2008
Pendahuluan
Panduan ini dibuat dalam rangka membantu para fasilitator PDPT OBM UI.
Setiap tahunnya UI melakukan pelatihan singkat kepada para mahasiswa barunya,
sebagai rangkaian pembentukan kepribadian (karakter) sekaligus soft skill.
Pelatihan yang diselenggarakan secara serentak membutuhkan jumlah fasilitator
yang besar. Oleh karenanya pelatihan kepada para fasilitator adalah faktor dasar
yang amat penting bagi terselenggaranya PDPT OBM sekaligus membuka wawasan
bagi peserta.
Pelatihan kepada fasilitator dari para fasilitator adalah hal yang lumrah.
Namun untuk menjaga standar diperlukan upaya-upaya khusus. Ini dapat dilihat
dengan adanya pelatihan serentak kepada para calon fasilitator. Para fasilitator juga
diminta untuk mempraktekkannya. Dan yang terakhir adalah dengan membuat
panduan yang diharapkan bisa memaksimalkan performa para fasilitator sekaligus
standarisasi.
Pada buku panduan ini akan dijelaskan beberapa hal yakni permainan (cara,
daftar peralatan dan bahan bacaan fasilitator). Untuk tahun ini harus diakui waktu
yang diberikan amat pendek sehingga amat dibutuhkan kontribusi para fasilitator
untuk membantu dengan sepenuh hati pelaksanaan acara ini.
MALAM KEAKRABAN UI
Tujuan
kemahasiswaan yang akan diikuti. Namun ia juga dituntut untuk bertanggungjawab atas pilihan dan tindakannya dengan pengajar/dosen berperan sebagai
fasilitator. Pada sisi non-akademis, mahasiswa dituntut untuk mampu berinteraksi
dengan rekan-rekan yang heterogen pada sisi usia, minat, kebutuhan, dsb.
Sedangkan di SLTA, hubungan guru-siswa lebih personal dan dekat serta
keterlibatan orangtua cukup aktif dalam pendidikan siswa. Selain itu rekan-rekan
memiliki rentang usia yang relatif sama sehingga diharapkan lebih mudah bagi
siswa dalam bersosialisasi.
Selain
itu,
dengan
sistem pendidikan yang
menerapkan
pendekatan
berpusat
pada
mahasiswa
(student-centered),
mahasiswa
juga
diharapkan
mampu
bekerjasama
dengan
rekan-rekannya
agar
dapat
berkolaborasi
dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Di
perguruan
tinggi,
teman
tidak
diperlakukan
sebagai
kompetitor
(saingan),
namun sebagai mitra dan sumber pembelajaran.
Mampu bekerja sendiri
Selain mampu bekerjasama, mahasiswa diharapkan mampu belajar secara
mandiri. Hal ini mulai dari merencanakan (menentukan tujuan, target, strategi dan
waktu) belajar, menentukan sumber belajar yang akan digunakan, sampai
menjalankan rencana tersebut secara teratur. Mahasiswa juga diharapkan mampu
bertahan mengerjakan tugas dan mengatasi hambatan yang ditemui tanpa
mengandalkan bimbingan dan dukungan dari pihak lain yang berlebihan. Tidak
selamanya ada dosen dan teman-teman yang mendampingi Anda.
Mampu
mengorganisasi waktu
Dalam
perkuliahan
terdapat
batas waktu yang harus
dipenuhi agar nantinya
mahasiswa
dapat
meraih
kesarjanaan.
Salah
satu
kriteria
mahasiswa
yang
berhasil adalah yang
memiliki kemampuan
manajerial waktu yang
baik dan memiliki batas
waktu untuk setiap
pengerjaan
tugasnya
(Martin dan Osborne,
1989 dalam Yulistia, 2003). Untuk mencapai itu, mahasiswa perlu memperhatikan
beberapa hal guna meningkatkan kemampuan mengorganisasi waktu adalah:
1. Belajar membedakan antara hal yang penting dan hal yang mendesak.
Berdasarkan derajat kepentingan dan mendesak, ada empat kombinasi, yaitu
penting dan mendesak, penting dan tidak mendesak, tidak penting dan mendesak,
tidak penting dan tidak mendesak.
2. Mengetahui dan menetapkan prioritas.
3. Membuat perencanaan bagi langkah-langkah mencapai target. Perencanaan akan
membantu mahasiswa untuk menemu-kenali konflik dan krisis yang potensial serta
meminimalisir tugas-tugas yang mendesak. Perencanaan juga memungkinkan
mahasiswa fokus pada hal-hal yang penting bagi perolehan kesuksesan jangka
panjang. Namun untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari perencanaan,
maka perencanaan perlu ditinjau kembali secara rutin.
4. Jadwalkan kembali tugas-tugas yang akan diselesaikan.
5. Mengetahui bagaimana memanfaatkan waktu itu sendiri.
Pemaparan organisasi waktu ini dalam analoginya daapt dilihat pada kasus
pembangunan di Indonesia. Beberapa tahun lalu dalam melaksanakan
pembangunan pemerintah Indonesia menerapkan rencana pembangunan lima
tahun (REPELITA). Dasar pemikiran pembangunan itu adalah pengejawantahan
capaian dengan mempertimbangkan waktu. Maka dulu dikenal era lepas landas
yang berarti pembangunan yang berlangsung selama 25 tahun akan membuat
Indonesia menjadi bangsa yang maju.
Time Bound
Penetapan batas waktu dapat mengontrol langkah yang ditempuh untuk
mencapai sasaran. Dengan adanya batas waktu, mahasiswa dapat terhindar dari
sikap prokrastinasi (menunda aktivitas) atau perfeksionis. Perlu diingat bahwa
menunda-nunda pekerjaan bukan saja gagal dalam target waktu, tapi juga
menghalangi pencapaian target. Dalam kasus mahasiswa, temuan Rothblum dkk.
(1986, dalam Yulistia, 2003) menunjukkan prokrastinasi berhubungan dengan IPK
yang rendah.
Memahami waktu,
cara dan tempat yang
cocok untuk belajar:
a. Tipe pagi dan tipe
malam
Setiap
orang
memiliki
preferensi
mengenai waktu yang
paling
cocok
untuk
belajar. Ada orang yang
menunjukkan
hasil
belajar terbaik pada pagi
hari (jam 09.0014.00),
dan disebut sebagai tipe
pagi. Tipe ini paling
sesuai belajar pada pagi dan siang hari dan bidang sains lebih sesuai dipelajari pada
waktu tersebut. Seseorang yang tergolong tipe malam akan lebih efektif belajar
antara jam 15.0024.00, dan pada waktu tersebut bidang seni amat cocok untuk
dipelajari. Dengan mengetahui tipe yang dimilikinya berkaitan dengan waktu
belajar, diharapkan akan memudahkan mahasiswa dalam mengatur waktu dan
kegiatan sehari-hari. Bagi tipe pagi, tugas-tugas yang menuntut konsentrasi dan
pemikiran mendalam hendaknya diselesaikan pada pagi dan siang hari. Waktu
pada sore dan malam hari bisa diisi oleh kegiatan yang lebih praktis dan tidak
menuntut konsentrasi penuh.
b. Tipe-tipe: visual, auditorial, kinestetik
Cara belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, lalu
mengatur, dan mengolah informasi. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda
dalam mempelajari informasi secara optimal. Pengetahuan mengenai gaya belajar
akan membantu seseorang belajar dan berkomunikasi dengan lebih baik. De Porter
dan Hernacki (1992) mengemukakan tiga jenis gaya belajar (V-A-K), yaitu:
a. Tipe visual, yaitu individu yang lebih banyak dan lebih baik menyerap informasi
melalui penglihatan (apa yang dilihat), seperti membaca, memperhatikan ilustrasi,
dan selanjutnya membuat catatan-catatan yang sangat baik. Gambar-gambar juga
dapat membantu. Ada buku-buku yang mengakomodir orang yang tipe visual
khusus cerita bergambar, misalnya kartun fisika, biologi, peradaban dunia, dan
sebagainya.
10
b. Tipe auditorial, yaitu bila individu lebih banyak dan lebih baik menyerap
informasi melalui pendengaran (apa yang didengar), seperti mendengarkan
penyajian materi.
c. Tipe kinestetik, yaitu individu yang lebih banyak dan lebih baik menyerap
informasi melalui gerakan dan sentuhan. Tipe ini lebih baik belajar dalam kegiatan
bergerak dan interaksi kelompok.
Gaya belajar seseorang dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu dengan
mendengarkan ungkapan-ungkapan yang digunakannya dalam berbicara dan
memperhatikan perilakunya pada saat mendengarkan orang lain berbicara.
Kebanyakan orang belajar dengan beberapa gaya, namun biasanya ada satu gaya
yang lebih disukai dan dipilih. Semakin bertambah usia, kecenderungan seseorang
untuk belajar secara visual semakin meningkat. Oleh karena itu penggunaan alat
bantu visual akan semakin efektif.
Memahami dan
menyimpulkan materi
Memahami adalah hal
yang
harus
terus
diupayakan pada saat
seseorang menghadapi
bahan
bacaan.
Beberapa hal berikut
dapat
membantu
tercapainya
pemahaman
akan
bahan
bacaan.
Pertama,
menjadi
pembaca yang aktif
dengan
mempertanyakan:
Siapa?
Kapan?
Di
mana? Apa? Mengapa?, berkaitan dengan bahan yang sedang dibaca. Pertanyaanpertanyaan tersebut dapat meningkatkan perhatian pada gagasan-gagasan utama.
Kedua, baca dan temukan gagasan-gagasan yang ada, bukan mengartikan kata
demi kata. Ketiga, gunakan sebanyak mungkin indera pada saat membaca,
misalnya membaca sambil bersuara atau menggarisbawahi hal-hal yang penting
atau membuat gambar di tepi halaman. Selain itu, keterampilan yang baik dalam
menulis dan mencatat juga mempermudah proses pembelajaran.
Menulis secara efektif
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kepentingan pembaca. Pembaca
diharapkan dapat memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulis, dan bila
memungkinkan mendapatkan tambahan positif seperti pengetahuan atau sudut
pemikiran yang baru dari bahan bacaannya. Langkah-langkah yang biasa ditempuh
dalam membuat tulisan adalah memilih topik, menentukan siapa pembacanya,
menetapkan maksud tulisan, membuat pertanyaan, mengumpulkan bahan,
11
12
Salah satu bentuk peta pikiran. Materi Meningkatkan Ingatan terdiri dari
delapan tema. Oleh mahasiswa dibuatlah hambar-gambar yang menarik agar bisa
dijadikan patokan dalam mengingat materi. Penambahan gambar atau tanda-tanda
tertentu juga diperkenankan sebagai bagian dari upaya peningkatan ingatan.
Terlepas dari teknik mencatat yang digunakan, beberapa hal yang dapat
membantu untuk membuat catatan yang efektif adalah:
a. mendengarkan materi secara aktif agar dapat menemukan ide-ide utama,
membedakan hal yang penting yang akan dicatat dari hal yang tidak penting.
b. memperhatikan petunjuk-petunjuk penting dari pembicara atau bahan bacaan.
Petunjuk dari pembicara berupa ekspresi wajah, nada suara, dll., sedangkan judul,
kata-kata miring dapat menjadi petunjuk penting dari bahan bacaan.
c. bertanya bila ada hal yang kurang jelas dan tidak dimengerti.
d. mempelajari materi sebelumnya agar memperoleh gambaran umum mengenai
hal-hal penting yang akan didengar atau dibaca kemudian.
e. membuat catatan yang sesuai dengan karakteristik pribadi dengan menambahkan
gambar, warna atau hal-hal yang paling disukai.
Antisipasi dan persiapan ujian
Ujian merupakan evaluasi mengenai sejauhmana mahasiswa menangkap
apa yang telah dipelajari selama mengikuti kuliah. Biasanya ujian dilakukan dua
kali yaitu pada tengah semester dan pada akhir semester. Dalam mempersiapkan
ujian, mahasiswa perlu kembali mempertanyakan tujuan belajarnya sehingga dapat
lebih bersungguh-sungguh dalam mempersiapkannya. Persiapan yang dilakukan
berupa me-review atau mempelajari kembali materi kuliah dengan membaca
kembali catatan, ringkasan atau Peta Pikiran yang telah dibuat. Latihan
mengerjakan soal-soal juga perlu dilakukan. Hal ini sebaiknya dilakukan dua
minggu sebelum ujian sehingga mahasiswa dapat membagi waktu, dan tidak perlu
13
lagi belajar pada hari ujian. Sebelum hari ujian, mahasiswa mempersiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan, seperti alat tulis dan kalkulator. Selain itu
datanglah ke lokasi ujian lebih awal agar memiliki kesempatan untuk meninjau
lokasi tes dan menenangkan diri. Jangan lupa untuk tidur dalam waktu cukup pada
malam sebelumnya, dan mengkonsumsi makanan bergizi.
Pada saat mengerjakan ujian, atasi rasa cemas yang timbul dengan
menenangkan diri umpamanya berdoa atau menarik nafas dalam-dalam. Bacalah
petunjuk ujian secara cermat agar tidak salah mengerti. Kerjakan soal yang lebih
mudah terlebih dahulu, dan aturlah waktu mengerjakan soal agar tidak terpaku
pada soal tertentu. Jangan terlalu larut dalam emosi menanggapi hasil ujian, namun
jadikan hasil tersebut sebagai umpan balik untuk menyusun rencana belajar
selanjutnya.
14
BERPIKIR KRITIS
Tujuan
Peralatan
Waktu
Metode
: lembar pernyataan
: 30 menit
: diskusi
Prosedur
:
1. Fasilitator meminta kelas membentuk kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5-6 orang
2. Fasilitator menayangkan gambar dan menerangkan persoalan yang dihadapi
dalam gambar tersebut.
3. Kelompok diberi waktu 15 menit untuk menyambungkan tali tersebut
4. Fasilitator mengobservasi bagaimana mereka menyelesaikan tugas ini, siapa
yang mengarahkan dan bagaimana ide/gagasan tersebut mereka ungkapkan.
5. Setelah selesai, fasilitator memimpin diskusi/debrief dengan menanyakan
- bagaimana proses mendapatkan ide menggabungkan tali tersebut
- apa yang menjadi pertimbangan ide tersebut
- dari jawaban yang ada, fasilitator memancing mahasiswa untuk bisa melihat
bahwa ide-ide yang muncul menunjukkan adanya perbedaan sudut pandang
(masalah di tali/orang).
15
6. Fasilatator
menutup
kegiatan
dengan
menekankan
pentingnya
mengembangkan kemampuan berpikir kritis terutama dalam perannya sebagai
mahasiswa (dengan menayangkan slide definisi berpikir kritis)
7. Kesimpulan
16
17
bekerja sama membuat usaha pencucian baju. Yang malah mungkin ini merupakan
peluang untuk mempunyai usaha dan berwiraswasta.
Semua langkah tadi sah-sah saja untuk dilakukan. Hasil akhir dari usahausaha tadi adalah untuk membuat hidup indekosan lebih nyaman dan masalah
teratasi. Langkah-langkah tadi setidaknya memberikan gambaran bahwa cara
mengatasi masalah yang berbeda yang dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
cara pandang melihat masalah tidaklah selalu sama. Artinya ada yang dianggap
sebagai hambatan dan ada yang melihatnya sebagai peluang. Tidaklah
mengherankan jika kemudian dalam sejarah manusia, ada individu-individu yang
maju justru ketika masyarakatnya atau lingkungannya melihat satu kondisi sebagai
hambatan. Pencipta Google.com situs pencari data (Sergei Brin dan Larry Page) dan
dan penemu mi siap saji (Momofuku Ando) adalah beberapa pencipta dari sekian
banyak pencipta yang melihat masalah menjadi peluang.
Mengapa sekiranya mereka menghasilkan karya-karya tadi? Setidaknya ada
pola yang sama yakni cara mengatasi masalah yang tidak umum. Mereka
menggunakan cara pikir yang kritis terhadap masalah. Mereka mencari celah
yang belulm terisi dalam pemecahan masalah. Bagi mereka dengan memasuki area
celah tadi bisa membuka peluang penanganan baru dari masalah atau malah
membuat jawaban baru untuk perkara lain yang tak terpikirkan sebelumnya. Masih
ingat obat Viagra? Ditemukan pertama kali untuk menangani penyakit jantung dan
tekanan darah. Yang terjadi kemudian malah menjadikan obat Viagra sebagai
peningkat stamina tubuh. Malah akhirnya obat tadi lebih dikenal masyarakat
umum untuk stamina tubuh bukan untuk pengobatan. Sungguh luar biasa bukan?
Berpikir kritis tidak datang begitu saja, namun dibutuhkan suatu usaha dan
keinginan untuk berpikir secara aktif. Berpikir secara aktif seperti layaknya detektif,
mencari tahu motif
yang melatarbelakangi
sebuah perkara.
Bagi
yang
suka
menonton film detektif
semisal
detective
conan suasana berpikir
kritis amat terasa.
Sering sekali polisi
mengungkap
kasus
hanya
dengan
petunjuk-petunjuk
yang terlihat, kurang
detail dan cenderung
menggunakan
satu
sudut pandang. Conan
dalam hal ini justru melihat kasus tidak seperti layaknya polisi pada umumnya. Ia
juga cenderung memulai olah pikirnya dengan mengapa dan bagaimana
ketimbang apa dari satu kasus. Hal-hal yang remeh justru menjadi perhatiannya,
yang justru oleh orang lain tak dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pada
akhirnya ia berhasil mengungkap kasus dan terkadang, pelaku kejahatan merasa
tak terduga bahwa hanya dalam waktu singkat ada orang yang mampu
memecahkan perkara yang ia lakukan.
18
Sama halnya dengan kasus mengikat tali tadi. Adakah dari Anda yang
menggunakan peralatan yang terduga? Atau dengan cara yang tak terduga? Yang
penting adalah tali yang terpisah akhirnya terikat dengan cara-cara yang memang
logis. Jika ada yang mengikatkan sepatu di tali yang satu dan kemudian diayunkan,
logikanya adalah ketika berayun maka ujung tali yang bersepatu bisa didekatkan ke
tali yang tak memiliki pemberat. Pemilihan cara yang tak terduga merupakan salah
satu bagian dari berpikir kritis. Tentunya pilihan tadi perlu memperhatikan apakah
hal itu berdampak positif atau negatif.
Dengan melihat masalah dan pilihan pemecahan masalah yang dipilih
dengan pertimbangan yang matang inilah yang kemudian disebut sebagai berpikir
kritis. Selanjutnya Takwin (1997) mengajukan definisi berpikir kritis:
suatu usaha yang sengaja dilakukan secara aktif, sistematis dan mengikuti
prinsip-prinsip logika serta mempertimbangkan berbagai sudut pandang
untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan
menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak atau ditangguhkan
penilaiannya.
Berpikir kritis juga diperlukan ketika mahasiswa mengikuti perkuliahan.
Bagaimapun juga dosen adalah manusia biasa yang juga bisa salah. Oleh karena itu
sebaiknya mahasiswa mencari tahu dari sumber yang sesungguhnya dan juga dari
sumber lain yang mungkin saja nantinya akan memperkuat dan memperlemah
suatu pendapat. Kegiatan ini juga nantinya akan berguna ketika anda membuat
tulisan ilmiah seperti makalah atau skripsi. Manakah teori-teori yang menunjang
topik yang sedang dibahas dan manakah teori yang bertentangan sehingga
nantinya akan menimbulkan banyak pertanyaan dan akhirnya tidak menjawab atau
mendukung permasalahan yang sedang dibahas.
19
Peralatan
Metode
: diskusi, ceramah
Waktu
Prosedur
: 30 menit
:
20
Latihan 10 PERNYATAAN
21
Tujuan
Peralatan
Waktu
Metode
Prosedur
: lembar pernyataan
: 40 menit
: Diskusi
:
22
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Berpikir kritis
tidak hanya sekedar
adu pendapat saja
dengan
tujuan
memenangkan suatu
argumentasi.
Seringkali
orang
mengira
bahwa
berpikir kritis sama
dengan debat kusir,
perdebatan yang tak
pernahberakhir.
Berpikir kritis lebih
bertujuan
untuk
menambah
pengetahuan
atu
memahami sesuatu lebih dalam. Saat kita berargumen terhadap suatu pendapat
tentunya kita harus terlebih dulu memiliki informasi yang cukup untuk dapat
melontarkan pendapat kita. Argumentasi yang diajukan tidak betujuan untuk
membujuk orang untuk menyetujui pendapat kita dan juga tidak untuk
menjelaskan suatu hal. Jika kita melakukan berpikir kritis hanya untuk
mempertahankan pendapat kita artinya berpikir kritis yang kita lakukan sifatnya
lemah. Namun apabila kita berpikir kritis bertujuan untuk mengevaluasi atau
merevisi suatu keyakinan artinya kita berpikir kritis yang sifatnya kuat.
Dasar akademis berpikir kritis pada mahasiswa adalah karena mereka kelak
akan menjadi sarjana. Para sarjana yang telah dibekali ilmu pengetahuan yang
memadai diharapkan menjadi orang yang mampu belajar sendiri. Maka dari itu
sedari awal para mahasiswa diajak untuk tergerak belajar dengan cara yang
berbeda dengan cara belajar para siswa.
Dengan belajar di perguruan tinggi para mahasiswa diharapkan mampu
memberikan kontribusi dengan menjawab permasalahan yang ada di masyarakat.
Baik di lingkungan sekitar maupun di lingkungan kerja nantinya. Tidak hanya
23
sekedar menuntut hak tetapi juga memberikan kontribusi dalam bentuk sumbang
saran penyelesaian masalah yang ada.
Perguruan tinggi UI mengajak mahasiswa belajar bagaimana
mengidentifikasi gejala dan masalah yang ada. Setelah menemukan gejala
diharapkan juga mampu menganalisis gejala dan akhirnya mampu menyelesaikan
masalah tersebut. Oleh karena itu diharapkan penyelesaian masalah tidak hanya
mengulang kembali permasalahan yang ada tetapi juga bisa memperbaiki
kesalahan dan melengkapi kekurangan dalam masyarakat.
Contoh sederhana saja, kenapa adik kita tidak dapat menjawab berapa liter air yang
digunakannya untuk mengisi akuarium di rumahnya. Umumnya adik kita akan
dikatakan payah, gitu aja gak bisa dan sebagainya. Tentu perkataan seperti ini
dapat mengurangi konsep dirinya yang berakibat pada si adik tak pernah yakin
dengan kemampuan berhitungnya. Kita sebagai pihak di luar dirinya perlu
memperhatikan mengapa ia belum paham untuk mengukur akuarium. Ambil
kondisi bahwa ternyata ia belum diajarkan cara menghitung volume. Jika itu
kondisinya maka si adik dalam posisi yang wajar. Akan tetapi jika sudah diajarkan
(kelas IV SD), tentu timbul pertanyaan lagi, apa yang menghambat ia untuk tahu
pengukuran volume? Ambil kondisi lagi bahwa ternyata ia tidak menyukai
pelajaran matematika. Tentu ini kerugian karena matematika banyak sekali
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata ketidaksukaannya terhadap
matematika lebih kepada gurunya, bukan pada materinya. Oleh karena itu
penanganannya tidak sembarangan sebab ada faktor luar. Langkah penyelesaian
bisa hanya sepihak dari diri si adik (diajak melihat hal-hal positif dari si guru dan
kerugiannya jika tak menguasai matematika), keluarga (keluar dari sekolah,
menegur guru dan sebagainya) atau dialog dengan pihak sekolah. Kontribusi kita
terhadap pemecahan masalah ini juga bagian dari berpikir kritis pada satu masalah
sosial yang ada di sekitar kita.
Alasan Akademis
Tentunya
menjadi
pertanyaan
adakah
alasan akademis dari
berpikir
kritis?
Pemahaman
bahwa
kuliah di perguruan
tinggi
ada
belajar
memahami,
menganalisis
dan
menyelesaikan
masalah
secara
mandiri artinya tidak
dipengaruhi
oleh
pihak lain dan mampu
melakukannya sendiri.
Kegiatan ini umumnya
dikejawantahkan dalam bentuk makalah dan dalam skala besar ketika menulis
skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan seseorang di jenjang S1.
Dengan skripsi yang dibuat diharapkan mahasiswa mamu memperbaiki kondisi
masyarakat. Untuk dapat memperbaiki kondisi masyarakat seorang sarjana harus
24
25
Dengan
mampu
melakukan
berpikir
kritis
harapannya
mahasiswa
bisa
berpikir dengan jernih
dan
obyektif.
Ini
dikarenakan informasi
yang
didapat
mahasiswa
tidak
langsung
diterima
begitu
saja,
justru
dipikirkan dengan baik
dan tuntas. Mahasiswa
yang mengembangkan
pola pikir kritis akan
lebih
tajam
dalam
menemukan masalah yang ada di sekitar.
Kemampuan berpikir kritis ini selanjutnya berkembang untuk menemukan
pemecahan dari masalah. Namun untuk itu mahasiswa perlu membuka wawasan
dan tahu dengan tuntas permasalahan yang kemudian membuka beragam cara
pemecahan masalah. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan
berbagai pilihan pemecahan masalah, pemikir kritis akhirnya mampu
menyelesaikan masalahnya. Dan inilah kontribusi mahasiswa UI kepada
masyarakat.
Peralatan
Waktu
Metode
Prosedur
: 45 menit
: Diskusi
:
27
raportnya. Kepala Sekolah menunjukkan surat itu kepada guru-guru. Anda sebagai
seorang guru juga turut membacanya. Isi dari sirat itu sebagai berikut:
bagaimana mungkin orang yang sesaleh Anto bisa memperoleh nilainilai yang jelek ??
Itulah alasan atas ketidaksetujuan saya. Saya kira memang ada kesalahan
dalam penilaian sehingga Anto mendapat nilai yang jelek. Menurut saya,
sekolah perlu mengusut hal ini. Sekolah harus meneliti di mana letak
kesalahan penilaian itu. Untuk itu, saya meminta Anda sebagai kepala
sekolah untuk melakukan tindakan yang tegas dalam pengusutan ini.
Sekali lagi pengusutan ini perlu karena saya tidak segan-segan mengangkat
masalah ini ke tingkatan hukum yang paling tinggi, yaitu pengadilan! Hal
ini saya lakukan karena pendidikan merupakan hal yang penting di
keluarga kami. Kakek-nenek, ibu-bapak, dan paman-bibi Anto semuanya
adalah terpelajar dan berpendidikan tinggi. Karena itu Anto adalah orang
yang pasti mampu sekolah dengan baik karena berasal dari keluarga
terpelajar. Saya yakin akan menang di pengadilan, karena alasan-alasan saya
kuat.
Hormat saya,
Jeje R.
Demikian surat dari Pak Jeje. Dalam memutuskan tindakan apa yang harus
diambilnya, Kepala Sekolah meminta Anda untuk memberikan pendapat terhadap
surat ini. Menurut Anda, apakah keberatan dan alasan-alasan Pak Jeje dapat
diterima atau harus ditolak? Bantulah Kepala Sekolah untuk memutuskannya.
29
hubungan interpersonal
: lembar NASA (persoalan, lembar jawaban individu dan
Peralatan
kelompok)
Waktu
: 60 menit
Metode
: Diskusi
Prosedur :
30
31
32
33
peserta bernegosiasi atas ide-idenya. Misalnya ada pilihan zat asam atau air yang
diprioritaskan, ada yang mengutamakan air dan sebaliknya ada yang
mengutamakan zat asam. Masing-masing pihak yang mengusung ide itu selain
harus bisa menyampaikan idenya (termasuk argumentasinya), juga berharap
idenyalah yang diterima tanpa terjadi konflik. Terjadilah tawar-menawar
antarpihak. Misalnya diskusi menghasilkan keputusan yang dibawa adalah air
dulu, kemudian zat asam denga catatan pihak yang mengalah kemudian
memasukkan pistol dalam urutan selanjutnya sebagai kompensasi dari kalahnya
urutan barang tadi.
Kelompok tanpa pemimpin juga akan kurang pas. Perhatikan saat diskusi
NASA berlangsung. Pasti ada orang yang meyuarakan, Ayo keputusannya apa
artinya ketika waktu diskusi semakin terbatas dan belum ada hasil, tentu tidak baik.
Maka perlu ada yang memutuskan apa yang akan dipastikan untuk diambil. Orang
ini tidak mesti membentak-bentak, bisa saja ia malah menanyakan dulu kepastian
dari keputusan yang diambil dengan tenang. Inilah orang yang pas memimpin
diskusi pada kelompok ini. Namun jangan samakan dengan pemimpin yang
mengetuai sekelompok tentara. Jika diskusi yang dikedepankan bisa jadi kelompok
tentara ini akan ditangkap atau bahkan dibunuh musuh. Maka yang dibutuhkan
adalah pemimpin yang tegas dan terkadang mengeluarkan keputusan tanpa
bertanya pada anggotanya. Di sinilah letak kita sebagai anggota maupun ketua
perlu memiliki rasa saling mengerti.
35
untuk mengekor saja teman-teman lainnya. Ingat mengekor juga salah satu
mencontek.
Masih ingat film-film konyol WARKOP? Dari berbagai film mereka adalah
trio sahabat (Dono, Kasino dan Indro sering disingkat DKI) yang amat lekat. Yang
menarik adalah dari ketiganya yang sering mendapat pekerjaan lapangan adalah
Dono atau setidaknya berbagi dengan Indro. Kasino adalah yang paling jarang
mendapat kerja lanpangan, tapi justru dialah yang membuat pembagian kerja.
Sungguh sial nasib Dono. Nah itu merupakan salah satu kondisi kerja kelompok
yang tidak adil bagi para anggotanya. Pada beberapa kejadian, pembagian tugas
yang tak adil ini justru terjadi karena anggota sudah sering melakukan pekerjaan itu
sehingga ia akan senantiasa diatur dengan bidang keahliannya. Misalnya saat
membuat makalah, ada saja anggota yang sudah khusus (spesialisasi) untuk
membuat pendahuluan atau tinjauan kepustakaan atau metode penelitian atau
hasil-simpulan-saran. Terlihat sepintas amatlah rapi dan membuat kerja kelompok
cepat selesai. Akan tetapi hal ini tidaklah adil. Ada anggota yang akan terlalu sering
melihat yang umum-umum saja (pendahuluan) atau ada yang cuma ahli membaca
data ketika membuat bagian hasil-simpulan-saran. Padahal potensi dari masingmasing anggota sama besarnya. Jangan-jangan malah akan merugikan kelompok
keseluruhan jika ternyata yang bertugas membuat pendahuluan lebih baik saat
membuat metode penelitiannya.
36
mau mendengar saran lain, merasa superior dan bahkan akan membungkam
anggota kelompok yang dianggap tidak sejalan dengan kelompok. Kejadian ini
pernah terjadi di saat AS menyerang Kuba (krisis nuklir Kuba) dan Vietnam dan
sekarang Irak. Kelompok yang dekat dengan presiden AS, meyakinkan presiden
agar menyerang negara-negara tadi. Dengan alas an-alasan politik dan tentunya
kondisi militer yang kuat maka keputusan perang diambil. Ternyata hal itu
membawa petaka bagi AS.dari penjelasan dan contoh tadi, yang hendak ditekankan
adalah berbahayanya groupthink dalam kelompok. Makanya dalam permainan
NASA tetap dimintakan kepada para anggotanya untuk berperan aktif dalam
menyarankan sesuatu tentunya dengan argumentasi yang tepat.
Bayangkan dalam satu kelompok terdiri dari 10 orang. Kemudian terdapat
tugas yang sebenarnya cukup sederhana, misalnya menulis artikel sepanjang satu
halaman. Menurut Anda, apakah semua anggota kelompok akan mengerjakan
tugasnya masing-masing? Yang paling sering terjadi adalah yang mengerjakan
hanya satu sampai tiga orang saja, sementara yang lain tidak muncul dengan
berbagai alasan. Kondisi ini yang dalam psikologi social sebagai Social loafing
(Baron & Byrne, 1994: 497). Sebuah riset menyebutkan bahwa intensitas kebisingan
yang dibuat antara seorang, dua orang sampai enam orang ternyata berbanding
terbalik. Intensitas bising justru tertinggi pada kondisi satu orang yang diminta
untuk membuat kebisingan. Pada kelompok yang berjumlah enam orang malah
tidak. Mengapa? Karena ternyata pada kelompok yang besar, tiap anggotanya
merasa ada orang lain yang akan membuat kebisingan, sehingga jika direratakan
kebisingan yang dilakukan tiap individu dalam kelompok jauh lebih kecil dari
intensitas kebisingan yang dilakukan oleh seorang diri (Latane dkk.: 1979 dalam
Sears dkk., 1985: 132).
37
pikiran Anda? Atau tanpa sadar ketika diskusi terlontar kalimat-kalimat yang tak
berkenan di hati orang lain. Tutur kata yang tak berkenan bisa menciptakan iklim
komunikasi dalam kelompok buruk. Sekedar contoh, warga di Jakarta sering
melakukan komunikasi dengan dua media sekaligus. Pertama bicara dengan lawan
bicaranya. Kedua berkomunikasi dengan pihak ketiga dengan layanan pesan
pendek/sandek (sms). Bagi sekelompok orang hal itu tidak sopan dan bisa
menyinggung perasaan lawan bicara. Makanya, prinsip menjaga perasaan orang
lain (tepa selira), tampaknya masih in saat ini.
Setiap manusia pasti mengalami kecemasan. Ketika ada hal yang menjadi
tanggung jawab kita, kemudian tak terselesaikan besar kemungkinan akan
menimbulkan rasa cemas. Atau khawatir karena pekerjaan yang dihadapi agak
sulit, tapi merasa tak mampu mengerjakannya. Kecemasan bisa menghambat atau
juga mendorong kita untuk bekerja. Namun kecemasan harus dihadapi, tidaklah
bisa kita menghindarinya selamanya. Walau rasa cemas ada, tapi ketika kita
menghadapinya (dalam hal ini mengerjakan hal yang membuat cemas) setidaknya
kita telah berusaha mengatasinya, bukan menghindarinya. Bisa terjadi rasa cemas
yang ada malah menjadi sumber enerji untuk mau menghadapi sumber kecemasan.
Atau malah sumber kecemasannya bukan yang terlihat, tapi yang lainnya. Misalnya
bukan materi pekerjaan yang membuat cemas, tapi dosennya yang membuat cemas.
Kerja kelompok seperti kita ketahui bersama terdiri dari beberapa orang
yang satu sama lain berbeda. Tidaklah mengherankan jika kemudian masingmasing mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Namun karena setiap
kelompok khususnya dalam mengerjakan tugas terdapat sesuatu yang harus diraih
maka bisa terjadi ketidaksamaan antara kepentinga kelompok dan individu. Agar
selanjutnya kondisi ini tidak menimbulkan kekisruhan saat bekerja dalam,
kelompok maka sebaiknya ada aturan-aturan yang bijak, tergantung kondisi
kelompok.
Setiap anggota kelompok memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Keberbedaan ini terkadang menjadi kelemahan kelompok. Ini terjadi pada
kelompok yang baru saja terbentuk dan masing-masing anggota belum saling kenal
dan menyadari potensi-potensi apa yang ada pada tiap individu. Perlahan tiap
kelompok akan mencoba mencari tahu apa kelebihan dan kekuatan dari kelompok.
Ambil contoh film Scoobie Do, sekelompok anak muda yang menjadi detektif. Ada
yang pintar, ada yang mengandakan kecantikan, mengandalkan fisik dan ganteng,
anjing yang penakut dan lapar melulu serta seorang pengecut yang pesimis dan
juga lapar melulu. Jika semata melihat unsur-unsur mereka satu-persatu maka
mereka bukanlah kelompok yang ideal. Mereka senantiasa bekerja sama dan
perlahan menerima keadaanm masing-masing dan yang utama adalah mereka
memiliki adalah rasa persahabatan yang tak tergantikan. Itulah yang mereka
pahami sebagai kekuatan kelompok.
38
39
40
Komunikasi
Tujuan
Peralatan
Waktu
Metode
Prosedur
41
43
44
bicara ketika kita bicara bahkan juga saat tidak bicara. Ambil contoh ketika kita
berbicara dengan seseorang sambil bertolak pinggang. Walau yang kita bicarakan
hal-hal biasa lawan bicara akan merasa dirinya dianggap inferior oleh pembicara.
Belum lagi jika ada orang lain yang melihatnya, maka akan timbul persepsi bahwa
pembicara sedang memarahinya dan menempelkan tanda sombong. Kasus lainnya
ada orang yang bertanya kepada kita, kita meresponnya, tapi sambil membersihkan
kacamata dengan serius. Lawan bicara akan merasa bahwa pembicaraan ini tidak
dianggap penting oleh kita. Perlahan ia akan mundur dan menyelesaikan
pembicaraan. Maka dari itu komunikasi yang dilakukan tubuh penting
diperhatikan. Bahasa tubuh bisa lebih menjelaskan kondisi diri kita lebih daripada
ucapan.
Komunikasi juga tidak melulu membicarakan isi dari yang disampaikan.
Terkait dengannya adalah penerimaan diri dari individu. Perhatikan sekeliling
Anda, adakah orang yang tak mau disentuh? Atau tidak mau berdekatan sampai
jarak tertentu (misalnya satu meter)? Atau pada teman akrab, bisa jadi tak berjarak
karena seing terlibat main basket atau olah raga lain yang kontak fisiknya tinggi.
Ada yang mau berbisik dengan kita, ada yang tidak. Ada yang karena ajaran agama
bersentuhan beda jenis kelamin dilarang (kecuali saudara/suami-istrinya). Dari
beberapa kasus tadi kita perlu memahaminya bahwa jarak juga perlu diperhatikan
dalam berkomunikasi. Jarak itulah yang disebut sebagai personal space.
Latihan
Buatlah kolom seperti gambar
kolom di samping. Gunakan
untuk membuat gambaran dari
Dina seperti yang telah dibacakan.
Selanjutnya disukusikan dalam
kelompok. Tidak perlu ada
kesepakatan.
45
46
47
ceplos. Bagi mereka gaya bicara seperti itu lebih menunjukkan keterbukaan dan
kejujuran. Komunikasi yang didasari kejujuran akan membuat lawan bicara merasa
nyaman. Berdasar kenyamanan itu maka komunikasi yang terjadi akan lancar
karena informasi yang dibagi akan lebih banyak dan kita bisa mendapatkan
gambaran utuh dari persoalan yang dibicarakan.
48
Waktu
: 60 menit
Metode
Prosedur
49
Dalam
berkomunikasi, selalu
ada
aktivitas
menerima
dan
menyampaikan.
Menerima, dalam hal
ini mendengar (to
hear)
tidak
sama
dengan
mendengar
aktif
(to
listen).
Aktivitas mendengar
(to hear) biasanya
dilakukan
dengan
menggunakan indera
semata, sedangkan mendengarkan (to listen) sudah lebih melibatkan proses kognisi,
afeksi maupun psikomotor seseorang. Ada emosi, sikap, nilai yang terlibat dalam
aktivitas mendengarkan. Pada satu waktu kita mendengar suara mesin AC yang
bergemuruh pelan di ruangan, pada saat yang sama kita juga sedang
mendengarkan penjelasan dari dosen mengenai suatu materi.
Dengan alasan tertentu, kegiatan mendengarkan jauh lebih efektif
dibandingkan kegiatan mendengar. Mendengarkan yang melibatkan emosi, sikap,
nilai yang terlibat membuat seseorang dirasakan memiliki komunikasi timbal balik
yang jauh lebih efektif dibandingkan orang lain. Dengan kemampuan mendengar
aktif, seseorang dapat lebih memahami informasi yang diberikan orang lain secara
utuh dan kemudian dapat mengambil sikap yang tepat pada situasi tersebut.
Bagaimana anda mendengar sangat mempengaruhi efektivitas pekerjaan dan
kualitas hubungan anda dengan orang lain. Kita biasanya mendengarkan untuk
memperoleh informasi, memahami sesuatu, menikmati sesuatu ataupun untuk
belajar. Menurut penelitian, kita mendengarkan setidaknya kita mengingat 25-50%
apa yang kita dengarkan. Namun terkadang keseluruhan informasi yang diberikan
adalah hal yang penting yang dapat membantu kita menyelesaikan tugas atau
berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, bagaimana kita mempertahankan
proporsi kemampuan mendengarkan kita agar lebih optimal.
Untuk menjadi seorang pendengar yang baik, kita harus mempraktekkan
kemampuan mendengar aktif. Hal ini membantu anda mengusahakan kegiatan
untuk mendengar tidak hanya kata-kata yang orang lain katakan, namun hal yang
lebih penting adalah mencoba untuk memahami keseluruhan pesan yang
dikirimkan. Untuk melakukan hal ini, anda harus memperhatikan orang lain
dengan baik.
Dalam melakukan kegiatan mendengar aktif, ada empat hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan pesan yang disampaikan, yaitu: pengalaman,
tingkah laku, perasaaan dan pandangan hidup.
50
51
Dengan demikian, kegiatan mendengar aktif dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
mutlak diperlukan saat kita ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam
kegiatan akademis, khususnya saat kita belajar dalam kelompok, kemampuan ini
sangat dibutuhkan untuk menjaga kelanggengan kerjasama kita dengan anggota
kelompok yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama yaitu menguasai
materi atau memperoleh prestasi yang lebih baik. Pengembangan keterampilan ini
bisa dilakukan melalui latihan dan mempertajam sensitivitas inderawi kita dan
sensitivitas diri dan atensi pada orang lain.
52
Submisif:
tidak
menyatakan pikiran,
perasaan
dan
keinginan,
tidak
memperjuangkan
haknya. Hal ini terjadi
saat seseorang tidak
melakukan
apa-apa
saat haknya terlanggar
oleh
orang
lain,
dengan
mempertimbangkan
bahwa kebutuhannya,
sikapnya, haknya lebih
tinggi dibandingkan orang tersebut. Rasa tidak menghargai hak orang lain ini dapat
menyebabkan rasa sakit, cemas dan benci pada orang yang terlanggar haknya.
Misalnya orang yang diam saja saat orang lain menyakitinya karena takut untuk
melawan orang lain yang lebih kuat.
Dalam beberapa contoh lelucon dapat kita lihat kejadian submisif. Lelucon
orang yang terinjak kakinya di bis kota, orang itu tetap diam saja ketika kakinya
terinjak atau malah minta maaf kepada yang menginjak.
Agresif:
menyatakan
pikiran, perasaan dan
tindakan dengan cara
yang tidak pantas,
memperjuangkan hak
tanpa
menghargai
orang
lain
dan
cenderung
melukai.
Misalnya orang yang
menyerang,
marah
pada orang lain akibat
tingkah
laku
yang
dilakukannya. Dampak
yang dihasilkan bukan
melulu luka fisik, tapi ada juga luka hati (perasaan).
Tingkah laku ini jelas lebih banyak tidak menguntungkannya. Umumnya
respon agresif akan dibalas dengan agresif pula (ingat pepatah mata ganti mata,
nyawa ganti nyawa). Tidaklah mengherankan jika dalam kehidupan akademik
tingkah laku ini sejauh mungkin dihindari atau setidaknya bukan langkah pertama
yang diambil ketika kita berespon atas sesuatu.
Adapun bentuk tingkah laku agresif terbagi menajdi dua, yakni covert
aggressive dan overt aggressive.
53
Salah satu aksi mahasiswa menentang kenaikan harga BBM. Mengeluarkan pendapat
dengan mengganggu kenyamanan penguna jalan dan melakukan aksi bakar yang
berbahaya.
54
Asertif: Keterampilan
untuk
menyatakan
pikiran,
perasaan,
keinginan
dengan
cara yang pantas;
Kemampuan
memperjuangkan hak
dengan
tetap
menghargai
hak
orang lain.
Dalam berikap asertif,
seseorang tetap harus
menghormati orang
lain
sekaligus
memperjuangkan haknya dengan cara yang masuk akal dan bertanggung
jawab.
Salah satu sikap yang
mencoba
untuk
saling
menghargai
antara
seseorang
dengan orang lain
adalah sikap asertif.
Sikap ini membantu
kita untuk berada di
posisi yang tepat
untuk tetap menjalin
hubungan
baik
dengan orang lain
pada saat hubungan
kita dengan orang
lain mengalami masalah.
Bersikap asertif dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain:
1. Membuka kemungkinan negosiasi saat menghadapi perselisihan,
seseorang dapat menggunakan sikap asertif sebagai alat untuk mengatasi
perselisihan tersebut dan membuka jalan untuk membicarakan masalah
tersebut untuk mencari jalan keluarnya.
2. Membuka kemungkinan win-win solution dengan adanya kesempatan
untuk bernegosiasi dengan pihak yang berselisih, diharapkan dapat
membantu terjadi penyelesaian yang tidak merugikan salah satu pihak.
Dengan demikian, tidak ada pihak yang merasa dikalahkan ataupun
dimenangkan dari situasi tersebut.
3. Memberi kelegaan jika ada perselisihan yang terjadi dan kemungkinan
penyelesaian dengan cara win-win solution terbuka, maka hal ini dapat
menimbulkan kelegaan diantara dua belah pihak karena tidak ada yang
merasa haknya terlanggar ataupun melanggar.
55
Pada
kenyataannya,
bersikap
asertif
seringkali
tidak
semudah
yang
dibayangkan.
Pada
beberapa
kejadian,
asertivitas sulit untuk
dilakukan
karena
adanya
kendalakendala tertentu. Perlu
diingat bahwa pada
dasarnya,
setiap
manusia memiliki hak
untuk bersikap asertif:
Diperlakukan dengan respek pada hakekatnya setiap manusia memiliki
hak yang sama, harga diri untuk dihormati dan dihargai sehingga jika orang
lain merasakan ketidaksetaraan perlakuan antara dirinya dan orang lain,
maka hal ini sudah melanggar hak asasinya tersebut.
Mengekspresikan pandangan dan perasaannya dalam berhubungan
dengan orang lain, seseorang diharapkan dapat secara tulus menyatakan
pandangan dan perasaannya sehingga orang lain juga dapat memahami
dirinya tersebut.
Menetapkan sasaran dan tujuannya sendiri setiap orang memiliki impian
masing-masing yang ingin dicapai. Kemungkinan pencapaian impian
56
obyektif dan masuk akal dan tetap menghargai keberbedaan. Dengan demikian
orang atau pihak lain dapat memahami kita tanpa menyakitinya.
Kaitan asertif dengan kehidupan akademis
Sikap asertif dapat membantu pengembangan keterampilan komunikasi,
harga diri dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini juga dapat membantu
mengatasi rasa malu dan marah. Perasaan dan ide yang diekspresikan dengan cara
yang jujur dapat membuat hubungan yang lebih tulus. Rasa menghargai yang
orang berikan pada orang lain dapat membuat orang lain lebih menghargai orang
tersebut. Asertivitas juga memberikan kontrol yang lebih tinggi pada lingkungan,
mengurangi kecemasan dalam situasi tertentu. Menjadi asertif dapat membantu
seseorang memiliki lebih banyak waktu untuk belajar (ingat dalam manajemen
waktu di kuadran yang berisikan kegiatan yang mendesak tapi tidak penting).
Misalnya saat seorang mahasiswa seharusnya mengerjakan tugas, ia diajak teman
membeli kado untuk ibunya, secara asertif ia dapat menolaknya tanpa membuat
temannya sakit hati.
58
ASERTIF
Tujuan
Waktu
Metode
Prosedur
Agresif
Asertif
Submisif
59
Daftar Pustaka
Baron, Robert., Byrne, Donn. (1994). Social psychology: Understanding human
interaction. Allyn and Bacon. Boston.
De Porter, B., & Hernacki, M. (1992). Quantum learning: Membiasakan belajar nyaman
dan menyenangkan. New York: Dell Publishing.
Sukadji, S., & Singgih, E. (Eds). (2001). Sukses di Perguruan Tinggi. LPSP3 Fakultas
Psikologi UI. Depok.
Office of Student Development & Counseling Center. Making the adjustment to
college. Diunduh 23 Juni 2008 dari http://www.lsus.edu/sdcc/students/adjustment
University of Illinois, Counseling Center. Overcoming Procrastination. Diunduh 23
Juni 2008 dari www.counselingcenter.uiuc.edu.
Yulistia. (2003). Hubungan antara karakteristik kepribadian mahasiswa dan
kecenderungan prokrastinasi akademis: Suatu studi deskriptif menggunkanan
preferensi dan temperamen sebagai dua variable karakteristik kepribadian
berdasarkan Myers-Briggs type indicator. Skripsi strata satu. Fakultas Psikologi
Uniersitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/
Sumber Gambar
Gambar conan:
http://www.lyceekastler.com/anglais/englishisfun/images/gifs/jeux/conandetective.gif. Diambil medio Juli 2008.
Gambar demonstrasi menolak kenaikan harga BBM:
http://blontankpoer.blogsome.com/images/0702.blonty_demo_kartun_nabi_10.jp
g. diambil medio Juli 2008
60