk merawat infeksi
dan mengontrol nyeri dapat diberikan. Kondisi akut, seperti nyeri dan
pembengkakan harus dirawat sedini mungkin. Keterlambatan perawatan penting
dapat menghasilkan resiko signifikan untuk ibu dan secara tidak langsung ke bayi.
Konsekuensi tidak merawat infeksi aktif selama kehamilan menghilangkan resiko
yang mungkin dihasilkan oleh medikasi paling dibutuhkan untuk perawatan gigi.
Karena posisi pasien, kenyamanan dipertimbangkan selama trimester ketiga. pada
kasus-kasus ini, perawatan elektif terkadang merupakan perawatan terbaik sampai
bayi dilahirkan.
Keterlambatan kolonisasi: Mengurangi reservoir SM maternal, mencegah
atau memperlambat penularan SM, dan memberikan praktek preventif untuk anak
dapat membantu memperlambat proses kolonisasi. Reservoir SM maternal dapat
ditekan dengan konseling diet, mengurangi frekuensi konsumsi karbohidrat

sederhana, menggunakan kloreksidin topikal dan/atau fluoride, menghilangkan


dan merestorasi karies aktif, dan mengunyah permen karet mengandung xylitol.
Evidensi menyarankan penggunaan permen karet mengandung xylitol (setidaknya
2 atau 3 kali sehari oleh ibu) mempunyai hasil signifikan pada penularan SM ibuanak dan menurukan tingkat karies anak. Penghindaran atau memperlambat
penularan SM didapatkan dengan mengedukasi tingkah laku ibu atau perawat anak
yang langsung menyalurkan saliva pada anak (contoh: menggunakan alat makan
bersama, membersihkan dot bayi dengan mulut). Usaha preventif rutin dilakukan
termasuk penyikatan gigi, mengoptimalkan pemberian fluoride anak dan
membatasi frekuensi konsumsi karbohidrat anak.
Rekomendasi Tambahan
AAPD merekomendasikan:
1. Seluruh pemberi kesehatan profesional yang melayani ibu hamil
memberikan edukasi mengenai etiologi dan pencegahan EEC. Konseling
kesehatan

rongga

mulut

dan

mengarahkan

agar

mendapatkan

pemeriksaan dan perawatan rongga mulut secara komprehensif selama


kehamilan terutama penting untuk ibu.
2. Kurikulum semua program medis, perawat dan kesehatan profesional
terkait harus termasuk edukasi pada kesehatan rongga mulut perinatal,
seperti etiologi infeksius EEC, metode penilaian resiko kesehatan rongga
mulut, pedoman antisipasi, dan kebutuhan penggunaan perawatan gigi di
rumah.
3. Orang tua/perawat anak menetapkan perawatan gigi di rumah untuk bayi
pada usia 12 bulan.
4. Legislator, policy makers maupun pihak ketiga lain harus mempunyai
edukasi

mengenai

kepentingan

intervensi

perinatal

agar

dapat

mendukung usaha untuk meningkatkan akses perawatan kesehatan


rongga mulut untuk wanita hamil, termasuk pelayanan berkala dan
komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai