Anda di halaman 1dari 60

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI

2008

Panduan bagi Fasilitator


PDPT OBM
2008

Belajar di Perguruan Tinggi


Hal-hal Dasar Belajar di UI

Tim OBM Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Pendahuluan
Panduan ini dibuat dalam rangka membantu para fasilitator PDPT OBM UI.
Setiap tahunnya UI melakukan pelatihan singkat kepada para mahasiswa barunya,
sebagai rangkaian pembentukan kepribadian (karakter) sekaligus soft skill.
Pelatihan yang diselenggarakan secara serentak membutuhkan jumlah fasilitator
yang besar. Oleh karenanya pelatihan kepada para fasilitator adalah faktor dasar
yang amat penting bagi terselenggaranya PDPT OBM sekaligus membuka wawasan
bagi peserta.
Pelatihan kepada fasilitator dari para fasilitator adalah hal yang lumrah.
Namun untuk menjaga standar diperlukan upaya-upaya khusus. Ini dapat dilihat
dengan adanya pelatihan serentak kepada para calon fasilitator. Para fasilitator juga
diminta untuk mempraktekkannya. Dan yang terakhir adalah dengan membuat
panduan yang diharapkan bisa memaksimalkan performa para fasilitator sekaligus
standarisasi.
Pada buku panduan ini akan dijelaskan beberapa hal yakni permainan (cara,
daftar peralatan dan bahan bacaan fasilitator). Untuk tahun ini harus diakui waktu
yang diberikan amat pendek sehingga amat dibutuhkan kontribusi para fasilitator
untuk membantu dengan sepenuh hati pelaksanaan acara ini.

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

MALAM KEAKRABAN UI
Tujuan

: Peserta dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi


keberhasilan belajar di perguruan tinggi
Metode
: Kegiatan individual dan diskusi kelompok
Waktu
: 45 menit
Material
: Lembar kasus dan alat tulis
Prosedur
:
a. Peserta menerima lembar yang berisi kasus Malam Keakraban UI, dan
mendapatkan waktu 15 menit untuk mengerjakannya secara individual.
b. Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok-kelompok (@ 5 orang).
c. Di dalam kelompok, peserta mendiskusikan kasus tersebut, dan menyatukan
pendapat untuk memecahkan kasus.
d. Debrief:
Hal-hal apa yang dapat diambil/dipelajari dari kasus tersebut?
Apakah upaya Anda mengumpulkan informasi dari teman-teman cukup
efektif untuk memecahkan masalah? Apakah ada cara lain?
Bagaimana Anda memperlakukan informasi yang diterima dari temanteman? Bisakah informasi tersebut dipercaya sepenuhnya? Mampukah Anda
menganalisanya secara tepat dalam waktu yang cepat dan sendirian?
Apa kendala yang Anda temui pada saat menganalisa informasi dan data
dalam kasus ini? Bagaimana mengatasinya?

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Belajar di Perguruan Tinggi


Kenalkah
teman-teman dengan
tokoh-tokoh
di
samping?
Mungkin
tokoh-tokoh ini bukan
yang terlalu dikenal
saat ini (searah jarum
jam: Emil Salim (FE
UI) mantan menteri
lingkungan
hidup/ketua
BAPENAS,
Sri
Mulyani
(FE
UI)
menteri
keuangan,
Selo Soemardjan salah
satu
pendiri
departemen Sosiologi FISIP UI (FISIP UI), Fuad Hassan (FPsi.) mantan menteri
pendidikan). Namun anak-anak muda lulusan UI yang berprestasi juga ada, semisal
Nicholas Saputra (FT UI) aktor, Najwa Shihab (FH UI) pembawa acara TV nasional,
Dian Sastrowardoyo (FIPB UI) aktris, Yohanes Surya (FMIPA UI) rektor universitas
swasta di Jakarta dan sebagainya. Mereka telah menorehkan tinta tersendiri dalam
sejarah bangsa Indonesia.
Contoh-contoh tadi merujuk pada lulusan Universitas Indonesia yang
berhasil di masyarakat. Apakah Anda orang-orang sukses selanjutnya?

Beda Belajar di Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi


Kurikulum
secara
umum
diartikan
sebagai
program
pengajaran
yang
diberikan oleh suatu
lembaga
penyelenggara
pendidikan yang berisi
rancangan pengajaran
yang akan diberikan
kepada peserta didik
dalam satu periode
jenjang
pendidikan.
Kurikulum
mengarahkan
pendidikan mencapai
sasaran pembelajaran secara menyeluruh. Kurikulum di SLTA dimaksudkan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
4

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.


Sedangkan di pendidikan tinggi, kurikulum sudah mengarah pada upaya
membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan
disiplin ilmu tertentu baik secara teoritis maupun aplikasi.
Cara belajar
Pada saat belajar di SMA guru mengambil peran sebagai nara sumber utama
yang mengarahkan dan membimbing siswa berdasarkan tujuan pengajaran yang ia
tetapkan sebelumnya. Di perguruan tinggi peran dosen adalah sebagai fasilitator.
Mahasiswa aktif mencari informasi dan belajar melalui sumber-sumber belajar lain
seperti memanfaatkan perpustakaan, media cetak dan media elektronik atau orangorang yang kompeten di bidang tertentu. Sebagai catatan, saat ini perpustakaan
pusat UI memiliki koleksi lebih dari 63.500. Bentuknya beragam, mulai dari buku,
penelitian (21.874 koleksi) dan juga termasuk e-book sebanyak 1.981 buku
(http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/). Dengan begitu mahasiswa
diharapkan berpikir kritis terhadap beragam informasi yang diterimanya.
Sistem kredit
Pendidikan tinggi menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk
menetapkan beban studi mahasiswa tiap semester. Satu SKS berarti 50 menit
kegiatan tatap muka di kelas, 60 menit kegiatan berstruktur, dan 60 menit kegiatan
mandiri. Dengan demikian maka tiap minggunya ungtuk satu mata ajar dengan
bobot 1 SKS waktu yang dibutuhkan 170 menit. Satu semester adalah satuan waktu
kegiatan belajar selama 1416 minggu. Berdasarkan prestasi yang dicapai dan
kebutuhan serta minat mahasiswa, mahasiswa memiliki kebebasan untuk
memutuskan jumlah SKS yang diambil per semester, dan mata ajaran yang akan
dipelajarinya. Hal ini berbeda dengan pendidikan di bangku SLTA yang menganut
sistem paket, di mana siswa mempelajari sejumlah mata ajaran yang telah
ditetapkan berdasarkan kelas dan jurusan yang dimasukinya. Penerapan SKS juga
memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk mengatur waktu kuliahnya sendiri,
berbeda dengan pendidikan SLTA yang mengharuskan siswa masuk sekolah
sepanjang hari selama 56 hari/minggu.
Lingkungan belajar
Secara umum pendidikan tinggi memiliki lingkungan belajar yang lebih
fleksibel dibandingkan dengan SMA. Ukuran kelas bervariasi, tergantung pada
jumlah mahasiswa yang memilih mata ajaran tertentu. Terdapat pula sistem moving
class yang mengharuskan mahasiswa berpindah kelas mengikuti mata ajaran yang
dipilihnya. Dengan kebebasan memilih mata ajaran, mahasiswa juga memiliki
kesempatan untuk berinteraksi dengan rekan-rekan yang berbeda-beda. Sebagai
perbandingan, di SMA, pada umumnya siswa belajar di kelas yang sama selama
satu tahun ajaran, bersama teman-teman yang sama. Jumlah siswa pun relatif sama.
Tuntutan
Pendidikan tinggi memiliki tuntutan akademis dan tuntutan non-akademis
yang berbeda. Mahasiswa memperoleh kebebasan untuk menetapkan target sendiri
dalam belajar, menentukan kapan akan lulus, mata ajaran yang akan diambil, dan
waktu belajar. Selain itu ia memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

kemahasiswaan yang akan diikuti. Namun ia juga dituntut untuk bertanggungjawab atas pilihan dan tindakannya dengan pengajar/dosen berperan sebagai
fasilitator. Pada sisi non-akademis, mahasiswa dituntut untuk mampu berinteraksi
dengan rekan-rekan yang heterogen pada sisi usia, minat, kebutuhan, dsb.
Sedangkan di SLTA, hubungan guru-siswa lebih personal dan dekat serta
keterlibatan orangtua cukup aktif dalam pendidikan siswa. Selain itu rekan-rekan
memiliki rentang usia yang relatif sama sehingga diharapkan lebih mudah bagi
siswa dalam bersosialisasi.

Ciri yang Diharapkan pada Mahasiswa


Mandiri
Mahasiswa
adalah pemelajar aktif
dan kritis yang dituntut
untuk
mampu
mengatur
diri
dan
waktunya
serta
menyelesaikan
persoalan
yang
ia
temui.
Dalam
mengikuti
kegiatan
belajar-mengajar,
hendaknya
ia
menunjukkan disiplin
diri, sikap proaktif, dan
motivasi belajar yang
kuat.
Motivasi diri
Secara umum motivasi sering diartikan sebagai kondisi psikologis (internal
states) yang menimbulkan, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku
tertentu. Dalam dunia pendidikan, motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang
(intrinsik) memberikan hasil lebih positif dalam proses pembelajaran dan meraih
prestasi yang baik. Motivasi jenis ini akan lebih kuat dan stabil bila dibandingkan
dengan motivasi dari luar diri (ekstrinsik) seperti ganjaran/hadiah. Meskipun
begitu, mahasiswa kadang termotivasi oleh keduanya; selain ingin memenuhi rasa
ingin tahu dengan belajar giat (intrinsik), mahasiswa juga mengharapkan hadiah
dari pihak luar (ekstrinsik).
Terbuka untuk bekerjasama
Perguruan tinggi adalah tempat di mana sejumlah orang dari latar belakang
(suku bangsa, status sosial ekonomi, dll.) yang berbeda bertemu dan berinteraksi.
Dalam rangka berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya,
mahasiswa baru didorong untuk menjalin hubungan sosial dengan orang-orang
yang baru ditemuinya tersebut agar tidak merasa terisolasi atau terpinggirkan.

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Selain
itu,
dengan
sistem pendidikan yang
menerapkan
pendekatan
berpusat
pada
mahasiswa
(student-centered),
mahasiswa
juga
diharapkan
mampu
bekerjasama
dengan
rekan-rekannya
agar
dapat
berkolaborasi
dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Di
perguruan
tinggi,
teman
tidak
diperlakukan
sebagai
kompetitor
(saingan),
namun sebagai mitra dan sumber pembelajaran.
Mampu bekerja sendiri
Selain mampu bekerjasama, mahasiswa diharapkan mampu belajar secara
mandiri. Hal ini mulai dari merencanakan (menentukan tujuan, target, strategi dan
waktu) belajar, menentukan sumber belajar yang akan digunakan, sampai
menjalankan rencana tersebut secara teratur. Mahasiswa juga diharapkan mampu
bertahan mengerjakan tugas dan mengatasi hambatan yang ditemui tanpa
mengandalkan bimbingan dan dukungan dari pihak lain yang berlebihan. Tidak
selamanya ada dosen dan teman-teman yang mendampingi Anda.

Mampu
mengorganisasi waktu
Dalam
perkuliahan
terdapat
batas waktu yang harus
dipenuhi agar nantinya
mahasiswa
dapat
meraih
kesarjanaan.
Salah
satu
kriteria
mahasiswa
yang
berhasil adalah yang
memiliki kemampuan
manajerial waktu yang
baik dan memiliki batas
waktu untuk setiap
pengerjaan
tugasnya
(Martin dan Osborne,
1989 dalam Yulistia, 2003). Untuk mencapai itu, mahasiswa perlu memperhatikan
beberapa hal guna meningkatkan kemampuan mengorganisasi waktu adalah:

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

1. Belajar membedakan antara hal yang penting dan hal yang mendesak.
Berdasarkan derajat kepentingan dan mendesak, ada empat kombinasi, yaitu
penting dan mendesak, penting dan tidak mendesak, tidak penting dan mendesak,
tidak penting dan tidak mendesak.
2. Mengetahui dan menetapkan prioritas.
3. Membuat perencanaan bagi langkah-langkah mencapai target. Perencanaan akan
membantu mahasiswa untuk menemu-kenali konflik dan krisis yang potensial serta
meminimalisir tugas-tugas yang mendesak. Perencanaan juga memungkinkan
mahasiswa fokus pada hal-hal yang penting bagi perolehan kesuksesan jangka
panjang. Namun untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari perencanaan,
maka perencanaan perlu ditinjau kembali secara rutin.
4. Jadwalkan kembali tugas-tugas yang akan diselesaikan.
5. Mengetahui bagaimana memanfaatkan waktu itu sendiri.
Pemaparan organisasi waktu ini dalam analoginya daapt dilihat pada kasus
pembangunan di Indonesia. Beberapa tahun lalu dalam melaksanakan
pembangunan pemerintah Indonesia menerapkan rencana pembangunan lima
tahun (REPELITA). Dasar pemikiran pembangunan itu adalah pengejawantahan
capaian dengan mempertimbangkan waktu. Maka dulu dikenal era lepas landas
yang berarti pembangunan yang berlangsung selama 25 tahun akan membuat
Indonesia menjadi bangsa yang maju.

Tabel ini merupakan


rangkuman dari
persentase
keberhasilan
mahasiswa UI strata
satu (S-1) angkatan
2002. Data yang
tercatat adalah tahun
2008. Terlihat bahwa
mayoritas dari
fakultas-fakultas
yang ada mencapai
tingkat kelulusan di
atas 70%. Apakah
Anda aka menyusul
mereka?

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Adanya sasaran dalam belajar mendorong mahasiswa untuk mengarahkan


perhatian terhadap tugas yang dihadapi, berusaha lebih sungguh-sungguh, dan
meningkatkan ketahanan kerja. Moran (1997, dalam Sukadji & Singgih) mengajukan
suatu prinsip dalam menetapkan sasaran, yaitu SMART.
Specific
Semakin spesifik dan
jelas sasaran yang
ditetapkan, semakin
mudah mahasiswa
melihat hal yang
ingin ia capai, dan ia
pun
semakin
semangat
untuk
mencapainya. Selain
itu
kemungkinan
untuk mencapainya
juga menjadi lebih
besar.
Contoh:
Saya
ingin
menyelesaikan
kuliah selama empat tahun dengan Indeks Prestasi minimal 3,25.
Measurable
Agar sasaran dapat diukur, diperlukan/dibutuhkan cara untuk mengukur
kemajuan yang telah dicapai dan kriteria spesifik yang dapat menginformasikan
bahwa sasaran telah dicapai. Mengetahui bahwa ada kemajuan yang dicapai akan
membuat mahasiswa tetap termotivasi dan menikmati proses mencapai sasaran.
Hal ini bisa dilakukan dengan menyimpan dan mengevaluasi nilai-nilai yang
diperoleh pada kuis, tugas atau ujian setiap semester.
Attainable
Sasaran yang ditetapkan hendaknya realistis, sesuai dengan kemampuan
dan sumber daya yang ada. Sasaran dikatakan tepat bila mengandung tantangan di
dalamnya, tidak terlalu mudah/rendah atau terlalu sulit/tinggi untuk diraih.
Selesai kuliah 4 tahun cukup realistis dan menantang, beda halnya dengan 3 tahun
yang relatif amat sulit atau 5 tahun yang tidak mendatangkan tantangan dalam
belajar.
Relevant
Mahasiswa harus memiliki alasan yang kuat untuk sasaran yang ia tetapkan.
Hal ini membuat sasaran tersebut berharga di matanya sehingga bila ia menemui
hambatan ia tidak mudah menyerah, dan bila sasaran berhasil diraih, ia akan
merasa puas dan menghargai upayanya sendiri. Berkaitan dengan contoh,
mahasiswa menetapkan empat tahun dengan alasan ingin meringankan beban
keuangan keluarga yang agak bermasalah setelah ayah pensiun.

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Time Bound
Penetapan batas waktu dapat mengontrol langkah yang ditempuh untuk
mencapai sasaran. Dengan adanya batas waktu, mahasiswa dapat terhindar dari
sikap prokrastinasi (menunda aktivitas) atau perfeksionis. Perlu diingat bahwa
menunda-nunda pekerjaan bukan saja gagal dalam target waktu, tapi juga
menghalangi pencapaian target. Dalam kasus mahasiswa, temuan Rothblum dkk.
(1986, dalam Yulistia, 2003) menunjukkan prokrastinasi berhubungan dengan IPK
yang rendah.

Memahami waktu,
cara dan tempat yang
cocok untuk belajar:
a. Tipe pagi dan tipe
malam
Setiap
orang
memiliki
preferensi
mengenai waktu yang
paling
cocok
untuk
belajar. Ada orang yang
menunjukkan
hasil
belajar terbaik pada pagi
hari (jam 09.0014.00),
dan disebut sebagai tipe
pagi. Tipe ini paling
sesuai belajar pada pagi dan siang hari dan bidang sains lebih sesuai dipelajari pada
waktu tersebut. Seseorang yang tergolong tipe malam akan lebih efektif belajar
antara jam 15.0024.00, dan pada waktu tersebut bidang seni amat cocok untuk
dipelajari. Dengan mengetahui tipe yang dimilikinya berkaitan dengan waktu
belajar, diharapkan akan memudahkan mahasiswa dalam mengatur waktu dan
kegiatan sehari-hari. Bagi tipe pagi, tugas-tugas yang menuntut konsentrasi dan
pemikiran mendalam hendaknya diselesaikan pada pagi dan siang hari. Waktu
pada sore dan malam hari bisa diisi oleh kegiatan yang lebih praktis dan tidak
menuntut konsentrasi penuh.
b. Tipe-tipe: visual, auditorial, kinestetik
Cara belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, lalu
mengatur, dan mengolah informasi. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda
dalam mempelajari informasi secara optimal. Pengetahuan mengenai gaya belajar
akan membantu seseorang belajar dan berkomunikasi dengan lebih baik. De Porter
dan Hernacki (1992) mengemukakan tiga jenis gaya belajar (V-A-K), yaitu:
a. Tipe visual, yaitu individu yang lebih banyak dan lebih baik menyerap informasi
melalui penglihatan (apa yang dilihat), seperti membaca, memperhatikan ilustrasi,
dan selanjutnya membuat catatan-catatan yang sangat baik. Gambar-gambar juga
dapat membantu. Ada buku-buku yang mengakomodir orang yang tipe visual
khusus cerita bergambar, misalnya kartun fisika, biologi, peradaban dunia, dan
sebagainya.

10

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

b. Tipe auditorial, yaitu bila individu lebih banyak dan lebih baik menyerap
informasi melalui pendengaran (apa yang didengar), seperti mendengarkan
penyajian materi.
c. Tipe kinestetik, yaitu individu yang lebih banyak dan lebih baik menyerap
informasi melalui gerakan dan sentuhan. Tipe ini lebih baik belajar dalam kegiatan
bergerak dan interaksi kelompok.
Gaya belajar seseorang dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu dengan
mendengarkan ungkapan-ungkapan yang digunakannya dalam berbicara dan
memperhatikan perilakunya pada saat mendengarkan orang lain berbicara.
Kebanyakan orang belajar dengan beberapa gaya, namun biasanya ada satu gaya
yang lebih disukai dan dipilih. Semakin bertambah usia, kecenderungan seseorang
untuk belajar secara visual semakin meningkat. Oleh karena itu penggunaan alat
bantu visual akan semakin efektif.

Memahami dan
menyimpulkan materi
Memahami adalah hal
yang
harus
terus
diupayakan pada saat
seseorang menghadapi
bahan
bacaan.
Beberapa hal berikut
dapat
membantu
tercapainya
pemahaman
akan
bahan
bacaan.
Pertama,
menjadi
pembaca yang aktif
dengan
mempertanyakan:
Siapa?
Kapan?
Di
mana? Apa? Mengapa?, berkaitan dengan bahan yang sedang dibaca. Pertanyaanpertanyaan tersebut dapat meningkatkan perhatian pada gagasan-gagasan utama.
Kedua, baca dan temukan gagasan-gagasan yang ada, bukan mengartikan kata
demi kata. Ketiga, gunakan sebanyak mungkin indera pada saat membaca,
misalnya membaca sambil bersuara atau menggarisbawahi hal-hal yang penting
atau membuat gambar di tepi halaman. Selain itu, keterampilan yang baik dalam
menulis dan mencatat juga mempermudah proses pembelajaran.
Menulis secara efektif
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kepentingan pembaca. Pembaca
diharapkan dapat memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulis, dan bila
memungkinkan mendapatkan tambahan positif seperti pengetahuan atau sudut
pemikiran yang baru dari bahan bacaannya. Langkah-langkah yang biasa ditempuh
dalam membuat tulisan adalah memilih topik, menentukan siapa pembacanya,
menetapkan maksud tulisan, membuat pertanyaan, mengumpulkan bahan,

11

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

membuat kerangka garis besar, mencantumkan hasil penelitian, dan menentukan


judul tulisan. Berbagilah pada orang-orang sekitar untuk memperoleh umpan balik
mengenai tulisan. Selain itu berikan perhatian yang besar pada isi tulisan pada awal
menulis, sedangkan tata bahasa dan tanda baca pada waktu berikutnya. Untuk
memperlancar penulisan, carilah waktu yang tepat untuk menulis, pecah/bagilah
topikmenjadi bagian-bagian yang kecil, dan tingkatkan wawasan pengetahuan
melalui media cetak dan elektronik.
Meningkatkan metode mencatat
Mencatat secara efektif adalah kemampuan yang perlu dipelajari untuk membantu
mengingat apa yang tersimpan dalam ingatan. Tanpa mencatat dan
mengulanginya, kebanyakan orang hanya mampu mengingat sebagian kecil materi
yang dibaca atau didengar. Pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu
dengan membantu seseorang menyimpan informasi secara mudah dan
mengingatnya kembali jika diperlukan. Lalu bagaimana seharusnya bentuk catatan
yang baik?.
Riset terakhir tentang bagaimana otak menyimpan dan mengingat informasi
telah menghasilkan teknik-teknik mencatat yang lebih tepat. Pada saat seseorang
mengeluarkan kata-kata, pada saat yang sama otak harus mengatur, dan
menghubungkan kata-kata tersebut dengan gambar, simbol, bunyi, dan perasaan
agar dapat dipahami. Berdasarkan cara kerja otak ini, maka dikembangkan Peta
Pikiran oleh Tony Buzan sebagai salah satu teknik mencatat yang efektif. Ciri peta
pikiran adalah adanya fokus di tengahnya yang merupakan satu gambaran pusat
perhatian. Dari pusat perhatian ini menyebar ke arah perifer, seperti jalan raya yang
bercabang dan beranting. Setiap jalan/cabang/ranting punya identitas berupa kata
kunci. Peta pikiran bersifat fleksibel, memungkinkan dilakukan perubahan bila
dibutuhkan. Selain itu memudahkan pembaca untuk memusatkan perhatian pada
ide-ide yang dituliskan di dalamnya, sehingga pengertian terhadap suatu materi
bisa meningkat. Penggunaan gambar, simbol visual, pensil warna dsb., dalam peta
pikiran juga dapat mengasah kreativitas dan menimbulkan perasaan senang.

12

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Salah satu bentuk peta pikiran. Materi Meningkatkan Ingatan terdiri dari
delapan tema. Oleh mahasiswa dibuatlah hambar-gambar yang menarik agar bisa
dijadikan patokan dalam mengingat materi. Penambahan gambar atau tanda-tanda
tertentu juga diperkenankan sebagai bagian dari upaya peningkatan ingatan.

Terlepas dari teknik mencatat yang digunakan, beberapa hal yang dapat
membantu untuk membuat catatan yang efektif adalah:
a. mendengarkan materi secara aktif agar dapat menemukan ide-ide utama,
membedakan hal yang penting yang akan dicatat dari hal yang tidak penting.
b. memperhatikan petunjuk-petunjuk penting dari pembicara atau bahan bacaan.
Petunjuk dari pembicara berupa ekspresi wajah, nada suara, dll., sedangkan judul,
kata-kata miring dapat menjadi petunjuk penting dari bahan bacaan.
c. bertanya bila ada hal yang kurang jelas dan tidak dimengerti.
d. mempelajari materi sebelumnya agar memperoleh gambaran umum mengenai
hal-hal penting yang akan didengar atau dibaca kemudian.
e. membuat catatan yang sesuai dengan karakteristik pribadi dengan menambahkan
gambar, warna atau hal-hal yang paling disukai.
Antisipasi dan persiapan ujian
Ujian merupakan evaluasi mengenai sejauhmana mahasiswa menangkap
apa yang telah dipelajari selama mengikuti kuliah. Biasanya ujian dilakukan dua
kali yaitu pada tengah semester dan pada akhir semester. Dalam mempersiapkan
ujian, mahasiswa perlu kembali mempertanyakan tujuan belajarnya sehingga dapat
lebih bersungguh-sungguh dalam mempersiapkannya. Persiapan yang dilakukan
berupa me-review atau mempelajari kembali materi kuliah dengan membaca
kembali catatan, ringkasan atau Peta Pikiran yang telah dibuat. Latihan
mengerjakan soal-soal juga perlu dilakukan. Hal ini sebaiknya dilakukan dua
minggu sebelum ujian sehingga mahasiswa dapat membagi waktu, dan tidak perlu

13

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

lagi belajar pada hari ujian. Sebelum hari ujian, mahasiswa mempersiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan, seperti alat tulis dan kalkulator. Selain itu
datanglah ke lokasi ujian lebih awal agar memiliki kesempatan untuk meninjau
lokasi tes dan menenangkan diri. Jangan lupa untuk tidur dalam waktu cukup pada
malam sebelumnya, dan mengkonsumsi makanan bergizi.
Pada saat mengerjakan ujian, atasi rasa cemas yang timbul dengan
menenangkan diri umpamanya berdoa atau menarik nafas dalam-dalam. Bacalah
petunjuk ujian secara cermat agar tidak salah mengerti. Kerjakan soal yang lebih
mudah terlebih dahulu, dan aturlah waktu mengerjakan soal agar tidak terpaku
pada soal tertentu. Jangan terlalu larut dalam emosi menanggapi hasil ujian, namun
jadikan hasil tersebut sebagai umpan balik untuk menyusun rencana belajar
selanjutnya.

14

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

BERPIKIR KRITIS
Tujuan

: agar peserta mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis


dalam melihat suatu masalah

Peralatan
Waktu
Metode

: lembar pernyataan
: 30 menit
: diskusi

KASUS PEMASANGAN TALI


Persoalan:
Bagaimana menyambungkan kedua tali yang tergantung pada plafond (langitlangit) di tempat yang berjauhan satu sama lain. Jarak antara dua tali adalah
sedemikian rupa sehingga apabila seseorang memegang ujung salah satu, maka ia
tak dapat menjangkau
tali
yang
lain.
Andaikata
Anda
adalah orang pada
situasi
tersebut
(seperti
dalam
gambar),
bagaimanakah Anda
memecahkan
persoalannya?

Prosedur

:
1. Fasilitator meminta kelas membentuk kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5-6 orang
2. Fasilitator menayangkan gambar dan menerangkan persoalan yang dihadapi
dalam gambar tersebut.
3. Kelompok diberi waktu 15 menit untuk menyambungkan tali tersebut
4. Fasilitator mengobservasi bagaimana mereka menyelesaikan tugas ini, siapa
yang mengarahkan dan bagaimana ide/gagasan tersebut mereka ungkapkan.
5. Setelah selesai, fasilitator memimpin diskusi/debrief dengan menanyakan
- bagaimana proses mendapatkan ide menggabungkan tali tersebut
- apa yang menjadi pertimbangan ide tersebut
- dari jawaban yang ada, fasilitator memancing mahasiswa untuk bisa melihat
bahwa ide-ide yang muncul menunjukkan adanya perbedaan sudut pandang
(masalah di tali/orang).

15

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

6. Fasilatator
menutup
kegiatan
dengan
menekankan
pentingnya
mengembangkan kemampuan berpikir kritis terutama dalam perannya sebagai
mahasiswa (dengan menayangkan slide definisi berpikir kritis)
7. Kesimpulan

16

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Diskusi Berpikir Kritis: Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis


Setiap orang pasti
pernah
menghadapi
masalah, baik yang
ringan maupun yang
berat. Tidak peduli
muda atau tua. Bahkan
anak
TK
juga
menghadapi masalah.
Masalah
yang
dihadapi juga pastinya
beragam,
ada yang
sekedar
masalah
memilih baju mana
yang akan dipakai hari
ini,
mengenai
pertemanan
(yang
sering menjadi teman
film atau sinetron), tugas-tugas, hubungan anak dan orangtua dan masih banyak
lainnya.
Permainan mengikat dua tali yang terpisah merupakan salah satu
perwujudan kondisi dalam kehidupan. Menghubungkan tali yang panjangnya
terbatas dan kita dipaksa untuk mengikatnya dengan cara yang tidak biasa. Kondisi
ini juga sering muncul dalam kehidupan sehari-hari termasuk di perguruan tinggi.
Demikian pula ketika kita memasuki perkuliahan. Mulai dari suasana dan
lingkungan yang baru atau karena berpisah dari orangtua bisa dan ketika tuntutan
tugas yang bertambah menimbulkan masalah. Namun belum tentu satu kondisi
yang dialami satu individu akan menimbulkan masalah. Antarindividu akan
berhadapan dengan satu kondisi yang sama dengan sudut pandang yang berbeda.
Contohnya A dan B sama-sama baru pertama kali indekos. A sepertinya tidak
mengalami masalah atau homesick dengan orangtuanya. Justru ia melihat peluang
untuk menunjukkan jati diri dan kemandiriannya. Di pihak lain si B baru beberapa
hari indekos merasakan sendirian karena tak ada saudara dan kedua orangtuanya.
Maka kemudian ia sering mengurung diri dan menangis merindukan kehadiran
mereka.
Mungkin anda pernah menemukan teman atau diri anda menghadapi
masalah yang sama namun cara mengatasinya berbeda. Contoh yang anyar saat ini
adalah kenaikan harga BBM. Kondisi ini langsung atau tidak langsung berpengaruh
terhadap anak indekos. Perlahan harga kebutuhan merangkak naik, mulai dari
jajanan, foto kopi, makan, trasnportasi dan tentunya kamar yang disewa.
Dampaknya jelas, pengeluaran yang lebih besar. Untuk menyiasati kondisi ini
muncul cara-cara mengatasinya dan kadangkala ada yang di luar pemikiran umum.
Langkah yanng umum adalah mencari indekos yang lebih terjangkau, membeli mi
siap saji dalam jumlah besar (murah dan bisa menghemat salah satu siklus makan
dalam sehari). Langkah yang tak terduga misalnya melakukan brunch (asal kata
dari breakfast: sarapan; dan lunch: makan siang). Atau sekelompok mahasiswa

17

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

bekerja sama membuat usaha pencucian baju. Yang malah mungkin ini merupakan
peluang untuk mempunyai usaha dan berwiraswasta.
Semua langkah tadi sah-sah saja untuk dilakukan. Hasil akhir dari usahausaha tadi adalah untuk membuat hidup indekosan lebih nyaman dan masalah
teratasi. Langkah-langkah tadi setidaknya memberikan gambaran bahwa cara
mengatasi masalah yang berbeda yang dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
cara pandang melihat masalah tidaklah selalu sama. Artinya ada yang dianggap
sebagai hambatan dan ada yang melihatnya sebagai peluang. Tidaklah
mengherankan jika kemudian dalam sejarah manusia, ada individu-individu yang
maju justru ketika masyarakatnya atau lingkungannya melihat satu kondisi sebagai
hambatan. Pencipta Google.com situs pencari data (Sergei Brin dan Larry Page) dan
dan penemu mi siap saji (Momofuku Ando) adalah beberapa pencipta dari sekian
banyak pencipta yang melihat masalah menjadi peluang.
Mengapa sekiranya mereka menghasilkan karya-karya tadi? Setidaknya ada
pola yang sama yakni cara mengatasi masalah yang tidak umum. Mereka
menggunakan cara pikir yang kritis terhadap masalah. Mereka mencari celah
yang belulm terisi dalam pemecahan masalah. Bagi mereka dengan memasuki area
celah tadi bisa membuka peluang penanganan baru dari masalah atau malah
membuat jawaban baru untuk perkara lain yang tak terpikirkan sebelumnya. Masih
ingat obat Viagra? Ditemukan pertama kali untuk menangani penyakit jantung dan
tekanan darah. Yang terjadi kemudian malah menjadikan obat Viagra sebagai
peningkat stamina tubuh. Malah akhirnya obat tadi lebih dikenal masyarakat
umum untuk stamina tubuh bukan untuk pengobatan. Sungguh luar biasa bukan?
Berpikir kritis tidak datang begitu saja, namun dibutuhkan suatu usaha dan
keinginan untuk berpikir secara aktif. Berpikir secara aktif seperti layaknya detektif,
mencari tahu motif
yang melatarbelakangi
sebuah perkara.
Bagi
yang
suka
menonton film detektif
semisal
detective
conan suasana berpikir
kritis amat terasa.
Sering sekali polisi
mengungkap
kasus
hanya
dengan
petunjuk-petunjuk
yang terlihat, kurang
detail dan cenderung
menggunakan
satu
sudut pandang. Conan
dalam hal ini justru melihat kasus tidak seperti layaknya polisi pada umumnya. Ia
juga cenderung memulai olah pikirnya dengan mengapa dan bagaimana
ketimbang apa dari satu kasus. Hal-hal yang remeh justru menjadi perhatiannya,
yang justru oleh orang lain tak dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pada
akhirnya ia berhasil mengungkap kasus dan terkadang, pelaku kejahatan merasa
tak terduga bahwa hanya dalam waktu singkat ada orang yang mampu
memecahkan perkara yang ia lakukan.

18

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Sama halnya dengan kasus mengikat tali tadi. Adakah dari Anda yang
menggunakan peralatan yang terduga? Atau dengan cara yang tak terduga? Yang
penting adalah tali yang terpisah akhirnya terikat dengan cara-cara yang memang
logis. Jika ada yang mengikatkan sepatu di tali yang satu dan kemudian diayunkan,
logikanya adalah ketika berayun maka ujung tali yang bersepatu bisa didekatkan ke
tali yang tak memiliki pemberat. Pemilihan cara yang tak terduga merupakan salah
satu bagian dari berpikir kritis. Tentunya pilihan tadi perlu memperhatikan apakah
hal itu berdampak positif atau negatif.
Dengan melihat masalah dan pilihan pemecahan masalah yang dipilih
dengan pertimbangan yang matang inilah yang kemudian disebut sebagai berpikir
kritis. Selanjutnya Takwin (1997) mengajukan definisi berpikir kritis:
suatu usaha yang sengaja dilakukan secara aktif, sistematis dan mengikuti
prinsip-prinsip logika serta mempertimbangkan berbagai sudut pandang
untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan
menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak atau ditangguhkan
penilaiannya.
Berpikir kritis juga diperlukan ketika mahasiswa mengikuti perkuliahan.
Bagaimapun juga dosen adalah manusia biasa yang juga bisa salah. Oleh karena itu
sebaiknya mahasiswa mencari tahu dari sumber yang sesungguhnya dan juga dari
sumber lain yang mungkin saja nantinya akan memperkuat dan memperlemah
suatu pendapat. Kegiatan ini juga nantinya akan berguna ketika anda membuat
tulisan ilmiah seperti makalah atau skripsi. Manakah teori-teori yang menunjang
topik yang sedang dibahas dan manakah teori yang bertentangan sehingga
nantinya akan menimbulkan banyak pertanyaan dan akhirnya tidak menjawab atau
mendukung permasalahan yang sedang dibahas.

19

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Latihan 1: DANA dan BUDI


Tujuan

: Peserta mampu memahami inti dari berpikir kritis

Peralatan

: inventori Dana dan Budi

Metode

: diskusi, ceramah

Waktu
Prosedur

: 30 menit
:

1. Fasilitator membagikan kertas/inventori Dana dan Budi pada tiap-tiap peserta


dan meminta mereka menjawabnya dengan B/S (waktu 10 menit)
2. Fasilitator meminta peserta membentuk kelompok yang terdiri dari @ 5-6 orang
3. Fasilitator meminta peserta mendiskusikan jawaban mereka di dalam kelompok
sampai ada kata sepakat (waktu 15 menit)
4. Fasilitator menggali jawaban dari tiap kelompok siapa yang menjawab B & S
beserta alasannya
5. Fasilitator menggali apa manfaat dari kegiatan ini
6. Fasilitator menyampaikan inti dari kegiatan berpikir kritis adalah:

Dari permainan tadi


terungkap
bahwa
banhyak hal yang
dalam
kehidupan
sehari-hari
terlihat
biasa-biasa saja, tapi
ternyata mengandung
hal-hal yang perlu
diperhatikan
lebih
lanjut. Maka dari itu
dalam
menerima
informasi kita tidak
hanya
sekedar
menerima
atau
menolak infomasi. Hal
ini membuat kita lebih
kritis dalam menyikapi sesuatu. Misalnya perang tarif operator ponsel membuat
kita tergiur untuk segera membeli nomer baru dari operator yang sedang promosi.
Yang ditonjolkan oleh operator adalah harga yang amat murah. Yang agak kurang
disamarkan adalah ketentuan dan syarat agar mendapat harga murah. Salah satu
operator menyamarkan harga murah berlaku jika bicara setelah beberapa menit,
baru harga murah dihitung atau yang lebih ekstrem kualitasnya memang dibuat
kurang.
Dalam berpikir kritis diharapkan mahasiswa tidak begitu saja menolak
sesuatu tanpa adanya pertimbangan apapun. Artinya kita bukan selalu tidak
percaya terhadap informasi yang diberikan atau didapat dari orang lain. Dan
sebaliknya tidak pula langsung menerima pendapat orang lain tanpa adanya

20

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

evaluasi terlebih dahulu. Dengan demikian, apapun yang diterima seyogianya


dilakukan pengecekan terlebih dahulu. Pengecekan ini bisa dilakukan melalui
orang lain (cek silang), pencarian informasi melalui berbagai media, menganalisis
berdasar pengalaman diri dan lain-lain.
Permainan 10 pernyataan tadi bisa merefleksikan kembali bahwa kita
sebagai mahasiswa tetap menjalankan pola berpikir kritis tidak semata di kampus,
tapi juga di lingkungan sosial (keluarga, lingkungan rumah dan bahkan nasional).

Latihan 10 PERNYATAAN

21

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Tujuan

: Peserta dapat lebih memahami manfaat dari berpikir kritis

Peralatan
Waktu
Metode
Prosedur

: lembar pernyataan
: 40 menit
: Diskusi
:

1. Fasilitator membagikan lembar yang berisi 10 pernyataan


2. Kemudian menyampaikan instruksi alinea pertama
3. Peserta diminta untuk mengerjakan secara individual terlebih dahulu
(waktu 10 menit)
4. Setelah itu peserta diminta untuk membahasnya dengan kelompok
(sampaikan instruksi alinea ke-2). Waktu 20 menit.
5. Fasilitator mencoba untuk menggali proses yang terjadi dalam kelompok
sehingga terjadi kesepakatan
6. Fasilitator memimpin diskusi kelas dengan menanyakan tanggapan dari
kelompok tiap sepuluh pernyataan tersebut
7. Fasilitator menanyakan :
- perasaan yang dialami selama mengerjakan kegiatan ini
- apa yang peserta dapat ambil dari kegiatan ini
- tanyakan apakah mereka sudah menganalisa pernyataan berdasarkan
konsep berpikir krits yang ada pada definisi. (INGAT! berpikir kritis
tidak sama dengan skeptis)
- Adakah manfaat dari berpikir kritis?
- Menurut peserta manfaat dari berpikir kritis apa saja ?
8. Masuk materi manfaat berpikir kritis
Instruksi:
Di bawah ini ada 10 buah pernyataan yang diambil dari iklan beberapa produk
dan berita-berita di media massa. Anda diminta untuk memberi tanggapan, baik
dalam bentuk pernyataan sanggahan maupun pertanyaan untuk memperjelas
ke-10 pernyataan itu. Anda bebas memberi tanggapan terhadap pernyataanpernyataan itu dan boleh membahasnya dari sudut pandang apapun. Anda
diminta mengerjakan tugas ini sendiri-sendiri terlebih dahulu.
Setelah selesai, bergabunglah dengan kelompok Anda untuk membahasnya
dalam kelompok. Periksa apakah ada bagian yang terlewat dari tanggapan
Anda dan teman-teman sekelompok. Bandingkan tanggapan Anda dengan
tanggapan teman-teman sekelompok anda. Kalau ada perbedaan, diskusikan
mengapa perbedaan itu terjadi.
Setiap kelompok harus menentukan satu tangapan bersama untuk masingmasing pernyataan. Penetapan tanggapan kelompok dapat dilakukan dengan
musyawarah-mufakat atau dengan voting. Yang penting, setiap anggota
kelompok harus ikut terlibat dalam penentuan tanggapan kelompok.
Silahkan bekerja. (Waktu untuk perorangan: 20 menit. Waktu untuk kelompok:
40 menit)

22

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Ga ada loe, ga rame.


Rinso membersihkan paling bersih.
Menjarah boleh saja asal tidak melebihi 5%.
Hero memberi lebih kenyamanan berbelanja.
Orang pintar minum tolak angin.
Saya ikut serta dalam Munas itu. Saya tidak melihat adanya jual beli suara.
Menurut saya memang tak ada jual beli suara.
Tidak mungkin anggota kelompok kami yang melakukan karena kelompok
kami memiliki prinsip Berbuat baik adalah hal yang paling penting.
Siapa yang muda belum didengar.
Serahkan pada ahlinya.
Kebersihan adalah sebagian dari iman.

Berpikir kritis
tidak hanya sekedar
adu pendapat saja
dengan
tujuan
memenangkan suatu
argumentasi.
Seringkali
orang
mengira
bahwa
berpikir kritis sama
dengan debat kusir,
perdebatan yang tak
pernahberakhir.
Berpikir kritis lebih
bertujuan
untuk
menambah
pengetahuan
atu
memahami sesuatu lebih dalam. Saat kita berargumen terhadap suatu pendapat
tentunya kita harus terlebih dulu memiliki informasi yang cukup untuk dapat
melontarkan pendapat kita. Argumentasi yang diajukan tidak betujuan untuk
membujuk orang untuk menyetujui pendapat kita dan juga tidak untuk
menjelaskan suatu hal. Jika kita melakukan berpikir kritis hanya untuk
mempertahankan pendapat kita artinya berpikir kritis yang kita lakukan sifatnya
lemah. Namun apabila kita berpikir kritis bertujuan untuk mengevaluasi atau
merevisi suatu keyakinan artinya kita berpikir kritis yang sifatnya kuat.
Dasar akademis berpikir kritis pada mahasiswa adalah karena mereka kelak
akan menjadi sarjana. Para sarjana yang telah dibekali ilmu pengetahuan yang
memadai diharapkan menjadi orang yang mampu belajar sendiri. Maka dari itu
sedari awal para mahasiswa diajak untuk tergerak belajar dengan cara yang
berbeda dengan cara belajar para siswa.
Dengan belajar di perguruan tinggi para mahasiswa diharapkan mampu
memberikan kontribusi dengan menjawab permasalahan yang ada di masyarakat.
Baik di lingkungan sekitar maupun di lingkungan kerja nantinya. Tidak hanya
23

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

sekedar menuntut hak tetapi juga memberikan kontribusi dalam bentuk sumbang
saran penyelesaian masalah yang ada.
Perguruan tinggi UI mengajak mahasiswa belajar bagaimana
mengidentifikasi gejala dan masalah yang ada. Setelah menemukan gejala
diharapkan juga mampu menganalisis gejala dan akhirnya mampu menyelesaikan
masalah tersebut. Oleh karena itu diharapkan penyelesaian masalah tidak hanya
mengulang kembali permasalahan yang ada tetapi juga bisa memperbaiki
kesalahan dan melengkapi kekurangan dalam masyarakat.
Contoh sederhana saja, kenapa adik kita tidak dapat menjawab berapa liter air yang
digunakannya untuk mengisi akuarium di rumahnya. Umumnya adik kita akan
dikatakan payah, gitu aja gak bisa dan sebagainya. Tentu perkataan seperti ini
dapat mengurangi konsep dirinya yang berakibat pada si adik tak pernah yakin
dengan kemampuan berhitungnya. Kita sebagai pihak di luar dirinya perlu
memperhatikan mengapa ia belum paham untuk mengukur akuarium. Ambil
kondisi bahwa ternyata ia belum diajarkan cara menghitung volume. Jika itu
kondisinya maka si adik dalam posisi yang wajar. Akan tetapi jika sudah diajarkan
(kelas IV SD), tentu timbul pertanyaan lagi, apa yang menghambat ia untuk tahu
pengukuran volume? Ambil kondisi lagi bahwa ternyata ia tidak menyukai
pelajaran matematika. Tentu ini kerugian karena matematika banyak sekali
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata ketidaksukaannya terhadap
matematika lebih kepada gurunya, bukan pada materinya. Oleh karena itu
penanganannya tidak sembarangan sebab ada faktor luar. Langkah penyelesaian
bisa hanya sepihak dari diri si adik (diajak melihat hal-hal positif dari si guru dan
kerugiannya jika tak menguasai matematika), keluarga (keluar dari sekolah,
menegur guru dan sebagainya) atau dialog dengan pihak sekolah. Kontribusi kita
terhadap pemecahan masalah ini juga bagian dari berpikir kritis pada satu masalah
sosial yang ada di sekitar kita.
Alasan Akademis
Tentunya
menjadi
pertanyaan
adakah
alasan akademis dari
berpikir
kritis?
Pemahaman
bahwa
kuliah di perguruan
tinggi
ada
belajar
memahami,
menganalisis
dan
menyelesaikan
masalah
secara
mandiri artinya tidak
dipengaruhi
oleh
pihak lain dan mampu
melakukannya sendiri.
Kegiatan ini umumnya
dikejawantahkan dalam bentuk makalah dan dalam skala besar ketika menulis
skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan seseorang di jenjang S1.
Dengan skripsi yang dibuat diharapkan mahasiswa mamu memperbaiki kondisi
masyarakat. Untuk dapat memperbaiki kondisi masyarakat seorang sarjana harus
24

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

dapat menemukan kekurangan/kesalahan yang ada dan tidak begitu saja


menerima kondisi yang ada. Topik permasalahan yang dilontarkan dalam skripsi
berawal dari ketidakpuasan atau fenomena yang ada di sekitar kita. Berdasarkan
kaidah-kaidah ilmiah, maka mahasiswa melakukan analisa terhadap permasalahan
tersebut. Sehingga kemampuan dan penerapan aplikasi pengetahuan yang telah
didapat mampu diaplikasikan dalam realita kehidupan yang ada.
Anda tentunya ingat ulasan bahwa inti berpikir kritis tidak hanya menerima
atau menolak suatu pendapat. Namun seorang pemikir yang kritis diharapkan
mampu
melakukan
evaluasi
penalaran
terlebih
dahulu
sebelum
mengambil
suatu
keputusan.
Seringkali
seorang
sarjana sulit sekali
mengambil
suatu
keputusan padahal hal
ini
penting
tidak
hanya
berkaitan
dengan tindakan yang
berpengaruh
pada
kehidupan pribadinya
bahkan juga dalam
lingkungan
bekerja.
Sehingga hal ini tentunya akan menyebabkan dirinya tersesat dalam mengambil
keputusan yang salah/tidak tepat bahkan bisa saja lari atau menghindar dari
permasalahan yang dihadapinya. Jika kita terbiasa berpikir kritis maka tentunya hal
ini sedikit kemungkinan yang terjadi. Dalam berpikir kritis seseorang diharapkan
dapat menggunakan kriteria tertentu untuk mengevaluasi penalaran dan
pengambilan keputusan (Diestler, 1998). Evaluasi ini dipahami:
apakah isu tersebut dan apa hubungan individu tersebut terhadap isu yang
dilontarkan
pertimbangan-pertimbangan apa yang relevan dengan isu tersebut
apakah penalaran atau alasan yang dikemukakan individu tersebut merupakan
penalaran yang baik
segalanya perlu dipertimbangkan sehingga nantinya kita bisa membuat penilaian
apakah harus diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaian tersebut.

Tokoh detektif Conan yang senantiasa


melihat kasus tidak terbatas pada apa yang
jelas terlihat. Sering ia menemukenali
kejanggalan yang justru secara umum

25

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

tidak terlihat. Ia mengevaluasi hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.

Dengan
mampu
melakukan
berpikir
kritis
harapannya
mahasiswa
bisa
berpikir dengan jernih
dan
obyektif.
Ini
dikarenakan informasi
yang
didapat
mahasiswa
tidak
langsung
diterima
begitu
saja,
justru
dipikirkan dengan baik
dan tuntas. Mahasiswa
yang mengembangkan
pola pikir kritis akan
lebih
tajam
dalam
menemukan masalah yang ada di sekitar.
Kemampuan berpikir kritis ini selanjutnya berkembang untuk menemukan
pemecahan dari masalah. Namun untuk itu mahasiswa perlu membuka wawasan
dan tahu dengan tuntas permasalahan yang kemudian membuka beragam cara
pemecahan masalah. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan
berbagai pilihan pemecahan masalah, pemikir kritis akhirnya mampu
menyelesaikan masalahnya. Dan inilah kontribusi mahasiswa UI kepada
masyarakat.

Latihan surat dari orangtua murid


Tujuan

Peralatan

:Peserta mampu menerapkan teori berpikir kritis melalui kegiatan


kasus

: lembar kertas surat orangtua


26

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Waktu

Metode
Prosedur

: 45 menit

: Diskusi
:

1. Setiap kelompok dibagikan lembar surat dari orang tua murid


2. Kelompok diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang terjadi dengan
(waktu 20 menit):
- Membahas apakah alasan Pak Jeje dapat diterima atau ditolak
- Berikan alasan-alasannya secara jelas
- Bagaimana/tindakan apa yang harus diambil oleh kepala sekolah
3. Fasilitator menggali hasil dari tiap kelompok, berdasarkan poin yang ada pada
prosedur no.2. Tanyakan juga mekanisme berpikir yang digunakan oleh
kelompok sebelum ide tindakan yang diambil kepala sekolah muncul
4. Tayangkan slide berpikir kritis tanyakan pada peserta:
- Apakah peserta/kelompok sudah melakukan sesuai dengan slide.
- Apakah ada kriteria tertentu untuk mengevaluasi sesuatu dan mengambil
keputusan?
- Jika ya, bagian yang mana. Jika tidak, berdasarkan apa mereka mengambil
keputusan
- Secara umum manfaat apa yang didapat dengan berpikir kritis
5. Tayangkan slide yang diharapkan dari berpikir kritis

Surat Dari Orangtua Murid


Suatu hari kepala sekolah menerima sebuah surat dari orang tua murid yang
bernama Pak Jeje, ayah dari Anto. Surat itu berisi ketidaksetujuan Pak Jeje terhadap
nilai-nilai yang diberikan guru kepada Anto. Anto mendapat 3 angka merah di

27

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

raportnya. Kepala Sekolah menunjukkan surat itu kepada guru-guru. Anda sebagai
seorang guru juga turut membacanya. Isi dari sirat itu sebagai berikut:

Jakarta, 19 Juni 2008


Kepada Yth.
Kepala Sekolah SD Makmur
di Tempat
Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya Jeje R., orangtua dari Anto R., menyampaikan
ketidaksetujuan saya terhadap angka-angka yang terdapat di dalam raport
Anto. Raport anak saya itu menurut saya terlalu jejek dibandingkan dengan
yang seharusnya ia dapatkan. Ia mendapatkan 3 angka merah dan hanya
memperoleh dua angka 7. Sisanya angka 6 semua. Menurut saya, hasil
raport tersebut bukanlah hasil Anto yang sebenarnya. Saya yakin ada
kesalahan penilaian dari guru. Saya memiliki alasan mengapa saya yakin
ada kesalahan penilaian. Alasan saya adalah sebagai berikut:
1. Anto anak yang baik. Ia tidak pernah membantah orang tua. Kalau ibu
atau bapaknya memintanya mengerjakan sesuatu, ia menurut. Saya dan
istri saya sering menyuruhnya belajar dan karena ia penurut pasti
belajar. Karena ia belajar maka ia pintar. Sebagai anak pintar hasil
raportnya pun seharusnya bagus, aneh rasanya, ada anak pintar yang
nilai raportnya jelek!
2. Anto mendapat angka 5 pada pelajaran Matematika dan Bahasa
Indonesia. Aneh rasanya, karena saya sebagai ayahnya adalah seorang
ahli matematika. Saya telah mengajarkannya berbagai macam teori dan
rumus matematika yang dipelajarinya di sekolah. Bahkan saya
mengajarinya pelajaran matematika yang lebih tinggi dari yang
diajarkan di sekolah. Sebagai seorang ahli matematika, tidak mungkin
saya punya anak yang tidak bisa mengerti matematika!
3. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, tidak mungkin Anto mendapat nilai
5 karena ia sangat lancar menggunakan bahasa tersebut dalam kegiatan
sehari-hari. Ia juga rajin membaca dan bacaannya semua dalam Bahasa
Indonesia. Selain itu, ibu Anto, meskipun sekarang hanya sebagai ibu
rumah tangga, adalah lulusan perguruan tinggi dan sangat menguasai
tata Bahasa Indonesia. Ketika ibunya kuliah, ia selalu mendapat nilai
tertinggi dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Jadi, bagaimana mungkin
nilai Bahasa Indonesia Anto bisa jelek?
4. Anto tidak pernah memiliki masalah dengan guru dan sekolah. Ia tidak
pernah terlambat dan tidak pernah bolos. Ia juga rajin mengerjakan PR.
Setiap ada permintaan sumbangan dari sekolah, Anto ikut
menyumbang. Bahkan kami pernah menyumbang dalam jumlah
terbesar dibanding orang tua murid lain, hal ini berarti, Anto tidak
pernah punya masalah dengan sekolah. Oleh karena itu, tidak
selayaknya ia mendapat nilai yang jelek!!
5. Yang terakhir, Anto adalah anak yang saleh. Ia selalu berdoa dan
sembahyang kepada Tuhan. Ia juga berdoa agar nilainya bagus. Jadi
28

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

bagaimana mungkin orang yang sesaleh Anto bisa memperoleh nilainilai yang jelek ??
Itulah alasan atas ketidaksetujuan saya. Saya kira memang ada kesalahan
dalam penilaian sehingga Anto mendapat nilai yang jelek. Menurut saya,
sekolah perlu mengusut hal ini. Sekolah harus meneliti di mana letak
kesalahan penilaian itu. Untuk itu, saya meminta Anda sebagai kepala
sekolah untuk melakukan tindakan yang tegas dalam pengusutan ini.
Sekali lagi pengusutan ini perlu karena saya tidak segan-segan mengangkat
masalah ini ke tingkatan hukum yang paling tinggi, yaitu pengadilan! Hal
ini saya lakukan karena pendidikan merupakan hal yang penting di
keluarga kami. Kakek-nenek, ibu-bapak, dan paman-bibi Anto semuanya
adalah terpelajar dan berpendidikan tinggi. Karena itu Anto adalah orang
yang pasti mampu sekolah dengan baik karena berasal dari keluarga
terpelajar. Saya yakin akan menang di pengadilan, karena alasan-alasan saya
kuat.

Hormat saya,
Jeje R.

Demikian surat dari Pak Jeje. Dalam memutuskan tindakan apa yang harus
diambilnya, Kepala Sekolah meminta Anda untuk memberikan pendapat terhadap
surat ini. Menurut Anda, apakah keberatan dan alasan-alasan Pak Jeje dapat
diterima atau harus ditolak? Bantulah Kepala Sekolah untuk memutuskannya.

29

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Belajar dalam Kelompok


NASA
Tujuan

: Peserta dapat lebih memahami pentingnya komunikasi dalam

hubungan interpersonal
: lembar NASA (persoalan, lembar jawaban individu dan

Peralatan
kelompok)
Waktu
: 60 menit
Metode
: Diskusi
Prosedur :

1. Fasilitator membagi mahasiswa ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing


berkisar 4-6 mahasiswa.
2. Bagaikan lembaran NASA dan lembar jawaban individual
3. Instruksikan kepada mahasiswa untuk mengerjakan dulu secara individual
dalam waktu berkisar 5-7 menit saja.
4. Pada menit terakhir tanyakan kepada mereka apakah sudah selesai. Dilanjutkan
untuk diskusi kelompok selama 15-20 menit. Fasilitator membagikan lembar
jawaban kelompok
5. Setelah selesai diadakan diskusi pleno atas permainan tadi
6. Fasilitator memberikan jawaban yang paling tepat dari permainan
7. Penjumlahan hasil kerja individu dan kelompok
8. Dari hasil yang didapat diskusi dimulai sambil memberikan tayangan.

30

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Diskusi dari permainan NASA


Isu kerja kelompok adalah hal yang hendak diinformasikan dalam sesi ini.
Yang penting dibicarakan
adalah bahwa di semua
fakultas
yang
ada
di
Universitas Indonesia telah
menyelenggarakan
pendidikan dengan cara kerja
kelompok. Ini bisa dilihat
pada komponen penilaian
salah satunya adalah hasil
dari
kerja
kelompok.
Mengapa? Dalam kehidupan
nyata banyak kegiatan yang
ternyata harus dikerjakan
secara berkelompok. Atau jika
dikerjakan secara individual
takkan mencapai hasil yang maksimal. Coba perhatikan ketika penyakit demam
berdarah merebak. Jika hanya satu keluarga dalam satu rumah yang membersihkan
rumahnya hal itu takkan efektif. Ini dikarenakan rumah-rumah lain belum tentu
membersihkan rumahnya, dampaknya nyamuk dari rumah yang belum
dibersihkan bisa datang dan kemudian menularkan penyakit ke rumah yang sudah
dibersihkan. Contoh tadi bisa menjadi gambaran bahwa kegiatan membersihkan
lingkungan tidak bisa dilakukan secara individual.
Yang menarik adalah bahwa tugas-tugas yang rumit selain tidak bisa
dikerjakan sendiri juga butuh bantuan sumbang pikir dari berbagai pihak. Kerja
kelompok seperti ini jika diandaikan adalah saat membuat rumah. Nyaris tak
mungkin membangun rumah. Idealnya dibutuhkan bantuan-bantuan dasar.
Misalnya ada orang yang membuat fondasi, memotong kayu, menyusun bata dan
tak lupa yang membuat desain dari rumah yang akan dibangun. Masing-masing
pihak dapat bekerja jika memberikan informasi tentang area yang hendak
dibangun, batu-batu yang akan dipakai, jenis kayu dan bentuk kayu yang akan
digunakan dan lain-lain. Kesemua informasi ini diperlukan oleh semua pihak yang
tengah membangun rumah tadi. Bahkan informasi tentang musim juga diperlukan
(jika musim hujan semen pasti lenih lambat kering).
Seperti diterangkan di atas bahwa kerja kelompok berarti kerja yang
dilakukan oleh beberapa orang dan tak ketinggalan banyak pikiran pula yang ikut.
Diskusi, tukar pikir dan sebagainya membuat waktu yang dibutuhkan lebih
panjang. Namun karena informasi yang didapat lebih banyak dan lengkap maka
kerja kelompok akan menghasilkan produk yang lebih sempurna. Pada kasus
NASA, ada kata-kata tertentu yang tidak lazim lagi digunakan seperti zat asam.
Ternyata saat ini kata tersebut lebih dikenal sebagai oksigen. Bagi yang lahir di
masa-masa TVRI sebagai kanal TV tunggal, acara menyelam melihat isi lautan akan
familiar dengan kata zat asam.
Kerja kelompok yang akan dilakukan dalam kehidupan perkuliahan akan
membantu mahasiswa melatih ketrampilan sosial. Kehidupan nyata yang akan
dilalui oleh semua lulusan UI tidaklah mulus seperti yang dikehendaki. Bayangkan

31

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

jika masing-masing mengeluarkan pendapat dan ternyata tidak satupun yang


sealiran. Dapat dipastikan akan timbul konflik. Masih untung jika konflik yang
terjadi bias diselesaikan karena adanya tenggat waktu pengumpulan tugas sehingga
segala perbedaan dicobapecahkan. Pada kehidupan nyata hal seperti itu akan
sangat sering dihadapi. Tak mudah untuk bisa melihat sudut pandang orang lain
apalagi memahaminya. Dalam banyak kasus terjadinya konflik di masyarakat
dimulai dari kurangnya ketrampilan sosial.

Kelompok yang efektif


Apa yang kemudian dianggap
satu keberhasilan sebauh
kelompok?
Diantaranya
adalah menjadikan kelompok
yang efektif. Pada hasil kerja
kelompok NASA diharapkan
bahwa hasil kerja mahasiswa
adalah tinggi pada kelompok
dan rendah pada tingkat
individu.
Mengapa
harapannya demikian?
Harapan tadi wajar
karena dari berbagai kasus
terungkap bahwa individu
akan mendapat manfaat lebih
ketimbang jika ia bekerja sendirian. Ingat individu dalam kelompok bisa memberi
kontribusi terhadap kelompok apapun bentuknya. Hal lain yang perlu disadari
adalah tiap individu menyadari adanya perbedaan antara satu dan lainnya
sehingga kontribusi mereka beragam.
Kelompok juga menjadi efektif ketika setiap anggotanya tahu apa yang
hendak dicapai. Dalam NASA, peserta tahu bahwa yang dijadikan tujuan adalah
menujuu tempat pertemuan yang merupakan satu-satunya cara untuk bisa selamat.
Maka kemudian kerja kelompok segera menempatkan diri sebagai orang yang
mencari selamat. Bayangkan jika yang terjadi adalah tidak tahunya tujuan? Kerja
kelompok dalam hal ini mahasiswa akan lebih baik ketika mereka tahu bahwa kerja
mereka untuk menyelesaikan tugas dari dosen/fasilitator. Dalam prakteknya juga
akan memudahkan dalam bekerja, misalnya dalam pencarian sumber bacaan, data
atau lainnya. Akan aneh jika tugasnya mencari tahu asal-muasal air, tapi kelompok
malah membeli laptop.
Selanjutnya untuk mencapai kelompok yang efektif adalah ketika setiap
anggota memiliki kemampuan dan pengetahuan yang relevan. Dalam konteks
permainan NASA, mahasiswa yang menjawab dianggap kosmonot bukan orang
awam. Hanya saja mahasiswa diminta membuat prioritas. Diskusi yang hangat tadi
dapat dirasakan sebagai dinamika para kosmonot yang punya pengetahuan yang
walau berbeda, tapi dianggap berguna untuk menyelamatkan diri. Coba ingat-ingat
kembali, siapa dari anggota kelompok yang ngotot karena tahu atau anggota yang
tertawa sesal karena ia tahu idenya benar, tapi ditolak mayoritas rekan-rekannya.

32

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Keterampilan-keterampilan dalam kerja kelompok


Dalam satu kelompok yang menarik adalah di tiap kepala anggotanya
terdapat ide yang berbeda. Keberbedaan ini ada yang kemudian ternyata satu
aliran, tapi bisa saja beda ide juga beda aliran. Ingat pada NASA tadi, ada yang
merasa dirugikan, tapi ada yang merasa diuntungkan. Misalnya, mungkin ada
yang idenya diterima (walau salah) karena bisa menyampaikan ide dengan sopan,
menunjukkan wawasan yang luas tanpa menegecilkan pendapat orang lain. Atau
malah sebaliknya, ada yang diuntungkan karena ketika menyampaikan ide dibantu
oleh orang lain atau kemampuan menekan sangat baik. Dalam NASA inilah kita
mengajak mahasiswa untuk terampil secara sosial, khususnya sebagai hubungan
antarmanusia/antarkelompok.
Pertama, ketrampilan yang dibutuhkan adalah empati. Empati bukanlah
simpati. Kita bisa menempatkan diri dalam sudut pandang orang lain. Mau
mengerti dan paham sudut pandang itu walau kita berbeda pendapat. Malah inilah
mengapa pelatihan ini diberikan, khusunya ketika dalam diskusi NASA. Ada yang
tentunya tidak setuju, tapi ada pihak lain yang bisa mengerti sehingga diskusi bisa
menghasilkan keputusan.
Terkadang tidak semua hal perlu diolah oleh diri kita. Saat ini kita tak perlu
mendengarkan suara deritb
pintu atau suara hembusan
angin
dari
AC.
Yang
didengarkan
adalah
pembicaraan kita, setidaknya
apa
yang
fasilitator
sampaikan. Maka dari itu
sebagai ketrampilan lain yang
dibutuhkan
adalah
mendengarkan secara efektif,
karena tak semua informasi
(yang sekiranya tak berguna)
perlu didengarkan. Kita bisa
lakukan ini pada kehidupan
sehari-hari.
Tak
perlu
mendengarkan gossip para artis jika film National Geographic memberikan
informasi penting yang bisa berguna untuk kuliah.
Selama ini dalam acara TV, khususnya demonstrasi kepada pihak-pihak
yang dianggap merugikan, berapa kali diakhiri dengan kekerasan? Terakhir,
kejadian Monas tanggal 1 Juni 2008. Dari kedua pihak yang bertikai, kita sebuat
kelompok A hendak menyatakan kelompok B sebagai salah. Namun kelompok B
tidak menerima pendapat kelompok A. Oleh karena dirasakan kelompok B tidak
menuruti kehendak kelompok A, maka mereka ambil jalan pintas dengan
menyerang. Padahal bentrokan tak perlu terjadi ketika salah satu kelompok bisa
menyampaikan ide, perasaan dan keinginannya dengan cara-cara yang wajar. Bisa
dilakukan dengan cara persuasif, yang bersifat mengajak secara sopan dan santun.
Masing-masing dari anggota kelompok ketika mencoba urun rembug dalam
kegiatan NASA tentunya (harus) mengeluarkan pendapatnya. Untuk

33

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

mempertahankan idenya, masing-masing perlu berargumentasi agar bisa diterima


dan akhirnya menjadi keputusan kelompok. Sebagian ada yang mungkin mengikuti
aliran kebatinan alias diam saja. Individu seperti ini akan mengalami kerugian
karena haknya untuk mengeluarkan pendapat tidak ia gunakan. Atau ada pihak
lain yang berargumentasi dengan terlalu bersemangat terkadang lupa dengan
caranya yang juga berlebihan (dalam beberapa kejadian, menghina pendapat orang
lain sangat mungkin gterjadi). Ini bisa berupa tingkah laku yang tidak
mengenakkan bagi pihak lain. Adapun berargumentasi yang ideal adalah dengan
teknik asertif. Asertif merupakan cara menyatakan pikiran, perasaan dan keinginan
dengan cara yang pantas. Diharapkan ketika disampaikan dengan cara asertif selain
hak kita mengungkapkan tercapai, juga hak orang lain tetap terhargai.
Setelah satu kelompok berdiskusi dengan panjang lebar, penuh argumentasi,
bersemangat dan sebagainya akhirnya yang dibutuhkan adalah keputusan
kelompok. Keputusan yang diambil tentunya hasil yang dianggap terbaik dan yang
dibutuhkan pula oleh kelompok. Misalnya ketika hendak membuat sebuah tugas
eksperimen. Kita tentunya membicarakan banyak hal, dan memutuskan hewan apa
yang hendak dipakai eksperimen apakah monyet, kelinci, tikus atau lainnya.
Berargumentasi ini dan itu yang melelahkan akhirnya disepakati hewan apa yang
akan digunakan.
Ketrampilan-ketrampilan tadi juga patut didukung oleh ketrampilan lainnya
yang tak kalah penting. Pada permainan NASA tadi, walau kemudian tahu bahwa
pilihan yang diambil ternyata
salah tetap saja keputusan
telah diambil. Kita telah
sepakat bahwa informasi yang
diberikan teman kita adalah
benar. Dengan demikian kita
telah mempercayainya.
Keputusan yang telah
diambil
umumnya
tidak
dapat
ditarik
kembali.
Keputusan
yang
diambil
dalam
kelompok
juga
dipatuhi
oleh
para
anggotanya
dan
patut
dipertahankan. Ini didasari
adanya komitmen bersama, mulai dari diskusi sampai pengambilan keputusan dan
keemudian penerapannya di masa mendatang.
Dalam NASA ditekankan bahwa keputusan yang diambil bukan karena
jumlah suara, tapi kesepakatan. Kesepakatan tercapai jika pihak-pihak yang ada
bisa dengan tenang menyampaikan pikirannya. Pola penyampaian pikiran tidak
sambil membentak, menyuruh atau bahkan mengancam. Dapat dipastikan jika
yang langkah yang diambil seperti tadi, akan terjadi konflik.
Bisakah membayangkan pertemuan perdamaian Israel-Palestina? Puluhan
tahun mereka bertemu, yang ada konflik tetap berjalan. Dari satu pihak
menawarkan sesuatu, sementara pihak lain bisa menerima apa adanya atau
menerima dengan syarat sambil melemparkan tawaran lain. Kondisi ini
berlangsung terus menerus. Jika tahan mental perundingan jalan terus, tapi jika
tidak tak jarang jalan kekerasan diambil. Permainan NASA tanpa disadari membuat
34

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

peserta bernegosiasi atas ide-idenya. Misalnya ada pilihan zat asam atau air yang
diprioritaskan, ada yang mengutamakan air dan sebaliknya ada yang
mengutamakan zat asam. Masing-masing pihak yang mengusung ide itu selain
harus bisa menyampaikan idenya (termasuk argumentasinya), juga berharap
idenyalah yang diterima tanpa terjadi konflik. Terjadilah tawar-menawar
antarpihak. Misalnya diskusi menghasilkan keputusan yang dibawa adalah air
dulu, kemudian zat asam denga catatan pihak yang mengalah kemudian
memasukkan pistol dalam urutan selanjutnya sebagai kompensasi dari kalahnya
urutan barang tadi.
Kelompok tanpa pemimpin juga akan kurang pas. Perhatikan saat diskusi
NASA berlangsung. Pasti ada orang yang meyuarakan, Ayo keputusannya apa
artinya ketika waktu diskusi semakin terbatas dan belum ada hasil, tentu tidak baik.
Maka perlu ada yang memutuskan apa yang akan dipastikan untuk diambil. Orang
ini tidak mesti membentak-bentak, bisa saja ia malah menanyakan dulu kepastian
dari keputusan yang diambil dengan tenang. Inilah orang yang pas memimpin
diskusi pada kelompok ini. Namun jangan samakan dengan pemimpin yang
mengetuai sekelompok tentara. Jika diskusi yang dikedepankan bisa jadi kelompok
tentara ini akan ditangkap atau bahkan dibunuh musuh. Maka yang dibutuhkan
adalah pemimpin yang tegas dan terkadang mengeluarkan keputusan tanpa
bertanya pada anggotanya. Di sinilah letak kita sebagai anggota maupun ketua
perlu memiliki rasa saling mengerti.

Bahaya yang perlu Diwaspadai dalam Kerja Kelompok


Yang
menarik
dari kelompok, khususnya
yang
kohesif
adalah
timbulnya
hal-hal
yang
terlalu percaya diri. Walau
tidak selalu, kecenderungan
ini tetap ada dan bisa
berbahaya untuk kelompok
juga. Hal yang paling sering
ditemui
adalah
saling
mencontrek antaranggota.
Seringnya
anggota
kelompok bersama maka
yang terjadi adalah perasaan
yang sama dengan sesama
anggota. Sering kita dengar kalimat-kalimat Kan dia sekamar, apa yang ada di
kamar berarti milik saya juga, atau Ya udah, sekelompok ini, pinjemin aja tugas
loe. Ntar lain kali si (anu) yang ngerjain buat kita-kita. Tentunya kondisi saling
mencontek seperti ini tidaklah ideal dalam pendidikan tinggi seperti yang akan
Anda alami nanti. Maka dari itu kemandirian pikiran tentu perlu dipertahankan. Ini
terlihat pada saat Anda masing-masing diharapkan mempertahankan pendapat
ketika menyusun barang-barang yang perlu dibawa. Tidak ada yang diperkenankan

35

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

untuk mengekor saja teman-teman lainnya. Ingat mengekor juga salah satu
mencontek.
Masih ingat film-film konyol WARKOP? Dari berbagai film mereka adalah
trio sahabat (Dono, Kasino dan Indro sering disingkat DKI) yang amat lekat. Yang
menarik adalah dari ketiganya yang sering mendapat pekerjaan lapangan adalah
Dono atau setidaknya berbagi dengan Indro. Kasino adalah yang paling jarang
mendapat kerja lanpangan, tapi justru dialah yang membuat pembagian kerja.
Sungguh sial nasib Dono. Nah itu merupakan salah satu kondisi kerja kelompok
yang tidak adil bagi para anggotanya. Pada beberapa kejadian, pembagian tugas
yang tak adil ini justru terjadi karena anggota sudah sering melakukan pekerjaan itu
sehingga ia akan senantiasa diatur dengan bidang keahliannya. Misalnya saat
membuat makalah, ada saja anggota yang sudah khusus (spesialisasi) untuk
membuat pendahuluan atau tinjauan kepustakaan atau metode penelitian atau
hasil-simpulan-saran. Terlihat sepintas amatlah rapi dan membuat kerja kelompok
cepat selesai. Akan tetapi hal ini tidaklah adil. Ada anggota yang akan terlalu sering
melihat yang umum-umum saja (pendahuluan) atau ada yang cuma ahli membaca
data ketika membuat bagian hasil-simpulan-saran. Padahal potensi dari masingmasing anggota sama besarnya. Jangan-jangan malah akan merugikan kelompok
keseluruhan jika ternyata yang bertugas membuat pendahuluan lebih baik saat
membuat metode penelitiannya.

Kennedy (kiri), presiden


AS medio 1960-an yang
membuat
keputusan
fatal dalam penyerbuan
ke
Kuba.
Alih-alih
menginvasi
Kuba,
malah tentaranya yang
dihancurkan di teluk
Babi. Keputusan diambil
berdasarkan
sekelompok kecil dari
tim kepresidenan yang
datanya tidak akurat
dan
meremehkan
musuh.

Pernahkah Anda mengalami kondisi bahwa kelompok tidak mau


mendengar saran dan sudut pandang lain yang datang dari anggotanya sendiri?
Atau pernahkah Anda mengalami keputusan kelompok besar ternyata sudah
diputuskan oleh kelompok kecil di dalamnya? Inilah yang disebut dalam psikologi
sebagai groupthink (Janis, 1982, dalam Baron dan Byrne, 1994: 508). Ini timbul
karena tujuan kelompok berubah. Jika awalnya hendak mencari solusi yang terbaik
untuk menyelesaikan masalah, tapi kemudian menjadi keinginan untuk menjaga
konsensus. Dampak dari groupthink ini adalah merasa diri kelompok benar, tidak

36

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

mau mendengar saran lain, merasa superior dan bahkan akan membungkam
anggota kelompok yang dianggap tidak sejalan dengan kelompok. Kejadian ini
pernah terjadi di saat AS menyerang Kuba (krisis nuklir Kuba) dan Vietnam dan
sekarang Irak. Kelompok yang dekat dengan presiden AS, meyakinkan presiden
agar menyerang negara-negara tadi. Dengan alas an-alasan politik dan tentunya
kondisi militer yang kuat maka keputusan perang diambil. Ternyata hal itu
membawa petaka bagi AS.dari penjelasan dan contoh tadi, yang hendak ditekankan
adalah berbahayanya groupthink dalam kelompok. Makanya dalam permainan
NASA tetap dimintakan kepada para anggotanya untuk berperan aktif dalam
menyarankan sesuatu tentunya dengan argumentasi yang tepat.
Bayangkan dalam satu kelompok terdiri dari 10 orang. Kemudian terdapat
tugas yang sebenarnya cukup sederhana, misalnya menulis artikel sepanjang satu
halaman. Menurut Anda, apakah semua anggota kelompok akan mengerjakan
tugasnya masing-masing? Yang paling sering terjadi adalah yang mengerjakan
hanya satu sampai tiga orang saja, sementara yang lain tidak muncul dengan
berbagai alasan. Kondisi ini yang dalam psikologi social sebagai Social loafing
(Baron & Byrne, 1994: 497). Sebuah riset menyebutkan bahwa intensitas kebisingan
yang dibuat antara seorang, dua orang sampai enam orang ternyata berbanding
terbalik. Intensitas bising justru tertinggi pada kondisi satu orang yang diminta
untuk membuat kebisingan. Pada kelompok yang berjumlah enam orang malah
tidak. Mengapa? Karena ternyata pada kelompok yang besar, tiap anggotanya
merasa ada orang lain yang akan membuat kebisingan, sehingga jika direratakan
kebisingan yang dilakukan tiap individu dalam kelompok jauh lebih kecil dari
intensitas kebisingan yang dilakukan oleh seorang diri (Latane dkk.: 1979 dalam
Sears dkk., 1985: 132).

Memastikan kelompok berhasil mencapai tujuan


Harapan dari kerja
kelompok
adalah
tercapainya tujuan. Pada
permainan NASA, tujuan
utama
adalah
menyelamatkan
sang
kosmonot
yang
dianalogikan diri kita. Pada
prakteknya
dalam
kehidupan
kuliah
dan
sosial,
tentunya
keberhasilan
tercapainya
tujuan adalah impian dari
kelompok. Untuk mencapai
keberhasilan
dibutuhkan
iklim yang mendukung, sehingga masing-masing dari anggota kelompok bisa
berkembang dan kelompok bisa berhasil mencapai tujuan-tujuannya.
Perhatikan bahwa tiap individu mempunyai perasaan. Bagaimana perasaan
Anda ketika bisa menyampaikan pikiran saat pembuatan prioritas kosmonot tadi?
Atau sebaliknya ketika ada teman yang dirasakan justru menghalangi keluarnya

37

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

pikiran Anda? Atau tanpa sadar ketika diskusi terlontar kalimat-kalimat yang tak
berkenan di hati orang lain. Tutur kata yang tak berkenan bisa menciptakan iklim
komunikasi dalam kelompok buruk. Sekedar contoh, warga di Jakarta sering
melakukan komunikasi dengan dua media sekaligus. Pertama bicara dengan lawan
bicaranya. Kedua berkomunikasi dengan pihak ketiga dengan layanan pesan
pendek/sandek (sms). Bagi sekelompok orang hal itu tidak sopan dan bisa
menyinggung perasaan lawan bicara. Makanya, prinsip menjaga perasaan orang
lain (tepa selira), tampaknya masih in saat ini.
Setiap manusia pasti mengalami kecemasan. Ketika ada hal yang menjadi
tanggung jawab kita, kemudian tak terselesaikan besar kemungkinan akan
menimbulkan rasa cemas. Atau khawatir karena pekerjaan yang dihadapi agak
sulit, tapi merasa tak mampu mengerjakannya. Kecemasan bisa menghambat atau
juga mendorong kita untuk bekerja. Namun kecemasan harus dihadapi, tidaklah
bisa kita menghindarinya selamanya. Walau rasa cemas ada, tapi ketika kita
menghadapinya (dalam hal ini mengerjakan hal yang membuat cemas) setidaknya
kita telah berusaha mengatasinya, bukan menghindarinya. Bisa terjadi rasa cemas
yang ada malah menjadi sumber enerji untuk mau menghadapi sumber kecemasan.
Atau malah sumber kecemasannya bukan yang terlihat, tapi yang lainnya. Misalnya
bukan materi pekerjaan yang membuat cemas, tapi dosennya yang membuat cemas.
Kerja kelompok seperti kita ketahui bersama terdiri dari beberapa orang
yang satu sama lain berbeda. Tidaklah mengherankan jika kemudian masingmasing mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Namun karena setiap
kelompok khususnya dalam mengerjakan tugas terdapat sesuatu yang harus diraih
maka bisa terjadi ketidaksamaan antara kepentinga kelompok dan individu. Agar
selanjutnya kondisi ini tidak menimbulkan kekisruhan saat bekerja dalam,
kelompok maka sebaiknya ada aturan-aturan yang bijak, tergantung kondisi
kelompok.
Setiap anggota kelompok memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Keberbedaan ini terkadang menjadi kelemahan kelompok. Ini terjadi pada
kelompok yang baru saja terbentuk dan masing-masing anggota belum saling kenal
dan menyadari potensi-potensi apa yang ada pada tiap individu. Perlahan tiap
kelompok akan mencoba mencari tahu apa kelebihan dan kekuatan dari kelompok.
Ambil contoh film Scoobie Do, sekelompok anak muda yang menjadi detektif. Ada
yang pintar, ada yang mengandakan kecantikan, mengandalkan fisik dan ganteng,
anjing yang penakut dan lapar melulu serta seorang pengecut yang pesimis dan
juga lapar melulu. Jika semata melihat unsur-unsur mereka satu-persatu maka
mereka bukanlah kelompok yang ideal. Mereka senantiasa bekerja sama dan
perlahan menerima keadaanm masing-masing dan yang utama adalah mereka
memiliki adalah rasa persahabatan yang tak tergantikan. Itulah yang mereka
pahami sebagai kekuatan kelompok.

38

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Bagaimana cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang efektif bagi


kelompok?
Tetapkan agenda dan
batas-batas
jelas.
Kerja
melulu tanpa ada tujuan
pasti tidak baik. Pernahkah
Anda
mengalami
kerja
kelompok yang ternyata
hanya diisi dengan canda
tawa, berbincang tanpa ada
hasil dan akhirnya bubar
pulang tanpa ada hasilnya?
Yang
terjadi
kemudian
adalah timbulnya rasa sesal
karena
waktu
terbuang
tanpa ada hasil yang jelas.
Untuk menghindari hal itu
diperlukan agenda kerja. Dengan adanya agenda kerja akan terlihat batasan-batasan
kerja yang akan dicapai. Jadi jika memang mengobrol adalah kebutuhan maka ada
waktunya setelah sebuah batas teleha selesai dikerjakan.
Check kemajuan. Ibarat mandor, kita perlu mengawasi sendiri kerja kita
baik itu individu maupun kelompok. Kita lihat mandor bangunan, tanpa
kehadiaran mandor ada kecenderungan para pekerja akan lebih rendah kinerjanya.
Kehadiran mandor bias menggiatkan mereka sehingga hasil akhir bisa terpenuhi.
Jadi masih terkait dnegan penetapan agenda dan batas yang jelas dan waktu maka
kemajuan dadri kerja kita juga terpantau. Pada permainan NASA kebetulan tidak
dikaitkan dengan waktu yang terbatas (hanya tertulis), tapi pada kenyataannya kita
bekerja berpacu dengan waktu sehingga kemajuan kerja kita amat diperhatikan
agar tercapai hasil yang diinginkan.
Tiap anggota kelompok mempunyai pekerjaan sendiri. Ada yang
memikirkan A, yang lain memikirkan B dan seterusnya. Kerja kelompok yang
efektif juga memerlukan pembagian tugas agar semua bisa berkontribusi dan kerja
kelompok bisa mencapai hasil optimal. Ingat akan kelebihan masing-masing
anggota kelompok. Oleh karena itu alokasi tugas juga penting diperhatikan.
Tak lupa peranan individu dalam kelompok. Ada yang disebut anggota
biasa, ada yang kemudian berperan menjadi pengawas. Pengawas bukan orang
yang memelototi pekerjaan anggota kelompok, tapi bertugas untuk menjamin
beberapa hal untuk bisa berajalan baik. Misalnya untuk menjamin hasil kerja yang
baik (kualitas terjamin), memperhatikan waktu agar tidak melewati tenggat. Peran
lainnya yang penting adalah sekretaris, dan ini penting khususnya untuk
memastikan kemajuan atau hambatan yang belum teratasi. Terakhir yang juga
penting adalah ada anggota kelompok yang berperan menjadi ketua dengan tugas
sebagai penanggung jawab. Peran ini penting sebagai pihak yang mengkoordinir
anggota kelompok dan siap maju menghadapi pihak di luar kelompok.

39

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

40

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Komunikasi
Tujuan

: Peserta dapat lebih memahami perbedaan antara komunikasi


verbal dan nonverbal

Peralatan
Waktu
Metode
Prosedur

: lembar gambar, pengeras suara


: 60 menit
: Diskusi dan ceramah
:

1. Fasilitator meminta dua sukarelawan untuk mau memabantu jalannya


permainan
2. Fasilitator menjelaskan cara permainan ini kepada dua fasilitator:
Fasilitator menjelaskan kepada satu sukarelawan untuk menginstrusikan
kepada mahasiswa lain untuk membuat apa yang dipaparkan sukarelawan
pertama.
Sukarelawan pertama ini diminta hanya memaparkan apa yang ia lihat. Saat
memaparkan, ia tidak diperkenankan member petunjuk apapun, tidak boleh
menjawab pertanyaan.
Untuk sukarelawan kedua, ia diminta memaparkan gambar yang ia lihat.
Berbeda dengan sukarelawan pertama, ia boleh merespon pertanyaan dari
mahasiswa untuk menjelaskan apa yang ia paparkan.
Setelah penjelasan, kedua sukarelawan memulai proses permainan. Dimulai
dari sukarelawan pertama.
Mahasiswa lain mendengarkan dan mengikuti instruksi dari para
sukarelawan tadi.
3. Akhiri permainan setelah 20-30 menit
4. Fasilitator dan asisten fasilitator kemudian mencoba menarik hal-hal yang
dirasakan dan pemikiran dari para mahasiswa sambil menayangkan tayangan.
Bisa dimulai dari para sukarelawan atau langsung kepada mahasiswa.

41

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Diskusi Kegiatan Komunikasi


Dalam kelompok yang dibutuhkan adalah komunikasi. Tak mungkin bisa
terjalin kerja sama tanpa
adanya tukar pikir yang
jelas melalui komunikasi.
Dalam proses komunikasi
setidaknya terdapat dua
pihak yakni pengirim dan
penerima.
Dari
pihak
pengirim,
sebelum
tercetuskan ia melakukan
encoding dan decoding.
Encoding merujuk pada
pengkodean dari ide yang
hendak
disampaikan,
decoding mengubah kodekode tadi menjadi sesuatu
yang bisa dimengerti oleh pihak lain. Ketika penerima menerima pesan, ia
melakukan decoding atas pesan tadi agar bisa dimengerti. Kemudian ketika hendak
diolah dan disimpan maka ia melakukan encoding. Begitulah seterusnya, dan inilah
yang disebut sebagai proses komunikasi.
Kondisi tadi jika tanpa ada satu dan lain hal secara teoretik tidak akan
menimbulkan salah paham. Terelebih jika kedua belah pihak memiliki kode-kode
yang sama. Misalnya sama bahasa, sama dalam penggunaan istilah (istilah-istilah
dalam ilmu teknik akan dikuasai oleh para mahasiswa fakultas teknik ketimbang
oelh mahasiswa sastra). Namun pada kenyataannya sering terjadi konflik yang
diakibatkan kesalahpahaman. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Hambatan dalam komunikasi


Ketika
menyampaikan
pesan bisa saja terjadi
hambatan
yang
memungkinkan terjadinya
kesalahan. Permainan tadi
dengan
jelas
memperlihatkan
betapa
hambatan yang terlihat saja
bisa membuat pesan yang
disampaikan rusak. Coba
perhatikan
dalam
permainan gerobak tadi,
setidaknya
ada
tiga
hambatan yang terlihat
seperti
hambatan
fisik,
42

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

hambatan semantik dan hambatan psikologis.


Orangtua yang berusia lansia besar kemungkinan memiliki hambatan fisik.
Anak dan si orangtua yang lansia bisa jelek hubungannya karena si anak besar
kemungkinan akan menghubunginya dengan suara keras. Padahal suara keras
dipersepsi sebagai teriakan dan tak sopan pada orangtua. Orangtua marah dan
jadilah rusaknya komunikasi. Adanya organ pendengaran yang rusak atau
menurun fungisnya membuat komunikasi buruk.
Hambatan lainnya adalah semantik. Hambatan ini sering terjadi pada
komunikasi pada kelompok etnis yang berbeda. Kita sering kali menemui kesalahan
informasi karena kita tidak sama melafalkan atau memiliki arti kata yang tertulis
sama (homonim). Ingat iklan Dancow yang menceritakan anak dari etnis Sunda dan
anak dari etnis Jawa. Ketika si Sunda menunjuk Dancow sembari mengatakan
mengatakan ini teh susu yang merujuk pada ini susu, tapi anak dari Jawa
bersikukuh bahwa yang dikatakan anak Sunda itu salah. Makanya ia mengatakan
ini susu bukan teh. Bisa dibayangkan bahwa mereka bisa miscommunication
dan bahkan bisa terjadi perkelahian antarmereka. Kondisi inilah yang bisa menjadi
hambatan dalam komunikasi.
Pernahkah Anda melihat seseorang yang terlalu minder, yang kemudian ia
tidak bisa mengeluarkan pikiran kepada orang lain. Ini yang bisa menghambat
komunikasi. Ketika seorang terlalu minder tadi tersesat misalnya, bisa jadi ia akan
tersesat lebih lama daripada orang yang tidak minder. Kejadian serupa bisa juga
terjadi pada individu yang introvert, tidak mudah mengungkapkan isi hatinya.
Kondisi psikologis ini yang kemudian menjadi hambatan bagi diri seseorang untuk
berkomunikasi.

43

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Diskusi Ketrampilan dalam komunikasi


Komunikasi akan lebih
lancar ketika kedua belah pihak
mengerti perasaan, keinginan
dan harapan orang lain atau
yang disebut sebagai empati.
Permainan
Gerobak
pada
bagian pertama meletakkan
pembicara untuk tidak bisa
berempati terhadap kesulitan
yang
dihadapi
pendengar.
Namun
harapannya
tetap,
yakni
pendengar
harus
membuat gambar yang sama
dengan yang diceritakan oleh
pembicara. Beda sekali dengan bagian kedua yang terjadi komunikasi dua arah.
Pendengar boleh bertanya, dan pembicara bisa mengerti kesulitan dari pendengar
sehingga ia menjelaskan dengan lebih jelas. Kejadian ini sering kita hadapi pada
saat kuliah. Dosen sering bertanya apakah ada yang hendak ditanyakan atas materi.
Yang kemudian dijawab mahasiswa dengan diam. Jawaban ini tak mudah
dimengerti oleh dosen, yang kemudian diartikan sebagai mengerti atau malah tidak
sama sekali. Pembicara (dosen) tak dapat mengerti apa harapan, keinginana dan
persaan pendengar (mahasiswa). Ketika pada masa evaluasi belajar, semisal ujian
tengah/akhir semester, jika nilai yang diraih buruk, maka mahasiswa dalam posisi
harus mengevaluasi cara belajarnya saja. Komunikasi yang buruk berdampak
buruk, jadi berempatilah!
Mendengarkan aktif. Perhatikan bahwa ada perbedaan antara mendengar
dan mendengarkan. Dalam bahasa Inggris terdapat dua kata untuk mendengar, to
hear dan to listen. To hear lebih dekat pada berjalannya fungsi indera pendengaran
individu. Ia mendengar semua stimuli yang dipancarkan melalui gelombang suara.
Akan tetapi belum tentu individu menghayati stimuli yang ia dengar. Sementara
untuk to listen menekankan pada penghayatan dari individu atas apa yang ia
dengarkan, ini yang disebut sebagai mendengarkan aktif. Di sini mulai terjadi
pemilahan stimuli, pengolahan hal-hal apa yang perlu diperhatikan dan
sebagainya. Permainan Gerobak ini amat cocok untuk menggunakan konsep
mendengar yang to listen. Ini karena kita mendapat stimuli bukan saja dari
pembicara, tapi juga dari lingkungan seperti suara penyejuk udara/AC, bunyi
derap sepatu dan sebagainya. Jika salah mendengar maka yang terjadi adalah
gambar yang dibuat akan salah. Dalam aktivitas sehari-hari nanti khususnya saat
kuliah mendengar aktif. Kita memilih mana yang dianggap penting atau tidak.
Anda bisa memilih antara suara dosen atau suara teman sebelah Anda yang sedang
membicarakan aksesoris/gadget terkini. Dengan catatan pilihan apa yang akan
Anda dengar (aktif) adalah salah satu faktor ketepatan waktu kuliah.
Bahasa tubuh. Komunikasi juga tak sekedar paduan gerakan bibir dan suara.
Ada faktor lain yang ikut berkomunikasi yakni gerak tubuh. Tubuh kita ikut

44

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

bicara ketika kita bicara bahkan juga saat tidak bicara. Ambil contoh ketika kita
berbicara dengan seseorang sambil bertolak pinggang. Walau yang kita bicarakan
hal-hal biasa lawan bicara akan merasa dirinya dianggap inferior oleh pembicara.
Belum lagi jika ada orang lain yang melihatnya, maka akan timbul persepsi bahwa
pembicara sedang memarahinya dan menempelkan tanda sombong. Kasus lainnya
ada orang yang bertanya kepada kita, kita meresponnya, tapi sambil membersihkan
kacamata dengan serius. Lawan bicara akan merasa bahwa pembicaraan ini tidak
dianggap penting oleh kita. Perlahan ia akan mundur dan menyelesaikan
pembicaraan. Maka dari itu komunikasi yang dilakukan tubuh penting
diperhatikan. Bahasa tubuh bisa lebih menjelaskan kondisi diri kita lebih daripada
ucapan.
Komunikasi juga tidak melulu membicarakan isi dari yang disampaikan.
Terkait dengannya adalah penerimaan diri dari individu. Perhatikan sekeliling
Anda, adakah orang yang tak mau disentuh? Atau tidak mau berdekatan sampai
jarak tertentu (misalnya satu meter)? Atau pada teman akrab, bisa jadi tak berjarak
karena seing terlibat main basket atau olah raga lain yang kontak fisiknya tinggi.
Ada yang mau berbisik dengan kita, ada yang tidak. Ada yang karena ajaran agama
bersentuhan beda jenis kelamin dilarang (kecuali saudara/suami-istrinya). Dari
beberapa kasus tadi kita perlu memahaminya bahwa jarak juga perlu diperhatikan
dalam berkomunikasi. Jarak itulah yang disebut sebagai personal space.

Latihan
Buatlah kolom seperti gambar
kolom di samping. Gunakan
untuk membuat gambaran dari
Dina seperti yang telah dibacakan.
Selanjutnya disukusikan dalam
kelompok. Tidak perlu ada
kesepakatan.

45

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Apa yang terjadi ketika


terdapat dua orang yang
berkomunikasi, mengutarakan
pandangan, keinginan dan
perasaannya? Setidaknya ada
empat bentuk persaan yang
muncul, yakni apati, empati,
simpati dan antipati.
Pada satu saat Anda
kecewa pada rekan satu
kelompok
karena
ia
mengalami
keliru
dalam
mengerjakan tugas yang dibebankan padanya. Kekecewaan Anda bahkan sampai
pada tahap tidak mau tahu alasan mengapa teman tadi salah mengerjakan tugas.
Ketidakpedulian Anda dalam permainan Gerobak terlihat pada pembicara pada
bagian pertama yang tak peduli dengan gambar yang dihasilkan. Kondisi ini
disebut apati.
Ingat dengan kisah putri tidur? Berawal dari penyihir yang tak diundang
dalam acara syukuran sang putri. Penyihir mengutuk kematian untuk putri, tapi
kutukan tersebut dikurangi kadarnya dengan tidur. Selanjutnya kita sebagai
penonton tidak suka terhadap si penyihir. Namun adakah yang memperhatikan
bahwa kemarahan si penyihir sebenarnya bisa kita pahami? Untuk itu diperlukan
empati, yakni memahami pandangan, keinginan dan perasaan orang lain.
Penerapan dalam kisah putri tidur, dalam posisi tamu yang tak diundang ia tak
sepantasnya mengutuk tuan rumah. Namun perhatikan lebih dalam, bahwa
penyihir marah karena tak diundang padahal bangsawan, rakyat dan bahkan periperi diundang. Hanya dia yang tak diundang. Maka tidaklah mengherankan jika ia
marah kepada tuan rumah. Kondisi si penyihir inilah yang harus dipahami,
sehingga kutukan bukan karena ia jahat, tapi lenih pada kecewa. Maka dari itu
seyogianya kita mau dan mampu berempati terhadap pihak yang lain walau dari
pihak yang berlawanan sekalipun (dalam kasus putri tidur adalah penyihir jahat).
Simpati yang akan diterangkan di sini bukan sebuah produk jasa
telekomunikasi. Simpati terjadi ketika individu memiliki pandangan, keinginan dan
perasaan yang sama dengan orang lain. Konsep ini berbeda dengan empati yang
memang hanya memahami. Kembali pada contoh cerita putri tidur, oleh penulis
para penonton dibuat untuk bersimpati pada keluarga putri tidur. Penonton
simpati pada keluarga istana yang dikutuk, bahkan mencemooh penyihir. Penonton
kemudian ikut sedih saat putri tertidur dan ikut tegang saat pangeran melawan
penyihir. Contoh kecil ini dalam kehidupan sehrai-hari bisa dilihat pada kasus
tawuran. Umumnya para pelaku merasa harus solider dengan teman-teman satu
sekolahnya, sehingga jika ada yang menyerang mereka maka serangan dianggap
sebagai seranagn terhadap keseluruhan sekolah. Tak ayal lagi rasa simpati muncul.
Antipati. Memiliki pandangan, keinginanan dan perasaan yang berlawanan
dengan orang lain. Pernahkah bertemu dengan seseorang yang selalu berlawanan
dalam kondisi apapun? Ketika Anda berdiskusi dengannya, maka pendapatnya
pasti tidak mau sejalan dengan Anda. Ketika Anda sedih, ia tidak berempati bahkan
senang Anda sedih.

46

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Faktor-faktor dalam Mengembangkan Empati


Hormat
kepada
orang lain merupakan
salah satu cara cara
mengembangkan empati.
Ketika
permainan
gerobak tadi, kondisi
pertama atau kedua yang
membuat Anda merasa
nyaman? Dalam berbagai
kesempatan dan berbagai
partisipan, kondisi yang
membuka
kesempatan
bertanya atau diskusi
membuat nyaman. Selain jelas informasi yang disampaikan, kedua pihak
khususnya penanya merasa dihormati (tanya jawab yang jelas).
Warmth. Kondisi yang hanya menginstruksi kepada para pendengar selain
tidak membuat rasa aman, tapi datar tanpa emosi. Para pendengar tidak tahu
perasaan pembicara (tidak melihat ekspresi emosi), sehingga membuat tidak
nyaman. Pada penerapan sehari-hari, curhat akan semakin keluar semuanya
ketika tempat curhat menampilkan kehangatan. Ini terkait juga dengan gerak tubuh,
pancaran mata, keseriusan dalam mendengarkan curhat dan sebagainya.
Para pendengar instruksi dari permainan Gerobak seperti telah dirasakan
amat tidak nyaman ketika tidak bisa bertanya. Komunikasi satu arah menimbulkan
perasaan tidak nyaman. Pendengar khawatir apa yang dikerjakan salah, makanya
ingin bertanya untuk memperjelas apa yang disampaikan. Kejelasan akan
mengurangi munculnya kesalahpahaman. Dalam prakteknya dapat kita lihat pada
gosip. Kesimpangsiuran akan menimbulkan kekacauan, ingat masa-masa sebelum
kenaikan BBM? Rakyat panik, rasa aman menurun, ketegangan muncul dan
sebagainya. Ketika sudah dipastikan beritanya dan dijalankan keadaan normal
walau muncul masalah lain. Intinya adalah Informasi yang jelas (concretness) akan
lebih sedikit menimbulkan kekacauan.
Ketika hendak curhat kita pasti ingin segera menceritakan kepada orang
yang kita percaya. Kehadiran orang tadi dengan segera akan menenangkan kita.
Jika ada orang yang meminta kita hadir untuknya karena ingin curhat dan Anda
hadir dengan segera untuknya maka inilah unsur kesegeraan. Kesegeraan
(immediacy) menunjukkan empati kita pada orang lain.
Istilah setuju untuk tidak setuju mungkin tepat untuk menjelaskan istilah
congruence dalam mengembangkan empati. Seperti di atas telah dibicarakan bahwa
ada kalanya kekhasan individu harus dipahami sebagai bentuk congruence.
Misalnya keluarga Malfoy dalam film Harry Potter ternyata dari generasi ke
generasi memang tidak suka dengan suasana positif. Tidaklah mengherankan jika
kemudian mereka masuk ke fakultas Slytherin, tapi Dumbledore sebagai dekan
tidak kecewa. Malah sebaliknya menghormati keadaan itu.
Genuineness. Dalam berkomunikasi sering kita temui orang-orang yang
lebih senang berhadapan dengan orang yang cara bicaranya terbuka dan ceplas-

47

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

ceplos. Bagi mereka gaya bicara seperti itu lebih menunjukkan keterbukaan dan
kejujuran. Komunikasi yang didasari kejujuran akan membuat lawan bicara merasa
nyaman. Berdasar kenyamanan itu maka komunikasi yang terjadi akan lancar
karena informasi yang dibagi akan lebih banyak dan kita bisa mendapatkan
gambaran utuh dari persoalan yang dibicarakan.

48

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Kegiatan Mendengar Aktif


Tujuan

: Agar peserta dapat memahami pentingnya mendengar aktif dalam


kegiatan belajar kelompok

Waktu

: 60 menit

Metode

: bermain peran, diskusi

Prosedur

1. Fasilitator meminta kepada para mahasiswa untuk mmebagi dalam kelompok


kecil yang terdiri dari dua orang. Mereka diharapkan untuk duduk berhadapan.
2. Fasilitator menerangkan permainan ini, yakni bahwa kepada mereka masingmasing diberikan waktu 5 menit untuk menceritakan apa saja kepada lawan
bicaranya. Namun untuk sesi ini, lawan bicara tidak memberikan respon apapun
(bertanya, menjawab, bahkan bergumam sekalipun). Setelah selesai, 5 menit
berikutnya diberikan kepada lawan bicaranya untuk berbicara apapun juga
dengan kondisi yang sama yaitu lawan bicaranya tidak member respon.
3. Fasilitator kemudian meminta peserta kembali untuk berbicara selama 3 menit,
tapi sekarang lawan bicaranya boleh menanggapinya. Setelah selesai, 3 menit
berikutnya diberikan kepada lawan bicaranya. Kali ini juga lawan bicara boleh
merespon pembicaraan.
4. Fasilitator meminta untuk mahasiswa untuk diskusi pleno
Hal-hal yang ditanyakan oleh fasilitator pada peserta:
a. Apakah kegiatan yang baru saja dilakukan dirasakan mudah/sulit?
b. Hal apa saja yang menghambat/mendukung keberhasilan permainan tadi?
c. Hal-hal apa saja yang tertangkap dari kegiatan tadi?
Inti dari kegiatan ini: mendengar tidak sama dengan mendengarkan, dan
mendengarkan tidak mudah dilakukan
5. Sembari menarik simpulan, tayangkan materi ceramah singkat mengenai
mendengar aktif.

49

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Materi Bacaan Mendengarkan Aktif

Dalam
berkomunikasi, selalu
ada
aktivitas
menerima
dan
menyampaikan.
Menerima, dalam hal
ini mendengar (to
hear)
tidak
sama
dengan
mendengar
aktif
(to
listen).
Aktivitas mendengar
(to hear) biasanya
dilakukan
dengan
menggunakan indera
semata, sedangkan mendengarkan (to listen) sudah lebih melibatkan proses kognisi,
afeksi maupun psikomotor seseorang. Ada emosi, sikap, nilai yang terlibat dalam
aktivitas mendengarkan. Pada satu waktu kita mendengar suara mesin AC yang
bergemuruh pelan di ruangan, pada saat yang sama kita juga sedang
mendengarkan penjelasan dari dosen mengenai suatu materi.
Dengan alasan tertentu, kegiatan mendengarkan jauh lebih efektif
dibandingkan kegiatan mendengar. Mendengarkan yang melibatkan emosi, sikap,
nilai yang terlibat membuat seseorang dirasakan memiliki komunikasi timbal balik
yang jauh lebih efektif dibandingkan orang lain. Dengan kemampuan mendengar
aktif, seseorang dapat lebih memahami informasi yang diberikan orang lain secara
utuh dan kemudian dapat mengambil sikap yang tepat pada situasi tersebut.
Bagaimana anda mendengar sangat mempengaruhi efektivitas pekerjaan dan
kualitas hubungan anda dengan orang lain. Kita biasanya mendengarkan untuk
memperoleh informasi, memahami sesuatu, menikmati sesuatu ataupun untuk
belajar. Menurut penelitian, kita mendengarkan setidaknya kita mengingat 25-50%
apa yang kita dengarkan. Namun terkadang keseluruhan informasi yang diberikan
adalah hal yang penting yang dapat membantu kita menyelesaikan tugas atau
berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, bagaimana kita mempertahankan
proporsi kemampuan mendengarkan kita agar lebih optimal.
Untuk menjadi seorang pendengar yang baik, kita harus mempraktekkan
kemampuan mendengar aktif. Hal ini membantu anda mengusahakan kegiatan
untuk mendengar tidak hanya kata-kata yang orang lain katakan, namun hal yang
lebih penting adalah mencoba untuk memahami keseluruhan pesan yang
dikirimkan. Untuk melakukan hal ini, anda harus memperhatikan orang lain
dengan baik.
Dalam melakukan kegiatan mendengar aktif, ada empat hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan pesan yang disampaikan, yaitu: pengalaman,
tingkah laku, perasaaan dan pandangan hidup.

50

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Pengalaman orang lain biasanya perlu diperhatikan karena pengalaman


tersebut
berisi
informasi
yang
penting mengenai halhal yang berkaitan
dengan pribadi orang
tersebut. Dengan kita
mendengarkan orang
lain,
kita
dapat
mengetahui
sifat,
minat ataupun hal-hal
lain secara pribadi
dari orang tersebut.
Dengan
demikian,
maka
kita
dapat
memperlakukan
orang tersebut sesuai dengan pribadinya.
Melalui tingkah laku orang lain, kita dapat memahami apa yang saat itu ia
rasakan dan butuhkan, sehingga respons yang kita berikan sesuai dengan tingkah
lakunya saat itu. Hal ini sebenarnya dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam berkomunikasi dua arah dengan orang lain.
Apa yang dirasakan orang lain terkadang tidak tertampil pada perilakunya.
Perasaan orang lain selaras dengan perilakunya dapat dikenali. Dengan dikenalinya
perasaan tersebut, maka orang dapat memperlakukan orang ini sesuai dengan
kebutuhan perasaannya saat itu.
Apa yang menjadi pandangan hidup atau nilai yang dianut setiap orang
berbeda-beda. Perbedaan pandangan hidup dan nilai yang dianutnya tergantung
pada pola asuh dan budaya yang ada di sekitarnya. Apabila seseorang tidak dapat
memahami pandangan dan nilai yang dianut orang lain, dalam berkomunikasi akan
ada masalah-masalah yang terjadi sehingga komunikasi tidak berjalan lancar.
Dalam melakukan
kegiatan
mendengarkan aktif,
terdapat dua bentuk
informasi
yang
nantinya harus diolah:
Mendengarkan
yang
bersifat
verbal,
berupa
bahasa dan isi dari
pembicaraan yang
disampaikan.
Dalam mendengarkan
orang
lain,
isi
pembicaraan seringkali menjadi pusat utama perhatian pendengar. Isi
pembicaraan menyangkut informasi yang dihantarkan dalam pesan tersebut
dan makna yang diberikan dalam kata-kata yang diberikan pada orang lain.

51

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Mendengarkan yang bersifat nonverbal, berupa penampilan, bahasa tubuh,


nada suara, gaya bicara
Dalam mendengarkan orang lain, hal-hal yang berkaitan dengan nonverbal
juga perlu diperhatikan. Hal-hal yang bersifat nonverbal seperti penampilan,
cara penyampai pesan menyampaikan pesannya, bahasa tubuh yang
digunakan pada saat menyampaikan pesan, nada suara yang disampaikan
seringkali dapat menggambarkan perasaan yang dirasakannya terhadap
pesan tersebut, gaya bicara seringkali juga menggambarkan pribadi orang
tersebut.

Dengan demikian, kegiatan mendengar aktif dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
mutlak diperlukan saat kita ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam
kegiatan akademis, khususnya saat kita belajar dalam kelompok, kemampuan ini
sangat dibutuhkan untuk menjaga kelanggengan kerjasama kita dengan anggota
kelompok yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama yaitu menguasai
materi atau memperoleh prestasi yang lebih baik. Pengembangan keterampilan ini
bisa dilakukan melalui latihan dan mempertajam sensitivitas inderawi kita dan
sensitivitas diri dan atensi pada orang lain.

Assertiveness dalam Kerja Kelompok


Hubungan manusia yang berada dalam sekelompok orang seringkali
bersifat timbal balik. Adanya satu aksi menyebabkan reaksi yang terjadi terhadap
aksi tersebut. Ada tiga
bentuk tingkah laku
yang menjadi respons
dalam
berhubungan
dengan orang lain,
yaitu submisif, agresif
dan asertif.

52

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Submisif:
tidak
menyatakan pikiran,
perasaan
dan
keinginan,
tidak
memperjuangkan
haknya. Hal ini terjadi
saat seseorang tidak
melakukan
apa-apa
saat haknya terlanggar
oleh
orang
lain,
dengan
mempertimbangkan
bahwa kebutuhannya,
sikapnya, haknya lebih
tinggi dibandingkan orang tersebut. Rasa tidak menghargai hak orang lain ini dapat
menyebabkan rasa sakit, cemas dan benci pada orang yang terlanggar haknya.
Misalnya orang yang diam saja saat orang lain menyakitinya karena takut untuk
melawan orang lain yang lebih kuat.
Dalam beberapa contoh lelucon dapat kita lihat kejadian submisif. Lelucon
orang yang terinjak kakinya di bis kota, orang itu tetap diam saja ketika kakinya
terinjak atau malah minta maaf kepada yang menginjak.

Agresif:
menyatakan
pikiran, perasaan dan
tindakan dengan cara
yang tidak pantas,
memperjuangkan hak
tanpa
menghargai
orang
lain
dan
cenderung
melukai.
Misalnya orang yang
menyerang,
marah
pada orang lain akibat
tingkah
laku
yang
dilakukannya. Dampak
yang dihasilkan bukan
melulu luka fisik, tapi ada juga luka hati (perasaan).
Tingkah laku ini jelas lebih banyak tidak menguntungkannya. Umumnya
respon agresif akan dibalas dengan agresif pula (ingat pepatah mata ganti mata,
nyawa ganti nyawa). Tidaklah mengherankan jika dalam kehidupan akademik
tingkah laku ini sejauh mungkin dihindari atau setidaknya bukan langkah pertama
yang diambil ketika kita berespon atas sesuatu.
Adapun bentuk tingkah laku agresif terbagi menajdi dua, yakni covert
aggressive dan overt aggressive.

53

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Salah satu aksi mahasiswa menentang kenaikan harga BBM. Mengeluarkan pendapat
dengan mengganggu kenyamanan penguna jalan dan melakukan aksi bakar yang
berbahaya.

Tingkah laku agresif


yang
overt
(terbuka/terlihat)
mungkin yang paling
sering terlihat. Seperti
dijelaskan di atas,
bahwa respon yang
muncul adalah halhal
yang
terlihat
misalnya membentak,
memukul,
membanting barang
dan lain-lain. Di lain
pihak, covert aggressive ditunjukkan melalui tingkah laku verbal seperti
menggosipkan orang, menjelek-jelekkan orang dan sejenisnya.

54

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Asertif: Keterampilan
untuk
menyatakan
pikiran,
perasaan,
keinginan
dengan
cara yang pantas;
Kemampuan
memperjuangkan hak
dengan
tetap
menghargai
hak
orang lain.
Dalam berikap asertif,
seseorang tetap harus
menghormati orang
lain
sekaligus
memperjuangkan haknya dengan cara yang masuk akal dan bertanggung
jawab.
Salah satu sikap yang
mencoba
untuk
saling
menghargai
antara
seseorang
dengan orang lain
adalah sikap asertif.
Sikap ini membantu
kita untuk berada di
posisi yang tepat
untuk tetap menjalin
hubungan
baik
dengan orang lain
pada saat hubungan
kita dengan orang
lain mengalami masalah.
Bersikap asertif dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain:
1. Membuka kemungkinan negosiasi saat menghadapi perselisihan,
seseorang dapat menggunakan sikap asertif sebagai alat untuk mengatasi
perselisihan tersebut dan membuka jalan untuk membicarakan masalah
tersebut untuk mencari jalan keluarnya.
2. Membuka kemungkinan win-win solution dengan adanya kesempatan
untuk bernegosiasi dengan pihak yang berselisih, diharapkan dapat
membantu terjadi penyelesaian yang tidak merugikan salah satu pihak.
Dengan demikian, tidak ada pihak yang merasa dikalahkan ataupun
dimenangkan dari situasi tersebut.
3. Memberi kelegaan jika ada perselisihan yang terjadi dan kemungkinan
penyelesaian dengan cara win-win solution terbuka, maka hal ini dapat
menimbulkan kelegaan diantara dua belah pihak karena tidak ada yang
merasa haknya terlanggar ataupun melanggar.

55

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

4. Membangun sikap saling menghargai dengan tetap memperjuangkan hak


tanpa melanggar hak orang lain, secara tidak langsung kita telah melakukan
saling menghargai hak dan kebutuhan orang lain.
5. Meningkatkan kepercayaan diri dengan adanya posisi yang setara antara
2 pihak yang berhubungan, maka seseorang tidak merasa terancam
posisinya oleh orang lain, sehingga ia sendiri akan merasa
6. Meningkatkan dasar saling percaya adanya kejujuran dan keterbukaan
dalam melakukan sikap asertif membuat orang mampu membaca
kebutuhan dan ide orang lain tanpa merasa terancam kebutuhan dan
idenya. Dengan demikian, semakin lama kepercayaan akan terjalin akibat
adanya keterbukaan.
7. Membantu kelancaran proses komunikasi apabila seseorang berusaha
untuk asertif, maka ia berusaha untuk menyampaikan pikiran dan
perasaannya pada orang lain tanpa menyakiti orang lain. Dengan demikian,
ia berusaha untuk menjalin komunikasi dengan orang lain dan dengan
keterbukaan yang dilakukannya, ia memperlancar proses komunikasinya
dengan orang lain.
8. Meningkatkan efektivitas kerjasama adanya rasa saling percaya dan
kelancaran komunikasi yang diciptakan oleh orang yang asertif, secara tidak
langsung hal ini mempengaruhi kerjasama antara orang tersebut dengan
orang lain.

Pada
kenyataannya,
bersikap
asertif
seringkali
tidak
semudah
yang
dibayangkan.
Pada
beberapa
kejadian,
asertivitas sulit untuk
dilakukan
karena
adanya
kendalakendala tertentu. Perlu
diingat bahwa pada
dasarnya,
setiap
manusia memiliki hak
untuk bersikap asertif:
Diperlakukan dengan respek pada hakekatnya setiap manusia memiliki
hak yang sama, harga diri untuk dihormati dan dihargai sehingga jika orang
lain merasakan ketidaksetaraan perlakuan antara dirinya dan orang lain,
maka hal ini sudah melanggar hak asasinya tersebut.
Mengekspresikan pandangan dan perasaannya dalam berhubungan
dengan orang lain, seseorang diharapkan dapat secara tulus menyatakan
pandangan dan perasaannya sehingga orang lain juga dapat memahami
dirinya tersebut.
Menetapkan sasaran dan tujuannya sendiri setiap orang memiliki impian
masing-masing yang ingin dicapai. Kemungkinan pencapaian impian
56

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

tersebut tergantung pada masing-masing orang, mengingat setiap orang


juga memiliki hak dan tanggung jawab untuk berusaha dengan cara yang
terbaik apapun resikonya. Jika seseorang telah menetapkan sasaran dan
tujuannya, orang lain tidak memiliki hak untuk mengubah hal tersebut.
Menolak permintaan setiap pilihan yang datang pada seseorang, dapat
diterima ataupun ditolak. Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk
menolak tawaran yang datang dengan berbagai alasan. Namun perlu
dicatat, bahwa penolakan tetap harus memperhitungkan kondisi dan hak
orang lain.
Berubah pikiran Dalam hidup, tidak ada sesuatu yang bersifat kaku.
Minat dan kebutuhan manusia akan selalu berubah. Kemungkinan untuk
berubah pikiran adalah hal yang norma, sehat dan kondusif bagi
pengembangan diri. Terkadang orang menganggap orang yang melakukan
perubahan adalah orang yang tidak bertanggungjawab. Dalam memutuskan
sesuatu, seringkali seseorang lalai untuk mempertimbangkan satu kondisi.
Dengan adanya kelalaian tersebut, orang berhak untuk mengubah pikiran
atas keputusan yang diambilnya, asalkan hal ini masih logis untuk
dilakukan. Kesempatan untuk berubah pikiran ini diharapkan dapat
membantunya untuk menjadikan kualitas pengambilan keputusannya
menjadi lebih baik.
Tidak asertif dalam situasi tertentu seringkali asertivitas justru dapat
memperburuk situasi. Misalnya saat menghadapi orang yang sedang sangat
emosi, atasan yang sulit dan sebagainya. Orang yang asertif tetap perlu
mempertimbangkan keadaan yang terjadi di lingkungannya sehingga saat
terjadi suatu masalah, ia harus mempertimbangkan efek dari keputusan
yang diambilnya berkaitan dengan masalah tersebut, apakah asertif adalah
jawaban yang tepat dari penyelesaian masalah tersebut.

Tanggung jawab dalam asertif


Ketika
melakukan
asertif bukan berarti
tanpa ada tanggung
jawab.
Tanggung
jawab ini kembali
pada
dasar
dari
asertif itu sendiri
yakni
menghargai
hak
orang
lain.
Menyampaikan
ide
dengan tidak melukai
atau
menafikkan
orang
lain.
Selanjutnya
memperjuangkan hak dengan cara yang masuk akal dan bertanggung jawab. Lagilagi ini karena dasar dari asertif itu sendiri. Mahasiswa dalam kehidupan di
kampus dan di lingkungan tempat tinggalnya bisa menyampaikan argumen ketika
berdiskusi dan menulis tugas. Mengajukannya dengan kaidah-kaidah ilmiah,
57

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

obyektif dan masuk akal dan tetap menghargai keberbedaan. Dengan demikian
orang atau pihak lain dapat memahami kita tanpa menyakitinya.
Kaitan asertif dengan kehidupan akademis
Sikap asertif dapat membantu pengembangan keterampilan komunikasi,
harga diri dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini juga dapat membantu
mengatasi rasa malu dan marah. Perasaan dan ide yang diekspresikan dengan cara
yang jujur dapat membuat hubungan yang lebih tulus. Rasa menghargai yang
orang berikan pada orang lain dapat membuat orang lain lebih menghargai orang
tersebut. Asertivitas juga memberikan kontrol yang lebih tinggi pada lingkungan,
mengurangi kecemasan dalam situasi tertentu. Menjadi asertif dapat membantu
seseorang memiliki lebih banyak waktu untuk belajar (ingat dalam manajemen
waktu di kuadran yang berisikan kegiatan yang mendesak tapi tidak penting).
Misalnya saat seorang mahasiswa seharusnya mengerjakan tugas, ia diajak teman
membeli kado untuk ibunya, secara asertif ia dapat menolaknya tanpa membuat
temannya sakit hati.

58

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

ASERTIF

Tujuan
Waktu
Metode
Prosedur

: Agar peserta dapat memahami perbedaan agresif, asertif


dan submisif dan efektivitas asertif di antara tiga sikap
tersebut
: 60 menit
: studi kasus, diskusi
:

1. Fasilitator membagikan kertas pada peserta


2. Fasilitator meminta peserta menjawab pertanyaan dari situasi yang
diberikan. Ada 3 situasi, dan peserta diminta menjawab setelah masingmasing situasi ditayangkan.
3. Fasilitator memberikan ceramah singkat mengenai asertif
4. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 orang.
5. Fasilitator meminta peserta untuk melihat kembali jawaban yang sudah
dibuat. Kelompok diminta untuk saling menilai, reaksi apa yang paling
sering muncul pada diri masing-masing anggota.
Kelompok

Agresif

Asertif

Submisif

6. Fasilitator meminta peserta mendiskusikan :


a. bagaimana hal itu terjadi ?
b. bagaimana dampak dari sikap itu?
c. Apakah hal itu efektif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi?
7. Jika ada waktu, fasilitator dapat meminta kelompok memperagakan satu
situasi (bermain peran) dari 3 situasi yang dibahas tadi dan nantinya peserta
dari kelompok lain bisa menebak apakah sikap yang ditampilkan untuk
menyelesaikan masalah berbentuk asertif, agresif, submisif, atau gabungan
ketiganya.

59

Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI


2008

Daftar Pustaka
Baron, Robert., Byrne, Donn. (1994). Social psychology: Understanding human
interaction. Allyn and Bacon. Boston.
De Porter, B., & Hernacki, M. (1992). Quantum learning: Membiasakan belajar nyaman
dan menyenangkan. New York: Dell Publishing.
Sukadji, S., & Singgih, E. (Eds). (2001). Sukses di Perguruan Tinggi. LPSP3 Fakultas
Psikologi UI. Depok.
Office of Student Development & Counseling Center. Making the adjustment to
college. Diunduh 23 Juni 2008 dari http://www.lsus.edu/sdcc/students/adjustment
University of Illinois, Counseling Center. Overcoming Procrastination. Diunduh 23
Juni 2008 dari www.counselingcenter.uiuc.edu.
Yulistia. (2003). Hubungan antara karakteristik kepribadian mahasiswa dan
kecenderungan prokrastinasi akademis: Suatu studi deskriptif menggunkanan
preferensi dan temperamen sebagai dua variable karakteristik kepribadian
berdasarkan Myers-Briggs type indicator. Skripsi strata satu. Fakultas Psikologi
Uniersitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/
Sumber Gambar
Gambar conan:
http://www.lyceekastler.com/anglais/englishisfun/images/gifs/jeux/conandetective.gif. Diambil medio Juli 2008.
Gambar demonstrasi menolak kenaikan harga BBM:
http://blontankpoer.blogsome.com/images/0702.blonty_demo_kartun_nabi_10.jp
g. diambil medio Juli 2008

60

Anda mungkin juga menyukai