Anda di halaman 1dari 3

Ancaman Navigasi Hambat Laju Pembangunan

Maritim
Posted By: Adityo Nugrohoon: January 09, 2015

Mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia hanya dengan menghilangkan ancaman yang
terjadi di laut saat ini, salah satu diantaranya ialah ancaman navigasi. Mantan Kasal tahun 20022005 Laksamana (Purn) Bernard Kent Shondakh menegaskan hal itu saat ditemui JMOL beberapa
waktu lalu.
Poros maritim itu sangat baik dan kita sangat mengapresiasi itu, karena kesejahteraan bangsa kita
ada di laut. Sebenarnya hal itu sudah dimulai dengan membuat Departemen Kelautan pada masa
Gus Dur dan saat ini ada Menko Kemaritiman, namun yang terpenting dalam mewujudkan itu ialah
dengan menghilangkan ancaman yang saat ini masih banyak terjadi di laut kita, ungkap Bernard.

Laksamana (Purn) Bernard Kent Shondakh (Foto: JM)


Ketua Lembaga kajian Institute Maritime Study (IMS) itu mengurai berbagai ancaman yang saat ini
terjadi di laut kita dan bahkan sudah terjadi sejak dulu.
Ada 3 ancaman yang kerap terjadi di laut kita, yaitu perompakan, ancaman navigasi, dan ada
namanya ancaman climate change atau global warming, maka dari itu sekarang kerap terjadi angin
puting beliung, padahal dulu tidak pernah, ujarnya.

Berita yang membuatnya miris, yaitu adanya nelayan yang enggan pergi melaut karena akibat
tingginya gelombang laut yang lebih dari 3 meter.
Sekarang kapal dilarang keluar karena gelombang lebih dari 3 meter. Hal itu sudah terjadi sekarang
yang disebut factual threat atau ancaman nyata, katanya.
Peran Lembaga Hidrografi
Tingginya ancaman navigasi itu menuntut peranan Lembaga Hidrografi untuk dapat meningkatkan
kemampuannya. Pria kelahiran Tobelo 67 tahun silam itu menyebutkan pentingnya sarana
pendukung yang memadai dari Lembaga Hidrografi.
Itu sudah menjadi tugas hidrografi, negara sebesar ini hanya punya kapal 2 hidrografi, itupun baru
pesan dari Prancis, dulu kita sempat punya 8 tetapi itu punya BPPT, tandasnya.
Saat ini Lembaga Hidrografi Nasional bernama Dinas Hidrografi dan Oseanografi (Dishidros) yang
berada dibawah naungan TNI AL. Baru-baru ini Dishidros TNI AL sudah memesan kapal Hidrografi
dari Prancis dengan jenis OSV190 SC WB.
Sayangnya, mantan Kasal yang saat ini turut aktif menjadi komisaris di beberapa perusahaan itu
tidak menjelaskan posisi Lembaga Hidrografi ke depan, apakah tetap berada dibawah TNI AL atau
menjadi badan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden atau Kementerian terkait
layaknya Bakamla atau BPPT.
Sementara itu pengamat militer dari Indomiliter, Haryo Adjie Nogo Seno menyatakan sejauh ini
peranan Dishidros belum dapat dikatakan optimal.
Saat ini memang belum clear peranan dari Dishidros, selain untuk navigasi pada jalur alur
pelayaran kapal selam juga untuk navigasi sipil, tutur Adjie.
Lebih lanjut, Adjie menambahkan, belum optimalnya peranan itu terlihat pada saat evakuasi Airasia
QZ8501. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kapal Dishidros hanya dua dan baru pesan dari
Prancis, jadi itu salah satu penyebab belum optimalnya peranan lembaga ini, sambungnya.
Seperti halnya satuan kapal eskorta, satuan kapal amfibi, dan satuan kapal cepat, maka Dishidros
pun punya armada kapal tersendiri, yakni Satuan Surveihidros (Satsurveihidros).
Saat ini Satsurveihidros memiliki 5 (lima) KRI, khusus KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros
merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO. Dari kelima

KRI tersebut, 1 (satu) KRI Dewa Kembar-932, 1 (satu) KRI Leuser-924 dan 3 kelas Kondor yaitu KRI
Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang-723 dan KRI Pulau Rempang-729 yang berada di jajaran
Satsurveihidros.
Sejatinya kapal-kapal itu bukanlah jenis kapal survei namun menyikapi keterbatasan yang ada, TNI
Angkatan Laut memodifikasi kapal-kapal tersebut untuk dapat dijadikan kapal survei.
Awalnya kapal-kapal tersebut merupakan kapal tipe rumah sakit, kapal tunda samudera dan kapal
penyapu ranjau sehingga memiliki nama dan nomor lambung yang berbeda namun memiliki fungsi
azasi yang sama sebagai kapal survei. Sehingga, KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros
merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO.

http://jurnalmaritim.com/2015/01/ancaman-navigasi-hambat-laju-pembangunanmaritim/

Anda mungkin juga menyukai