PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan KB yang merupakan salah satu didalam paket pelayanan
kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena dengan mutu pelayanan KB yang berkualitas diharapkan akan dapat
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Program KB nasional sudah dilaksanakan di Indonesia selama lebih dari
tiga puluh wtahun, selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil yang
dicapai, salah satu keberhasilan program antara lain semakin tingginya angka
pemakaian alat kontrasepsi. Hasil survey demografi dan kesehatan indonesia
(SDKI)tahun 2002 / 2003 menunjukkan pasangan usia subur yang menjadi
peserta KB dari 57% sampai dengan 60,3%. Jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) mencapai sekitar 40 juta pasangan, dengan demikian total akseptor KB
nasional mencapai 25 juta orang.
Berdasarkan register kunjungan
KB,
menunjukkan
bahwa
jenis
dan
murah.
metodekontrasepsi ini
Adapun
efek
samping
yang
terjadi
dar
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah jarak kehamilan dengan memakai Kontrasepsi.
(Mochtar, 1998: 255).
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi.( Mochtar, 1998 : 256 ).
KB Suntik Kombinasi adalah 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan
5 mgestradiol sipionat yang diberikan injeksi IM (Intra Muskuler) sebulan
sekali(Cyclofem) dan 50 mg Noretindon enantat dan 5 mg estradiol valerat
yangdiberikan injeksi IM sebulan sekali. ( Sarwono Prawirohardjo,
PelayananKontrasepsi : 11 46 ).
Syarat syarat Kontrasepsi
1) Aman/tidak berbahaya
2) Dapat diandalkan
3) Sederhana
4) Murah
5) Dapat diterima oleh orang banyak
6) Pemakaian jangka panjang
Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi
1. Faktor pasangan, motivasi dan rehabilitasi
a) Umur
b) Gaya hidup
c) Frekuensi senggama
d) Jumlah keluarga yang di inginkan
e) Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu
f) Sikap kewanitaan
g) Sikap kepriaan
2. Faktor kesehatan
a) Status kesehatan
b) Riwayat haid
c) Riwayat keluarga
d) Pemeriksaan fisik
e) Pemeriksaan panggul
3. Faktor
metode
kontrasepsi,
penerimaan
dan
pemakaian
berkesinambungan.
3
a)
b)
c)
d)
Efektifitas
Kondisi medis yang meningkatkan resiko jika terjadi kehamilan
Kembalinya kesuburan
Klasifikasi persyaratan medis
Macam-macam Kontrasepsi
4. Hormonal
- Pil
- Suntik
- Implant
5. Non Hormonal
- Metode Amenorhea Laktasi (MAL)
- Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
- Senggama terputus
- Metode Barier
- KondoM
- Diafragma
- Spermisida
- Intrauterine Devices (IUD/AKDR)
- Kontrasepsi Mantap
a. Medis Operatif Pria (Vasektomi)
b. Medis Operatif Wanita (Tubektomi)
yang
tidak
aktif.
Dengan
pemakaian
jangka
lama
a. Dosis DMPA dengan daya kerja kontrasepsi yang paling sering dipakai
150 mg setiap 3 bulan adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg
DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga
terdapat periode tenggang waktu/waktu kelonggaran selama 2 minggu
untuk akseptor DMPA yang disuntik selang 3 bulan.
b. NET-EN 200mg lebih efektif bila diberikan dalam jangka waktu yang
terlalu pendek. Penyuntikan sekali setiap 8 minggu, angka kegagalan 0,4
1,8 per 100 wanita per 24 bulan. Penyuntikan sekali setiap 12 minggu,
angka kegagalan 6,6 per 100 wanita per 24 bulan.
Keuntungan Dan Kerugian
a. Keuntungan Kontrasepsi
1) Resiko terhadap kesehatan kecil
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
5) Sedikit efek sampingnya
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
b.
menopause
Keuntungan Non Kontrasepsi
1) Mengurangi jumlah perdarahan
2) Mengurangi nyeri saat haid
3) Mencegah kehamilan ektopik
4) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
5) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
c.
Kerugian
1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti : Siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid
sama sekali.
2) Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan)
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya
4) Permasalan berat badan merupakan efek samping tersering
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis, infeksi virus HIV
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena belum habisnya
pelepasan otot suntikan dari tempat suntikan.
b.
Kontra Indikasi
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntik pada :
1) Kehamilan (hamil atau diduga hamil risiko cacat pada janin > per
100.000 kehamilan)
2) Menderita kanker
3) Menderita tumor jinak
4) Karsinomatraktur seritalia dan perdarahan yang abnormal pada
uterus
5) Pada wanita dengan diabetes mellitus (DM) disertai dengan
komplikasi.
Efek Samping
a. Gangguan haid
1) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi :
2) Amenorhea, perdarahan irregular, perdarahan bercak, perubahan
dalam Frekuensi dalam jumlah darah yang hilang
3) Efek pada haid tergantung pada lama pemakaian
4) Perdarahan intermenstrual dan perdarahan bercak berkurang
dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenorrhea bertambah
besar.
5) Insiden yang tinggi dari amenorrhea diduga berhubungan dengan
atrofi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan
irregular masih belum jelas dan tampaknya tidak ada hubungan
dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormone atau histology
endometrium.
6) DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak
danamenorhea, pertambahan berat badan tinggi.
7) Bila terjadi amenorrhea, memberikan efek yang menguntungkan
yakni berkurangnya insiden anemi.
b. Berat badan bertambah
1) Umumnya penambahan berat badan tidak terlalu besar bervariasi
antara kurang dari 1 Kg sampai 5 Kg dalam tahun pertama.
2) Penyebab pertambahan berat badan belum jelas. Hipotesis para ahli
DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus
yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada
biasanya.
c. Sakit kepala
Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan terjadi
pada < 17 % akseptor
d. Efek metabolik
DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi tidak ditemukan
terjadi diabetes pada akseptor
e. Efek pada reproduksi
Kembalinya kesuburan/ fertilitas, efek pada telur/janin, laktasi.
f. Efek pada kardiovaskuler
1) Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau system
pembekuan darah
2) Perubahan pada metabolisme lemak kolesterol baik pada DMPA
atau NET-EN dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya
penyakit kardiovaskuler.
BAB III
MANAJEMEN KONSEP
3.1 Pengumpulan Data atau Pengkajian
a. Data Subyektif
Identitas
*Nama. Meliputi ibu dan suami yang bertujuan untuk
membedakan pasien supaya tidak keliru dengan pasien lain.
*Umur. Untuk mengetahui usia pasien dan mendeteksi resiko
tinggi. Pengguna kontrasepsi suntik DMPA adalah wanita usia
reproduktif dengan rentang usia kurang dari 20 tahun dengan
maksud menunda kehamilan, dan rentang usia 20 35 tahun
untuk mengatur jarak kehamilan.
*Bangsa/Suku : Mengenal adat kebiasaan dan kandungan yang
dilakukan.
*Pendidikan : Dapat memberikan penjelasan dan motivasi yang
sesuai dengan tingkat pengetahuan.
*Pekerjaan: Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi pasien
untuk menentukan langkah selanjutnya.
*Alamat: Untuk mengetahui pasien tinggal dimana, menjaga
kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama.
Alasan Kunjungan
Untuk mengetahui jenis pelayanan yang akan diberikan serta
mengetahui keluhan klien atau akseptor KB selama pemakaian
alat kontrasepsi dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama
atau kunjungan ulang.
Keluhan Utama
Efek samping dari KB suntik DMPA yang mengganggu pasien
seperti:
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan
yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
2) Permasalahan berat badan
Riwayat Pernikahan
Usia pertama kali menikah menunjukkan kesiapan organ
reproduksi
untuk
hamil
sehingga
pertimbangan
untuk
10
menyusui
(diperbolehkan
kontrasepsi
pil
namun
sering
lupa
mengkonsumsinya.
Riwayat Penyakit
a. Ibu yang mengalami penyakit gangguan koagulasi beresiko
memberikan efek pembentukan hematom di tempat
penyuntikan.
b. Pemberian DMPA pada pasien dengan osteoporosis dapat
memperparah keadaan karena pemakai DMPA memiliki
estradiol dengan kadar sangat rendah dalam darah.
c. Meningkatkan resiko karsinoma bagi klien dengan riwayat
tumor atau kanker.
11
12
*Pola Seksual
Untuk mengetahui pola seksual yang dilakukan oleh ibu seharihari
Riwayat Psikososial
Meliputi pengetahuan ibu tentang kontrasepsi secara umum
dan yang
ingin
digunakan.
pada pemakainan
DMPA
dan
kelenjar
limfe
yang
merupakan
harus
dilakukan
pada
akseptor
KB
adalah
14
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DMPA (Depo Metroxy Progesteron Asetat) merupakan kontrasepsi KB
yang dipakai di lebih dari 90 negara dan telah digunakan selama 20 tahun
dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Kontrasepsi
ini diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.Setelah suntikan 150
mg DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga
terdapat periode tenggang waktu/waktu kelonggaran selama 2 minggu untuk
akseptor DMPA yang disuntik selang 3 bulan.
DMPA efektif digunakan pada akseptor yang memenuhi syarat
penggunaannya. Namun DMPA juga memiliki kerugian seperti gangguan
siklus
haid,
seperti
menyebabkan
perdarahan,
perdarahan
bercak
16
17