BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. UMUM
Perencanaan irigasi tambak didasarkan atas kelayakan teknis di lokasi perencanaan.
Selanjutnya perencanaan diarahkan pada efisiensi dan kemudahan operasional tambak
sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang maksimal. Selain itu hal-hal teknis yang
menyangkut tentang aliran air yang masuk dan keluar tambak harus diperhatikan agar
sirkulasi air bisa berjalan dengan baik dan kualitas air dalam tambak bisa terjaga.
Untuk mencapai sasaran akhir dari pekerjaan Review Desain dan UKL/UPL Tambak Muara
Pantuan di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka Konsultan telah menyusun suatu pendekatan
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut yaitu meliputi :
Survey pendahuluan dan Identifikasi permasalahan
Pengumpulan data primer dan sekunder
Perencanaan lay-out jaringan irigasi tambak
Analisis data hidrologi dan pasang surut
Perhitungan profil muka air
Perencanaan kebutuhan air tambak
Penentuan lay-out jaringan irigasi, petak tambak, kapasitas saluran pasok dan buang
serta keseimbangan air
Perencanaan konstruksi bangunan tambak
Gambar Desain
Rencana Anggaran Biaya
Dokumen Tender
III - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Orientasi Lapangan;
Pengukuran Pengikatan;
A. Orientasi Lapangan
(loop) tertutup;
Sudut poligon diukur dalan satu seri ganda (B-B-LB-LB);
Jarak poligon diukur dengan pita ukur baja dari dua arah (kemuka dan kebelakang);
Untuk kontrol hasil ukuran sudut akan dilakukan pengukuran Azimuth Matahari pada
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Dilaksanakan di sepanjang jalur poligon dengan mengukur beda tinggi antara 2 titik
Pengukuran akan dibagi atas beberapa seksi dimasa setiap berjumlah genap, panjang
Pengukuran beda tinggi tiap seksi akan dilakukan dari dua arah yaitu pergi dan
pulang, dimana pengukuran pergi dilakukan pada pagi hari sedangkan pengukuran
pulang dilakukan pada sore hari;
Sebelum dan sesudah pengukuran akan dilakukan pengecekan besarnya kesalahan
Dari setiap seksi akan diusahakan agar terpenuhi jumlah jarak ke arah muka sama
dengan jumlah jarak ke rambu belakang yang dilakukan dengan bantuan pita ukur
baja.
Edb = Edm
Edb = db1 + db2 + db3 + .....................................db2n
Edb = dm1 + dm2 + dm3 + ..................................dm2n
Keterangan :
db = jarak alat ke rambu belakang
dm = jarak alat ke rambu muka
n
= bilangan bulat
untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan, maka setiap pengukuran beda
tinggi slag diusahakan agar jarak alat ke rambu muka sama dengan ke rambu
belakang. Jika terdapat selisih antara jarak ke rambu muka dan rambu belakang, maka
pada slag berikutnya selisih tersebut akan dikembalikan. Sehingga pada slag terakhir
dapat dengan mudah mengatur kedudukan alat sehingga diperoleh.
Dalam pembacaan akan diusahakan agar bacaan benang tengah paling bawah tidak
akan kurang dari 0,5 meter dan bacaan tengah paling atas tidak boleh lebih besar dari
2,5 meter;
III - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Salah menengan sifat datar tidak boleh lebih besar dari (8D) mm dimana D adalah
kerangka pemetaan terhadap titik referensi menjadi jelas dan terjadi satu sistem
koordinat;
Pengukuran dilakukan dari titik referensi ke titik poligon kerangka yang terdekat,
Ditadah;
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Alat Ukur Sudut T-2 dalam 2 seri di pagi
Pengukuran dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran poligon, dan setiap
garis lurus yang saling sejajar dengan jarak 2 jalur raai 200 m;
Pengukuran posisi horizontal titik detail (X,Y) atau arah jalur raai diukur dengan
metode pengukuran poligon (poligon cabang) dengan menggunakan alat ukur sudut
Wild To (20), dan jarak diukur secara optis;
Pengukuran titik-titik detail pada jalur raai akan diukur dengan menggunakan alat
Pengukuran akan dilaksanakan pada rencana saluran, rencana tanggul, saluran yang
ada dan sungai.
a.
Pengukuran Penampang Memanjang
III - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Dilakukan dengan menggunakan alat ukur sipat datar otomatis Wild NAK-2
pada setiap jarak 100 m (bagian lurus) dan 25-50 m pada bagian tikungan;
Kedua ujung pengukuran diikat pada titik poligon utama. Letak titik profil
memanjang akan disesuaikan dengan rencana pengukuran profil melintang
dan pada lokasi perpotongan saluran;
Ketelitian sipat datar (8 D) mm, dimana D adalah jumlah jarak pengukuran
dalam satuan kilometer.
b.
Titik kontrol dibuat dari beton, diberi kode dan nomor dan dicor ditempat;
Gambar konstruksi titik kontrol pengukuran (BM) dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Pen Kuningan
40
Tulangan tiang
10
100
Sengkang 5 - 15
20
20
40
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
I.
J.
Mengkalibrasi alat yang akan dipakai dan penyiapan blangko data ukur;
III - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Bertujuan untuk meneliti sifat pasang surut melalui pengukuran langsung selama 20
hari terus menerus dilaut/ muara sungai dengan memakai papan baca/peilschaal atau
AWLR;
Pengamatan muka air dilakukan setiap 1 jam dan diamati oleh buruh lokal yang
terlatih;
Pengamatan pasang surut di saluran atau sungai dilakukan selama 26 jam pada pasang
Lokasi pengukuran sama dengan lokasi pengamatan muka air dan diukur pada kondisi
Penampang yang diukur pada lokasi pengukuran arus dan pengamatan muka air,
sedangkan untuk sungai yang besar akan diukur dengan echosounder dan lebarnya
dengan range finder atau cara segi tiga;
Pada saat pengukuran penampang dicatat tinggi muka air pada papan baca dan waktu
pengukuran.
III - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
saluran, kolam tambak dan sungai) pada kondisi spring tide dan neap tide;
Penelitian salintas air juga dilakukan pada kondisi muka air tertinggi dan terendah
mulai dari arah muara sungai/saluran terus ke hulu untuk mengetahui intrusi air asin.
F. Pengambilan Contoh Air dan Tanah Dasar
Pengambilan contoh air menggunakan botol sampel sedangkan tanah sedimen
serta waktunya;
Pengambilan contoh air di saluran dan sungai dilakukan pada saat pasang dan air
surut.
G. Pengumpulan Data Hidrologi
Data curah hujan harian maksimum dan bulanan;
Data iklim seperti temperatur, sinar matahari, kelembaban dan kecepatan angin;
Data-data tersebut diperoleh dari stasiun klimatologi yang letaknya terdekat dengan
lokasi studi;
Data yang diperoleh minimal selama 10 tahun terakhir;
Pengumpulan data mengenai banjir yang meliputi periode ulang, tinggi genangan dan
lama genangan berdasarkan informasi dari penduduk setempat atau bekas di pohon.
III - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
digunakan adalah Biconus sehingga akan diperoleh hasil dan perlawanan konus serta
nilal letaknya (local friction). Pengujian tersebut dilakukan pada setiap interval 20 cm
melalui pembacaan tekanan konus dan tekanan total yaitu tekanan konus ditambah
gaya gesek selimut konus.
3.
Pengambilan Contoh Tanah (Mechanical Properties)
Untuk mengadakan penelitian tanah laboratorium maka pengambilan contoh tanah
harus dilakukan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan parameter
tanahnya. Dalam pengambilan contoh tanah isi dilakukan 2 (dua) cara, yaitu :
a. Pengambilan Contoh Tanah Asli (Undisturbed Sample)
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat digunakan
maka harus diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan
penyimpangan contoh tanah agar :
Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga mendekati
keadaan yang sama dengan keadaan lapangan
Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan mata tabung minimal 6,8 cm dan
panjang minimal 50 cm
Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung sebelah dalam
diberi pelumas agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil terutama
pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya
Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung tabung
harus ditutup dengan paraffin yang cukup tebal dan tabung diberi symbol
lokasi, diberi symbol lokasi nomor sample serta kedalaman contoh diambil
Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindarkan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan penyimpnan pada
suhu yang cukup panas
Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diushakan dengan memberikan
tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai dengan di lapangan.
b. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)
Contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari tanah/batuan dari sumuran uji (test
pit) atau dari paritan uji (trench) adapun cara pengambilan contoh tanah ini adalah
sebagai berikut :
Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka harus diambil dari
masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal.
Bila lapisan tipis (0,5 meter), maka contoh tanah tersebut diambil secara
keseluruhan dengan cara pengambilan vertikal. Semua contoh yang didapat
diberi kode dan symbol dari lokasi, nomor sample dan kedalaman.
Untuk pengambilan sample yang digunakan Test Proctor (untuk timbunan),
III - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
harus diambil contoh tanah aslinya untuk tes kadar air, yang diambil dengan
tabung yang ditutup paraffin dikedua ujungnya.
c. Uji Laboratorium
Analisis di laboratorium dilakukan untuk contoh-contoh tanah terganggu
(disturbed) dan tidak terganggu (undisturbed). Uji laboratorium ini bertujuan
untuk mengetahui karateristik fisik dan mekanis tanah. Semua penyelidikan di
laboratorium ini dilakukan menurut prosedur ASTM dengan beberapa modifikasi
yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Perincian penyelidikan tanah di
laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Contoh Tanah Tidak Terganggu (Undisturbed Sample)
Penyelidikan terhadap contoh tanah tidak terganggu yang diambil dari
pemboran meliputi :
o
Penyelidikan sifat fisik tanah :
Berat jenis tanah (specific gravity);
Ruang pori total;
Ruang pori kapiler;
Attenberg limits (consistency);
Gradasi butiran (grain size analysis);
Permeabilitas.
o
jenis CU test.
b. Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)
Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang uji
meliputi :
o
Penyelidikan sifat fisik tanah :
Berat jenis tanah;
Attenberg limits (consistency);
Gradasi butiran;
Dalam hubungannya dengan perencanaan tanggul, akan dilakukan uji
o
permeabilitas.
Penyelidikan sifat
mekanis
tanah
dalam
hubungannya
dengan
perencanaan tanggul :
Berat jenis percobaan pemadatan (compaction test);
III - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
adalah skala logaritma merupakan nilai diameter dalam mm dan butir dan
sumbu tegak adalah skaha biasanya merupakan prosentase kehalusan.
Pembagian butir tanahnya digunakan USBR dengan prosedur yang sesuai
dengan ASTM.D.42.
e. Atterberg Limit
Liquid Limit (Wi)
Batas cair/Liquid limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan dalam
persen dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis. Nilai batas cair ini dapat ditentukan
dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang
mempunyai jumlah ketukan sebanyak 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm
pada kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran
percobaan ini adalah 12,7 mm. Prosedurnya dapat mengikuti
ASTM.D.423.
Plastic Limit (Wp)
Batas plastic limit ini adalah kadar air pada batas bawah daerah plastic.
Kadar air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati
ayakan No.40 (0,425 mm) pada alat kaca sehingga membentuk diameter
3,2 mm dan memperlihatkan retak-retak. Prosedur ni dapat mengikuti
ASTM .D.424.
Platicity Indek (Pi)
Platicity indek tanah adalah selisih nilai kadar air dan batas cair dengan
batas plastic.
Shrinkage Limit
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaari dimana
volume dan tanah ni tidak berubah, prosedur penentuari nhiai batas susut
ini dapat mengikuti ASTM.D.427.
f. Triaxial Test
Contoh tanah dengan pembebanian atau tekanan kecil yang benlainan dengan
atau disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada. Kecepatan perubahan
tinggi, contoh tanah agar disesuaikan dengan macam percobaan dan sifat dan
jenis tanahnya. Prosedur dan percobaan triaxial ini agar disesuaikan dengan
literature.(The Measurament of Soil Properties in The Triaxial Test by Beshop
& Henkel USBR Earth Manual & Engineering Properties of Soil and Their
Measurement by Bowles). Dan hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan
mengikuti prosedur ASTM.D.565.
g. Consolidation Test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan
III - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
III - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
dan Kesehatan Masyarakat. Wawancara dan pengamatan komponen sosial dilokasi studi
dilakukan 3 (tiga) penyebaran lokasi yang merata. Lokasi tersebut dilakukan pencatatan titik
koordinat dengan menggunakan GPS (Geografi Informasi Sistem).
Data kualitas udara dan kebisingan merupaka data primer, sehingga pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara pengukuran langsung dilapangan, kemudian diolah dan dianalisis
dilaboratorium. Parameter yang diukur dilokasi kegiatan study meliputi SO2, CO, NOx, Ox,
Debu, Pb, H2S, NH3, HC. Pengambilan sample kualitas udara dan tingkat kebisingan
dilakukan di 3 (tiga) lokasi, yaitu: a. Daerah alamiah, yaitu lokasi sebelum/ diluar yang belum
mengalami perubahan oleh kegiatan manusia. b. Lokasi Kegiatan konstruksi, yaitu lokasi
pada tempat yang telah mengalami kegiatan proyek. c. Lokasi pemukiman penduduk.
Parameter lainnya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu dan berhubungan langsung
dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan. Pengambilan sample dilakukan 3 (tiga) lokasi
dengan penyebaran yang merata dilokasi study. Setiap pengambilan sampel dilakukan
pengukuran titik koordinat dengan menggunakan GPS (Geografi Informasi Sistem).
Survey biologi meliputi flora dan fauna. Vegetasi, parameter yang diamati dilokasi study
jenis dan keanekaragaman, kerapatan, dominasi, dan frekwensi. Fauna darat, parameter yang
diamati jenis dan keanekaragaman, jenis satwa liar, langka, dan atau dilindungi. Pengambilan
sample dilakukan 3 (tiga) lokasi dengan penyebaran yang merata dilokasi study. Setiap
pengambilan sample dilakukan pengukuran titik koordinat dengan menggunakan GPS
(Geografi Informasi Sistem).
Parameter biota perairan merupakan parameter yang penting dalam penentuan kualitas air,
karena kualitas air berdampak langsung terhadap kehidupan organisme akuatik. Adanya
perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh limbah maka akan mengubah komposisi
organisme akuatik. Lokasi pengambilan contoh parameter biologi sebaiknya tidak jauh dari
lokasi pengambilan contoh air untuk pemeriksaan fisik dan kimia agar korelasinya mudah
didapatkan. Pemilihan lokasi pengambilan contoh dilakukan dengan memperhatikan kondisi
perairan (sungai, danau dan pantai)
Disungai, lokasi pengambilan contoh dipilih sebelum dan sesudah titik masukan limbah. Bila
memungkinkan pengambilan contoh dilakukan dikedua sisi sungai, karena disungai-sungai
yang lebar tidak terjadi pengadukan air sungai secara lateral. Sedangkan sungai yang tidak
terlalu besar, dimana pengadukannya cukup merata, pengukuran populasi biota perairan
dilakukan dengan pengambilan contoh secara periodek pada tengah-tengah sungai dengan
kedalaman 0,5 sampai 1 meter dari permukaan air. Pengambilan sampel dan pengamatan biota
perairan dilokasi study dilakukan 3 (tiga) lokasi dengan ketentuan yang telah dijelaskan
diatas.
III - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
III - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Kecerahan air
Optimal : 10-300/00
25-30 cm
(diukur dengan secchidisk)
Kimia
pH
7,5-8,5
4-8 mg/l
DO
<0,1 mg/l
Amonia (NH3)
<0,1 mg/l
H2S
200 mg/l
Nitrat (NO3)
0,5 mg/l
Nitrit (NO2)
0-0,002 mg/l
Mercuri (Hg)
0-0,02 mg/l
Tembaga (Cu)
0-0,02 mg/l
Seng (Zn)
0-0,05 mg/l
Krom Heksavalen (Cr)
0-0,01 mg/l
Kadmium (Cd)
0-0,03 mg/l
Timbal (Pb)
0-1 mg/l
Arsen (As)
0-0,05 mg/l
0-0,02 mg/l
Selenium (Se)
0-0,002 mg/l
Sianida (CN)
0-1,5 mg/l
Sulfida (S)
0-0,003mg/l
Fluorida (F)
Klorin bebas (C12)
Sumber : Suyanto S Rachmatun, Dra, Budidaya Udang Windu, 2005
Padat penebaran 40.000 ekor benur per 1 Ha per satu musim tanam;
Pemberian air dan pembuangan air dapat melalui tenaga pompa, pasang surut atau
gabungannya.
3.3.2. Analisa Hidrologi
Untuk analisa hidrologi sebagai penunjang pekerjaan desain, dibutuhkan data meteorologi dan
hidrometri. Data tersebut dapat berupa data primer yang biasanya didapat dari pengukuran
langsung maupun data sekunder yang didapat dari hasil pencatatan stasiun hidroklimatologi
atau menggumpulkan dari laporan atau studi yang berkaitan dengan studi perencanaan
nantinya.
Analisa hidrologi adalah melakukan analisa hidroklimatologi dengan teknis analisa secara
kuantitatif yang mengacu pada berbagai metode yang relevan dengan Standar Nasional
Indonesia yang berlaku. Analisa hidrologi dimaksudkan untuk menganalisis hubungan antara
curah hujan, iklim, keadaan topografi, kondisi tanah, luas daerah tangkapan sampai diperoleh
debit aliran limpasan/ debit banjir.
ANALISIS CURAH HUJAN RENCANA
III - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Curah hujan rancangan diperlukan sebagai data masukan pada analisis debit banjir rancangan
maupun analisis modulus drainase. Untuk itu perlu dilakukan analisis curah hujan rancangan.
Metode yang digunakan untuk melakukan analisis curah hujan rancangan dengan periode kala
ulang tertentu adalah sebagai berikut :
1). Distribusi Gumbel Tipe I
2). Distribusi Log - Pearson Tipe III
3). Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)
ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA
Analisa debit banjir rancangan akan memberikan hasil yang akurat bila didukung dengan data
amatan debit, yaitu berupa AWLR (automatic water level record) dan data ARR (automatic
rainguage record) sebagai data masukannya.
Apabila debit banjir tersedia cukup panjang (>20 tahun), debit banjir dapat langsung dihitung
dengan metode E.J Gumbel Type I atau Log Pearson Type III.
Mengingat pada wilayah perencanaan tidak ada data debit ,maka untuk analisis debit banjir
rancangan digunakan cara transformasi data hujan menjadi data debit (unit hydrograph
syntetic) .
Tujuan utama analisis debit banjir adalah untuk memperoleh debit puncak dan hidrograf
banjir, yang akan digunakan sebagai data penting dalam menentukan dimensi bangunan yang
direncanakan.
Ada beberapa metode perhitungan debit banjir rencana yang bisa digunakan dalam
perencanaan bangunan air antara lain adalah :
1. Metode Rasional
2. Metode Weduwen
3. Metode Nakayasu
4. Metode Snyder Alexeyev
5. Metode Haspers
PERHITUNGAN BESARNYA EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL
Evaporasi dan transpirasi merupakan faktor penting dalam studi pengembangan sumbar daya
air. Evaporasi adalah proses fisik yang mengubah suatu cairan atau bahan padat menjadi gas.
Sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang terjadi melalui tumbuhan. Jika kedua proses
tersebut saling berkaitan disebut dengan evapotranspirasi. Sehingga evapotranspirasi
merupakan gabungan antara proses penguapan dari permukaan tanah bebas (evaporasi) dan
penguapan yang berasal dari daun tanaman (transpirasi).
Besarnya nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, sedangkan untuk transpirasi dipengaruhi
oleh iklim, varietas, jenis tanaman serta umur tanaman.
III - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
elevasi muka air sungai akibat pengaruh pasang air laut maupun untuk menentukan pola
pasang surut itu sendiri.
Dari hasil pengamatan akan diketahui beberapa nilai tinggi elevasi meliputi :
r 1
r 1
Untuk memudahkan perhitungan dalam mendapatkan konstanta pasut, deret harmonis itu
diuraikan hingga menjadi bentuk persamaan normal. Untuk penentuan persamaan normal
diambil sebagai pusat pengamatan adalah waktu tengah. Jadi hv (dimana v = -n + 1, ,0, ,
n 1, n) adalah harga tinggi pasang -pada suatu pengamatan dengan waktu tengah sama
dengan nol (n = 0).
III - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Z t Z o f i H i cos i t Vo i u i g i
i 1
Keterangan :
fi
=
koreksi nodal amplitudo
Hi
=
amplitudo komponen i
V oi =
suku koreksi undur fasa
ui
=
suku koreksi nodal untuk undur fasa
gi
=
undur fasa komponen I
Z0 , Hi , gi diperoleh dari hasil pengamatan yang kemudian dihitung dengan salah satu cara
perhitungan komponen pasang surut (Admiralty atau Least Square).
Sedangkan suku-suku lain dapat dihitung secara teoritis yang kemudian ditabulasikan.
Beberapa komponen pasang surut yang perlu diketahui dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Komponen-komponen Utama Pasang Surut
L2
T2
2N2
A2
(3)
12,4206
12,0000
12,6582
11,9673
12,6258
12,8719
12,1918
12,0164
12,9055
12,2216
Kec.
Sudut
(/jam)
(4)
28,9841
30,0000
28,4397
30,0821
28,5126
27,9682
29,5285
29,9590
27,8954
29,4556
K1
O1
P1
23,9346
25,8194
24,0658
15,0411
13,9430
14,9589
Komponen
Simbol
(1)
(2)
M2
S2
N2
K2
Utama bulan
utama matahari
bulan, sehubungan variasi jarak bumibulan
bulan-matahari dan perubahan deklinasi
bulan-matahari dan pergeseran perigee
bulan-matahari
utama eliptis bulan
matahari
utama eliptis bulan
bulan-matahari dan pergeseran perigee
matahari-bulan
utama bulan
utama matahari
Perioda
(jam)
Ket.
(5)
Semi
Diurnal
Diurnal
III - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Q1
M1
J1
1
Mf
Mfs
Mm
Ssa
Sa
M4
MS4
26,8677
24,8327
23,0991
23,8048
327,8689
354,3307
649,8195
4390,2439
8780,4847
6,2103
6,1033
13,3987
14,4967
15,5854
15,1232
1,0980
1,0159
0,5444
0,0821
0,0411
57,9682
59,9841
Perioda
Panjang
Perairan
Dangkal
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Perkolasi
Keterangan :
qs
=
V
=
Eo =
P
=
R
=
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
( Dn) T
n 8,64
Keterangan :
Dm = modulus drainase harian per luas (m3.hari-1.ha-1)
n
= curah hujan harian
Dengan menggunakan dasar rumus yang sama, modulus drainase dapat dicari dengan
menggunakan metode grafis. Adapun cara mencari nilai modulus drainase dengan
menggunakan grafis, dapat dilihat pada gambar berikut.
III - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
H Q
+
=0
t
x
dan
III - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Q
H ( Qv) g Q Q
+gA
+
+ 2
= byw 2 cos( - )
t
x
x
C AR
Q V . A
Keterangan :
t
=
x
=
H(x,t)
=
V(x,t)
=
Q(x,t)
=
R(x,H) =
B(x,H) =
b(x,H) =
A(x,H) =
C(x,H) =
g
=
w (t)
=
waktu
jarak yang diukur sepanjang as saluran/sungai
elevasi muka air yang terikat dengan datum
kecepatan rata-rata dari penampang melintang sungai
dihitung pada lokasi x waktu ke t
radius hidrolis pada penampang melintang
lebar storage penampang aliran
lebar aliran penampang saluran
luas penampang aliran
koefisien De Chezy
bilangan gravitasi
kecepatan angin
(t)
= arah angin
(x)
= arah saluran terhadap sumbu saluran dalam derajat, diukur searah jarum jam
(x)
dari utara.
= koefisien konversi angin
= faktor koreksi distribusi kecepatan aliran yang non-uniform didefinisikan:
A
Q
v(y, z )2 dydz
III - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Mulai
Mulai
Pengukuran Topografi
Jaringan Irigasi Tambak
Pengamatan Pasang
Surut
Inventarisasi
Bangunan
Pengikatan Elevasi
Pelscale
Skematisasi Model
Jaringan
INPUT HASIL ANALISA
HIDROLOGI :
Debit Banjir
Rancangan
Modulus Drainase
MODEL MATEMATIK
MODEL MATEMATIK
DUFLOW
DUFLOW
OUTPUT :
Debit
Tiap
Ruas
Saluran
Kecepatan
Di
Tiap
Ruas Saluran
Elevasi Muka Air Di
Tiap Node
Selesai
Selesai
Tinjauan Pola
Operasi Pintu
Tinjauan Dimensi
Bangunan dan
Saluran
REKOMENDASI :
Penyesuaian Dimensi
saluran
&
Bangunan
Eksisting
Rencana
Bangunan
Baru
III - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Skematisasi Model
Skema model Sungai dibatasi oleh Node (simpul) dan Section (ruas). Node
menggambarkan titik patok yang terletak di tengah alignment sungai yang didasarkan pada
hasil pengukuran topografi. Ruas menghubungkan antara dua node yang saling berurutan.
simpul
cabang
Di bagian hilir adalah elevasi muka air di hasil analisa pasang surut
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Debit
Boundary Condition di
Saluran dipakai Beban
Drainase, atau Curah Hujan
EMA
Jam
1
2
S. Ulim
4
Hulu
hilir
LAUT
Gambar 3.5. Ilustrasi Skema Model Analisa Hidrolika (Model Matematik Du Flow)
D. Perencanaan Detail (Desain Rinci)
Dasar perencanaan tata air daerah studi dan penentuan langkah-langkah penanganan
daerah proyek :
1. Hasil pengumpulan data / informasi sekunder.
2. Hasil diskusi dengan penduduk setempat serta pengawas yang ditunjuk.
3. Hasil pengumpulan data primer, berupa : survey topografi, survey tanah, survey
hidrologi/ hidrometri, survey sosial ekonomi, lingkungan dan perikanan.
III - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
III - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Petak-petak pertambakan minimum harus 50m dari garis pantai. Dalam jarak lebar
50m itu hendaknya dipelihara/ dilestarikan jalur hijau yang bisa berupa tumbuhan
pohon api-api atau bakau. Jalur hijau ini gunanya untuk melindungi pantai dari
kerusukan oleh pukulan ombak yang keras dari laut.
Unit tambak minimum harus berjarak 15 m dari tepi sungai dan terpelihara sebagai
jalur hijau untuk mencegah longsor.
Saluran pemasok air hendaknya terpisah dari saluran pembuangan.
Saluran hendaknya tidak memotong tegak lurus terhadap kontur lahan. Ini untuk
mencegah penggerusan dasar dan supaya gerakan air tidak terhambat.
Pembuatan saluran-saluran harus mengingat kepentingan atau tidak mengganggu
kepentingan perolehan air bagi pertambakan di sekitarnya.
Tambak tumpangsari pada umumnya hanya memungkinkan untuk budidaya ekstensif sampai
semi ekstensif saja, karena tidak diperkenankan membuat petak-petak yang dapat merusak
pohon-pohon bakaunya. Tata letak tambak dapat disusun menurut jenis kegunaan petak
sedemikian rupa, sehingga memudahkan dalam pengaturan air dan pengelolaannya seharihari. Berikut tata letak suatu unit tambak yang dianjurkan oleh Bank Dunia (World Bank,
IBRD) di Indonesia tahun 1975-1978, pada proyek intensifikasi tambak.
Tata letak tambak sistem buyaran/ modular untuk ikan bandeng yang dianjurkan oleh
Jamandre dan Rabanal dari filipina (1975) disajikan berikut:
III - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Luas tiap petak , untuk tambak semi intensif 1 ha sampai 3 ha. Untuk tambak intensif 0,2
ha sampai 0,5 ha per petak. Makin kecil petak, makin mudah dalam mengelola airnya.
Tambak yang tanggul dan dasarnya dari tanah umumnya luasnya sekitar 0,5 ha. Bila
tanggul dari pasangan luasnya dibuat 0,1 ha per petak. Tanah yang tidak mudah
merembeskan air yaitu tanah liat sampai sedikit berpasir, dasar tambak tidak perlu diberi
pasangan, sedangkan untuk tanah berpasir harus diberi pasangan.
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Saluran ini mengalirkan atau mengambil air langsung dari laut atau sungai yang airnya
payau. Melaui alur ini secara alamiah pasang laut akan masuk menjangkau hamparan
dengan lancar.
Kunvankiv dkk (1986) mengemukakan rumus rumus dibawah ini untuk menghitung
ukuran saluran tambak.
Q = V.A
Keterangan :
Q = volume air yang masuk saluran (m3/dt)
V = kecepatan aliran air (m/dt)
A = luas penampang melintang saluran (m2)
Besarnya V dihitung dengan rumus sebagai berikut :
V= R2/3 x S1/2 x 1/n
Keterangan :
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran
n = koefisien kekasaran
Untuk memudahkan dalam penentuan lebar saluran maka diperhitungkan pula pengaruh
pasang surut dan luas areal tambak.
Tabel 3.3. Hubungan Antara Lebar Saluran Utama, Perbedaan Pasang Surut dan Luas
Areal Pertambakan
Perbedaan Pasang Surut
Luas Areal
(m)
(ha)
(1)
(2)
Kurang dari 1,5
20 atau kurang
Kurang dari 1,5
Lebih dari 20
Lebih dari 1,5
20 atau kurang
Lebih dari 1,5
Lebih dari 20
Sumber : Balai Budidaya Air Payau, Jepara, 1984
Dasar saluran primer sebaiknya sedikit lebih tinggi diatas pasang terendah supaya saluran
dapat dikeringkan sempurna.
III - 34
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
III - 35
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
III - 36
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
c. Tanggul tersier
Fungsi utama/ primer, tanggul untuk menjaga penggunaan air dalam areal tambak dan
untuk melindungi kolam, menjaga pertumbuhan udang / ikan dan lain-lain, dari bahaya
banjir dan terjangan pasang tinggi. Desain tanggul disamping pertimbangan teknis juga
akan memperlihatkan pertimbangan ekonomis. Sebaiknya lebar puncaknya lebih dari 2m,
semakin lebar semakin baik. Biasanya tanggul utama itu menyatu dengan lahan jalur
hijau (hutan bakau) di tepi pantai dan tepi sungai.
Untuk menghitung tinggi tanggul digunakan rumus Kungvankij dkk (1985):
H
( Hw G ) FB
1 % penyusu tan
Keterangan :
H = tinggi pematang yang direncanakan
Hw = pasang atau banjir tertinggi yang pernah terjadi
G = ketinggian relatif dasar kolam terhadap ketinggian rata-rata air laut
FB = tinggi jagaan
% = prosentase enyusutan (biasanya diambil 20%)
Kemiringan pematang tergantung pada kualitas tanah serta tinggi pematang. Kemiringan
tanggul menurut Kungvankij dkk adalah sebagai berikut :
Kemiringan
1:2
Apabila tinggi tanggul lebih dari 4,26m dan langsung
terkena ombak
1:1
Apabila tinggi tanggul kurang dari 4,26m dan
perbedaan pasang surut lebih dari 2m
2:1 Apabila beda pasang surut 1m atau kurang dan tinggi tanggul
kurang dari 4,26m
III - 37
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Stabilitas pematang
Permeabilitas (cm/dt)
III - 38
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
(1)
Lempung berpasir
Lempung berliat
Lempung liat berpasir
Lempung berdebu
Pasir berlempung atau
gambut
Liat
Liat berpasir
(2)
Cukup stabil, dapat digunakan
untuk inti pematang atau pelapis
pematang
Agak stabil, dapat digunakan untuk
inti pematang
Agak stabil, dapat digunakan untuk
inti pematang atau pelapis
pematang
Agak stabil baik untuk inti
pematang
Stabilitas rendah, dapat digunakan
untuk pematang dengan
pengontrolan yang tepat
Stabil untuk inti pematang dan
pelapis pematang
Agak stabil dengan kemiringan
rendah untuk pelapis pematang dan
bagian-bagian pematang
(3)
10-3 10-6
10-6 10-8
10-3 10-6
10-6 10-8
10-3 10-6
10-6 10-8
10-6 10-8
PINTU AIR
Pintu dibuat dikolam tambak untuk intake dan untuk drain. Pintu juga perlu dibuat pada
intake saluran tersier apabila saluran tersebut berfungsi sebagai reservoir. Lebar dan tinggi
pintu air disesuaikan dengan lebar saluran dan tinggi tanggul saluran.
Selama pengeringan kolam, air dibuang perlahan-lahan dengan memfungsikan kedua slab.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kecepatan yang tinggi di pintu pembuang dengan
memfungsikan kedua slab. Pintu pada saluran tersier (bila perlu) akan dibuka selama
spring tide sehingga air asin mengalir bebas ke saluran dan kolam. Selama neap tide pintu
ditutup dan air dipompa dari saluran sekunder ke saluran tersier. Pintu primer dan
sekunder bila diperlukan akan dibuat, seperti untuk mencegah intrusi air asin ke areal
pertanian, mengontrol pencampuran air bersih dan air asin, dan dalam kasus-kasus
tertentu membuang air banjir.
&
III - 39
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
GORONG-GORONG
Bangunan ini terutama ditempatkan pada persilangan saluran dengan jalan atau saluran
dengan tanggul. Dimensi gorong-gorong dihitung dengan menggunakan rumus
Q =
A (2gz)1/2
Keterangan :
Q = debit yang melewati gorong-gorong (m3/dt)
A = luas penampang yang dialiri (m2)
z = Kehilangan tinggi tekanan (m)
g = percepatan gravitasi 9.8 m/dt2
= koefisien pengaliran, tergantung jenis penampang
= 0.9 (untuk penampang bulat)
= 0.8 (untuk penampang persegi)
POMPA
Pompa digunakan untuk mensuplai air pada areal yang tinggi, sedang pasutnya kecil atau
selama neap tide pada saat gaya pasang surut kecil sekali sehingga tidak bisa mendorong
air ke kolam tambak untuk penggantian 5-7% air setiap hari. Kapasitas pompa yang harus
disediakan dihitung sedemikian, sehingga mampu menaikkan air 1.0-1.5 m dengan
mengingat :
a. Debit aliran
b. Losses (kehilangan) di inlet, outlet, persimpangan dll
III - 40
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
dt
Cv
Keterangan :
dQ/dt
=
dWs/dt =
Cv
=
Cs
=
Cs 2
tt Cv
derajat panas
daya pompa
control volume
control surface
III - 41
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Pondasi Menerus :
Qu = C.Nc. + D.Nq + 0,5. .B.N
= 1,3 . C . Nc . + . D . Nq + 0,4 . . B . N
Qa = Qu / SF
Keterangan :
Qu
= daya dukung tanah (ton/m2)
C
= kohesi tanah (ton/m2)
D
B
Nc, Nq, N
Qa
SF
Perhitungan daya dukung tanah ini untuk mengetahui apakah terjadi keruntuhan atau tidak
bila dibangun pintu, bangunan pompa, gorong-gorong, jembatan dan tanggul.
Stabilitas Lereng
III - 42
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Dalam analisa stabilitas lereng terhadap bahaya longsor (gelincir) digunakan metode
irisan bidang luncur, Methode Fellenius. Persamaan dari Metode Fellenius ini
dirumuskan sebagai berikut :
Fs
(c . l (N U Ne) tan)
( T Te )
Fs
Fs
Keterangan :
Fs
=
faktor keamanan
N
=
beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan bidang luncur
(ton/m)
T
=
beban komponen tangemsial yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur (ton/m)
U
=
tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur (ton/m)
Ne
=
komponen horisontal beban seismic yang bekerja pada setiap irisan bidang
luncur (ton/m)
Te
=
komponen tangensial beban seismic yang bekerja pada setiap irisan bidang
luncur (ton/m)
l
=
panjang busur (m)
sudut geser dalam bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang luncur
angka kohesi tanah pembentuk dasar setiap irisan bidang luncur (ton/m3)
berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur (ton/m3)
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Ne dan Te bernilai 0 bila perhitungan dalam kondisi normal (tidak ada gempa).
Analisa Penurunan Tanah
Penurunan tanah (settlement) pada tanah dasar akibat dari adanya beban diatas seperti
tanggul, bangunan pompa dan lain-lain akan diestimasi dengan menggunakan Rumus
Terzaghi sebagai berikut :
Z
h
kk
Ln
C
k
Keterangan :
Z
=
penurunan (m)
H
=
tebal lapisan yang dapat dimampatkan (m)
C
=
modulus kemampatan
K
Klasifikasi tanah ditetapkan dengan menggunakan sistem taxonomy tanah (USDA soil
survey staff, 1983) pada tingkat sub-group dan sistem FAO/ UNESCO (1974) pada
tingkat sub unit.
Gambar-gambar
Gambar-gambar yang akan di buat direncanakan terdiri-dari :
Kriteria kesesuaian lahan untuk tambak seperti terdapat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kriteria Standar Kesesuaian Lahan
No.
Parameter
Sesuai
Marginal
(1)
1.
(2)
(3)
(4)
02
< 0.03
< 0.06
Topografi
a. Lereng
b. Lereng tegak lurus pantai (%)
Tidak
Sesuai
(5)
III - 44
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
2.
< 0.02
< 0.2
67
< 4.8
< 30
100
4 20
100
<5
Sedang
4.5 5.5
20 30
50 100
5 - 15
Kasar
< 4.5 & >7
30
< 50
> 15
3.
Hidro oceanografi
a. Muka air tertinggi (cm)
65 - 100
50 - 75
1.
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
dan bandeng) dengan suku bunga lunak (rendah), baik untuk mendukung kegiatan
produksi maupun untuk pemasaran hasilnya.
Sosialisasi Usaha Tambak
Tujuan diadakan sosialisasi usaha tambak adalah menumbuhkan minat usaha tambak
yang dapat berbentuk kelompok usaha bersama (KUB) dalam upaya pemberdayaan petani
tambak dan pengembangan ekonomi masyarakat pantai.
Agar program sosialisasi usaha tambak tepat sasaran, maka diperlukan intensitas
penyuluhan manajemen usaha dan teknologi budidaya udang dan bandeng oleh Petugas
Penyuluh Lapangan (PPL) terhadap petani tambak melalui kelompok-kelompok tambak.
Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan usaha budidaya tambak dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Kemitraan Usaha.
o
Kelompok Usaha Bersama
LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
agar aplikasi teknik budidaya udang dapat dilaksanakan sesuai persyaratan. Para
instruktur yang memberi materi pengetahuan teknologi budidaya tersebut berasal dari
Dinas Perikanan Propinsi dan Kabupaten serta petambak yang berpengalaman.
Materi pelatihan manajemen tambak pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi 5
tahap yaitu pengelolaan tanah dasar, pengelolaan air, pengelolaan plankton, pemeliharaan
udang/ bandeng dan penanganan pasca panen.
a. Pengelolaan tanah dasar
Menjabarkan cara pengolahan lahan tambak, pengapuran dan pemberantasan hama.
b. Pengelolaan air
Menguraikan peranan air (kuantitas dan kualitas) yang cukup dan sehat untuk
budidaya udang/ bandeng, proses pergantian air, pengaturan distribusi air ke petak,
stabilisasi mutu air, teknik reduksi limbah air bekas dan kesuburan air.
c. Pengelolaan plankton
Menjelaskan cara penumbuhan makanan alami (plankton) benih udang yang
dipelihara dan metode pemupukan serta inokulasi untuk memperbanyak kelimpahan
plankton sebagai stok pakan alami.
d. Pemeliharaan udang/ bandeng
Menjabarkan tahapan pola budidaya tradisional, semi intensif dan intensif dengan
sistem daur ulang air bekas (resirkulasi), aplikasi kincir dan pompa air. Pemupukan
susulan dan pemberantasan hama, serta teknik pemberian pakan tambahan dan buatan
dalam metode pemeliharaan.
e. Penanganan pasca panen
Menjelaskan cara pemanenan udang/ bandeng, teknik pengawetan hasil panen,
sanitasi hasil panen, dan unit pengolahan hasil (handling space).
III - 47