Anda di halaman 1dari 22

Bagian Ilmu Bedah

Tugas Kelompok Stase BTKV

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Karsinoma Paru

Disusun oleh:
Ayu Herwan Mardatillah (0910015020)
Hardin (0910015022)
Famela Asditaliana (0910015058)

Pembimbing:
dr. Ivan Joalsen, B,TKV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015

BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. Y.S.
Usia
: 61 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Tarakan
Agama
: Katholik
Status
: Kawin
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 18 Maret 2015
pukul 08.00 WITA di Ruang Anggrek RSUD AWS Samarinda..
a. Keluhan Utama
: nyeri pada dada
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri pada semua bagian dadanya sejak 6 bulan yang
lalu SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul, namun belakang nyeri yang dirasakan
semakin sering dan lama. Nyeri juga dirasakan menjalar ke daerah leher, tangan,
dan dada bagian belakang. Nyeri yang dirasakan tidak terpengaruh aktifitas
pasien.
Tidak ada sesak napas, tidak ada demam, batuk hanya sesekali dan tidak
terlalu mengganggu pasien. Menurut pengakuan pasien berat badannya menurun
dalam 2 bulan terakhir (dari 75 kg menjadi 71 kg), nafsu makan sedikit menurun.
Tidak ada keluhan pada BAB dan BAK.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes Mellitus
: Diakui (sejak 5 tahun yang lalu)
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Belum Tahu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes mellitus
: Diakui (saudara kandung pasien)
Hipertensi
: Diakui ( pasien sendiri)

Jantung
: Disangkal
e. Riwayat Pribadi
Perokok aktif
: Diakui (dari muda sampai 1995)
Olah raga
: Diakui (jalan santai setiap pagi)
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan mempunyai 2 orang anak. Biaya pengobatan
ditanggung oleh ASKES (Kesan Ekonomi Cukup)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemerikaan fisik dilakukan tanggal 18 Maret 2015 Pukul 19.00 di Ruang
Anggrek RSUD AWS Samarinda
Keadaan Umum
:
Kesadaran: Compos Mentis
GCS
: 15 (E 4, V 5, M 6)
Vital sign
:
TD : 130/80 mmHg
Nadi
: 86x/menit, irama regular, isi dan tegangan kuat
RR : 20x/menit
Suhu
: 36,50C secara aksiler
BB
: 71 kg
TB
: 170 cm
Status Generalisata :
Kulit

: Warna sawo matang,

Kepala

: dbn

Mata

: Corpus alienum(-/-); konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-),


ikterik (-/-); Reflek cahaya (+/+); Pupil isokor 3mm/3mm

Hidung

: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)

Telinga

: Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), sekret (-/-)

Mulut

: Lembab (+), sianosis (-), stomatitis (-), hiperemis (-)

Leher

:Limfonodi(-), pembesaran tiroid (-), otot bantu


pernafasan (-)

Status Internus
Thorax
Cor

:
:
:

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : IC teraba di SIC VI 2 cm LMCS, kuat angkat
Perkusi :
Batas atas jantung

: ICS II Linea parasternal sinistra

Pinggang jantung

: ICS III Linea parasternal sinistra

Batas kiri bawah jantung : ICS VI 2 cm medial Linea mid


clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung

: ICS IV Linea sternalis dextra

Auskultasi : BJ I & II normal & murni, bising (-), gallop (-)

Pulmo
Dextra
Simetris statis &
dinamis, retraksi (-)

Sinistra
Simetris
statis
&
dinamis, retraksi (-)

Palpasi

Stem fremitus normal


kanan = kiri

Stem fremitus normal


kanan = kiri

Perkusi

Sonor seluruh lapang


paru

Sonor seluruh lapang


paru

Auskultasi

SDparu vesikuler (+),


suara tambahan paru:
wheezing (-), ronki (-)

SDparu
vesikuler
(+),suara
tambahan
paru: wheezing (-),
ronki (-)

Inspeksi

Abdomen

Inspeksi

: Dinding abdomen datar, massa (-), warna kulit sama


dengan warna kulit sekitar

Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)


Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak hepar (+),
ascites (-)
Palpasi

: Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba

Ekstremitas
Superior
-/-/-/-/-/-/-/+/+
Bebas/Bebas
5/5/5
Normotoni
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Akral dingin
Oedem
Sianosis
Ikterik
Spider nevi
Ptekie
Varises
Clubbing Finger
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis

Inferior
-/-/-/-/-/-/-/+/+
Bebas/Bebas
5/5/5
Normotoni
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematologi
PEMERIKSAAN
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Limfosit
Monosit

HASIL
14.5
9.5
44.3
247
89.3
30.6
34.3
11.5
7.2
2.4
0.4

NILAI RUJUKAN
14.0-18.0
4.0-10
40-58
200-400
80-90
27-34
32-36
10-16
7-11
1.7-3.5
0.2-0.6

SATUAN
g/dl
Ribu
%
Ribu
Mikro m3
Pg
g/dl
%
Mikro m3
10^3/mikroL
10^3/mikroL

Granulosit
Limfosit%
Monosit%
Granulosit%
Globulin
Uric Acid
Cholesterol

4.3
33.8
5.1
61.1
2.64
4.40
164

HDL cholesterol
LDL cholesterol

36
65

Trigliserid Acid

311

2.5-7.0
25-35
4-6
50-80
2.0-4.0
2-7
< 200 dianjurkan
200-240 Risiko sedang

10^3/mikroL
%
%
%
g/dl
mg/dl
mg/dl

>240 Risiko tinggi


40-75
< 130 dianjurkan
130-159 Risiko sedang
160 Risiko tinggi
70-140

mg/dl
mg/dl
mg/dl

2. Serologi

PEMERIKSAAN
HBsAg
AbHIV
CEA

HASIL
Non-reaktif
Non-reaktif
72,28

NILAI RUJUKAN
Non-reaktif
Negatif
10 ng/ml

3. Histopatologi
Sudah dilakukan pengambilan sampel jaringan.
Mikroskopis: terdiri dari sel-sel epitel squamous yang pleomorfik, kromatin
inti sangat kasar, anak inti prominent, sitoplasma luas berkelompok dan
tersebar dengan latar belakang eritrosit.
Kesimpulan:
Tu. Paru dextra ( non small cell lung cancer- karsinoma sel skuamus)
4. Radiologi

Foto Thorax

CT Scan

DIAGNOSIS
BANDING
-

Karsinoma

Sel

Basal

DIAGNOSIS
-

Karsinoma

Paru

Sel

Skuamos
PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
a. IVFD RL 20tpm
b. Inj. Codein 3x10 mg
c. Paracetamol 3x500mg tab.
d. Glimepirid 2 mg 1-0-0
e. Metformin 3x500mg
f. Amitriptilin 1 x 25mg
2. Bedah
Pasien direncanakan untuk dilakukan op pada hari Senin (23-03-2015)
3. Non-farmakologis
a. Diet rendah gula dan rendah garam

PROGNOSIS
1. Quo ad Vitam
: ad malam
2. Quo ad Sanam
: dubia ad malam
3. Quo ad Cosmeticam : dubia ad malam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru
(metastasis tumor di paru). (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Kata kanker
paru digunakan untuk mendefinisikan tumor yang muncul dari epitel saluran nafas
(bronkus, bronkiolus, dan alveoli). (Minna & Schiller, 2010). Kanker paru adalah
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. (Ferlay, Bray,
Pisani, & Parkin, 2004).
2.

Etiologi
Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tapi ada tiga faktor

yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit ini :


merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini merokok
agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90 % kasus karsinoma paru
pada pria dan sekitar 70 % kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang di
hisap semakin besar resiko untuk menderita karsinoma paru, hanya sebagian kecil
karsinoma paru (sekitar 10-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan
oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes,
radiasi, arsen, kromat, nikel, eter, gas mustard, dan pancaran oven arang bisa
menyebabkan karsinoma paru meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang

juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab karsinoma paru masih
belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di
rumah tangga. Kadang karsinoma paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma
sel alveolar) terjadi pada orang yang parunya telah memiliki jaringan parut akibat
penyakit paru lainnya seperti tuberkulosis dan fibrosis.

2.

Klasifikasi

Small cell lung cancer (SCLC)


Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang
hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali
tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip bentuk
biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul disekeliling pembuluhdarah
halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali
ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan

warna gelap disekitar pembuluh darah.


Non small cell lung cancer (NSCLC)
Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan
bridge intra selular. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari

displasia skuamosa ke karsinoma in situ.


Adenokarsinoma
Khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan kearah pembentukan
konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas
kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (carcinoma

embryonic antigen) karsinoma ini bias dibedakan dari mesotelioma.


Karsinoma bronkoalveolar
Merupakan sub tipe adenokarsinoma, sel karsinoma bentuk ini mengikuti

permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak jaringan paru.


Karsinoma sel besar
Suatu sub tipe dengan gambaran histologis yang dibuat secara eksklusion.
Karsinoma sel besar termasuk NSCLC tetapi tanpa gambaran deferensiasi
skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik tak berdiferensiasi, biasanya
disertai dengan infiltrasi sel netrofil.

Patologi
Menurut klasifikasi WHO, kanker paru epitelial terdiri dari 4 tipe sel utama:
small cell lung cancer (SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC) termasuk
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamos, dan large cell carcinoma. Empat jenis
kanker ini menyumbang sekitar 90% dari semua kanker paru epitelial. Sisanya adalah
karsinoma yang tidak terdiferensiasi, karsinoid, tumor kelenjar bronkus.

Gambar 1. Klasifikasi Kanker Paru


Semua tipe kanker paru dapat ditemukan pada perokok aktif maupun bekas
perokok aktif. Karsinoma sel skuamos dan karsinoma sel kecil dihubungkan dengan
penggunaan tembakau yang berat. Karsinoma skuamos dulunya merupakan jenis
NSCLC yang paling sering didiagnosa, tetapi dengan adanya penurunan konsumsi
rokok dan penggunaan filter rokok yang berbeda, adenokarsinoma telah
menggantikan karsinoma sel skuamos sebagai kanker yang paling sering ditemukan
di Amerika Utara. Insidensi dari SCLC juga mengalami penurunan. Diantara wanita
dan usia dewasa muda (<60 tahun), adenokarsinoma merupakan bentuk kanker yang
paling umum ditemui.
SCLC merupakan tumor neuroendokrin yang tidak berdiferensiasi dengan

baik yang cenderung muncul sebagai sebuah massa sentral dengan pertumbuhan
endobronkial dan berhubungan erat dengan kebiasaan merokok. Sel SCLC memiliki
sedikit sitoplasma, nukleus yang kecil dan hiperkromatik dengan pola kromatin yang
baik (salt and pepper) dan nukleolus yang menonjol. SCLC dapat memproduksi
hormon peptid spesifik deperti ACTH, AVP, ANF, dan GRP. Hormon-hormon ini
mungkin berhubungan dengan sindrom paraneoplastik.
Karsinoma sel skuamos (SCC) secara morfologi identik dengan karsinoma sel
skuamos yang berada di luar paru. Tumor ini cenderung terjadi secara sentral dan
berhubungan dengan riwayat merokok. Pola yang umum muncul adalah sarang yang
menginfiltrasi sel tumor yang mempunyai sedikit jembatan antar sel. Keratin biasanya
dapat dilihat jika ada.
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti yang bervariasi. Sel-sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus
dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer
dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan
fibrosis interstitial kronik serta riwayat merokok. Lesi seringkali meluas ke pembuluh
darah dan limfe, dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menimbulkan
gejala. (Horn, Pao, & Johnson, 2012) (Wilson, 2006).

Gambaran Klinis (Amin, 2009)


Pada fase awal kebanyakan kanekr oaru tidak menunjukkan gejala-gejala
klinis. Bila sudah menampakkan gejala klinis berarti pasien sudah berada dalam
stadium lanjut. Gejala dapat bersifat:

Lokal
Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
Hemoptisis
Mengi karena ada obstruksi saluran nafas

Kadang terdapat kavitas seperti abses paru


Atelektasis
Invasi lokal
Nyeri dada
Dispnea karena efusi pleura
Invasi ke perikardium, terjadi tamponade atau aritmia
Sindrom vena cava superior
Sindrom Horner (facial anhidrosis, miosis)
Suara serak, karena penekanan pada nervus laringeal rekuren
Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis

servikalis
Gejala penyakit merastasis
Pada otak, tulang, hati, adrenal
Limfadenopati servikal dan supraklavikula
Sindrom Paraneoplastik (terdapat ada 10% kanker paru)
Sistemik: penurunan BB, anoreksia, demam
Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
Hipertrofi osteoartropati
Neurologik: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
Neuromiopati
Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
Dermatologik: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
Renal: syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)

Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
o Radiologi
- Foto Thorax
Untuk kanker paru pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat
dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang
mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura,
tumor satelit. Pada foto, tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke
dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis intrapulmoner.

- CT Scan
CT-Scan dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik daripada
foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil
dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan
juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan
terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang
tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada
meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB
yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik karena
pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga
ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner. USG
abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal
dan organ lain dalam rongga perut.5
o Bronkoskopi
Bertujuan diagnostik sekaligus dapat mengambil jaringan atau bahan agar
dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa
intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat
kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau
stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya
di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan
atau kerokan bronkus.5
o Biopsi Aspirasi Jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya
karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka
sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi
bronkus saja sering memberikan hasil negatif.5
o Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan
murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer,
penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum
yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk

merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua bahan yang


diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi.
Bahan berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat
sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal alkohol
90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalam formalin 4%.5
o Pemeriksaan Cairan Pleura (Kalau ditemukan efusi pleura)
Cairan efusi dapat bersifat transudat maupun eksudat, dan juga bersifat
hemoragik karena dapat dilewati sel-sel darah terutama eritrosit, kadar
glukosa rendah.
Penggolongan (stadium) karsinoma dilakukan berdasarkan :
1.

Ukuran tumor

2.

Penyebaran kelenjar getah bening didekatnya

3.

Penyebaran ke organ lain

Pada tahun 2009, International Union Against Cancer dan American Joint Committee
on Cancer menyusun sistem klasifikasi TNM terbaru yang mencakup baik NSCLC,
SCLC, dan karsinoid bronkopulmoner sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini.
Prior System
(Sixth
Edition)

New System
(Seventh Edition)

2 cm

T1

T1aa

71d

> 2 but 3 cm

T1

T1ba

58d

> 3 but 5 cm

T2

T2aa

49d

> 5 but 7 cm

T2

T2ba

35d

> 7 cm

T2

T3a

Tumor Designation
Size

Five-Year
Survival
Rate (%)
77d

NAe

Pleural or pericardial invasion


Visceral pleura

T2

T2ab or T2bC

NAe

Parietal pleura

T3

T3

NAe

Mediastinal pleura

T3

T3

Parietal pericardium

T3

T3
NAe

Central airway invasion


Tumor extending into mainstem

T2

T2ab or T2bC
NAe

bronchus > 2 cm from carina


Tumor extending into mainstem

T3

T3
NAe

bronchus 2 cm from carina


Tumor extending to carina

T4

T4
NAe

Lung atelectasis
Tumor causing atelectasis of

T2

T2ab or T2bC
NAe

less than entire lung


Tumor causing atelectasis of

NAe

T3

T3

entire lung
NAe

Soft tissue invasion


Chest wall and superior sulcus

T3

T3

NAe

Diaphragm

T3

T3

NAe

Mediastinum

T4

T4

NAe

Heart or great vessels

T4

T4

NAe

Trachea

T4

T4

NAe

Esophagus

T4

T4
NAe

Osseous invasion
Rib

T3

T3

Vertebral body

T4

T4
NAe

Nerve invasion
Phrenic nerve

T3

T3

Recurrent laryngeal nerve

T4

T4

NAe
28f

Satellite nodules
Same lobe

T4

T3

Same lung, different lobe

M1

T4

Lymph node designation

NAe

22f
56g

No lymphadenopathy

N0

N0

Ipsilateral, peripheral, or hilar

N1

N1

N2

N2

38g
22g

interlobar zone involvement


Ipsilateral upper,

6g

aorticopulmonary, lower, or
subcarinal zone involvement
Supraclavicular or contralateral

N3

N3
3h

upper, aorticopulmonary,

2h

lower, hilarinterlobar, or
peripheral zone involvement

1h

Metastatic disease designation


Contralateral lung metastases

M1

M1a

Pleural or pericardial

T4

M1a

dissemination
Distant metastases
M1
M1b
NoteCells in bold indicate a change in the designation from the sixth edition. NA
indicates not applicable.
a
T designation is listed for tumors completely surrounded by lung. Designation can
increase depending on presence and extent of invasion.
b
T2a designation if tumor measures 5 cm in long-axis diameter.
c
T2b designation if tumor measures > 5 cm but 7 cm in long-axis diameter.
d
Survival based on patients staged pathologically with complete resection of tumor
(R0) and no nodal or extranodal metastatic disease (N0M0).
e
Individual survival statistics not calculated due to limited information. As a group,
5-year survival rate in patients pathologically staged with a T3 and T4 designation
(excluding those with tumors > 7 cm or satellite nodules), any R, any N, and M0
was 31% and 22%, respectively.
f
Survival based on patients staged pathologically with complete or incomplete
resection of tumor (any R), any nodal disease (any N), and M0.
g
Survival based on patients staged pathologically with any tumor designation (any T)
and M0.
h
Survival based on patients staged clinically with any T and any N.
Tabel 1. Seventh Edition of the TNM Classification of Lung Cancer Compared With
the Sixth Edition.

Sistem staging juga mengalami revisi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2.


Stage in
Seventh
Edition
T1a

Stage in
Sixth
Edition
T1

N0

N1

N2

N3

IA

II A

III A

III B

T1b

T1

IA

II A

III A

III B

T2a

T2

IB

II A (II B)

III A

III B

T2b

T2

II A

II B

III A

III B

T3 (> 7 cm)

T2

II B (I B)

III A (II B)

III A

III B

T3 (invasion)

T3

II B

III A

III A

III B

T3 (satellite

T4

III B (III A)

III A (III B)

III A (III B)

III B

T4 (invasion)

T4

III A (III B)

III A (III B)

III B

III B

T4 (ipsilateral

M1

III A (IV)

III A (IV)

III B (IV)

III B (IV)

T4

IV (III B)

IV (III B)

IV (III B)

IV (III B)

M1

IV

IV

IV

IV

M1

IV

IV

IV

IV

nodule, same
lobe)

nodule,
different lobe)
M1a (pleural
or pericardial
dissemination
) M1a
(contralateral
lung nodules)
M1b (distant
metastatic
disease)
NoteCells in bold indicate a change in the stage from the sixth edition. Adjacent
stage in parentheses represents staging from the sixth edition.
Tabel 2. Revisions to Stage Groupings in the Seventh Edition of the TNM
Classification for Lung Tumors Compared With the Sixth Edition.

Penatalaksanaan
Penentuan modalitas terapi yang akan diberikan pada penderita tergantung
pada:
1. Jenis histologi kanker paru
2. Stadium kanker.
3. Status performance.
4. Fasilitas dan pengalaman dokter.
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa15 :
1.

Kuratif, yaitu untuk memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan

2.
3.

angka harapan hidup klien.


Paliatif , untuk mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal, untuk mengurangi dampak

4.

fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.


Suportif, untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi

Adapun penanganan Kanker paru yang dapat dilakukan adalah:


1.

Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk NSCLC stadium I dan II.
Pembedahan juga merupakan bagian dari combine modality therapy, misalnya
kemoterapi neoadjuvan untuk NSCLC stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada
kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan
sindroma vena kava superiror berat.
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut
jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi.
Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup
untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan
bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan

diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis. Hal penting lain yang
penting dingat sebelum melakukan tindakan bedah adalah mengetahui toleransi
penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi penderita
yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak
2.

memungkin dapat dinilai dari hasil analisis gas darah (AGD).


Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa
juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Pada
terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk
NSCLC stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi
alternatif terapi kuratif.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri
tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau

3.

otak.
Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien SCLC atau dengan metastase luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker
paru. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan
(performance status) harus lebih dari 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut
skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat
antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu,
penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan.
Geftinib dapat digunakan untuk terapi lini pertama pada pasien NSCLC, yang
dipilih berdasarkan mutasi EGFR yang mampu meningkat angka kelangsungan
hidup, dengan toksisitas yang dapat diterima, dibandingkan dengan kemoterapi
laiinya. 2
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi
adalah5:
a. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
b. Respons obyektif satu obat antikanker sebesar 15%

c. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO


d. Terapi harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada
penilaian terjadi tumor progresif.
Prognosis
Prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma paru adalah
buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun telah
diperkenalkan berbagai agen-agen kemoterapi yang baru. Dengan demikian,
penekanan harus diberikan pada pencegahan. Tenaga-tenaga kesehatan harus
menganjurkan masyrakat untuk tidak merokok atau hidup dalam lingkungan yang
tercemar polusi industri. Tindakan-tindakan protektif harus dilakukan bagi mereka
yang bekerja dengan asbes, uranium, kromium, dan materi karsinogenik lainnya.
Berikut ini gambaran prognosis dengan menggunakan klasifikasi TNM terbaru :
Median Survival
(mo)

Five-Year Survival Rate


(%)

IA

95

66

IB

75

56

IIA

44

43

IIB

29

35

IIIA

19

23

Bronchoalveolar carcinoma

83

61

Adenocarcinoma

45

44

Squamous cell carcinoma

44

43

Large cell carcinoma

34

41

Adenosquamous carcinoma

26

29

66

52

Factor
TNM stage

Cell type

Sex
Female

Male

40

41

< 70

49

46

70

38

38

Age (y)

Tabel 3. Prognostic Factors of Survival in Pathologically Staged Patients With Non


Small Cell Lung Carcinoma.

Anda mungkin juga menyukai