Anda di halaman 1dari 8

Wujudkan Tol Laut, Jokowi Harus Bikin Regulasi Dulu

Rabu, 17 September 2014, 12:41:00 WIB


Laporan: Hendry Ginting
Presiden terpilih Joko Widodo diingatkan untuk menyelesaikan regulasi
rencana
tol
laut
sebelum
membahas
rencana
pembangunan
infrastrukturnya. "Regulasi ini perlu sebagai aturan main seluruh pihak, baik
pemerintah maupun swasta sehingga tidak ada tumpang tindih yang bisa
merugikan salah satu pihak," kata praktisi bidang perkapalan dan energi,
Yaniarsyah Hasan kepada wartawan, Rabu (16/9).
Menurut dia, konsep tol laut yang diwacanakan oleh Jokowi adalah
bagaimana membangun sebuah sistem transportasi laut yang memberikan
kelancaran arus barang dan jasa sehingga menurunkan biaya-biaya yang
timbul dalam perpindahan barang dan jasa.
Dengan demikian, diharapkan bisa terjadi keseimbangan harga baru dari
barang dan jasa di masing-masing daerah atau diharapkan secara ekstrim
terjadi penurunan harga barang dan jasa serta penurunan perbedaan harga
di masing-masing daerah.
Yaniarsyah mengungkapkan, selama ini dalam pengoperasian armada laut
baik breakbulk maupun container dikenal dengan dua sistem yaitu tramper
dan liner. Timbulnya dua sistem ini pada dasarnya disebabkan karena
penumpukan barang yang akan diangkat berbeda-beda dan apabila tidak
tercapai break even point (BEP), perusahaan-perusahaan pelayaran
mengoperasikan armada secara tramper (tanpa jadwal dan berlabuh
dibanyak
pelabuhan)
untuk
mencapai
tingkat
BEP
operasi.
"Sistem liner umumnya beroperasi dari pelabuhan ke pelabuhan tertentu dan
ini dilakukan apabila potensi barang-barang yang akan diangkut telah
mencapai
BEP,"
paparnya.
Oleh karena itu, tol laut akan terlaksana bila didukung penuh oleh
perusahaan-perusahaan pelayaran yang pada umumnya adalah perusahaanperusahaan swasta yang berorientasi pada profit, mengingat saat ini tidak
ada perusahaan angkutan laut (perkapalan) Pemerintah yang memiliki
armada yang cukup untuk melaksanakan ini. Hal ini sangat berbeda dengan
angkutan seperti kereta api yang dikontrol oleh Pemerintah dan masih
menjadi penugasan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sehingga lebih mudah
untuk melakukan kebijakan-kebijakan.
Dia menyatakan, beberapa langkah penting yang bisa diambil Jokowi untuk
mewujudkan tol laut ini, antara lain adalah menentukan segera Spoke dan
Hub Port (pelabuhan) yang akan diintegrasikan dalam program Tol Laut, agar

menarik perusahaan pelayaran untuk bisa berhitung secara bisnis dalam


mensukseskan Program Tol Laut.
Selain itu dan mereview kembali tata perijinan sehingga perusahaan
pelayaran diarahkan untuk melayani jalur-jalur yang dibutuhkan untuk
mendukung program tol laut secara liner.
Yaniarsyah, melanjutkan Perusahaan Pelabuhan (Pelindo I, II, III dan IV) perlu
mendukung dari sisi pelayanan dan fasilitas sehingga cepat dan dengan
harga yang kompetitif untuk perusahaan-perusahaan pelayaran. "Integrasi
Transportasi perlu direncanakan segera karena angkutan laut umumnya
dimiliki perusahaan swasta, pelabuhan dimiliki Pemerintah dan angkutan
darat (di luar Kereta Api) dimiliki oleh swasta, sehingga tercipta integrasi
sistem yang menguntungkan dan dapat diterima oleh semua pihak perlu
dilaksanakan segera," katanya.
Disamping itu dirinya pun berpendapat bahwa secara keseluruhan regulasi di
bidang kelautan pun perlu ditata ulang karena banyaknya regulasi dan
lembaga yang berwenang di laut, perlu disegerakan proses pembentukan
pelayanan satu atap untuk mendukung regulasi perijinan dalam rangka
mendukung program Tol Laut.
Agar regulasi berjalan cepat dan tepat program ini perlu dipimpin dan
dilakukan oleh Tim dan Pemimpin Tim yang kuat, yang memahami masalah
di sektor Kelautan/Maritim dan mampu bersikap tegas serta mampu
mengintegrasikan seluruh komponen yang terlibat dalam proses
mewujudkan Tol Laut dan Indonesia sebagai Poros Maritim.
Tim Transisi terus berupaya mendalami program pendulum nusantara untuk
digabung dengan Tol Laut versi Jokowi. Rencananya, dalam dua minggu ke
depan Tim Transisi bakal berupaya berkomunikasi dengan Kementerian
Perhubungan untuk mengetahui kesamaan antara pendulum nusantara
dengan tol laut.
http://politik.rmol.co/read/2014/09/17/172334/Wujudkan-Tol-Laut,-JokowiHarus-Bikin-Regulasi-Dulu==============
Revolusi Jadikan Indonesia Poros Maritim Dunia Bisa Dimulai dari
Sulut
Rabu, 17 September 2014, 17:02:00 WIB
Laporan: Ade Mulyana
Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia mesti diawali dengan
"revolusi kelautan yang diawali dari meja makan". Kebiasaan makan ikan
laut, selain juga mencerdaskan bagi generasi mendatang, akan mengubah

cara pandang Indonesia terhadap lautnya. Sebagai propinsi yang memiliki


masyarakat gemar makan ikan, Sulawesi Utara (Sulut) bisa memulai revolusi
kelautan tersebut.
Demikian ditegaskan Ketua Institut Keamanan dan Keselamatan Maritim
Indonesia. (IK2MI), Laksdya TNI (P) Yosaphat Didik Heru Purnomo. dalam
diskusi panel yg diselenggarakan Pemda Sulut di Manado (Selasa, 16/9).
Didik yang mantan Kalakhar Bakorkamla RI menjelaskan, dalam posisi
geostrategisnya menghadap ke Laut Sulu dan Samudera Pasifik, Sulut yang
memiliki lautan lebih luas daripada daratan, harus mengawali perubahan
cara bangsa Indonesia melihat lautnya. Mengubah cara pandang itu akan
dilakukan melalui revolusi kelautan yang diawali dari meja makan.
"Kegemaran makan ikan akan menuntut pemenuhan konsumsi ikan di meja
makan. Tuntutan pemenuhan kebutuhan ikan itu akan merekonstruksi
paradigma dan praktik pengelolaan laut selama ini yang terbaikan. Kalau
rakyat Indonesia tidak butuh ikan di meja makan, bagaimana bisa pedul atas
illegal fishing, pencurian ikan, kerusakan lingkungan dan biota laut?" papar
Didik yang juga mantan Wakasal.
Pertanyaannya adalah, Didik menjelaskan lebih lanjut, bagaimana
menghadirkan ikan di meja makan inilah yang kemudian akan
merekonstruksi paradigma serta mata rantai pengelolaan, distribusi,
keamanan dan keselamatan serta pertahanan kedaulatan laut. Akibat yg
terjadi adalah Indonesia akan membangun industri maritim yang antara lain
meliputi pembangunan infrastruktur pelabuhan besar dan kecil, industri
kapal dan galangan, industri transportasi laut dan logistik dan industri SPBU
laut.
Hanya saja, mantan Kasum TNI itu menegaskan, semua itu tidak bisa
berjalan jika peraturan tata kelola kelautan tidak direvolusi juga. Yang
dibutuhkan dalam tata kelola kelautan adalah single agent multi task - satu
badan yang memiliki banya fungsi. Didik kemudian merefer praktik yg
berlaku saat ini, laut dimiliki oleh 12 pemangku kepentingan yg "sialnya"
peraturannya saling tumpang tindih dan mengedepankan ego sektoral.
"Jika tumpang tindih peraturan dan lembaganya segera diurai substansi
permasalahannya, Indonesia baru bisa bicara soal pertahanan dan
kedaulatan lautnya. Ini sangat penting bagi Sulut yang secara langsung
berhadapan dengan Filipina dan Laut Pasifik. Secara singkat bisa kita
tanyakan bersama, berapa harga seekor ikan ketika ada di meja makan ini
yang akan menjawab apakah kita sebenarnya siap menjadi menuju bangsa
Poros Maritim Dunia atau tidak," ungkap Didik.
Diskusi diselenggarakan dalam rangka 50 tahun Propinsi Sulut itu dengan
tajuk "Di Laut Sulut Akan Jaya", menghadirkan Sinyo H Sarundajang,

(Gubernur Sulut), Prof Dr Grevo Gerung ( Dekan Fakultas Kelautan dan


Perikanan Univ. Sam Ratulangi), Dr Sudiman Saad, (Dirjen Kelautan, Pesisir
dan Pulau2 Kecil Terluar, Kementerian Kelautan dan Perikanan), Dr Sri Yanti
Wibisana (Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas), Prof Dr Dietriech
Bengen (Guru Besar IPB) dan Ninuk Mardiana Pambudy (Wapemred Kompas)
sebagai pembicara.
http://www.rmol.co/read/2014/09/17/172372/Revolusi-Jadikan-IndonesiaPoros-Maritim-Dunia-Bisa-Dimulai-dari-Sulut==========
Tol Laut Jokowi Harus Didukung Jalur Transit
Jum'at, 29 Agustus 2014, 06:15:00 WIB
Laporan: Wahyu Sabda Kuncahyo
Bupati Wakatobi Hugua mendukung penguatan poros maritim yang akan
dijalankan capres terpilih Joko Widodo (Jokowi). Poros maritim yang salah
satunya dengan membangun tol laut dapat lebih membangkitkan
perekonomian masyarakat, terutama di wilayah pesisir. "Saat ini betapa
sulitnya untuk melakukan komunikasi antar daerah di bagian timur. Bahkan
waktu yang ditempuh untuk Indonesia bagian barat lebih cepat," kata Hugua
saat ditemui wartawan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis malam (28/8).
Menurutnya, keberadaan tol laut yang menghubungkan antar pulau di
Indonesia juga kudu ditunjang dengan pembangunan tempat-tempat transit
sebagai jalur penghubung. Hal ini memudahkan masyarakat sekalipun di
daerah terpencil dalam memasarkan hasil produksinya. Sehingga, hasil
pertanian maupun tangkapan laut tetap bernilai tinggi karena tidak lagi
dijual melalui tengkulak atau perantara.
"Dihubungkan antar kabupaten yang ada, kemudian jadikan bandara dan
pelabuhan transit. Kalau itu terjadi maka tol laut akan penuh dan hasil-hasil
produksi bisa terpasarkan dengan baik," beber Hugua. Selain itu,
pembangunan tol laut juga dapat meningkatkan industri pariwisata lokal.
Dengan sokongan infrastruktur pendukung, daerah-daerah yang memiliki
potensi wisata tinggi dapat lebih berkembang. Hal ini, berdampak pula pada
sektor perekonomian masyarakat.
Hugua mencontohkan, kabupaten yang dipimpinnya bersandingan dengan
kawasan wisata bahari lain yakni Bunaken dan Raja Ampat. "Sudah ada
segitiga Wakatobi, Bunaken, dan Raja Ampat untuk mengembangkan sektor
pariwisata berdasarkan kekayaan ekologi, dan ekowisata maritim. Karena itu,
jalur-jalur penghubung dengan tol laut dapat menstimulasi perkembangan
aspek
barang,
jasa
dan
juga
pariwisata,"
jelasnya.
Hugua sendiri memimpin Wakatobi selama dua periode yakni 2006-2011 dan

2011-2016. Ketua DPD PDI Perjuangan Sulawesi Tenggara ini diketahui


pernah mengenyam pendidikan di Universitas Haluoleo Kendari dan sejumlah
pendidikan di luar negeri. Dia juga menjabat Ketua Bidang Sumber Daya
Alam dan Konservasi APKASI Pusat dan Koordinator APKASI Sulawesi
Tenggara sejak 2007.
http://www.rmol.co/read/2014/08/29/169805/Tol-Laut-Jokowi-Harus-DidukungJalur-Transit=============
Pangoanan: Ingat Pengusaha Kapal Tak Mau Merugi, Tol Laut Bukan
Solusi
Minggu, 14 September 2014, 16:41:00 WIB
Laporan: Widya Victoria
Pembangunan tol laut yang dijanjikan presiden terpilih, Joko Widodo
dipandang omong kosong belaka. Terlebih jika yang jadi fokusan adalah
mengefisienkan sistem logistik nasional. Direktur Eksekutif Indonesia
Maritime Institute (IMI) Dr. Y Pangoanan menyebut, konsep Tol Laut mirip
proyek Pendulum Nusantara di pemerintahan SBY yang hanya menjadi
bagian
dari
keseluruhan
mata
rantai
dari
sisi
logistik.
"Itu proyek Pendulum Nusantara juga tidak bisa jalan karena mengapa? Loe
punya kapan angkutan terus bawa barang ke Papua, pulangnya kosong. Nah
sekarang yang menanggung biaya angkutan ke Papua-Jakarta siapa,"
paparnya mencontohkan. Dengan adanya program Tol Laut, kata Ongen,
begitu disapanya, bukan lantas disparitas harga yang terjadi di Indonesia
bisa teratasi. Sebab permasalahannya bukan di situ.
"Dia, Jokowi mau dorong pengusaha investasi kapal, sekarang pun
pengusaha kapal banyak tapi bukan itu intinya. Angkutan logistik di
Indonesia tidak balance sehingga beban operasional kapal cenderung
dibebankan di sana," terangnya kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu
(14/9). Ini mengapa, lanjut dia, terjadi disparitas harga antara kawasan barat
dengan timur. Andaikata pun Jokowi menggunakan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) untuk membeli kapal-kapal raksasa, maka
pertanyaan selanjutnya darimana sumber subsidi operasionalnya.
"Gila apa itu mau disubsidi pakai APBN. Nilai angkut dari Jakarta ke Papua itu
mahal," tekannya. Pemilik kapal dipastikan tak mau merugi. Ongen
menegaskan, membangun maritim Indonesia tak seperti rumah yang
langsung bisa atapnya. Pemerintah harus berpikir bagaimana operasional
angkutan kapal dari kawasan barat ke timur bisa menjadi balance. "Minimal
pulang dari pulang dari sana bawa barang yang nilainya setengah, tak
kosong. Misal angkut mobil ke Papua tapi pulangnya bawa pisang ya tidak
balance lah," imbuhnya.

Maka dari itu, menurut dia, penting bagi pemerintah mendorong investor
mau membangun industri di kawasan timur atau wilayah yang sulit
terjangkau angkutan darat. Salah satunya dengan memberi intensif. Dengan
begitu, biaya logistik bisa ditekan ke bawah karena pembangunan ekonomi
merata di seluruh wilayah Indonesia. "Cuma masalahnya tidak ada yang mau
investasi, pengusaha kapal ya jebol," katanya pula.
http://politik.rmol.co/read/2014/09/14/171919/Pangoanan:-Ingat-PengusahaKapal-Tak-Mau-Merugi,-Tol-Laut-Bukan-Solusi==============
Tol Laut Diandalkan Untuk Pemerataan Pembangunan
Minggu, 14 September 2014, 09:22:00 WIB
Harian Rakyat Merdeka
Janji pemerintahan Jokowi-JK akan menjadikan Indonesia sebagai poros
maritim dunia harus didukung berbagai pihak. Pembangunan tol laut menjadi
sarana yang wajib dibangun guna menopang Indonesia sebagai negara
maritim yang hebat. Hal itu disampaikan bekas Menteri Kelautan dan
Perikanan Rokhmin Dahuri dalam diskusi Dialog Maritim-Arah Dan Startegi
Kelembagaan Maritim di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat (Jumat, 12/11),
malam, kemarin.
Pembangunan tol laut itu jangan dikira seperti membangun jalan tol di
darat. Tol laut itu adalah jalur utama pelayaran ke seluruh wilayah Indonesia
dan pulau-pulau terluar. Dengan tol laut itu, maka ekonomi, budaya
Indonesia berbasiskan laut akan maju dan kuat. Tentu sektor Hankam, Iptek,
dan lingkungan laut juga tidak luput dari pengadaan tol laut itu, ujarnya.
Menurutnya, tol laut juga berfungsi sebagai upaya pemerataan
pembangunan ke wilayah-wilayah Indonesia. Sebab dua per tiga wilayah
Indonesia adalah laut, yang terdiri dari pulau-pulau terluar, pulau-pulau kecil
yang potensial, dan juga pulau-pulau yang belum maju alias tertinggal.
Perekonomian dan juga pemerataan, nantinya tidak berpusat di Pulau Jawa
lagi, tetapi juga ke wilayah pesisir, pulau-pulau terluar, termasuk pulau-pulau
kecil, ujarnya.
Dia juga menjelaskan, sebagai negara poros maritim dunia, Indonesia harus
membangun kawasan industri lelautan terpadu. Konsepnya terpadu.
Pelabuhan itu ditandemkan dengan Industri kelautan, supaya efisien,
ujarnya.
Untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, Rokhmin
mengusulkan empat model pengelolaan laut. Pertama, memperkuat
Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) dengan menambah Tugas Pokok

dan Fungsi (Tupoksi) ekonom. Kedua, Deep Sea Industry; KKP diperkuat
bersama-sama Kementerian lainnya untuk perekonomian dan kelautan.
Ketiga, dibentuk Kementerian Maritim untuk mengelola Perikanan Tangkap,
Perikanan Budidaya laut dan pesisir, sebagai sumber pangan dan ekspor,
mengembangkan ekonomi kelautan. Keempat, Kementerian Maritim dengan
semua ekonomi kelautan. Nah, silakan yang mana yang paling pas,
ucapnya.
Di tempat yang sama, Dirjen Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Kementerian
Kelautan Dan Perikanan, Sudirman Saad menyampaikan, selama ini
Indonesia sudah melakukan upaya-upaya pembangunan laut di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Paling tidak, sekarang ini sudah ada 60 kota
pantai yang sedang bertumbuh. Dan itu sebagai kota-kota yang indah
sebagai lokasi pariwisata, juga pengembangan perekonomian laut, ujarnya.
Memang, di banyak daerah pesisir, sebanyak 70 persen masyarakatnya
masih miskin. Sebab pertumbuhan penduduk di wilayah pesisir juga masih
besar, ujarnya.
Selain itu, dia mengingatkan, bahwa dalam pembangunan wilayah pesisir,
tidak boleh asal-asalan, sebab harus menjaga dan melindungi lingkungan
dan biota laut. Saat ini, lanjut Sudirman, paling tidak ada 700-an desa pesisir
yang rentan terhadap bencana.
Pakar Kelautan dari Universitas Hasanuddin Prof Jamaluddin Jompa
menyampaikan, untuk membangun tol laut, rasanya tidak mungkin
mengandalkan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) semua.
Membangun sektor kelautan dan perikanan seperti itu juga harus
melibatkan sektor swasta, tidak mungkin semua anggarannya dari APBN
kita. Tinggal pemerintah menjadi katalisator, dan sektor swasta turut
membantu pembiayaan, ujarnya. ***
http://politik.rmol.co/read/2014/09/14/171893/Tol-Laut-Diandalkan-UntukPemerataan-Pembangunan-

Anda mungkin juga menyukai