Bayi Inkubator
Coas Christina dan coas Grelin sedang bertugas di ruang rawat bayi baru
lahir RSUD Dok II Jayapura. Didalam inkubator ada bayi yang baru dilahirkan
tadi pagi tampak terpasang infus dan oksigen, tampak sianosis. Christina berkata
kasihan ya.baru lahir sudah penuh selang. Grelin menambahkan ia tidak
seperti bayi-bayi lain yang menangis kuat, kata perawat dia lahir prematur dan
tidak menangis, hanya merintih itupun setelah diberi rangsang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Energi penting bagi berbagai aktivitas sel yang ditujukan untuk
mempertahankan hidup, misalnya sintesis protein dan transportasi aktif
menembus membran plasma. Sel-sel tubuh memerlukan pasokan O secara
terus-menerus untuk menunjang reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan
energi. CO yang dihasilkan oleh reaksi-reaksi tersebut harus dieliminasi oleh
tubuh dengan kecepatan yang sama dengan pembentukannya agar tidak
terjadi fluktuasi pH yang berbahaya (untuk mempertahankan keseimbangan
asam basa) karena CO menghasilkan asam karbonat. Inilah yang merupakan
sistem respirasi (pernapasan).
Sebagian besar orang menganggap bahwa pernapasan sebagai proses
menarik dan mengeluarkan napas. Namun, secara fisiologi pernapasan
memiliki makna yang lebih luas. Respirasi (pernapasan) merupakan
keseluruhan proses yang melibatkan pergerakan pasif O dari atmosfir
jaringan untuk menunjang metabolime sel, serta pergerakan pasif CO
selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke
atmosfir. Sistem pernapasan ikut berperan dalam homeostasis dengan
mempertukarkan O dan CO antara atmosfir dan darah. Darah mengangkut
O dan CO antara sistem pernapasan dan jaringan.
Oksigen
Sianosis
Tidak Menangis
1.3.3
1.3.4
1.4 MASALAH
1.4.1 Bayi yang baru lahir prematur, tidak menangis dan tampak sianosis.
1.5 PERTANYAAN
1.5.1 Mengapa bayi prematur saat lahir tidak menangis?
1.5.2 Mengapa bayi yang lahir prematur tampak sianosis?
1.6 HIPOTESA
1.6.1 Bayi lahir prematur saat lahir tidak menangis dan tampak sianosis
kemungkinan disebabkan karena bayi lahir belum pada waktunya.
1.7 ILMU PENGETAHUAN YANG DIPERLUKAN
1.7.1 Anatomi : Sistem respirasi
1.7.2 Histologi : Sistem respirasi
1.7.3 Fisiologi : Sistem respirasi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 ASPEK ANATOMI (8,9)
2.1.1 Sistem Pernapasan Atas
2.1.1.1 Hidung
Fungsi hidung adalah sebagai bagian utama sistem respirasi
dan sebagai alat pembau.
1. External nose (nasus externus)
Terdiri dari :
- Apex yaitu bagian yang bebas.
- Radix yaitu bagian yang melekat pada dahi.
- Dorsum nasi yaitu bagian yang terletak antara apex dan
radix.
3
sebacea
dan
kelenjar
keringat.
kelenjar-kelenjar
mucosa
dan
serous,
2.1.1.2 Pharynx
Panjang pharynx seluruhnya mulai dari basis cranii
sampai tepi bawah cartilago cricoidea adalah kira-kira 12 cm.
selanjutnya ke bawah menjadi oesophagus. Pharynx merupakan
saluran yang terdiri dari lapisan-lapisan otot dan jaringan
fibrous, dan dilapisi sebelah dalam oleh mucosa.
Pharynx berfungsi sebagai saluran bersama untuk
proses menelan dan bernapas, dan kedua saluran tersebut
bersilangan satu dengan yang lain di dalam pharynx. Ke
sebelah atas pharynx berhubungan dengan corpus ossis
sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis, serta ke bawah
menjadi oesophagus. Ke arah depan membuka ke arah cavitas
nasi dan cavitas oris serta larynx. Ke arah belakang
berhubungan dengan lamina prevertebralis fascia cervicalis dan
Mm. prevertebrales cervicales teratas. Ke arah samping,
pharynx berhubungan dengan processus styloideus dengan
Larynx
akan
terangkat
(terutama
oleh
M.
dibagi
menjadi
regio
respiratoria
(mukosa
11
12
Trachea
Tunika mukosa
Permukaan trachea dilapisi oleh epitel berderet silindris
dengan kinosilia dan sel goblet. Terdiri atas sel silindris
bersilia, sel goblet (sel piala mukosa), sel silindris dengan
13
2.2.1.12
jaringan
paru.
Selalu
berjalan
interlobular,
pulmonalis.
Bronchiolus
14
Bronchiolus respiratorius
Dilapisi oleh epitel selapis kubis bersilia sampai selapis
pipih. Muara alveoli sudah mulai ada, sehingga pertukaran gas
sudah mulai terjadi. Mempunyai sabut otot polos tetepi tidak
melingkari lumen, hanya tampak sebagai benjolan-benjolan
atau garis tebal yang terputus-putus karena di sela oleh muaramuara alveoli. Sabut elastis dan sabut retikuler tetap ada.
2.2.1.14
Ductus Alveolaris
Saluran berbentuk kerucut, berdinding tipis dilapisi oleh
epitel selapis pipih. Sabut otot polos hanya tampak seperti
titik-titik saja karena disela oleh muara alveoli yang sangat
15
Saccus Alveolaris
Ruangan multilokuler berbentuk seperti bunga, dibentuk
oleh beberapa alveoli. Tidak mempunyai otot polos, antara
alveolus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh septum
interalveolaris. Mempunyai sabut elastis untuk mengembang
kempiskan alveoli dan juga sabut retikuler untuk mencegah
over distensi dari alveoli.
2.2.1.16
Alveoli
Alveoli adalah ruang yang berbentuk heksagonal dengan
lubang besar untuk keluar masuknya udara. Mempunyai sabut
elastis, sabut retikuler, dan septum interalveolaris (mempunyai
lubang-lubang halus yang disebut alveolar pores untuk
menjaga keseimbangan tekanan antar alveoli). Sel-sel yang
terdapat pada septum interalveolaris adalah sel type I (sel
epitel permukaan), sel type II (septal sel), sel endotel dan
alveolar makrofag.
2.2.1.17
Pleura
Terdiri dari pleura parietalis yang melapisi rongga thorax
sampai
hilus
pulmonalis
dan
pleura
visceralis
yang
17
18
mengandung otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan
peka terhadap hormon dan zat kimia lokasi tertentu. Faktor-faktor ini,
dengan mengubah-ubah derajat kontraksi otot polos bronchiolus
mampu mengatur jumlah udara yang mengalir antara astmosfir dan
setiap kelompok alveolus.
Alveolus tempat pertukaran gas adalah suatu kantung udara
kecil, berdinding tipis, dan dapat mengembang yang dikelilingi oleh
kapiler paru. Paru memiliki struktur ideal untuk melaksanakan
fungsinya melalukan pertukaran gas. Sesuai dengan hokum Fick yang
menyatakan bahwa semakin pendek jarak yang ditempuh melewati
tempat difusi terjadi, semakin tinggi kecepatan difusi. Demikian juga,
semakin luas permukaan difusi, semakin tinggi kecepatan difusi.
Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat
mengembang, dan berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung
percabangan saluran pernapasan, dinding alveolus terdiri dari dua
jenis sel, yaitu :
1. Sel alveolus type 1
Bentuknya gepeng
dan
jaringan
padat
kapiler
paru
surfaktan
paru,
suatu
kompleks
yang
Mekanisme Pernapasan
Hubungan timbal-balik antara tekanan atmosfer, tekanan intraalveolus, dan tekanan intra pleura penting dalam mekanisme
pernapasan. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi
ke daerah bertekanan rendah yaitu menuruni gradient tekanan. Udara
mengalir masuk dari luar paru selama proses bernapas dengan
mengikuti penurunan gradien tekanan yang berubah berselang-seling
antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot-otot
pernapasan. Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada
ventilasi, yaitu :
1. Tekanan atmosfer
(barometik),
adalah
tekanan
yang
Siklus Respirasi
Siklus pernapasan yaitu, satu tarikan napas (inspirasi) dan satu
pengeluaran napas (ekspirasi). Sebelum pernapasan dimulai otot-otot
pernapasan melemas, tidak ada udara yang mengalir, dan tekanan
21
22
paru
menciut
dan
berkurang
volumenya,
tekanan
23
2.3.5
-
2.3.6
Transport Oksigen
1) Transport oksigen
- 1,5% terlarut di dalam plasma
- 98,5% terikat pada Hb
2) Disosiasi Hb-O2 dipengaruhi oleh :
- PO2 (terutama)
- pH (Bohr effect)
- PCO2
- Temperatur
- 2-3BPG
3) Transport carbon dioxside
- Sekitar 9 % terlarut dalam plasma
- Sekitar 13 % sebagai komponen carbamino (sebagian besar
terkombinasi dengan Hb)
-
HCO3
24
CO2
H2O
H 2 CO 3
+
H +
HCO3
HCO3
melalui reaksi
carbonic anhydrase.
2.3.7 Pertukaran Gas (O2 dan CO2)
Pertukaran O2 dan CO2 antara udara alveoli dan darah
merupakan proses difusi pasif dan mengikuti :
-
Hukum Dalton
Setiap gas yang terlarut mempunyai tekanan masing-masing
(tekanan parsial gas)
Hukum Henry
Jumlah gas yang terlarut dipengaruhi oleh tekanan partial dan
koefisien
kelarutan
gas
(CO2
lebih
mudah
terlarut
24x
dibandingkan O2)
2.3.8 Kontrol Pernapasan
Pusat pernapasan di belakang otak menentukan pola bernapas
ritmik. Bernapas, seperti denyut jantung, harus berlangsung dalam
pola siklik dan kontinu agar proses kehidupan dapat terus berjalan.
Otot jantung harus berkontraksi dan berelaksasi secara berirama untuk
secara bergantian mengosongkan darah dari jantung dan mengisinya
kembali. Demikian juga, otot-otot pernapasan harus secara berima
berkontraksi dan berlaksasi agar udara dapat masuk dan keluar paru
secara bergantian. Kedua aktivitas tersebut berlangsung secara
otomatis tanpa usaha sadar. Akan tetapi, mekanisme yang mendasari
dan kontrol terhadap kedua sistem ini sangat berbeda. Jantung mampu
menghasilkan iramanya sendiri melalui aktivitas pemacu intrinsik,
sedangkan otot pernapasan karena memrupakan otot rangka
25
26
frenikus dan saraf intercostalis. Badan sel dari serat-serat saraf yang
membentuk saraf-saraf tersebut terletak di corda spinalis.impuls yang
berasal dari pusat medulla berakhir di badan sel neuron motorik ini.
Pada
saat
diaktifkan,
neuron-neuron
motorik
ini
kemudian
27
globular,
dan
neuroendokrin
yang
berasal
dari
28
29
30
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan di atas maka kami dapat
menyimpulkan bahwa hal-hal yang dialami oleh bayi yang lahir secara prematur
ialah lahir dengan tidak menangis dan tampak sianosis.
Tangisan bayi pada saat lahir menandakan bahwa bayi memiliki sistem
pernapasan yang baik, kecepatan bernapas menunjukkan bahwa bernapas dimulai
oleh terpaparnya si bayi nmendadak ke dunia luar. Sedangkan pada bayi prematur
31
sering tidak awali oleh tangisan. Hal ini menandai bahwa sistem pernapasan bayi
tersebut belum sempurna khususnya pada organ paru-parunya, karena ukuran
alveolusnya masih sangat kecil yang menandakan bahwa surfaktan yang
dihasilkan sangat sedikit bahkan belum ada. Hal ini menyebabkan suatu kondisi
yang disebut sindrome gawat napas. Sebagaimana diketahui bahwa surfaktan
dalam jumlah yang adekuat adalah suatu zat yang dalam keadaan normal disekresi
ke alveoli dan yang menurunkan tegangan permukaan cairan alveoli. Surfaktan
juga berfungsi sebagai zat yang mencegah gagalnya alveolus untuk tetap
mengembang pada saat bayi mengeluarkan napas. Selanjutnya, alveolus tempat
pertukaran oksigen dan karbondioksida ini sulit mengembang kembali ketika
hendak mengambil udara dari luar. Hal inilah yang menyebabkan bayi prematur
sulit bernapas.
Keadaan minim O2 inilah yang menyebabkan bayi tampak sianosis,
dimana jumlah hemoglobin yang tidak terikat dengan O2 lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah hemoglobin yang berikatan dengan O2 .
BAB IV
KESIMPULAN
Dari landasan teori dan pembahasan pada kasus yang ada, maka dapat
disimpulkan bahwa adalah :
1. Bayi prematur sering tidak awali oleh tangisan karena sistem pernapasan bayi
tersebut belum sempurna khususnya pada organ paru-parunya terutama
ukuran alveolusnya masih sangat kecil sehingga surfaktan yang dihasilkan
sangat sedikit bahkan tidak ada, sehingga bayi mengalami kesulitan dalam
bernapas dan ditandai dengan tidak adanya tangisan pada saat bayi di
lahirkan.
2. Sianosis yang terjadi pada bayi prematur terjadi karena jumlah hemoglobulin
yang tidak terikat dengan O2 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
hemoglobin yang berikatan dengan O2 .
32
33