Anda di halaman 1dari 6

Penatalaksanaan

Pengobatan empiris dengan antibiotik oral telah menjadi andalan pengobatan.


Untuk rhinosinusitis akut yang berlangsung 10-14 hari menggunakan lini pertama
pengobatan yakni amoksisilin oral. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam,
maka antibiotik harus diubah menjadi amoksisilin dengan asam klavulanat. Tiga
sampai empat minggu amoksisilin dengan asam klavulanat adalah lini pertama untuk
pengobatan rhinosinusitis kronik atau anak-anak dengan rhinosinusitis kronik
eksaserbasi akut karena penetrasi yang memadai dari mukosa sinus. Pilihan antibiotik
sebagian besar dipandu oleh toleransi pasien. Tujuan pengobatan pada rinosinusitis
adalah untuk mengurangi peradangan mukosa sehingga mengurangi penyumbatan
ostium dan perusakan aliran mukosiliar yang merupakan ciri khas dari penyakit.1
Terapi medikamentosa
Pada rhinosinusitis akut diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik
empirik. Antibiotik yang diberikan lini I yakni amoksisilin oral dan terapi tambahan
yakni obat dekongestan oral + topikal, mukolitik untuk memperlancar drenase dan
analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan antihistamin
atau kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik diteruskan
sampai mencukupi 48-72 jam. Jika tidak ada perbaikan maka diberikan terapi
antibiotik lini II selama 7 hari yakni amoksisilin klavulanat. Jika ada perbaikan
antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari.2

Sedangkan pada rhinosinusitis kronik, antibiotik yang terbaik dipilih berdasarkan


hasil kultur dan sensitivitas. Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi
sesuai pada episode akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau
tidaknya perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur. Jika ada
perbaikan teruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi
kembali dengan pemeriksaan naso-endoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5 x tidak
membaik). Jika ada obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah.3

(Tabel 1: Penatalaksanaan rhinosinusitis pada anak4)

Pembedahan
Sebagian besar pasien harus dikelola dengan terapi medis. Ketika terapi telah
maksimal dan berkepanjangan namun gagal, intervensi bedah harus dipertimbangkan.
Indikasi bedah apabila ditemukan perluasan infeksi intrakranial seperti meningitis,
nekrosis dinding sinus disertai pembentukan fistel, pembentukan mukokel, selulitis
orbita dengan abses dan keluarnya sekret terus menerus yang tidak membaik dengan
terapi konservatif. Beberapa tindakan pembedahan pada sinusitis antara lain
adenoidektomi, irigasi dan drainase, septoplasti, andral lavage, caldwell luc dan
functional endoscopic sinus surgery (FESS).3
Komplikasi

CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan


derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini
harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.1
a. Komplikasi orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang
tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut,
namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat
menimbulkan infeksi isi orbita.5
Terdapat lima tahapan :
1

Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat
infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada
anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis

sering kali merekah pada kelompok umur ini.


Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi

isi orbita namun pus belum terbentuk.


Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang

orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.


Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi
orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan
unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang
tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga

proptosis yang makin bertambah.


Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui
saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu
tromboflebitis septik.

Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari :5


a) Oftalmoplegia.
b) Kemosis konjungtiva.
c) Gangguan penglihatan yang berat.
d) Kelemahan pasien.

e) Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan


dengan saraf kranial II, III, IV dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.
b. Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam
sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai
kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.5
Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sphenoidalis, kista ini dapat membesar
dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat
bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat
menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sphenoidalis, kista dapat menimbulkan
diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.1
Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel
meskipun lebih akut dan lebih berat.1
Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua
mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.1
c. Komplikasi Intra Kranial
1

Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis
akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau
langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus

frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.
Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering
kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya
mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan

tekanan intra kranial.


Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau

permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.


Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka
dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.Terapi

komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah
pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.5
d. Osteomielitis dan abses subperiosteal
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis
adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik
berupa malaise, demam dan menggigil.5
Pencegahan:

Menjaga kebersihan gigi, mulut dan hidung


Rumah bebas asap
Pemeriksaan alergi untuk mengidentifikasi adanya alergen jika rhinitis alergi
diduga.4

1. Ramadan Hassan. Chronic Rhinosinusitis in Children. Hindawi Publishing


Corporation International Journal of Pediatrics Volume 2012, Article ID 573942, 5
pages.
2. Mackay DN. Antibiotic therapy of the rhinitis & sinusitis. Settipane GA. Rhinitis.
2nd edition. Rhode Island: Ocean Side Publication;2011
3. Friedman Raymond. Chronic sinusitis in children: a general overview. Sandton
MediClinic and Netcare Linksfield Clinic. South Afr J Epidemiol Infect
2011;26(1):13-17.
4.www.cdm.gouv.qc.ca/AcuteRhinosinusitisinChildren/conseildumedicament/Quebc.
html
5. Antonio Jos, Sacre-Hazouri MD, Garcia Lauralicia Sacre BSc. Management of
chronic rhinosinusitis in children. Alergia, Asma e inmunologia Pediatricas.Vol.
22, Nm. 2 Mayo-Agosto 2013 pp 61-69.

Anda mungkin juga menyukai