Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI BERMAIN

DI RUANG BOUGENVILLE
RSD Dr. HARYOTO
LUMAJANG

disusun guna memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)


Stase Keperawatan Anak

Oleh:
Kelompok 4
Dessy Pertiwi P.P., S.Kep
Erna Sulitioningsih, S.Kep
Faradila Risky Susyanti, S.Kep
Kurnia Eka Maulida, S.Kep
Fis Citra Ariyanto, S.Kep
Mafa Afnes Sukowati, S. Kep
Muhammad Athok , S.Kep
Daniel Kusuma Darmawan, S.Kep

092311101035
102311101008
102311101018
102311101037
102311101049
102311101050
102311101065
102311101077

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Swt, karena atas ridho dan karunia-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan terapi bermain di Ruang
Bougenville RSD Dr. Haryoto Lumajang. Penyusunan proposal kegiatan ini dapat
penulis selesaikan atas bimbingan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Pembimbing Klinik yang telah membimbing dan memberikan masukan serta
saran untuk kesempurnaan proposal kegiatan ini;
2. Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan
sehingga proposal kegiatan dapat tersusun dengan baik;
3. Jajaran perawat dan karyawan Ruang Anak Bougenville RSD Dr. Haryoto
Lumajang;
4. Teman-teman Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember angkatan XIII dan XV yang telah
memberikan dukungan dan saran selama penyusunan proposal kegiatan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
guna penyempurnaan proposal kegiatan ini. Akhir kata, semoga proposal kegiatan
ini dapat membawa manfaat.
Lumajang, Juli 2015
Penulis

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Anak yang sakit dan
harus dirawat dirumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat
melakukan kebiasaan seperti biasanya. Lingkungan dan orang-orang asing,
perawatan dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak merupakan sumber
utama stres, kecewa dan cemas, terutama untuk anak yang pertama kali dirawat
dirumah sakit (Nelson, 1988).
Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaan tersebut
dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan
(Supartini, 2004). Terapi bermain diyakini mampu menghilangkan batasan,
hambatan dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi dengan
tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan dan anak sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah
diajak kerjasama (Nurjaman, 2006). Hal tersebut membuat aktivitas bermain
menjadi salah satu cara untuk mengajak anak untuk kooperatif dalam perawatan
dan dapat memperlancar pemberian pengobatan dan perawatan serta mengurangi
rasa takut terhadap tindakan perawatan.
Untuk mengurangi ketakutan anak yang harus mengalami rawat inap di
rumah sakit dapat dilakukan beberapa cara salah satunya adalah lakukan
permainan dokter-dokteran dengan membiarkan anak bereksplorasi dengan alatalat kedokteran, seperti jarum suntik dan stetoskop. Anak berperan menjadi
dokter, sementara anak lain atau orang tua dapat menjadi pasiennya (Imam, 2008).
Kegiatan ini diharapkan akan dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit
anak dan dapat mencegah pengalaman yang traumatik saat anak mendapat
perawatan lagi di rumah sakit.
1.2 Tujuan

1.3.1 Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan terapi bermain selama 1x45 menit diharapkan anak
dapat memahami dan menerapkan terapi bermain dokter-dokteran.

1.3.2 Tujuan Instruksional Khusus


Tujuan dilaksanakannya terapi bermain di Ruang Bougenville RSD Dr.
Haryoto Lumajang, yaitu:
a. Meningkatkan hubungan perawat dengan anak (pasien)
b. Anak (pasien) dapat beradaptasi terhadap stressor
c. Mengurangi rasa traumatik (cemas dan frustasi) selama hospitalisasi

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian Bermain
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak yang dilakukan berdasarkan
kesenangannya dan merupakan suatu metode bagaimana anak-anak belajar
tentang lingkungan sekitar dan mulai beradaptasi sesuai tumbuh kembangnya
dalam mengenal dunia. Fungsi permainan yang dilakukan anak akan
menghasilkan suatu pemahaman pada anak, memberikan informasi pada anak, dan
untuk mengembangkan imajinasi anak (Sudono, 1995).
2.2 Fungsi Bermain
Anak bermain pada dasarnya agar memperoleh kesenangan, sehingga tidak
akan merasa jenuh. Fungsi utama bermain menurut Soetjiningsih (1995), antara
lain:
a. perkembangan sensoris-motorik
Permainan yang dilakukan oleh anak akan melibatkan aktivitas sensorismotoris yang merupakan komponen terbesar yang digunakan oleh anak. Hal
tersebut akan membuat kemampuan penginderaan anak mulai meningkat
dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti: stimulasi
visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan), dan stimulasi
kinetik.
b. perkembangan intelektual (kognitif)
Permainan yang dilakukan oleh anak akan dimodifikasi sedemikian rupa
untuk melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu yang ada di
lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan
membedakan objek.
c. perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak akan membuat
anak belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan
membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar

memecahkan masalah dari hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah


dari hubungan tersebut.
d. perkembangan kreativitas
Bermain dapat mengembangkan kreativitas dimana melalui kegiatan bermain
anak

akan

belajar

mengembangkan

kemampuannya

dan

mencoba

merealisasikan ide-idenya.
e. perkembangan kesadaran diri
Bermain yang dilakukan anak akan mengembangkan kemampuannya,
membandingkannya dengan orang lain, dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru, serta mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain.
f. perkembangan moral
Bermain yang dilakukan oleh anak akan membuat anak dapat mempelajari
nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru.
Aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak akan memberikan kesempatan
pada anak untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya.
g. bermain sebagai terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan
rumah sakit. Permainan yang dilakukan anak akan melepaskan anak dari
ketegangan dan stress yang dialaminya (proses distraksi).
2.3 Klasifikasi Permainan
Wong (2008) mengklasifikasikan permainan berdasarkan isinya dan
berdasarkan karakteristik sosialnya. Klasifikasi permainan berdasarkan isinya
antara lain:
a. bermain afektif sosial (sosial affective play)

Permainan ini ditandai dengan adanya hubungan interpersonal yang


menyenangkan antara anak dan orang lain. Usia bayi akan mendapat
kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang
tua atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah cilukba,
berbicara sambil tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan tangan pada
bayi untuk menggenggamnya.
b. bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang pada
anak dan biasanya mengasyikkan. Contohnya dengan menggunakan pasir,
anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apa saja yang dapat
dibentuk dengan pasir.
c. permainan ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menumbuhkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus. Contohnya, bayi akan terampil akan memegang benda-benda
kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan
terampil naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui
pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
d. permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui permainannya.
Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa. Misalnya, meniru
ibu guru, ibunya, ayahnya, atau kakaknya. Apabila anak bermain dengan
temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang
mereka tiru. Permainan ini penting bagi anak untuk memproses /
mengidentifikasi terhadap peran tertentu.
Sedangkan klasifikasi permainan berdasarkan karakteristik sosialnya antara lain:
a. solitary play
Solitary play adalah jenis permainan yang dimulai dari bayi hingga usia todler
dan merupakan jenis permainan yang dilakukan sendiri atau independen
walaupun ada orang lain di sekitarnya.

b. pararel play
Pararel play adalah jenis permainan yang dilakukan oleh suatu kelompok
anak balita atau prasekolah yang masing-masing mempunyai permainan yang
sama tetapi satu sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung
dan karakteristik khusus pada usia todler.
c. associative play
Associative play adalah jenis permainan kelompok dengan tanpa tujuan
kelompok yang dimulai dari usia todler dan dilanjutkan sampai usia
prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan
aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.
d. cooperative play
Cooperative play adalah suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok,
ada tujuan kelompok, dan ada pemimpin yang memimpin permainan dengan
mengarahkan permainan pada pencapaian misi tertentu. Permainan ini dimulai
dari usia prasekolah dan dapat berlanjut hingga usia sekolah dan remaja.
e. onlooker play
Onlooker play adalah jenis permainan yang menekankan pada anak melihat
atau mengobservasi permainan orang lain. Permainan ini tidak mengikutkan
anak untuk bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu.
Permainan ini biasanya dimulai pada usia todler.
f. therapeutic play
Therapeutic play adalah jenis permainan yang menjadi pedoman bagi tenaga
tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial
anak selama hospitalisasi. Permainan ini dapat membantu mengurangi stress
serta memberikan instruksi perbaikan kemampuan fisiologis anak.
2.4 Manfaat Bermain
Manfaat terapi bermain terhadap perkembangan anak, yaitu:
a. Mempengaruhi perkembangan fisik anak
b. Digunakan sebagai terapi
c. Menambah pengetahuan

d. Meningkatkan kreativitas anak


e. Mengembangkan tingkah laku sosial anak
f. Mempengaruhi nilai moral anak
2.5 Fungsi Bermain
Wong (2008) menjelaskan bahwa fungsi terapi bermain selama hospitalisasi,
yaitu:
a. memfasilitasi penguasaan situasi yang tidak familiar
b. memberikan kesempatan utnuk membuat keputusan dan control
c. bantu mengurangi stress terhadap perpisahan
d. beri kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh, fungsi,
dan penyakit
e. memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan/prosedur medis
f. memberikan peralihan dan relaksasi
g. membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing
h. memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan mengekspresikan
perasaan
i. menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap positif
j. memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
k. memberikan cara untuk mencapai tujuan terapeutik
2.6 Tugas Tumbuh Kembang Anak
Usia 1 bulan
1.
2.
3.
4.

Memiliki gerak reflek alami terhadap cahaya dan suara


Menggenggam tangannya ketika disentuh
Tersenyum
Menangis

Usia 2 bulan
1. Membedakan suara, mengikuti arah datangnya suara
2. Menggerakkan kepala ke kiri dan kanan
3. Reflek terkejut terhadap suara keras

Usia 3 bulan
1.
2.
3.
4.
5.

Mengangkat kepala 45 derajat


Mengoceh dan menyahut ocehan
Tertawa dengan suara
Bisa membalas senyum
Mengenal pengasuh

Usia 4 bulan
1.
2.
3.
4.

Telungkup dan telentang


Mengangkat kepala 90 derajat
Menggenggam benda
Memperluas jarak pandang

Usia 5 bulan
1.
2.
3.
4.

Meraih benda dalam jangkauannya


Tertawa
Bermain sendiri
Tersenyum melihat gamabar

Usia 6 bulan
1. Mempertahankan posisi kepala tegak dan stabil
2. Mulai memainkan dan memegang tangannya sendiri
3. Matanya sudah bisa tertuju pada benda kecil
Usia 7 bulan
1. Duduk sendiri dengan bersila
2. Belajar merangkak
3. Bisa bertepuk tangan
Usia 8 bulan
1.
2.
3.
4.

Merangkak mendekati pengasuh atau mainan


Memindahkan benda dari tangan kanan ke kiri
Memegang makanan sendiri
Mengambil benda sendiri

Usia 9 bulan
1.
2.
3.
4.

Belajar berdiri
Mengambil benda yang dipegang kedua tangan
Mencari dan mengambil benda jatuh
Melemparkan benda

Usia 10 bulan
1. Berdiri sendiri
2. Menggenggam benda dan dipegang erat
3. Mengulurkan badan atau lengan untuk meraih mainan
Usia 11 bulan
1.
2.
3.
4.

Berdiri dan berpegangan selama 30 detik


Memasukkan sesuatu ke dalam mulut
Mengulang atau menirukan bunyi
Senang bermain cilukba

Usia 12 bulan
1.
2.
3.
4.
5.

Berjalan dituntun
Menyebutkan 2-3 suku kata
Mengembangkan rasa ingin tahu
Mengenal dan berkembang dengan lingkungan
Reaksi cepat terhadp suara berbisik

Dari 2 sampai 3 tahun


1. Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
2. Membuat jembatan dengan 3 kotak
3. Mampu menyusun kalimat
4.

Mempaergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang


ditunjukan kepadanya

5.

Menggambar lingkaran

6. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain
di luar keluarganya
Dari 3 sampai 4 tahun
1. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
2. Berjalan pada jari kaki
3. Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
4. Mengenal 2 atau 3 warna
5. Bicara dengan baik
6. Menyebut namanya, jenis kelamin, dan umurnya

7.

Banyak bertanya

8. Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang


Dari 4 sampai 5 tahun
1. Melompat dan menari
2. Pandai bicara
3. Dapat menghitung jari-jarinya.
4. Mengenal 4 warna

2.7 Karakteristik Permainan pada Anak Hospitalisasi


a. Prinsip bermain
1. Tidak membutuhkan banyak energy
2. Waktu singkat
3. Mudah dilakukan
4. Aman
5. Sesuai kelompok umur
6. Tidak bertentangan dengan terapi
7. Melibatkan keluarga
b. Tujuan
1. Mengurangi kecemasan dan rasa frustasi
2. Melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama menjalani perawatan
3. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan fantasi

2.8 Bentuk-Bentuk Permainan


1. Usia 0 12 bulan
Tujuannya adalah :

a.

Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya


mengisap, menggenggam.

b.

Melatih kerjasama mata dan tangan.

c.

Melatih kerjasama mata dan telinga.

d.

Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

e.

Melatih mengenal sumber asal suara.

f.

Melatih kepekaan perabaan.

g.

Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :


a.

Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

b.

Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

c.

Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

d.

Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

e.

Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 24 bulan
Tujuannya adalah :
a.

Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

b.

Memperkenalkan sumber suara.

c.

Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

d.

Melatih imajinasinya.

e.

Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam


bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:

a.

Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

b.

Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

c.

Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir


yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balokbalok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret,
krayon/pensil berwarna.

3. Usia 25 36 bulan
Tujuannya adalah ;
a.

Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

b.

Mengembangkan keterampilan berbahasa.

c.

Melatih motorik halus dan kasar.

d.

Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal


dan membedakan warna).

e.

Melatih kerjasama mata dan tangan.

f.

Melatih daya imajinansi.

g.

Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.


Alat permainan yang dianjurkan :

a. Alat-alat untuk menggambar.


b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
4.Usia 32 72 bulan
Tujuannya adalah :
a.

Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

b.

Mengembangkan kemampuan berbahasa.

c.

Mengembangkan

pengertian

tentang

berhitung,

menambah,

mengurangi.
d.

Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain purapura (sandiwara).

e.

Membedakan benda dengan permukaan.

f.

Menumbuhkan sportivitas.

g.

Mengembangkan kepercayaan diri.

h.

Mengembangkan kreativitas.

i.

Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari,


dll).

j.

Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan


kasar.

k.

Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang


diluar rumahnya.

l.

Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :


pengertian mengenai terapung dan tenggelam.

m.

Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :


a.

Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anakanak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.

b.

Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar


rumah.

5.Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat olah raga.
b. Alat masak
c. Alat menghitung
d. Sepeda roda tiga
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Boneka tangan.
g. Mobil.
h. Kapal terbang.
i. Kapal laut dsb

6.Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
4.1 Pada anak laki-laki : mekanik.

4.2 Pada anak perempuan : dengan peran ibu.


7.Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni,
mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
8.Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.

2.8 Alat Permainan Edukatif (APE)


Alat

Permainan

Edukatif

(APE)

adalah

alat

permainan

yang

dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat


perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan
didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,
tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi
ibu dan anak, keluarga dan masyarakat

Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal
kotak pasir, bola, tali, dll.

BAB 3. PELAKSANAAN KEGIATAN


3.1 Khalayak Sasaran
Klien yang menjalani perawatan di Ruang Bougenville RSD Dr. Haryoto
Lumajang dengan karakteristik sebagai berikut.
a. Anak usia toddler dan pra sekolah di Ruang Bougenville RSD Dr. Haryoto
Lumajang
b. Kesadaran compos mentis
c. Anak dengan diagnosa medis bukan penyakit menular
d. Anak dengan kondisi stabil (di ruang perawatan regular)
e. Anak yang kooperatif
f. Anak dengan keluarga
3.2 Masalah Keperawatan
Fear (Takut) berhubungan dengan hospitalisasi ditandai dengan panik, marah,
menangis, tindakan memberontak (attack behavior)
3.3 Alat dan Metode yang Digunakan
Permainan : Wayang Hewan
a. Alat
1. Wayang aneka hewan
2. Backgroun tempat
b. Metode
Bermain dan bercerita
3.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/tanggal

: Selasa, 18 Agustus 2015

Waktu

: 08.00 s/d 09.30 WIB

Tempat:Ruang Bougenville RSD Dr. Haryoto Lumajang

3.5 Susunan Acara


No
.
1.

Waktu
08.00-08.03

2.

08.03-08.20

3.

08.20-08.30

Kegiatan
Perawat
Anak
Pembukaan:
Memberikan salam dan
Memperhatikan dan
memperkenalkan diri kepada
menjawab salam
anak-anak yang dilaksanaakn
oleh leader
Pelaksanaan:
a. Perawat menceritakan
Memperhatikan
tokoh hewan
Evaluasi:
a. Bagaimana hubungan anak
dengan perawat setelah
dilakukan terapi bermain?
b. Bagaimana tingkat
kecemasan anak setelah
diberikan terapi bermain?
c. Bagaimana pencapaian
tumbuh kembang anak?

Memperhatikan dan
memberi umpan balik
Menampilkan ekdpresi
ceria dan hilang
kecemasannya
Mengikuti perintah
yang diinstruksikan

3.6 Antisipasi Masalah


a. Penanganan anak yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1) Memanggil anak
2) Memberi kesempatan kepada anak tersebut untuk menjawab sapaan perawat
3) Bila anak menangis, libatkan orang tua untuk menenangkan anak dan beri
permainan yang disukai anak
b.

Apabila anak meninggalkan permainan tanpa pamit :

1) Panggil nama klien


2) Tanya alasan klien meninggalkan permainan

3) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan bahwa


anak dapat melaksanakan keperluannya setelah itu anak boleh kembali lagi

3.7 Pengorganisasian
a. Leader

: Kurnia Eka Maulida, S,Kep

b. Co Leader: Mafa Afnes Sukowati, S.Kep


c. Fasilitator : Dessy Pertiwi P.P., S.Kep
Erna Sulistioningsih, S.Kep
Faradila Risky Susyanti, S.Kep
d. Observer : Fis Citra Ariyanto, S.Kep
Muhammad Athok S.Kep
Daniel Kusuma Darmawan, S.Kep

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E., 1978. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta; EGC.


Markum, A,H. 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI
Montolalu, dkk, 2007. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Penerbit
Universitas Terbuka
Potter, P,A & Perry, A,G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta:EGC.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta:EGC
Sudono, Anggani. 1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar. Jakarta: Depdikbud
Sugianto. 1995. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Depdikbud
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supartini, Y., 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai