Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN


KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. UMUM
Perencanaan irigasi tambak didasarkan atas kelayakan teknis di lokasi perencanaan.
Selanjutnya perencanaan diarahkan pada efisiensi dan kemudahan operasional tambak
sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang maksimal. Selain itu hal-hal teknis yang
menyangkut tentang aliran air yang masuk dan keluar tambak harus diperhatikan agar
sirkulasi air bisa berjalan dengan baik dan kualitas air dalam tambak bisa terjaga.
Untuk mencapai sasaran akhir dari pekerjaan Review Desain dan UKL/UPL Tambak Muara
Pantuan di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka Konsultan telah menyusun suatu pendekatan
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut yaitu meliputi :
Survey pendahuluan dan Identifikasi permasalahan
Pengumpulan data primer dan sekunder
Perencanaan lay-out jaringan irigasi tambak
Analisis data hidrologi dan pasang surut
Perhitungan profil muka air
Perencanaan kebutuhan air tambak
Penentuan lay-out jaringan irigasi, petak tambak, kapasitas saluran pasok dan buang
serta keseimbangan air
Perencanaan konstruksi bangunan tambak
Gambar Desain
Rencana Anggaran Biaya
Dokumen Tender

III - 1

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

3.2. KRITERIA PENGUKURAN LAPANGAN


3.2.1. Pengukuran Topografi
Untuk menunjang pekerjaan detail desain saluran tambak diperlukan peta situasi topografi
tambak yang ada dalam skala besar yang dibuat berdasarkan pengukuran topografi yang telah
teliti dan menyeluruh.
Pengukuran topografi yang dimaksud meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :

Orientasi Lapangan;

Pengukuran Kerangka Pemetaan;

Pengukuran Pengikatan;

Pengukuran Azimuth Matahari;

Pengukuran Situasi Detail;

Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang;

Pemasangan Titik Kontrol Pemetaan;

Pengolahan Data Ukuran/Hitungan;

Plotting dan Penggambaran Peta.

A. Orientasi Lapangan

Bertujuan untuk mengetahui kondisi medan sebenarnya;


Menentukan rencana kerja dan peta kerja untuk melaksanakan pengukuran;
Rencana kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :
Batas areal pemetaan
Titik referensi dan titik awal
Lokasi pemasangan titik kontrol
Rencana semua jalur pengukuran
Peta kerja dapat digunakan peta topografi skala 1 : 10.000 hasil dari pengukuran dan
pemetaan topografi dari studi-studi sebelumnya atau sumber lainnya.
B. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal (X, Y)
Digunakan metode poligon dengan menggunakan alat ukur sudut Wild T2 (Universal
Theodolite/1theodolite);
Jalur pengukuran poligon akan dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan kring

(loop) tertutup;
Sudut poligon diukur dalan satu seri ganda (B-B-LB-LB);

Jarak poligon diukur dengan pita ukur baja dari dua arah (kemuka dan kebelakang);

Untuk kontrol hasil ukuran sudut akan dilakukan pengukuran Azimuth Matahari pada

setiap jarak 3 km dengan ketelitian 15;


Koreksi setiap sudut poligon diantara 2 stasiun pengamatan matahari maksimum 8 ;

Ketelitian jarak linier maksimum 1/10.000


III - 2

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

C. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal (Z)

Dilaksanakan di sepanjang jalur poligon dengan mengukur beda tinggi antara 2 titik

poligon (water passing);


Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur sipat datar otomatis Wild Nak 2;

Pengukuran akan dibagi atas beberapa seksi dimasa setiap berjumlah genap, panjang

maksimum adalah 3 km;


Pengukuran satu seksi akan diselesaikan dalam satu hari (pagi dan sore);

Pengukuran beda tinggi tiap seksi akan dilakukan dari dua arah yaitu pergi dan

pulang, dimana pengukuran pergi dilakukan pada pagi hari sedangkan pengukuran
pulang dilakukan pada sore hari;
Sebelum dan sesudah pengukuran akan dilakukan pengecekan besarnya kesalahan

garis bidik alat yang digunakan;


Pembacaan rambu dilakukan dengan sistem membaca ketiga benang silang, yaitu
benang atas (ba), benang bawah (bb), dan benang tengah (bt). Hasil bacaan ketiga
benang tersebut, harus memenuhi persyaratan matematis berikut :
2 bt (ba + bb) < 2
mm

Dari setiap seksi akan diusahakan agar terpenuhi jumlah jarak ke arah muka sama
dengan jumlah jarak ke rambu belakang yang dilakukan dengan bantuan pita ukur
baja.
Edb = Edm
Edb = db1 + db2 + db3 + .....................................db2n
Edb = dm1 + dm2 + dm3 + ..................................dm2n
Keterangan :
db = jarak alat ke rambu belakang
dm = jarak alat ke rambu muka
n
= bilangan bulat
untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan, maka setiap pengukuran beda
tinggi slag diusahakan agar jarak alat ke rambu muka sama dengan ke rambu
belakang. Jika terdapat selisih antara jarak ke rambu muka dan rambu belakang, maka
pada slag berikutnya selisih tersebut akan dikembalikan. Sehingga pada slag terakhir
dapat dengan mudah mengatur kedudukan alat sehingga diperoleh.

Dalam pembacaan akan diusahakan agar bacaan benang tengah paling bawah tidak
akan kurang dari 0,5 meter dan bacaan tengah paling atas tidak boleh lebih besar dari
2,5 meter;
III - 3

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Salah menengan sifat datar tidak boleh lebih besar dari (8D) mm dimana D adalah

sepanjang jalur pengukuran sifat datar dalam kilometer.


D. Pengukuran Pengikatan
Bertujuan untuk menghubungkan kerangka pemetaan ke titik referensi sehingga posisi

kerangka pemetaan terhadap titik referensi menjadi jelas dan terjadi satu sistem
koordinat;
Pengukuran dilakukan dari titik referensi ke titik poligon kerangka yang terdekat,

dengan jalur pengukuran dipilih sependek mungkin;


Metode pengukuran dilakukan sama dengan pengukuran kerangka.

E. Pengukuran Azimuth Matahari

Bertujuan untuk menentukan azimuth geografis suatu sisi/garis yang selanjutnya


digunakan untuk :
Kontrol hasil ukuran sudut poligon
Azimuth awal dan akhir sisi poligon untuk perhitungan koordinat
(hitungan poligon)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Metode Tinggi Matahari dengan cara

Ditadah;
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Alat Ukur Sudut T-2 dalam 2 seri di pagi

hari dan 2 seri di waktu sore;


Ketelitian pengamatan harus < 15;

Pengukuran dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran poligon, dan setiap

interval jarak poligon 3 km.


F. Pengukuran Situasi Detail
Pengukuran situasi dilakukan dalam seluruh areal dengan sistem raai, yang berupa

garis lurus yang saling sejajar dengan jarak 2 jalur raai 200 m;
Pengukuran posisi horizontal titik detail (X,Y) atau arah jalur raai diukur dengan

metode pengukuran poligon (poligon cabang) dengan menggunakan alat ukur sudut
Wild To (20), dan jarak diukur secara optis;
Pengukuran titik-titik detail pada jalur raai akan diukur dengan menggunakan alat

ukur sifat datar otomatif Wild NAK-2;


Jalur raai tersebut akan diikat pada titik poligon kerangka pemetaan (poligon utama),

yaitu pada kedua ujung jalur raai.


G. Pengukuran Penampang Sungai dan Saluran Eksisting
Pengukuran penampang meliputi pengukuran penampang memanjang dan melintang;

Pengukuran akan dilaksanakan pada rencana saluran, rencana tanggul, saluran yang
ada dan sungai.
a.
Pengukuran Penampang Memanjang
III - 4

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Dilakukan dengan menggunakan alat ukur sipat datar otomatis Wild NAK-2
pada setiap jarak 100 m (bagian lurus) dan 25-50 m pada bagian tikungan;
Kedua ujung pengukuran diikat pada titik poligon utama. Letak titik profil
memanjang akan disesuaikan dengan rencana pengukuran profil melintang
dan pada lokasi perpotongan saluran;
Ketelitian sipat datar (8 D) mm, dimana D adalah jumlah jarak pengukuran
dalam satuan kilometer.
b.

Pengukuran Penampang Melintang


Dilakukan dalam arah tegak lurus terhadap as saluran dengan lebar
penampang adalah lebar saluran ditambah tanggul ditambah 5 km kiri kanan
kaki tanggul;
Interval antar penampang 20 m pada tempat yang lurus dan pada tikungan
saluran akan diperpendek sesuai dengan kebutuhan;
Pengukuran dilakukan dengan alat ukur sipat datar otomatis Wild NAK-2 atau

Theodolite Wild To (bila tidak terjangkau Wild NAK-2).


H. Pemasangan Titik Kontrol (Bench Mark)
Titik kontrol (Bench Mark) akan dipasang di lapangan sesuai dengan kondisi areal

survey dan atas persetujuan Direksi;


Titik kontrol dipasang pada tempat-tempat yang aman, stabil dan mudah ditemukan;

Titik kontrol dibuat dari beton, diberi kode dan nomor dan dicor ditempat;

Gambar konstruksi titik kontrol pengukuran (BM) dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Pen Kuningan

40

Pelat marmer 12 x12 cm

Tulangan tiang
10

100

Sengkang 5 - 15

20

20
40

a. Konstruksi BM untuk areal


kering

Gambar 3.1. Konstruksi BM

b. Konstruksi BM untuk areal


basah
III - 5

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

I.

Pengelolaan Data Lapangan/ Hitungan


Pengolahan data ukuran dan perhitungannya akan dilakukan langsung di lapangan;

Perhitungan yang dilakukan akan meliputi :


Hitungan koordinat (hitungan poligon)
Hitungan beda tinggi
Hitungan tachimetry (hitungan situasi)
Hitungan azimuth matahari

J.

Hitungan hasil ukuran dilakukan di atas formulir hitungan

Plotting dan Penggambaran Sementara (Draft)


Hasil pengolahan data yang telah definitif akan langsung diplot di lapangan dan

digambar sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Direksi;


Peta yang akan disajikan di lapangan adalah Peta Topografi Sementara (Draft

Drawing) dengan skala 1 : 2.000 dan interval kontur 0,20 meter;


Gambar-gambar yang lain akan dibuat dan diselesaikan di studio/kantor.

3.2.2. Pengukuran Hidro-Topografi


Bertujuan untuk memperoleh data mengenai sifat dan karakteristik aliran sungai, saluran yang
ada dan perambatan pasang surut laut dari muara sungai sampai ke hulu atau sampai pada
petak tambak terjauh.
Adapun lingkup penyelidikan hidrometri meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Orientasi Lapangan;
b. Pengamatan Muka Air;
c. Pengukuran Kecepatan Air;
d. Pengukuran Penampang Saluran dan Sungai;
e. Pengukuran Kualitas Air;
f. Pengambilan Contoh Air dan Contoh Tanah Dasar;
g. Pengumpulan Data Hidrologi.
Uraian dari kegiatan-kegiatan diatas dapat diikuti berikut ini :
A. Orientasi Lapangan
Mengamati kondisi tata air yang ada dan membuat peta kerja pengukuran hidrometri;

Menyiapkan tenaga lokal, dan penentuan lokasi-lokasi pengukuran;

Mengkalibrasi alat yang akan dipakai dan penyiapan blangko data ukur;

Menyusun jadual waktu pengukuran.

B. Pengamatan Muka Air

III - 6

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Bertujuan untuk meneliti sifat pasang surut melalui pengukuran langsung selama 20

hari terus menerus dilaut/ muara sungai dengan memakai papan baca/peilschaal atau
AWLR;
Pengamatan muka air dilakukan setiap 1 jam dan diamati oleh buruh lokal yang

terlatih;
Pengamatan pasang surut di saluran atau sungai dilakukan selama 26 jam pada pasang

tinggi (spring tide) dan pasang rendah (neap tide);


Pengikatan antara papan baca (tiap lokasi pengamatan) dengan patok topografi

terdekat menggunakan alat waterpass NAK-2, dengan maksud mengetahui hubungan


muka air dengan ketinggian topografi;
Apabila pengamatan menggunakan papan baca maka pemasangan papan baca harus

memperhatikan beberapa faktor agar data pengamatan yang diperoleh benar-benar


memenuhi persyaratan, faktor-faktor tersebut antara lain :
(1) Kemudahan pencapaian lokasi pemasangan;
(2) Lokasi pemasangan tidak akan mengalami kekeringan;
(3) Mampu mencatat tinggi muka air yang paling tinggi;
(4) Jauh dari lalu lintas air yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan
pengukuran;
(5) Dipasang pada dasar sungai atau saluran yang stabil, kokoh dan aman.
C. Pengukuran Kecepatan Air
Bertujuan meneliti arah, kecepatan dan debit aliran air di sungai dan saluran dalam

hubungan dengan pengaruh pasang surut;


Alat yang digunakan adalah alat ukur Currentmeter;

Lokasi pengukuran sama dengan lokasi pengamatan muka air dan diukur pada kondisi

spring tide dan neap tide;


Pengukuran dilakukan setiap inerval 0,5 jam kontinyu selama 26 jam dengan

kedalaman alat 0,2 m ; 0,5 m ; 1 m ; 1,5 m; dst dari muka air;


Pada saluran dapat dilakukan pengukuran dari jembatan sedangkan di sungai

menggunakan kapal motor.


D. Pengukuran Penampang Melintang Sungai dan Saluran
Pengukuran ini bertujuan untuk menentukan dimensi sungai dan saluran yang ada;

Penampang yang diukur pada lokasi pengukuran arus dan pengamatan muka air,

sedangkan penampang yang lain akan diukur oleh team topografi;


Untuk sungai/saluran kecil akan diukur dengan cara Bathy-load atau dicolok,

sedangkan untuk sungai yang besar akan diukur dengan echosounder dan lebarnya
dengan range finder atau cara segi tiga;
Pada saat pengukuran penampang dicatat tinggi muka air pada papan baca dan waktu
pengukuran.
III - 7

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

E. Pengukuran Kualitas Air


Pengukuran kualitas air meliputi salinitas air, temperatur, pH, Disolved Oxygen (DO),

daya hantar listrik, kekeruhan dan lain-lain.


Pengukuran dilakukan pada lokasi-lokasi yang dianggap perlu (sumur penduduk,

saluran, kolam tambak dan sungai) pada kondisi spring tide dan neap tide;
Penelitian salintas air juga dilakukan pada kondisi muka air tertinggi dan terendah

mulai dari arah muara sungai/saluran terus ke hulu untuk mengetahui intrusi air asin.
F. Pengambilan Contoh Air dan Tanah Dasar
Pengambilan contoh air menggunakan botol sampel sedangkan tanah sedimen

menggunakan bottom grabber;


Lokasi pengambilan pada tempat yang dianggap perlu, dan dicatat lokasi pengambilan

serta waktunya;
Pengambilan contoh air di saluran dan sungai dilakukan pada saat pasang dan air

surut.
G. Pengumpulan Data Hidrologi
Data curah hujan harian maksimum dan bulanan;

Data iklim seperti temperatur, sinar matahari, kelembaban dan kecepatan angin;

Data-data tersebut diperoleh dari stasiun klimatologi yang letaknya terdekat dengan

lokasi studi;
Data yang diperoleh minimal selama 10 tahun terakhir;

Pengumpulan data mengenai banjir yang meliputi periode ulang, tinggi genangan dan
lama genangan berdasarkan informasi dari penduduk setempat atau bekas di pohon.

3.2.3. Mekanika Tanah


Survey Mekanika Tanah bertujuan untuk menyelidiki dan menentukan secara pasti sifat,
susunan, tebal, tipe dan tektur berbagai lapisan tanah bawah dan luas serta keadaan bermacam
bahan direncana lokasi bangunan terpilih.
Sifat pekerjaan ini adalah melengkapi dan mencari data tambahan atas hasil pekerjaan sejenis
yang pernah dilakukan pada studi terdahulu sehingga didapatkan parameter - parameter
lengkap dan akurat guna pekerjaan detail desain selanjutnya. Adapun spesifikasi dan syarat
pekerjaan serta garis besar akan diuraikan dibawah ini, sedangkan detail atau uraiannya agar
mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI) serta ketentuan/ peraturan yang berlaku di
Indonesia antara lain : Kriteria Perencanaan (KP) dan standard Perencanaan Irigasi PT-03
Direktorat Jenderal Pengairan Desember 1986.
Survey Geologi Teknik dan Mekanika Tanah yang harus dilaksanakan meliputi:
a. Pemetaan Geologi Permukaan Sekitar Lokasi Pekerjaan

III - 8

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Pemetaan geologi permukaan terutama ditunjukan untuk keperluan geologi teknik


pemetaan geologi antara lain :
Pembahasan keadaan dan susunan satuan batuan termasuk tanah pelapukannya, juga
penyebaran dan hubungan antar satuan batuannya,
Keadaan dan susunan satuan batuan termasuk tanah pelapukannya, juga penyebaran
dan hubungan antar satuan batuannya,
Struktur geologi seperti : lipatan (antiklin/ sinklin), patahan kekar, arah jurus dan
kemiringan lapisan, gejala longsoran.
b. Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan yang dilakukan meliputi : Pemboran Tangan (Hand Boring),
Sondir, Pengambilan Contoh Tanah (Mechanical Properties) dan Test Laboratorium.
1.

Pemboran Tangan (Hand Boring)


Pemboran tangan dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah secara jelas dan
terperinci, pemboran tangan dilakukan dengan kedalaman maksimum 6 meter dengan
menggunakan mata bor tipe Iwan dengan diameter antara 12 - 15 cm, sehingga pada
saat pengambilan tube sample akan lebih mudah.
Pemboran tangan akan mengalami kesulitan pada waktu pelaksanaannya, apabila:
a. Menembus lapisan lembek dan mudah longsor, sehingga dinding lobang bor akan
selalu runtuh, agar contoh jenis tanah tersebut dapat terambil diusahakan dengan
memakai casing,
b. Menembus boulder/bongkah batuan keras, akan tetapi pemboran harus dilanjutkan
dengan mengadakan pemboran ulang pada jarak 1-3 meter disisi lokasi pemboran
pertama.
Pemboran tangan bisa dihentikan sebelum mencapai batas maksimum (6 meter)
apabila telah menembus atau hal-hal lain sehingga pemboran tangan tidak mampu
dilanjutkan lagi. Hal-hal lain yang perlu dicatat pada waktu pemboran tangan
dilaksanakan adalah agar mencatat jenis-jenis tanah pada setiap lapisan yang berbeda,
selain itu harus dicatat juga ketinggian muka air tanah, elevasi serta hal-hal lain yang
dianggap perlu dalam pelaksanaan pekerjaan ini..
2.
Sondir
Konsultan melakukan penyondiran di lapangan. Penyondiran ini dilakukan untuk
mengetahui nilai perlawanan konus perlapisan tanah dan variasi kedalaman pada
lapisan yang cukup keras. Alat sondir yang digunakan berkapasitas sedang dan dapat
membaca nilai maksimum perlawanan konus sebesar 250 kg/cm2. Cara penyelidikan
sondir/ Cone Penetration Test (CPT) Dutch Cone dengan Biconus type Begemann
adalah sebagai berikut : Pembacaan tekanannya dilakukan dengan 2 (dua) buah
Manometer masing-masing dengan skala bacaan 200 Kg/Cm2. Mata sondir yang
III - 9

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

digunakan adalah Biconus sehingga akan diperoleh hasil dan perlawanan konus serta
nilal letaknya (local friction). Pengujian tersebut dilakukan pada setiap interval 20 cm
melalui pembacaan tekanan konus dan tekanan total yaitu tekanan konus ditambah
gaya gesek selimut konus.
3.
Pengambilan Contoh Tanah (Mechanical Properties)
Untuk mengadakan penelitian tanah laboratorium maka pengambilan contoh tanah
harus dilakukan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan parameter
tanahnya. Dalam pengambilan contoh tanah isi dilakukan 2 (dua) cara, yaitu :
a. Pengambilan Contoh Tanah Asli (Undisturbed Sample)
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat digunakan
maka harus diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan
penyimpangan contoh tanah agar :
Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga mendekati
keadaan yang sama dengan keadaan lapangan
Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan mata tabung minimal 6,8 cm dan
panjang minimal 50 cm
Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung sebelah dalam
diberi pelumas agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil terutama
pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya
Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung tabung
harus ditutup dengan paraffin yang cukup tebal dan tabung diberi symbol
lokasi, diberi symbol lokasi nomor sample serta kedalaman contoh diambil
Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindarkan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan penyimpnan pada
suhu yang cukup panas
Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diushakan dengan memberikan
tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai dengan di lapangan.
b. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)
Contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari tanah/batuan dari sumuran uji (test
pit) atau dari paritan uji (trench) adapun cara pengambilan contoh tanah ini adalah
sebagai berikut :
Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka harus diambil dari
masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal.
Bila lapisan tipis (0,5 meter), maka contoh tanah tersebut diambil secara
keseluruhan dengan cara pengambilan vertikal. Semua contoh yang didapat
diberi kode dan symbol dari lokasi, nomor sample dan kedalaman.
Untuk pengambilan sample yang digunakan Test Proctor (untuk timbunan),
III - 10

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

harus diambil contoh tanah aslinya untuk tes kadar air, yang diambil dengan
tabung yang ditutup paraffin dikedua ujungnya.
c. Uji Laboratorium
Analisis di laboratorium dilakukan untuk contoh-contoh tanah terganggu
(disturbed) dan tidak terganggu (undisturbed). Uji laboratorium ini bertujuan
untuk mengetahui karateristik fisik dan mekanis tanah. Semua penyelidikan di
laboratorium ini dilakukan menurut prosedur ASTM dengan beberapa modifikasi
yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Perincian penyelidikan tanah di
laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Contoh Tanah Tidak Terganggu (Undisturbed Sample)
Penyelidikan terhadap contoh tanah tidak terganggu yang diambil dari
pemboran meliputi :
o
Penyelidikan sifat fisik tanah :
Berat jenis tanah (specific gravity);
Ruang pori total;
Ruang pori kapiler;
Attenberg limits (consistency);
Gradasi butiran (grain size analysis);
Permeabilitas.
o

Penyelidikan sifat mekanis tanah


Penyelidikan sifat mekanis tanah meliputi :
Konsolidasi;
Pengujian kompresi tiga sumbu (triaxial compression test) dengan

jenis CU test.
b. Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)
Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang uji
meliputi :
o
Penyelidikan sifat fisik tanah :
Berat jenis tanah;
Attenberg limits (consistency);
Gradasi butiran;
Dalam hubungannya dengan perencanaan tanggul, akan dilakukan uji
o

permeabilitas.
Penyelidikan sifat

mekanis

tanah

dalam

hubungannya

dengan

perencanaan tanggul :
Berat jenis percobaan pemadatan (compaction test);
III - 11

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Uji konsolidasi (consolidation test);


Uji gaya geser langsung (direct shear test).
Pada contoh-contoh tanah yang terambil, baik tanah asli maupun contoh tanah
terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan dilaboratorium, sehingga
data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat diketahui, jenis dan macam
percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Soil Propertis
Unit Weight (n)
Untuk memperoleh jenis nilai berat si tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.
Specific gravity (Gs)
Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu
botol picnometer dan perlengkapannya. Prosedur penentuan berat jenis
tanah ini mengikuti cara : ASTM D.854 atau ASSTHO.T.100.
Moisture Content (Wn)
Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan
asli, prosedurnya mengikuti ASTM.D.2216.
b. Natural Density (n)
Dimaksudkan untuk memperoleh nilai berat isi tanah. Pengujian dilakukan
pada tanah asli (undisturb). Cara menentukan berat isi tanah ialah dengan
mengukur berat sejumlah tanah yang isinya diketahui. Untuk tanah asli
dipakai sebuah cincin yang dimasukkan kedalam tanah sampai berisi penuh,
kemudian atas dan bawahnya diratakan dan cincin serta tanahnya ditimbang.
Apabila ukuran cincin dan beratnya dapat diketahui, maka berat isi dapat
dihitung.
c. Natural Moisture Content (Wn)
Merupakan perbandingan antara berat isi dengan butir tanah yang dinyatakan
dalam Wn (Water Content atau Moisture Content). Untuk menentukan kadar
air, sejumlah tanah ditempatkan pada krus (kaleng kecil) yang beratnya W1
diketahui sebelumnya. Krus dengan tanah ditimbang W2 dan kemudian
dimasukkan dalam oven yang temperaturnya 105C untuk masa waktu 24 jam,
kemudian krus tanah ditimbang kembali (W3). Dengan demikian Natural
Moisture Content (Wn) dapat diketahui. Prosedur pelaksanaan pengujian
dilakukan menurut aturan dari ASTM.D-2216.
d. Grain size analysis
Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar daripada 75
mm. lobs melalui ayakan no. 200 akan ditentukan dengan cara Hydrometer
Analysis. Hasil dan pengujian ni akan digambar dengan sumbu mendatar
III - 12

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

adalah skala logaritma merupakan nilai diameter dalam mm dan butir dan
sumbu tegak adalah skaha biasanya merupakan prosentase kehalusan.
Pembagian butir tanahnya digunakan USBR dengan prosedur yang sesuai
dengan ASTM.D.42.
e. Atterberg Limit
Liquid Limit (Wi)
Batas cair/Liquid limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan dalam
persen dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis. Nilai batas cair ini dapat ditentukan
dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang
mempunyai jumlah ketukan sebanyak 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm
pada kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran
percobaan ini adalah 12,7 mm. Prosedurnya dapat mengikuti
ASTM.D.423.
Plastic Limit (Wp)
Batas plastic limit ini adalah kadar air pada batas bawah daerah plastic.
Kadar air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati
ayakan No.40 (0,425 mm) pada alat kaca sehingga membentuk diameter
3,2 mm dan memperlihatkan retak-retak. Prosedur ni dapat mengikuti
ASTM .D.424.
Platicity Indek (Pi)
Platicity indek tanah adalah selisih nilai kadar air dan batas cair dengan
batas plastic.
Shrinkage Limit
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaari dimana
volume dan tanah ni tidak berubah, prosedur penentuari nhiai batas susut
ini dapat mengikuti ASTM.D.427.
f. Triaxial Test
Contoh tanah dengan pembebanian atau tekanan kecil yang benlainan dengan
atau disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada. Kecepatan perubahan
tinggi, contoh tanah agar disesuaikan dengan macam percobaan dan sifat dan
jenis tanahnya. Prosedur dan percobaan triaxial ini agar disesuaikan dengan
literature.(The Measurament of Soil Properties in The Triaxial Test by Beshop
& Henkel USBR Earth Manual & Engineering Properties of Soil and Their
Measurement by Bowles). Dan hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan
mengikuti prosedur ASTM.D.565.
g. Consolidation Test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan
III - 13

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perkiraan


besar penurunan yang terjadi pada lapisan ini dapat diketahui. Besarnya
increment ratio 1 dengan nilai pembebanan adalah : 1/4,1/2,1,2,4,8, dan 16
kg/cm2 pada setiap 24 jam dan pengurangan pembebanan seperti nilai
compression index (cc) dan coeficient of consolidation (Cv) perlu diperoleh.
Prosedur percobaan penetapan ini dapat mengikuti cara Measurement Bowles.
h. Permeability Test
Percobaan perembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien
rembesan dari suatu jenis tanah berbutir kasar dapat dilakukan dengan cara
constant head sedangkan pada tanah cohesive soil yang mempunyai nilai
koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan dengan cara falling Head
agar waktu yang ada pada falling head ini tidak terlalu lama, maka
penambahan tekanan dapat pula dilakukan.
i. Compaction Test
Salah satu cara untuk memperoleh hasil pemadatan yang maksimal telah
banyak digunakan Metode Proctor (1933) di laboratorium. Dengan cara ini
maka pegangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan dapat dilakukan
seperti penentuan kadar air optimum (WOPT), perkiraan kepadatan tanah dan
penentuan peralatan pemadatan di lapangan. Jumlah tanah bahan Proctor
berkisar 30 kg, tanah ini akan dikenakan percobaan standar/Modified
AASHO, sehingga nilai kadar air optimumnya dapat diketahui juga
maksimum kepadatan kering dan basah. Sehubungan dengan kapasitas
peralatan kepadatan tanah yang ada di lapangan, maka perlu dikerjakan sistem
Modified AASHO, sehingga akan diperoleh dengan kadar air berkisar 3 %
didaerah optimum. Prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan cara
AASTHO T.180 dan ASTM.D.698.
3.2.4. Survey Sosek, Kualitas Udara dan Biologi
Survey sosek, kualitas udara dan biologi ini meliputi :
- Sosialisasi dan questioner sosekbud
- Kualitas udara
- Survey biologi
- Analisa biota perairan.
Pengamatan terhadap aspek social, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat dilakukan
dalam wilayah studi yang berada dalam tapak proyek atau disekitarnya. Adapun data
komponen sosial yang diambil dalam study bersumber dari data primer dan data sekunder.
Komponen sosial yang penting untuk ditelaah diantaranya : Demografi, Ekonomi, Budaya

III - 14

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

dan Kesehatan Masyarakat. Wawancara dan pengamatan komponen sosial dilokasi studi
dilakukan 3 (tiga) penyebaran lokasi yang merata. Lokasi tersebut dilakukan pencatatan titik
koordinat dengan menggunakan GPS (Geografi Informasi Sistem).
Data kualitas udara dan kebisingan merupaka data primer, sehingga pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara pengukuran langsung dilapangan, kemudian diolah dan dianalisis
dilaboratorium. Parameter yang diukur dilokasi kegiatan study meliputi SO2, CO, NOx, Ox,
Debu, Pb, H2S, NH3, HC. Pengambilan sample kualitas udara dan tingkat kebisingan
dilakukan di 3 (tiga) lokasi, yaitu: a. Daerah alamiah, yaitu lokasi sebelum/ diluar yang belum
mengalami perubahan oleh kegiatan manusia. b. Lokasi Kegiatan konstruksi, yaitu lokasi
pada tempat yang telah mengalami kegiatan proyek. c. Lokasi pemukiman penduduk.
Parameter lainnya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu dan berhubungan langsung
dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan. Pengambilan sample dilakukan 3 (tiga) lokasi
dengan penyebaran yang merata dilokasi study. Setiap pengambilan sampel dilakukan
pengukuran titik koordinat dengan menggunakan GPS (Geografi Informasi Sistem).
Survey biologi meliputi flora dan fauna. Vegetasi, parameter yang diamati dilokasi study
jenis dan keanekaragaman, kerapatan, dominasi, dan frekwensi. Fauna darat, parameter yang
diamati jenis dan keanekaragaman, jenis satwa liar, langka, dan atau dilindungi. Pengambilan
sample dilakukan 3 (tiga) lokasi dengan penyebaran yang merata dilokasi study. Setiap
pengambilan sample dilakukan pengukuran titik koordinat dengan menggunakan GPS
(Geografi Informasi Sistem).
Parameter biota perairan merupakan parameter yang penting dalam penentuan kualitas air,
karena kualitas air berdampak langsung terhadap kehidupan organisme akuatik. Adanya
perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh limbah maka akan mengubah komposisi
organisme akuatik. Lokasi pengambilan contoh parameter biologi sebaiknya tidak jauh dari
lokasi pengambilan contoh air untuk pemeriksaan fisik dan kimia agar korelasinya mudah
didapatkan. Pemilihan lokasi pengambilan contoh dilakukan dengan memperhatikan kondisi
perairan (sungai, danau dan pantai)
Disungai, lokasi pengambilan contoh dipilih sebelum dan sesudah titik masukan limbah. Bila
memungkinkan pengambilan contoh dilakukan dikedua sisi sungai, karena disungai-sungai
yang lebar tidak terjadi pengadukan air sungai secara lateral. Sedangkan sungai yang tidak
terlalu besar, dimana pengadukannya cukup merata, pengukuran populasi biota perairan
dilakukan dengan pengambilan contoh secara periodek pada tengah-tengah sungai dengan
kedalaman 0,5 sampai 1 meter dari permukaan air. Pengambilan sampel dan pengamatan biota
perairan dilokasi study dilakukan 3 (tiga) lokasi dengan ketentuan yang telah dijelaskan
diatas.

III - 15

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

3.3. KRITERIA TEKNIS PERENCANAAN


3.3.1. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Tambak
Kriteria yang diperlukan untuk perencanaan jaringan irigasi tambak adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan lahan, dalam arti luas lahan, jenis dan kualitas tanahnya harus mengikuti
standar yang telah ditentukan untuk tambak udang dan bandeng/ ikan;
2. Ketersediaan air yang kualitasnya memenuhi Standard Biological Requirement untuk
udang dan bandeng, dan kuantitasnya sesuai dengan tingkat teknologi budidaya dan pola
tanam yang direncanakan;
3. Hamparan petak-petak tambak direncanakan sedemikian rupa sehingga yang tersedia
dapat dimanfaatkan seefisien mungkin;
4. Dimensi petak-petak tambak disesuaikan dengan tingkat teknologi budidaya yang
direncanakan;
5. Tata letak jaringan irigasi/ pemberi tambak direncanakan sedemikian rupa agar setiap
petak tambak dapat dengan mudah memperoleh air pada pelaksanaan pengisian kolam,
pengeringan dan pergantian air;
6. Kondisi hidrotografi lahan setempat agar sedapat mungkin dapat diterapkan sistem
pengisian dan pengeringan kolam tambak yang mudah, dengan mempertimbangkan segi
pembiayaan dan eksploitasi tambak.
Penjelasan dari faktor-faktor pertimbangan di atas adalah sebagai berikut :
a. Ketersediaan Lahan Tambak
Beberapa persyaratan yang sangat ideal untuk untuk lahan pertambakan adalah sebagai
berikut (Suyanto S.Rachmatun,Dra,Budidaya Udang Windu,81):
Perbedaan pasang surut antara 1,5-2m, sedangkan air laut tidak keruh berlumpur
Dataran pantai tidak bergerak maju kearah laut karena proses pengendalan (silasi)
Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir, tapi
kandungan pasirnya tidak lebih dari 20%. Selain itu tanah juga tidak porus.
Areal tambak dekat dengan pantai (tambak lanyah) dan dekat pula dengan muara
sungai.
Petakan tambak dapat diairi sepanjang tahun, atau setidak-tidaknya selama 10 bulan
dalam setahun.
Kadar garam airnya berkisar antara 15-30 per mil.
b. Kualitas Air
Disamping kesesuaian lahan maka perlu ditinjau juga lokasi pengambilan sumber air
untuk tambak. Pada Tabel 3.1 berikut disajikan standard kesesuaian air untuk tambak.
Tabel 3.1 Parameter Air untuk Budidaya Udang di Tambak
Parameter
(1)
Fisika
Suhu/temperatur
Kadar garam/ salinitas

Kadar minimum/ maksimum


(2)
26 300C
0 350/00

III - 16

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Kecerahan air

Optimal : 10-300/00
25-30 cm
(diukur dengan secchidisk)

Kimia
pH
7,5-8,5
4-8 mg/l
DO
<0,1 mg/l
Amonia (NH3)
<0,1 mg/l
H2S
200 mg/l
Nitrat (NO3)
0,5 mg/l
Nitrit (NO2)
0-0,002 mg/l
Mercuri (Hg)
0-0,02 mg/l
Tembaga (Cu)
0-0,02 mg/l
Seng (Zn)
0-0,05 mg/l
Krom Heksavalen (Cr)
0-0,01 mg/l
Kadmium (Cd)
0-0,03 mg/l
Timbal (Pb)
0-1 mg/l
Arsen (As)
0-0,05 mg/l
0-0,02 mg/l
Selenium (Se)
0-0,002 mg/l
Sianida (CN)
0-1,5 mg/l
Sulfida (S)
0-0,003mg/l
Fluorida (F)
Klorin bebas (C12)
Sumber : Suyanto S Rachmatun, Dra, Budidaya Udang Windu, 2005

c. Kriteria Budidaya Udang dan Bandeng Semi Intensif


Kedalaman air di kolam tambak 125 cm;

Padat penebaran 40.000 ekor benur per 1 Ha per satu musim tanam;

Pergantian air 2 5 persen per hari;

Masa pertumbuhan udang dan bandeng 120 hari;

Musim tanam adalah 2 x dalam satu tahun;

Pemberian air dan pembuangan air dapat melalui tenaga pompa, pasang surut atau
gabungannya.
3.3.2. Analisa Hidrologi
Untuk analisa hidrologi sebagai penunjang pekerjaan desain, dibutuhkan data meteorologi dan
hidrometri. Data tersebut dapat berupa data primer yang biasanya didapat dari pengukuran
langsung maupun data sekunder yang didapat dari hasil pencatatan stasiun hidroklimatologi
atau menggumpulkan dari laporan atau studi yang berkaitan dengan studi perencanaan
nantinya.
Analisa hidrologi adalah melakukan analisa hidroklimatologi dengan teknis analisa secara
kuantitatif yang mengacu pada berbagai metode yang relevan dengan Standar Nasional
Indonesia yang berlaku. Analisa hidrologi dimaksudkan untuk menganalisis hubungan antara
curah hujan, iklim, keadaan topografi, kondisi tanah, luas daerah tangkapan sampai diperoleh
debit aliran limpasan/ debit banjir.
ANALISIS CURAH HUJAN RENCANA

III - 17

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Curah hujan rancangan diperlukan sebagai data masukan pada analisis debit banjir rancangan
maupun analisis modulus drainase. Untuk itu perlu dilakukan analisis curah hujan rancangan.
Metode yang digunakan untuk melakukan analisis curah hujan rancangan dengan periode kala
ulang tertentu adalah sebagai berikut :
1). Distribusi Gumbel Tipe I
2). Distribusi Log - Pearson Tipe III
3). Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)
ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA
Analisa debit banjir rancangan akan memberikan hasil yang akurat bila didukung dengan data
amatan debit, yaitu berupa AWLR (automatic water level record) dan data ARR (automatic
rainguage record) sebagai data masukannya.
Apabila debit banjir tersedia cukup panjang (>20 tahun), debit banjir dapat langsung dihitung
dengan metode E.J Gumbel Type I atau Log Pearson Type III.
Mengingat pada wilayah perencanaan tidak ada data debit ,maka untuk analisis debit banjir
rancangan digunakan cara transformasi data hujan menjadi data debit (unit hydrograph
syntetic) .
Tujuan utama analisis debit banjir adalah untuk memperoleh debit puncak dan hidrograf
banjir, yang akan digunakan sebagai data penting dalam menentukan dimensi bangunan yang
direncanakan.
Ada beberapa metode perhitungan debit banjir rencana yang bisa digunakan dalam
perencanaan bangunan air antara lain adalah :
1. Metode Rasional
2. Metode Weduwen
3. Metode Nakayasu
4. Metode Snyder Alexeyev
5. Metode Haspers
PERHITUNGAN BESARNYA EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL
Evaporasi dan transpirasi merupakan faktor penting dalam studi pengembangan sumbar daya
air. Evaporasi adalah proses fisik yang mengubah suatu cairan atau bahan padat menjadi gas.
Sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang terjadi melalui tumbuhan. Jika kedua proses
tersebut saling berkaitan disebut dengan evapotranspirasi. Sehingga evapotranspirasi
merupakan gabungan antara proses penguapan dari permukaan tanah bebas (evaporasi) dan
penguapan yang berasal dari daun tanaman (transpirasi).
Besarnya nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, sedangkan untuk transpirasi dipengaruhi
oleh iklim, varietas, jenis tanaman serta umur tanaman.
III - 18

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Data yang diperlukan untuk perhitungan meliputi :


( t ), Temperatur udara bulanan rerata ( C )
(RH), Kelembaban relatif bulanan rerata ( % )
(n/N), Penyinaran/kecerahan matahari bulanan rerata ( % )
(U), Kecepatan angin bulanan rerata (m/det)
(LL), Letak lintang daerah yang ditinjau
(C), Angka koreksi Penman
DEBIT ALIRAN RENDAH (LOW FLOW ANALYSIS)
Setelah data debit time series dihitung, selanjutnya akan dianalisis mengenai debit bulanan
rata-rata serta debit andalan yang mewakili peluang kejadian untuk tahun basah, kering dan
normal. Analisa tersebut sangat penting untuk menentukan kapasitas tampungan dan rencana
operasinya. Untuk keperluan studi, data debit sungai dengan jangka waktu yang panjang
sangat diperlukan di lokasi rencana. Apabila data pengamatan debit dirasa kurang, maka
diperlukan estimasi debit dengan menggunakan data hujan harian untuk menganalisis
besarnya debit andalan. Beberapa metode analisa debit andalan ialah Metode FJ.Mock,
Metode Tank Model, dan Metode Nreca. Apabila data debit tersebut tidak tersedia di lokasi
rencana maka untuk memperkirakan besarnya debit pada lokasi pekerjaan dapat digunakan
metode perbandingan DAS.
PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN
Debit andalan adalah debit yang selalu tersedia dengan andalan sebesar 80 % dimana
probabalitas tersebut dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Pr = m / (n+1) * 100 %
Keterangan :
Pr
= probabilitas (%)
m
= nomer data
n
= jumlah data
3.3.3. Analisa Pasang Surut
Untuk menentukan pengaruh pasang surut air laut terhadap cakupan lahan tambak yang
direncanakan serta kaitannya dengan penyediaan air asin dan air tawar, penyelidikan
dilakukan di sungai Lamoa bagian hilir (muara). Dari hasil pengukuran ini diharapkan adanya
kesesuaian hubungan fluktuasi antara elevasi, salinitas dan kecepatan aliran air pada runtun
waktu yang sama.
Pencatatan fluktuasi elevasi muka air sungai sebagai akibat atau tidak dari pasang surut air
laut dilakukan selama 15 hari pada alat duga air di sungai tersebut secara simultan dengan
interval waktu 1 jam. Pencatatan dilakukan sebagai acuan dalam menentukan pola fluktuasi
III - 19

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

elevasi muka air sungai akibat pengaruh pasang air laut maupun untuk menentukan pola
pasang surut itu sendiri.
Dari hasil pengamatan akan diketahui beberapa nilai tinggi elevasi meliputi :

Highest Measured Tide

Mean Higher High Water (MHHW)

Mean High Water (MHW)

Mean Sea Level (MSL)

Mean Low Water (MLW)

Mean Lower Low Water (MLLW)

Lowest Measured Tide

Peramalan Pasang Surut


Peramalan pasang surut berguna untuk menentukan tinggi pasang tertinggi dan surut terendah
di lokasi studi guna pola operasi irigasi dan drainase tambak. Selain itu juga dipergunakan
untuk merencanakan tanggul dan analisis terhadap bangunan pelengkap tambak.
Pola pasang surut dapat diperoleh dengan menganalisa data pengamatan pasang surut. Karena
pada dasarnya pergerakan pasang surut bersifat beraturan sehingga dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen harmonik yang jumlahnya sangat banyak. Untuk kebutuhan praktis
cukup diketahui 10 (sepuluh) komponen yang dinyatakan dalam konstanta pasang surut.
Penentuan besarnya konstanta harmonik pasut ini akan dilakukan dengan metode Least
Square.
Metode Least Square
Gejala pasang adalah periodik, maka tinggi pasang dapat dinyatakan sebagai fungsi dari
waktu dan merupakan suatu deret harmonis dengan k komponen pasang. Fungsi tersebut
ditulis sebagai :
k

r 1

r 1

h(v) A0 Ar cos r v B r sin r v ...


Keterangan :
h(v)
A0, Ar, dan Br
r

= tinggi pasut fungsi dari waktu


= komponen pasang (konstanta-konstanta)
= frekuensi tiap komponen pasang

Untuk memudahkan perhitungan dalam mendapatkan konstanta pasut, deret harmonis itu
diuraikan hingga menjadi bentuk persamaan normal. Untuk penentuan persamaan normal
diambil sebagai pusat pengamatan adalah waktu tengah. Jadi hv (dimana v = -n + 1, ,0, ,
n 1, n) adalah harga tinggi pasang -pada suatu pengamatan dengan waktu tengah sama
dengan nol (n = 0).
III - 20

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Konstranta Pasang Surut


Peramalan pasang surut dapat dilakukan bila konstanta pasang surut telah diketahui. Karena
gerak pasang surut adalah merupakan superposisi dari masing-masing komponen tersebut
dengan frekuensi dan fasa yang berbeda, maka gerakan pasang surut dapat dinyatakan
sebagai:
N

Z t Z o f i H i cos i t Vo i u i g i
i 1

Keterangan :
fi
=
koreksi nodal amplitudo
Hi
=
amplitudo komponen i
V oi =
suku koreksi undur fasa
ui
=
suku koreksi nodal untuk undur fasa
gi
=
undur fasa komponen I
Z0 , Hi , gi diperoleh dari hasil pengamatan yang kemudian dihitung dengan salah satu cara
perhitungan komponen pasang surut (Admiralty atau Least Square).
Sedangkan suku-suku lain dapat dihitung secara teoritis yang kemudian ditabulasikan.
Beberapa komponen pasang surut yang perlu diketahui dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Komponen-komponen Utama Pasang Surut

L2
T2
2N2
A2

(3)
12,4206
12,0000
12,6582
11,9673
12,6258
12,8719
12,1918
12,0164
12,9055
12,2216

Kec.
Sudut
(/jam)
(4)
28,9841
30,0000
28,4397
30,0821
28,5126
27,9682
29,5285
29,9590
27,8954
29,4556

K1
O1
P1

23,9346
25,8194
24,0658

15,0411
13,9430
14,9589

Komponen

Simbol

(1)

(2)
M2
S2
N2
K2

Utama bulan
utama matahari
bulan, sehubungan variasi jarak bumibulan
bulan-matahari dan perubahan deklinasi
bulan-matahari dan pergeseran perigee
bulan-matahari
utama eliptis bulan
matahari
utama eliptis bulan
bulan-matahari dan pergeseran perigee
matahari-bulan
utama bulan
utama matahari

Perioda
(jam)

Ket.
(5)

Semi
Diurnal

Diurnal

III - 21

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

elliptis bulan dan pergeseran perigee


bulan, akibat peredaran bumi dan perigee
matahari dan pergeseran perigee bulan
matahari
bulan akibat peredarannya
matahari-bulan
bulan, akibat pergeseran perigee
matahari
matahari
utama bulan
matahari-bulan

Q1
M1
J1
1
Mf
Mfs
Mm
Ssa
Sa
M4
MS4

26,8677
24,8327
23,0991
23,8048
327,8689
354,3307
649,8195
4390,2439
8780,4847
6,2103
6,1033

13,3987
14,4967
15,5854
15,1232
1,0980
1,0159
0,5444
0,0821
0,0411
57,9682
59,9841

Perioda
Panjang
Perairan
Dangkal

3.3.4. Perencanaan Desain Jaringan Tambak


Dasar Pengembangan
Dasar pengembangan jaringan irigasi tambak dilakukan secara bertahap, dimana setiap tahapan
merupakan upaya pemenuhan kebutuhan yang bersifat mendesak serta dapat memacu
pengembangan kebutuhan aspek lain maupun keseluruhan secara terpadu.
Tujuan dan keuntungan yang diperoleh dari pengembangan jaringan irigasi tambak adalah :
Mensinkronisasikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Daerah yang tertuang
dalam Rencana Induk (Master Plan) pembangunan daerah terutama kegiatan sektor
budidaya perikanan
Penataan jaringan irigasi yang mampu mensuplai air pasok (asin dan tawar) ke seluruh
areal tambak yang sudah ada dan areal yang akan dikembangkan
Mempermudah operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi baik pada saat pengaturan
pemasukan dan pembuangan air tambak secara terpisah dan distribusi suplai air ke seluruh
hamparan tambak secara merata
Menjamin pelaksanaan budidaya tambak secara berkesinambungan baik untuk musim
hujan dan kemarau yang disesuaikan dengan teknologi budidaya petambak setempat
Kualitas dan kuantitas air dapat dipertahankan mendekati kondisi yang dipersyaratkan
untuk budidaya udang
Dipertahankannya green belt sebagai zona penyangga kehidupan biota air pesisir dan sebagai
biofilter alami dalam mereduksi limbah organik yang dihasilkan selama siklus pemeliharaan
udang.
Sistem Keterpaduan Pengembangan
Perencanaan sistem jaringan irigasi tambak diarahkan keterpaduan pengembangan antara
areal tambak yang ada dan areal calon pengembangan yang ditinjau dari :
III - 22

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Lay out saluran pemasukan dan pembuangan


Suplai air asin dan air tawar
Kemudahan sarana transportasi ke lokasi tambak dari pusat perdagangan
Kemudahan pengelolaan suplai air dan pengaturan salinitas secara serentak berdasarkan
sistem blok jaringan irigasi.
Berpatokan pada sistem keterpaduan pengembangan tersebut maka dapat direkomendasikan
konsep pengembangan budidaya Tambak Gantung sebagai berikut :
Teknologi budidaya yang diterapkan adalah tradisional plus dengan padat penebaran
benur berkisar 4 6 ekor / m2 untuk wilayah yang masih tergenang air pasang. Sedangkan
pada lahan pesisir yang elevasinya diatas pasang rata-rata, teknologi budidaya yang akan
diterapkan adalah pola Intensif Resirkulasi Tertutup dan Resirkulasi Terbuka dengan padat
tebar benur 15 20 ekor/m2 serta pola Semi Intensif dengan padat tebar benur 6 10
ekor/m2.
Frekuensi penggantian air untuk teknologi tradisional plus ditetapkan 4 6 % per hari
dengan sasaran produksi 600 750 kg / Ha (tradisional plus). Untuk Intensif (Resirkulasi
Terbuka dan Tertutup) pergantian air ditetapkan 10 15 % per hari dan Semi Intensif
sebesar 6 10 % per hari dengan sasaran produksi 997,5 1.425 kg / Ha (semi intensif)
serta 2.565 2.992,5 kg / Ha (intensif)
Pemisahan saluran pemasukan (pasok) dengan saluran pembuangan
Pengarahan lay out saluran pembuang diusahakan langsung ke laut
Pengaturan tata air diusahakan dipertahankan sesuai pola tata air yang selama ini
dilakukan petambak
A. Kebutuhan Air Tambak
Analisis kebutuhan air irigasi untuk tambak dipengaruhi oleh komponen:
Evaporasi

Perkolasi

Curah hujan efektif

Besarnya debit kebutuhan air di tambak dinyatakan dengan menggunakan persamaan


sebagai berikut:
qs (V P Eo ) R

Keterangan :
qs
=
V
=
Eo =
P
=
R
=

kebutuhan air di tambak


volume pengisian air di tambak
evaporasi
perkolasi (mm/hari)
curah hujan efektif
III - 23

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

B. Analisa Modulus Drainase


Perencanaan sistem drainase untuk lahan pertanian ada 2 macam, yaitu drainase bawah
permukaan (Sub Surface Drainage) dan drainase atas permukaan (Surface Drainage).
Untuk lokasi studi ini menggunakan drainase atas permukaan dengan pertimbangan
kondisi genanganan kelebihan air yang terjadi diakibatkan oleh hujan dan buangan dari
tambak.
Modulus Drainase
Cara perkiraan air buangan dengan metode ini adalah dengan memperhatikan tinggi
genangan yang terjadi di tambak. Untuk mengontrol tinggi genangan di lapangan harus
memperhatikan kesetimbangan air yang masuk dan keluar. Perhitungan penambahan air
pada jangka waktu tertentu dan berapa lama air tersebut harus dibuang dinamakan
kapasitas rencana. Kapasitas rencana itu disebut modulus drainase.

Rumus yang dipakai adalah (Anonim, 1986 : 134) :


(Dn)T = (Rn)T + n(I - ETo - P) Sn
Keterangan :
(Dn)T =
modulus drainase n harian dengan kala ulang T tahun (mm/hari)
(Rn)T =
hujan maksimum n harian dengan kala ulang T tahun (mm)
n
=
jumlah hari (hari)
I
=
jumlah air irigasi yang diberikan (mm.hari-1)
ETo =
evapotranspirasi (mm.hari-1)
P
=
perkolasi (mm.hari-1)
Sn
=
tinggi air yang diijinkan di lahan (mm)
Dari modulus drainase dapat ditentukan debit yang harus dibuang dalam satuan luas areal.
Rumus yang dipakai adalah :
Dm

( Dn) T
n 8,64

Keterangan :
Dm = modulus drainase harian per luas (m3.hari-1.ha-1)
n
= curah hujan harian
Dengan menggunakan dasar rumus yang sama, modulus drainase dapat dicari dengan
menggunakan metode grafis. Adapun cara mencari nilai modulus drainase dengan
menggunakan grafis, dapat dilihat pada gambar berikut.

III - 24

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.2. Perhitungan Modulus Drainase Metode Grafis


(Sumber : Standart Perencanaan Irigasi,1986:135)
Debit Drainase
Debit drainase berdasarkan pada perhitungan modulus drainase sebelumnya dan
tergantung pada luas lahan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Q = Dm . A
Keterangan :
Q
= debit rencana (m3/dt)
Dm = modulus drainase harian per luas (m3/hari/Ha)
A
= luas area (Ha)
C. Perencanaan Hidrolis Jaringan Irigasi Tambak
Dalam merencanakan jaringan tata air rawa pasang surut maka perencanaan hidrolisnya
akan didasarkan pada aliran tidak tunak (unsteady flow condition) dengan menggunakan
model matematik. Metodologi analisa perencanaan hidraulik disajikan pada Gambar 3.14.
Dalam pekerjaan ini dipakai program bantu (soft ware) DuFlow.
Program DuFlow bisa dipergunakan untuk meramalkan perilaku aliran pada suatu sistem
aliran yang dipengaruhi pasang surut. Model ini dibuat berdasarkan persamaan diferensial
parsial. Persamaan tersebut merupakan persamaan translasi matematis dari konsep
konservasi massa dan persamaan momentum.
Persamaan konservasi massa dan momentum:

H Q
+
=0
t
x

dan

III - 25

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Q
H ( Qv) g Q Q
+gA
+
+ 2
= byw 2 cos( - )
t
x
x
C AR
Q V . A

Keterangan :
t
=
x
=
H(x,t)
=
V(x,t)
=
Q(x,t)
=
R(x,H) =
B(x,H) =
b(x,H) =
A(x,H) =
C(x,H) =
g
=
w (t)
=

waktu
jarak yang diukur sepanjang as saluran/sungai
elevasi muka air yang terikat dengan datum
kecepatan rata-rata dari penampang melintang sungai
dihitung pada lokasi x waktu ke t
radius hidrolis pada penampang melintang
lebar storage penampang aliran
lebar aliran penampang saluran
luas penampang aliran
koefisien De Chezy
bilangan gravitasi
kecepatan angin

(t)

= arah angin

(x)

= arah saluran terhadap sumbu saluran dalam derajat, diukur searah jarum jam

(x)

dari utara.
= koefisien konversi angin
= faktor koreksi distribusi kecepatan aliran yang non-uniform didefinisikan:

A
Q

v(y, z )2 dydz

dimana bentuk integral tersebut diambil berdasarkan penampang melintang saluran.


Keluaran yang didapatkan analisis program ini adalah elevasi muka air pada simpul
(node), debit air pada suatu ruas saluran dan kecepatan aliran ruas (section).

III - 26

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Mulai
Mulai

Pengukuran Topografi
Jaringan Irigasi Tambak

Pengamatan Pasang
Surut

Inventarisasi
Bangunan

Pengikatan Elevasi
Pelscale

Skematisasi Model
Jaringan
INPUT HASIL ANALISA
HIDROLOGI :
Debit Banjir
Rancangan
Modulus Drainase

MODEL MATEMATIK
MODEL MATEMATIK

DUFLOW
DUFLOW

OUTPUT :
Debit
Tiap
Ruas
Saluran
Kecepatan
Di
Tiap
Ruas Saluran
Elevasi Muka Air Di
Tiap Node

Selesai
Selesai

Tinjauan Pola
Operasi Pintu
Tinjauan Dimensi
Bangunan dan
Saluran

REKOMENDASI :
Penyesuaian Dimensi
saluran
&
Bangunan
Eksisting
Rencana
Bangunan
Baru

III - 27

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.3. Metodologi Perencanaan Hidrolik

Skematisasi Model
Skema model Sungai dibatasi oleh Node (simpul) dan Section (ruas). Node
menggambarkan titik patok yang terletak di tengah alignment sungai yang didasarkan pada
hasil pengukuran topografi. Ruas menghubungkan antara dua node yang saling berurutan.
simpul

cabang

Gambar 3.4. Skematisasi Model


Kondisi Batas
Kondisi batas model adalah:

Di bagian hilir adalah elevasi muka air di hasil analisa pasang surut

Di bagian hulu adalah debit banjir untuk masing-masing kala ulang.

Di saluran daerah rawa dipakai debit drainase masing-masing kala ulang


III - 28

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Kondisi Awal Model (Initial Condition)


Sebagai kondisi awal perhitungan diberikan sembarang harga elevasi muka air dan debit,
hasil running pertama nantinya dipakai sebagai initial condition pada running berikutnya,
sehingga initial condition tersebut telah mengikuti prinsip aliran tak tunak.
Hasil Perhitungan (Out Put)
Dari hasil running program didapatkan data elevasi muka air maksimum, rerata dan
minimum untuk banjir rancangan masing-masing kala ulang untuk tiap jamnya dapat
diketahui, sehingga kondisi muka air masing-masing node dapat diketahui pada saat banjir
dan spring tide.

Debit

Boundary Condition di
Saluran dipakai Beban
Drainase, atau Curah Hujan

Boundary Condition di Hulu


Sungai dipakai hidrograf
banjir

Daerah Tata Air Rawa


8

EMA

Jam

1
2

S. Ulim

Boundary Condition di Hilir


dipakai Data Pasang Surut
Jam

4
Hulu

hilir
LAUT

Gambar 3.5. Ilustrasi Skema Model Analisa Hidrolika (Model Matematik Du Flow)
D. Perencanaan Detail (Desain Rinci)
Dasar perencanaan tata air daerah studi dan penentuan langkah-langkah penanganan
daerah proyek :
1. Hasil pengumpulan data / informasi sekunder.
2. Hasil diskusi dengan penduduk setempat serta pengawas yang ditunjuk.
3. Hasil pengumpulan data primer, berupa : survey topografi, survey tanah, survey
hidrologi/ hidrometri, survey sosial ekonomi, lingkungan dan perikanan.

III - 29

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Tahapan detail desain akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai


berikut :
1. Penampang melintang saluran akan digunakan sedapat mungkin desain standar yang
ada
2. Analisa pondasi dan stabilitas untuk bangunan-bangunan hidrolik akan dilaksanakan
secara sangat seksama untuk mencegah terjadinya kegagalan seperti umumnya yang
terjadi pada bangunan-bangunan hidrolik di daerah reklamasi rawa pasang surut
selama ini
3. Pada perpotongan saluran dan sungai akan dikembangkan struktur pencegah disiltasi
4. Komponen-komponen detail untuk bangunan hidrolik akan didesain semaksimum
mungkin menggunakan bahan produksi lokal dan metode labor intensive (padat karya)
Dalam penarikan rencana tapak / lay-out sistem tata air maka akan dipakai dasar
pertimbangan sebagai berikut :
1. Normalisasi saluran drainase yang ada
Prioritas utama dalam pembuatan sistem drainase daerah proyek adalah normalisasi
(perbaikan) saluran drainase yang ada. Dimensi saluran drainase ini akan disesuaikan
dengan debit air yang akan melewati saluran tersebut.
2. Penentuan jarak antar saluran ditentukan dengan mempertimbangkan luas masingmasing daerah pengaliran yang nantinya berpengaruh terhadap beban drainase (debit
air di dalam saluran).
3. Hal yang paling utama dari penarikan rencana tapak / lay-out sistem tata air adalah
persetujuan dari para petambak di lokasi pekerjaan terutama setelah nantinya tahap
konstruksi dilaksanakan tidak akan terjadi gugatan dari para petambak dengan adanya
perbaikan dan pembuatan saluran-saluran tambak
Setelah sistem tata air daerah pekerjaan ditentukan maka dilakukan permodelan tata air
didaerah pekerjaan untuk menentukan dimensi saluran/tinggi tanggul yang dibutuhkan.
TATA LETAK
Tata letak (lay out), desain dan konstruksi tambak harus dirancang sedemikian rupa.
Dengan cara demikian akan memungkinkan perolehan air yang cukup untuk kehidupan
ikan secara optimal, memudahkan dalam pengelolaannya, dan pembangunannya dapat
dilaksanakan dengan konstruksi yang memenuhi syarat dan menghemat biaya. Penentuan
tata letak, desain dan konstruksi tambak tidak ada ketentuan yang standar, melainkan
disesuaikan dengan keadaan lahan dan sumber pengairan ditempat tertentu.
Tata letak pertambakan dalam suatu hamparan, pertama-tama hendaknya disesuaikan
dengan posisi hamparan lahan terhadap sumber pengairannya yaitu laut dan/ atau sungai.
Beberapa ketentuan dalam merencanakan tata letak pertambakan adalah :

III - 30

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Petak-petak pertambakan minimum harus 50m dari garis pantai. Dalam jarak lebar
50m itu hendaknya dipelihara/ dilestarikan jalur hijau yang bisa berupa tumbuhan
pohon api-api atau bakau. Jalur hijau ini gunanya untuk melindungi pantai dari
kerusukan oleh pukulan ombak yang keras dari laut.
Unit tambak minimum harus berjarak 15 m dari tepi sungai dan terpelihara sebagai
jalur hijau untuk mencegah longsor.
Saluran pemasok air hendaknya terpisah dari saluran pembuangan.
Saluran hendaknya tidak memotong tegak lurus terhadap kontur lahan. Ini untuk
mencegah penggerusan dasar dan supaya gerakan air tidak terhambat.
Pembuatan saluran-saluran harus mengingat kepentingan atau tidak mengganggu
kepentingan perolehan air bagi pertambakan di sekitarnya.
Tambak tumpangsari pada umumnya hanya memungkinkan untuk budidaya ekstensif sampai
semi ekstensif saja, karena tidak diperkenankan membuat petak-petak yang dapat merusak
pohon-pohon bakaunya. Tata letak tambak dapat disusun menurut jenis kegunaan petak
sedemikian rupa, sehingga memudahkan dalam pengaturan air dan pengelolaannya seharihari. Berikut tata letak suatu unit tambak yang dianjurkan oleh Bank Dunia (World Bank,
IBRD) di Indonesia tahun 1975-1978, pada proyek intensifikasi tambak.

Gambar 3.6. Tata Letak Unit Tambak


Luas Total 5 Ha

Tata letak tambak sistem buyaran/ modular untuk ikan bandeng yang dianjurkan oleh
Jamandre dan Rabanal dari filipina (1975) disajikan berikut:

III - 31

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.7. Susunan Tata Letak Tambak Pemeliharaan Ikan Bandeng


Secara Modular (Jamandre & Rabanal, 1975)
Keterangan :
PD
: Petak pendederan
PG
: Petak penggelondongan
A, B, C Petak pembesaran C: 2xB = 4xA

DESAIN DAN KONSTRUKSI PETAK TAMBAK


Petak tambak yang baik berbentuk empat persegi panjang. Sisi panjangnya sebaiknya
maksimum 150m supaya pemasukan air dari satu sisi ke sisi yang lain, bisa menimbulkan
arus yang masih cukup kuat. Lebar petak sebaiknya seragam agar memudahkan dalam
pemanenan. Sisi panjang petak hendaknya tegak lurus terhadap arah angin agar tidak
menimbulkan gelombang pada air tambak. Bila sisi panjang petak sejajar arah angin,
gelombang air dalam petak akan menjadi kuat sehingga dapat merusak tanggul (erosi).

Gambar 3.8. Bentuk Petak Tambak dan Arah Angin


(Pintu pemasukan dan pembuangan pada sisi pendek berseberangan )
III - 32

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Luas tiap petak , untuk tambak semi intensif 1 ha sampai 3 ha. Untuk tambak intensif 0,2
ha sampai 0,5 ha per petak. Makin kecil petak, makin mudah dalam mengelola airnya.
Tambak yang tanggul dan dasarnya dari tanah umumnya luasnya sekitar 0,5 ha. Bila
tanggul dari pasangan luasnya dibuat 0,1 ha per petak. Tanah yang tidak mudah
merembeskan air yaitu tanah liat sampai sedikit berpasir, dasar tambak tidak perlu diberi
pasangan, sedangkan untuk tanah berpasir harus diberi pasangan.

Gambar 3.9. Desain Tambak Intensif


Saluran pembagi dibuat diatas tanggul, air masuk kedalam petak melalui pipa-pipa (A),
Pintu pembuang dapat berupa monnik (B) atau sistem syphon (C). Air untuk pengisi
dipompakan ke dalam bak yang dibuat diatas tanggul(R).
Macam-macam petak tambak :
1.
Petak pendederan, gunanya untuk mengipuk (mendeder) benih ikan yang masih
lembut selama 1 bulan. Ukurannya 1% dari luas petak pembesaran, dengan
kedalaman 30 sampai 50 cm.
2.
Petak penggelondongan, ukurannya 10 % dari luas petak pembesaran.
Kedalamannya 60 75 cm. Petak ini dibuat berdampingan dengan petak
pendederan.
3.
Petak pembesaran, Ukurannya bermacam-macam. Pada tambak ekstensif/
tradisional luasnya bisa samapi 10 ha per petak. Pada tingkat budidaya semi intensif
luas petaknya 1-3 ha. Tambak modern/ intensif ukuran petak maksimum 1 ha.
Kedalaman petak ini untuk tambak intensif 1-1,5 m. Pada tambak udang secara
intensif tidak dibuat petak pendederan dan penggelondongan.
SALURAN
Saluran tambak diibaratkan sebagai urat nadi dari areal pertambakan. Melalui saluran air
laut atau air payau disuplai ke dalam unit areal tambak. Oleh karena itu ukuran saluran
harus diperhitungkan agar volume air yang masuk bisa mencukupi kebutuhan seluruh
unit.
Dibawah ini dijelaskan jenis saluran yang biasa digunakan dalam desain tambak, yaitu :
Saluran Utama/ Primer
III - 33

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Saluran ini mengalirkan atau mengambil air langsung dari laut atau sungai yang airnya
payau. Melaui alur ini secara alamiah pasang laut akan masuk menjangkau hamparan
dengan lancar.
Kunvankiv dkk (1986) mengemukakan rumus rumus dibawah ini untuk menghitung
ukuran saluran tambak.
Q = V.A
Keterangan :
Q = volume air yang masuk saluran (m3/dt)
V = kecepatan aliran air (m/dt)
A = luas penampang melintang saluran (m2)
Besarnya V dihitung dengan rumus sebagai berikut :
V= R2/3 x S1/2 x 1/n
Keterangan :
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran
n = koefisien kekasaran
Untuk memudahkan dalam penentuan lebar saluran maka diperhitungkan pula pengaruh
pasang surut dan luas areal tambak.
Tabel 3.3. Hubungan Antara Lebar Saluran Utama, Perbedaan Pasang Surut dan Luas
Areal Pertambakan
Perbedaan Pasang Surut
Luas Areal
(m)
(ha)
(1)
(2)
Kurang dari 1,5
20 atau kurang
Kurang dari 1,5
Lebih dari 20
Lebih dari 1,5
20 atau kurang
Lebih dari 1,5
Lebih dari 20
Sumber : Balai Budidaya Air Payau, Jepara, 1984

Lebar Saluran Utama


(m)
(3)
5
6
7
8

Dasar saluran primer sebaiknya sedikit lebih tinggi diatas pasang terendah supaya saluran
dapat dikeringkan sempurna.

III - 34

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.10. Jenis Saluran Pada Irigasi Tambak


Saluran Sekunder
Saluran ini melayani bagian yang tak terjangkau oleh saluran pembawa primer menuju
bagian dalam kolam-kolam pembibitan dan kolam-kolam tambak. Umumnya dibangun
pada areal tambak yang luas, dimensinya lebih kecil jika dibandingkan saluran pembawa
primer. Untuk unit seluas 10 ha lebar saluran sekunder kira-kira 6,5m dengan lama
pengisian air 5 jam.
Saluran Tersier
Merupakan cabang dari saluran sekunder. Petak tambak mendapat air dari saluran tersier
ini. Maka saluran tersier juga disebut saluran pembagi air. Petak tambak dapat juga
langsung mendapat air dari saluran sekunder, tergantung letaknya terhadap tepi laut atau
sungai. Pada tambak modern, saluran pembagi sering dibuat diatas tanggul berupa
saluran terbuka dari pasangan bata atau pipa paralon yang tahan terhadap air asin.
Saluran Pembuang
Saluran pembuang akan dibuat terpisah dari saluran pembawa. Saluran Pembuang terdiri
dari saluran primer, sekunder, dan tersier. Umumnya terletak dibagian lain kolam,
berlawanan dan paralel dengan saluran pembawa.
Penampang melintang saluran (pembawa, pembagi, dan pembuang) umumnya trapesium
dengan slope 1 : 1 untuk tanah aluvial bertekstur pasir lempung seperti di lokasi proyek.

III - 35

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.11. Bentuk-Bentuk Saluran Tambak


Kedalaman saluran primer (tanpa freeboard) bervariasi :
a. Untuk mix tide
: dari elevasi MHHW sampai MLLW (datun)
b. Untuk diurnal
: dari elevasi MHW sampai MLLW
Kedalaman saluran sekunder dari tinggi muka air kolam tambak sampai rata-rata
ketinggian pasang surut.

Untuk penampang melintang optimal, dasar saluran harus :


b = 2d (v1+z2 - z)
Keterangan :
b = dasar saluran
d = kedalaman saluran tanpa freeboard
z
= bagian batas scope bilangan bagian vertikal = 1
Perkiraan awal penampang saluran ini ditentukan oleh :
a. Debit suplai untuk saluran pembawa
b. Debit buangan untuk saluran drainase
c. Debit banjir untuk saluran pembagi
Perhitungan dimensi saluran pada tahap awal menggunakan rumus Manning yang
kemudian dicek dengan formula pasang surut disaluran tanggul. Model matematik
DUFLOW akan digunakan dalam permodelan irigasi tambak daerah ini
TANGGUL/ PEMATANG
Tanggul/ pematang tambak ukuran lebar dan tingginya disesuaikan dengan keadaan atau
situasi hamparan terhadap ketinggian pasang surut. Tanggul dapat dibedakan atas :
a. Tanggul primer
b. Tanggul sekunder

III - 36

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

c. Tanggul tersier

Fungsi utama/ primer, tanggul untuk menjaga penggunaan air dalam areal tambak dan
untuk melindungi kolam, menjaga pertumbuhan udang / ikan dan lain-lain, dari bahaya
banjir dan terjangan pasang tinggi. Desain tanggul disamping pertimbangan teknis juga
akan memperlihatkan pertimbangan ekonomis. Sebaiknya lebar puncaknya lebih dari 2m,
semakin lebar semakin baik. Biasanya tanggul utama itu menyatu dengan lahan jalur
hijau (hutan bakau) di tepi pantai dan tepi sungai.
Untuk menghitung tinggi tanggul digunakan rumus Kungvankij dkk (1985):
H

( Hw G ) FB
1 % penyusu tan

Keterangan :
H = tinggi pematang yang direncanakan
Hw = pasang atau banjir tertinggi yang pernah terjadi
G = ketinggian relatif dasar kolam terhadap ketinggian rata-rata air laut
FB = tinggi jagaan
% = prosentase enyusutan (biasanya diambil 20%)
Kemiringan pematang tergantung pada kualitas tanah serta tinggi pematang. Kemiringan
tanggul menurut Kungvankij dkk adalah sebagai berikut :
Kemiringan
1:2
Apabila tinggi tanggul lebih dari 4,26m dan langsung
terkena ombak
1:1
Apabila tinggi tanggul kurang dari 4,26m dan
perbedaan pasang surut lebih dari 2m
2:1 Apabila beda pasang surut 1m atau kurang dan tinggi tanggul
kurang dari 4,26m

III - 37

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.12. Pematang Melintang Pematang Utama dan Talud


Tanggul yang terlalu tegak (2:1 atau 1:1) dapat diperkuat dengan konstruksi berm, yang
berbentuk semacam teras dengan lebar 0,5m gunanya untuk menahan lereng agar tidak
mudah longsor.
Tanggul sekunder memisahkan saluran sekunder dan petak tambak. Lebarnya minimum
2m sampai 4m bila dikehendaki bisa untuk dilalui kendaraan roda 4. Kemiringan
lerengnya 1:1 atau 1:2.
Tanggul tersier memisahkan antar 2 petak tambak dengan lebar tas minimum 1m dan
kemiringan lerengnya 1:1 atau 1:2.
Tabel 3.4. Kelompok Tanah Untuk Membuat Tanggul/ Pematang
Kelompok tanah

Stabilitas pematang

Permeabilitas (cm/dt)
III - 38

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

(1)
Lempung berpasir
Lempung berliat
Lempung liat berpasir
Lempung berdebu
Pasir berlempung atau
gambut
Liat
Liat berpasir

(2)
Cukup stabil, dapat digunakan
untuk inti pematang atau pelapis
pematang
Agak stabil, dapat digunakan untuk
inti pematang
Agak stabil, dapat digunakan untuk
inti pematang atau pelapis
pematang
Agak stabil baik untuk inti
pematang
Stabilitas rendah, dapat digunakan
untuk pematang dengan
pengontrolan yang tepat
Stabil untuk inti pematang dan
pelapis pematang
Agak stabil dengan kemiringan
rendah untuk pelapis pematang dan
bagian-bagian pematang

(3)
10-3 10-6
10-6 10-8
10-3 10-6
10-6 10-8
10-3 10-6
10-6 10-8
10-6 10-8

Sumber : Ahmad Taufik dkk, Budidaya Bandeng Secara Intensif, 2005

PINTU AIR
Pintu dibuat dikolam tambak untuk intake dan untuk drain. Pintu juga perlu dibuat pada
intake saluran tersier apabila saluran tersebut berfungsi sebagai reservoir. Lebar dan tinggi
pintu air disesuaikan dengan lebar saluran dan tinggi tanggul saluran.
Selama pengeringan kolam, air dibuang perlahan-lahan dengan memfungsikan kedua slab.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kecepatan yang tinggi di pintu pembuang dengan
memfungsikan kedua slab. Pintu pada saluran tersier (bila perlu) akan dibuka selama
spring tide sehingga air asin mengalir bebas ke saluran dan kolam. Selama neap tide pintu
ditutup dan air dipompa dari saluran sekunder ke saluran tersier. Pintu primer dan
sekunder bila diperlukan akan dibuat, seperti untuk mencegah intrusi air asin ke areal
pertanian, mengontrol pencampuran air bersih dan air asin, dan dalam kasus-kasus
tertentu membuang air banjir.

Gambar 3.13. Pintu Air Utama (contoh


1)
Pintu air utama merupakan pintu air
untuk mensuplai air dari saluran luar.
Lebar pintu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan air dan keadaan pasang
surut. Ukuran pintu air utama adalah:
lebar 1-1,5m, tinggi 2-3m dan panjang
1,5-3m
Sumber

Murtidjo Bambang A, Budidaya


Pembenihan Bandeng,2002

&

III - 39

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.14. Rancangan Pintu Air Utama Untuk Mengendalikan


Air Dalam Hamparan Tambak (contoh 2)
(sumber : Ahmad Taufik dkk, Budidaya Bandeng Sec. Intensif,1998)

GORONG-GORONG
Bangunan ini terutama ditempatkan pada persilangan saluran dengan jalan atau saluran
dengan tanggul. Dimensi gorong-gorong dihitung dengan menggunakan rumus
Q =

A (2gz)1/2

Keterangan :
Q = debit yang melewati gorong-gorong (m3/dt)
A = luas penampang yang dialiri (m2)
z = Kehilangan tinggi tekanan (m)
g = percepatan gravitasi 9.8 m/dt2
= koefisien pengaliran, tergantung jenis penampang
= 0.9 (untuk penampang bulat)
= 0.8 (untuk penampang persegi)
POMPA
Pompa digunakan untuk mensuplai air pada areal yang tinggi, sedang pasutnya kecil atau
selama neap tide pada saat gaya pasang surut kecil sekali sehingga tidak bisa mendorong
air ke kolam tambak untuk penggantian 5-7% air setiap hari. Kapasitas pompa yang harus
disediakan dihitung sedemikian, sehingga mampu menaikkan air 1.0-1.5 m dengan
mengingat :
a. Debit aliran
b. Losses (kehilangan) di inlet, outlet, persimpangan dll
III - 40

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Lokasi pompa dan eksploitasi


d. Efisiensi pompa
Design pompa mengikuti formula berikut :
c.

dQ - dWs + B.Vc.dv = [ V2 + h + gz] V.dA + e..dv


dt

dt

Cv

Keterangan :
dQ/dt
=
dWs/dt =
Cv
=
Cs
=

Cs 2

tt Cv

derajat panas
daya pompa
control volume
control surface

Gambar 3.15. Penempatan Pompa untuk Mengairi


Petak Tambak Secara Efisien

III - 41

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.16. Pipa Tegak Digunakan Untuk Mengganti dan


Mengendalikan Air di Petak Tambak
JALAN
Ada 2 jenis jalan, yaitu untuk kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua pejalan kaki.
Jalan-jalan ini digunakan sebagai jalan inspeksi dan transportasi untuk pemasaran.
Permukaan cukup jalan tanah kecuali jalan primer yang bisa digunakan perkerasan
makadam.

ANALISA STABILITAS BANGUNAN


Perhitungan Daya Dukung Tanah
Untuk menghitung daya dukung tanah digunakan Metode Terzaghi dengan persamaan
sebagai berikut :

Pondasi Menerus :
Qu = C.Nc. + D.Nq + 0,5. .B.N

Pondasi Bujur Sangkar :


Qu

= 1,3 . C . Nc . + . D . Nq + 0,4 . . B . N

Qa = Qu / SF
Keterangan :
Qu
= daya dukung tanah (ton/m2)
C
= kohesi tanah (ton/m2)

= berat isi tanah efektif (ton/m3)

D
B

= dalam pondasi (m)


= lebar pondasi (m)

Nc, Nq, N

= faktor daya dukung tanah

Qa
SF

= daya dukung yang diijinkan (ton/m2)


= faktor keamanan, diambil sebesar 3

Perhitungan daya dukung tanah ini untuk mengetahui apakah terjadi keruntuhan atau tidak
bila dibangun pintu, bangunan pompa, gorong-gorong, jembatan dan tanggul.
Stabilitas Lereng

III - 42

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Dalam analisa stabilitas lereng terhadap bahaya longsor (gelincir) digunakan metode
irisan bidang luncur, Methode Fellenius. Persamaan dari Metode Fellenius ini
dirumuskan sebagai berikut :

Fs

(c . l (N U Ne) tan)
( T Te )

Fs

1,1 (pembebanan tetap)

Fs

1,2 (pembebanan sementara)

Keterangan :
Fs
=
faktor keamanan
N
=
beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan bidang luncur
(ton/m)
T
=
beban komponen tangemsial yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur (ton/m)
U
=
tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur (ton/m)
Ne
=
komponen horisontal beban seismic yang bekerja pada setiap irisan bidang
luncur (ton/m)
Te
=
komponen tangensial beban seismic yang bekerja pada setiap irisan bidang
luncur (ton/m)
l
=
panjang busur (m)

sudut geser dalam bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang luncur

angka kohesi tanah pembentuk dasar setiap irisan bidang luncur (ton/m3)

berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur (ton/m3)

Gambar 3.17. Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Bidang Luncur


III - 43

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Ne dan Te bernilai 0 bila perhitungan dalam kondisi normal (tidak ada gempa).
Analisa Penurunan Tanah
Penurunan tanah (settlement) pada tanah dasar akibat dari adanya beban diatas seperti
tanggul, bangunan pompa dan lain-lain akan diestimasi dengan menggunakan Rumus
Terzaghi sebagai berikut :
Z

h
kk
Ln
C
k

Keterangan :
Z
=
penurunan (m)
H
=
tebal lapisan yang dapat dimampatkan (m)
C
=
modulus kemampatan
K

tegangan butiran awal ditengah lapisan (kg/m2)

tambahan tegangan butiran akibat beban (kg/m2)

3.4. ANALISA KESESUAIAN LAHAN


Hal-hal yang akan dilakukan dalam analisa kesesuaian lahan adalah :

Klasifikasi kesesuaian lahan.

Klasifikasi tanah ditetapkan dengan menggunakan sistem taxonomy tanah (USDA soil
survey staff, 1983) pada tingkat sub-group dan sistem FAO/ UNESCO (1974) pada
tingkat sub unit.

Gambar-gambar
Gambar-gambar yang akan di buat direncanakan terdiri-dari :

Peta penyebaran jenis tanah yang menyangkut keasaman, kegaraman (salinitas),


tekstur tanah dan lokasi titik pengamatan.

Peta kedalaman air tanah

Peta kelas kesesuaian lahan

Peta rekomendasi tata guna tanah usulan

Peta kedalaman lapisan pirit

Peta kandungan bahan organic

Kriteria kesesuaian lahan untuk tambak seperti terdapat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kriteria Standar Kesesuaian Lahan
No.

Parameter

Sesuai

Marginal

(1)
1.

(2)

(3)

(4)

02
< 0.03

< 0.06

Topografi
a. Lereng
b. Lereng tegak lurus pantai (%)

Tidak
Sesuai
(5)

III - 44

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

2.

c. Lereng sejajar pantai (%)


Tanah
a. Tekstur
b. Permeabilitas (mm/jam)
c. PH
d. Pyrit (%)
e. Kejenuhan Al (me/100/gram)
f. Kedalaman Sulfidik (cm)
g. Kadar Batuan Organik (%)
h. Jeluk Lap. Sulfat (cm)
i. Salinitas (PPT)

< 0.02

< 0.2
67
< 4.8
< 30
100
4 20
100
<5

Sedang
4.5 5.5
20 30
50 100
5 - 15

Kasar
< 4.5 & >7
30
< 50
> 15

3.

Hidro oceanografi
a. Muka air tertinggi (cm)

65 - 100

50 - 75

1.

3.5. ANALISA USAHA TANI TAMBAK


Analisa usaha tani tambak bertujuan untuk mengevaluasi sistem peternakan ikan pada saat
sebelum proyek (eksisting) dan setelah adanya proyek. Selain akan diberikan rekomendasi
atau anjuran sistem usaha tani juga akan dilaksanakan analisa finansial dan ketersediaan
tenaga kerja di lokasi pekerjaan. Sehingga akan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
pengembangan di masa depan.
3.6. PEMBINAAN PETANI TAMBAK DAN ANALISA USAHA
Sumber Daya Manusia (SDM)
Peningkatan ketrampilan SDM baik pembudidaya maupun petugas penyuluh di lapangan sangat
menentukan keberhasilan pengembangan budidaya udang dan bandeng agar usaha budidaya
udang dan bandeng di tambak dapat berhasil dengan baik. Minimal dibutuhkan 4 faktor utama
yang harus dipenuhi yaitu manusia yang akan mengelola, materi (tambak) yang akan dikelola,
dana untuk mengelola dan teknik / metoda yang tepat dalam mengelola.
Pembinaan Kelompok Tambak
Kegiatan pembinaan yang diberikan untuk membantu petani tambak yang dapat
dilaksanakan ada dua hal pokok yang nyata dan perlu dipertimbangkan yaitu :
1) Pembinaan tersebut dilakukan secara terpisah-pisah, dengan/ tanpa kaitan langsung
antara petani tambak,
2) Pembinaan-pembinaan yang beragam tersebut belum mengarah kepada upaya
Agar program pembinaan usaha tambak dapat terlaksana dengan baik dan berhasil,
maka diperlukan adanya :
III - 45

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Perlindungan dan jaminan dari pemerintah terhadap kelangsungan usaha


petambak, sesuai dengan ketentuan hukum dan perundangan yang berlaku,
Pemberian fasilitas pinjaman bagi lembaga tersebut (paguyuban petambak udang

dan bandeng) dengan suku bunga lunak (rendah), baik untuk mendukung kegiatan
produksi maupun untuk pemasaran hasilnya.
Sosialisasi Usaha Tambak
Tujuan diadakan sosialisasi usaha tambak adalah menumbuhkan minat usaha tambak
yang dapat berbentuk kelompok usaha bersama (KUB) dalam upaya pemberdayaan petani
tambak dan pengembangan ekonomi masyarakat pantai.
Agar program sosialisasi usaha tambak tepat sasaran, maka diperlukan intensitas
penyuluhan manajemen usaha dan teknologi budidaya udang dan bandeng oleh Petugas
Penyuluh Lapangan (PPL) terhadap petani tambak melalui kelompok-kelompok tambak.
Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan usaha budidaya tambak dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Kemitraan Usaha.
o
Kelompok Usaha Bersama

Kelompok usaha bersama merupakan suatu model pengembangan usaha petani


tambak skala kecil secara berkelompok untuk suatu jenis komoditas dan usaha
prospektif pada suatu lokasi dalam suatu hamparan/ kawasan yang dapat
dikendalikan dalam rangka pemberdayaan petani tambak dan keluarganya. Beberapa
KUB yang berada di suatu lokasi dapat digabungkan dalam suatu kawasan tambak
dengan bentuk Unit Pelayanan Pengembangan (UPP). Pembinaan UPP langsung
oleh Dinas Perikanan Propinsi dan Kabupaten dengan kegiatan antara lain pelatihan,
pemberian paket bantuan sarana, pengawasan dan pembinaan langsung oleh PPL.
Kemitraan Usaha
Kemitraan usaha antara pengusaha mitra (investor) dan kelompok mitra (petani
tambak) yang dibentuk harus berdasarkan prinsip-prinsip saling menguntungkan,
saling membutuhkan dan saling ketergantungan.
Diharapkan melalui kemitraan usaha ini dapat meningkatkan pendapatan petani
tambak dan alih teknologi budidaya yang lebih maju. Dengan menjalin kerjasama
yang erat dengan pengusaha mitra, kebutuhan sarana produksi dan informasi
teknologi dapat diperoleh petambak. Sebaliknya pengusaha mitra memperoleh
bahan baku ekspor (panen udang/ bandeng) dengan prinsip-prinsip sebagaimana
termaksud diatas, yang pada gilirannya pemberdayaan ekonomi masyarakat pantai
dapat tercapai.

Pelatihan Manajemen Tambak


Untuk pengenalan teknologi budidaya udang dan cara pengelolaan tambak diperlukan
suatu metode simulasi dalam bentuk pelatihan manajemen tambak pada calon stakeholder
III - 46

LAPORAN PENDAHULUAN
REVIEW DESAIN DAN UKI/UPL TAMBAK MUARA PANTUAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

agar aplikasi teknik budidaya udang dapat dilaksanakan sesuai persyaratan. Para
instruktur yang memberi materi pengetahuan teknologi budidaya tersebut berasal dari
Dinas Perikanan Propinsi dan Kabupaten serta petambak yang berpengalaman.
Materi pelatihan manajemen tambak pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi 5
tahap yaitu pengelolaan tanah dasar, pengelolaan air, pengelolaan plankton, pemeliharaan
udang/ bandeng dan penanganan pasca panen.
a. Pengelolaan tanah dasar
Menjabarkan cara pengolahan lahan tambak, pengapuran dan pemberantasan hama.
b. Pengelolaan air
Menguraikan peranan air (kuantitas dan kualitas) yang cukup dan sehat untuk
budidaya udang/ bandeng, proses pergantian air, pengaturan distribusi air ke petak,
stabilisasi mutu air, teknik reduksi limbah air bekas dan kesuburan air.
c. Pengelolaan plankton
Menjelaskan cara penumbuhan makanan alami (plankton) benih udang yang
dipelihara dan metode pemupukan serta inokulasi untuk memperbanyak kelimpahan
plankton sebagai stok pakan alami.
d. Pemeliharaan udang/ bandeng
Menjabarkan tahapan pola budidaya tradisional, semi intensif dan intensif dengan
sistem daur ulang air bekas (resirkulasi), aplikasi kincir dan pompa air. Pemupukan
susulan dan pemberantasan hama, serta teknik pemberian pakan tambahan dan buatan
dalam metode pemeliharaan.
e. Penanganan pasca panen
Menjelaskan cara pemanenan udang/ bandeng, teknik pengawetan hasil panen,
sanitasi hasil panen, dan unit pengolahan hasil (handling space).

III - 47

Anda mungkin juga menyukai