Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan KB yang merupakan salah satu didalam paket pelayanan
kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena dengan mutu pelayanan KB yang berkualitas diharapkan akan dapat
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Program KB nasional sudah dilaksanakan di Indonesia selama lebih dari
tiga puluh wtahun, selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil yang
dicapai, salah satu keberhasilan program antara lain semakin tingginya angka
pemakaian alat kontrasepsi. Hasil survey demografi dan kesehatan indonesia
(SDKI)tahun 2002 / 2003 menunjukkan pasangan usia subur yang menjadi
peserta KB dari 57% sampai dengan 60,3%. Jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) mencapai sekitar 40 juta pasangan, dengan demikian total akseptor KB
nasional mencapai 25 juta orang.
Berdasarkan register kunjungan

KB,

menunjukkan

bahwa

jenis

akseptorkontrasepsi suntik DMPA merupakan slah satu alat kontrasepsi yang


paling banyak digunakan. Ini disebabkan karena lebih aman, efektif,
sederhana

dan

murah.

metodekontrasepsi ini

Adapun

efek

samping

yang

terjadi

dar

antara lain spotting, amenorhea, pusing atau sakit

kepala, penngkatan berat badan, dan kenaikan tekanan darah.


Akseptor KB dengan efek samping spotting sering ditemukan. Hal ini
biasanya menyebabkan klien cemas dan khawatir dengan keadaannyases
belajar sehingga diperlukan konseling agar klien tenang dan bila perlu
penanganan penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai sehingga
klien bisa beradaptasi dengan efek samping dari alat kontrasepsi yang
digunakan dan meningkatkan keberhasilan program keluarga berencana dalam
mewujudkan visi keluarga berkualitas. Dari permasalahan di atas, kami
sebagai mahasiswa kebidanan ingin mengetahui asuhan kebidanan KB pada
aseptor DMPA yang tepat dari anamnesa hingga konselingnya. Sehingga,kami
membuat makalah ini sebagai proses belajar kami dalam memberikan asuhan
kebidanan pada aseptor KB DMPA.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar kontrasepsi suntik DMPA?
2. Bagaimana mekanisme kerja kontrasepsi suntik DMPA?
3. Bagaimana efektivitas kontrasepsi suntik DMPA?
4. Bagaimanakeuntungan dan kerugian pada pemakaian kontrasepsi suntik
DMPA?
5. Bagaimana konsep dasar asuhan yang diberikan bidan pada ibu yang
menggunakan kontrasepsi suntik DMPA?
6. Bagaimana dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu yang menggunakan
kontrasepsi suntik DMPA?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar kontrasepsi suntik DMPA.
2. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja kontrasepsi suntik DMPA.
3. Mengetahui dan memahami efektivitas kontrasepsi suntik DMPA.
4. Mengetahui keuntungan dan kelebihan dalam penggunaan kontrasepsi
suntik DMPA.
5. Mengetahui dan memahami konsep dasar asuhan yang diberikan bidan
pada ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik DMPA.
6. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu yang
menggunakan kontrasepsi suntik DMPA.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah jarak kehamilan dengan memakai Kontrasepsi.
(Mochtar, 1998: 255).
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi.( Mochtar, 1998 : 256 ).
KB Suntik Kombinasi adalah 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan
5 mgestradiol sipionat yang diberikan injeksi IM (Intra Muskuler) sebulan
sekali(Cyclofem) dan 50 mg Noretindon enantat dan 5 mg estradiol valerat
yangdiberikan injeksi IM sebulan sekali. ( Sarwono Prawirohardjo,
PelayananKontrasepsi : 11 46 ).
Syarat syarat Kontrasepsi
1) Aman/tidak berbahaya
2) Dapat diandalkan
3) Sederhana
4) Murah
5) Dapat diterima oleh orang banyak
6) Pemakaian jangka panjang
Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi
1. Faktor pasangan, motivasi dan rehabilitasi
a) Umur
b) Gaya hidup
c) Frekuensi senggama
d) Jumlah keluarga yang di inginkan
e) Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu
f) Sikap kewanitaan
g) Sikap kepriaan
2. Faktor kesehatan
a) Status kesehatan
b) Riwayat haid
c) Riwayat keluarga
d) Pemeriksaan fisik
e) Pemeriksaan panggul
3. Faktor
metode
kontrasepsi,
penerimaan

dan

pemakaian

berkesinambungan.
3

a)
b)
c)
d)

Efektifitas
Kondisi medis yang meningkatkan resiko jika terjadi kehamilan
Kembalinya kesuburan
Klasifikasi persyaratan medis

Macam-macam Kontrasepsi
4. Hormonal
- Pil
- Suntik
- Implant
5. Non Hormonal
- Metode Amenorhea Laktasi (MAL)
- Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
- Senggama terputus
- Metode Barier
- KondoM
- Diafragma
- Spermisida
- Intrauterine Devices (IUD/AKDR)
- Kontrasepsi Mantap
a. Medis Operatif Pria (Vasektomi)
b. Medis Operatif Wanita (Tubektomi)

2.2. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik DMPA


Jenis Kontrasepsi Suntik
Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang tidak membutuhkan
pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, yang sekarang banyak
dipakai adalah :
a. DMPA (Depo Metroxy Progesteron Asetat)
Dipakai lebih dari 90 negara telah digunakan selama 20 tahun dan
sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Diberikan
sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
b. Depo Noristerat (Depo Noretisteron Enanthate)
Dipakai lebih dari 40 negara dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta
wanita. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 9
minggu.
2.3. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA
a. Primer : Mencegah Ovulasi
Kadar FSH danLH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH
Surge). Respon kelenjar hypofise terhadap gonadotropin releasing
hormone esterogen tidak berubah. Sehingga memberi kesan proses
terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar hypofise. Pada pemakaian
DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjarkelenjar

yang

tidak

aktif.

Dengan

pemakaian

jangka

lama

endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya sehingga tidak


didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali saringan bila
dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan menjadi
b.

normal kembali setelah 90 hari setelah suntikann DMPA terakhir.


Sekunder
Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi
dari ovum yang telah dibuahi
Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba
fallopi

2.4. Efektivitas Kontrasepsi Suntik DMPA

a. Dosis DMPA dengan daya kerja kontrasepsi yang paling sering dipakai
150 mg setiap 3 bulan adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg
DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga
terdapat periode tenggang waktu/waktu kelonggaran selama 2 minggu
untuk akseptor DMPA yang disuntik selang 3 bulan.
b. NET-EN 200mg lebih efektif bila diberikan dalam jangka waktu yang
terlalu pendek. Penyuntikan sekali setiap 8 minggu, angka kegagalan 0,4
1,8 per 100 wanita per 24 bulan. Penyuntikan sekali setiap 12 minggu,
angka kegagalan 6,6 per 100 wanita per 24 bulan.
Keuntungan Dan Kerugian
a. Keuntungan Kontrasepsi
1) Resiko terhadap kesehatan kecil
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
5) Sedikit efek sampingnya
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
b.

menopause
Keuntungan Non Kontrasepsi
1) Mengurangi jumlah perdarahan
2) Mengurangi nyeri saat haid
3) Mencegah kehamilan ektopik
4) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
5) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

c.

Kerugian
1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti : Siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid
sama sekali.
2) Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan)
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya
4) Permasalan berat badan merupakan efek samping tersering
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis, infeksi virus HIV
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena belum habisnya
pelepasan otot suntikan dari tempat suntikan.

Indikasi Dan Kontraindikasi


a. Indikasi
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntik antara lain :
1) Usia reproduksi
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak
3) Menghendaki kontrasepsi jangaka panjang
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
5) Setelah melahirkan
6) Setelah abortus dan keguguran
7) Perokok
8) Menggunakan obat untuk epilepsy
9) Sering lupa menggunakan pil
10) Anemia defisiensi besi
11) Tekanan darah < 160/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah

b.

Kontra Indikasi
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntik pada :
1) Kehamilan (hamil atau diduga hamil risiko cacat pada janin > per
100.000 kehamilan)
2) Menderita kanker
3) Menderita tumor jinak
4) Karsinomatraktur seritalia dan perdarahan yang abnormal pada
uterus
5) Pada wanita dengan diabetes mellitus (DM) disertai dengan
komplikasi.

Efek Samping
a. Gangguan haid
1) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi :
2) Amenorhea, perdarahan irregular, perdarahan bercak, perubahan
dalam Frekuensi dalam jumlah darah yang hilang
3) Efek pada haid tergantung pada lama pemakaian
4) Perdarahan intermenstrual dan perdarahan bercak berkurang
dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenorrhea bertambah
besar.
5) Insiden yang tinggi dari amenorrhea diduga berhubungan dengan
atrofi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan
irregular masih belum jelas dan tampaknya tidak ada hubungan
dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormone atau histology
endometrium.
6) DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak
danamenorhea, pertambahan berat badan tinggi.
7) Bila terjadi amenorrhea, memberikan efek yang menguntungkan
yakni berkurangnya insiden anemi.
b. Berat badan bertambah
1) Umumnya penambahan berat badan tidak terlalu besar bervariasi
antara kurang dari 1 Kg sampai 5 Kg dalam tahun pertama.
2) Penyebab pertambahan berat badan belum jelas. Hipotesis para ahli
DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus
yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada
biasanya.
c. Sakit kepala

Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan terjadi
pada < 17 % akseptor
d. Efek metabolik
DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi tidak ditemukan
terjadi diabetes pada akseptor
e. Efek pada reproduksi
Kembalinya kesuburan/ fertilitas, efek pada telur/janin, laktasi.
f. Efek pada kardiovaskuler
1) Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau system
pembekuan darah
2) Perubahan pada metabolisme lemak kolesterol baik pada DMPA
atau NET-EN dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya
penyakit kardiovaskuler.

BAB III
MANAJEMEN KONSEP
3.1 Pengumpulan Data atau Pengkajian
a. Data Subyektif
Identitas
*Nama. Meliputi ibu dan suami yang bertujuan untuk
membedakan pasien supaya tidak keliru dengan pasien lain.
*Umur. Untuk mengetahui usia pasien dan mendeteksi resiko
tinggi. Pengguna kontrasepsi suntik DMPA adalah wanita usia
reproduktif dengan rentang usia kurang dari 20 tahun dengan
maksud menunda kehamilan, dan rentang usia 20 35 tahun
untuk mengatur jarak kehamilan.
*Bangsa/Suku : Mengenal adat kebiasaan dan kandungan yang
dilakukan.
*Pendidikan : Dapat memberikan penjelasan dan motivasi yang
sesuai dengan tingkat pengetahuan.
*Pekerjaan: Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi pasien
untuk menentukan langkah selanjutnya.
*Alamat: Untuk mengetahui pasien tinggal dimana, menjaga
kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama.
Alasan Kunjungan
Untuk mengetahui jenis pelayanan yang akan diberikan serta
mengetahui keluhan klien atau akseptor KB selama pemakaian
alat kontrasepsi dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama
atau kunjungan ulang.
Keluhan Utama
Efek samping dari KB suntik DMPA yang mengganggu pasien
seperti:
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan
yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
2) Permasalahan berat badan
Riwayat Pernikahan
Usia pertama kali menikah menunjukkan kesiapan organ
reproduksi

untuk

hamil

sehingga

pertimbangan

untuk

diberikannya suntik DMPA.


Riwayat Mestruasi

10

Untuk mengetahui siklus menstruasi, lama, jumlah, dapat


dijadikan acuan apabila timbul keluhan amenorrhea atau
perdarahan yang banyak. Memastikan bahwa pasien datang tidak
dalam keadaan hamil melalui HPHT. Disminorhea, warna, bau,
flour albus Memastikan bahwa tidak ada keluhan saat menstruasi
seperti dismenorhea, fluor albus yang berlebihan karena
memungkinkan ditemukan masalah seperti infeksi saluran
reproduksi, tumor, mioma/kista, bahkan kanker. pada gangguan
menstruasi yang penyebabnya tidak diketahui sebagian besar
metode DMPA ini akan mengacaukan gambaran klinis.
Riwayat Obstetri
Meliputi jenis persalinan, penolong persalinan, penyulit, BB/PB
lahir, jenis kelamin, lama meneteki, umur anak. Dari riwayat
obstetri dapat diketahui :
a. Jarak persalinan terakhir
b. Ibu sedang atau tidak

menyusui

(diperbolehkan

menggunakan metode suntik DMPA pada ibu yang


menyusui lebih dari 6 minggu untuk menghindari
kemungkinan efek teoritis pada hipotalamus dan hati
neonatus)
Riwayat Kontasepsi
KB suntik DMPA sangat dianjurkan bagi wanita dengan riwayat
menggunakan

kontrasepsi

pil

namun

sering

lupa

mengkonsumsinya.

Riwayat Penyakit
a. Ibu yang mengalami penyakit gangguan koagulasi beresiko
memberikan efek pembentukan hematom di tempat
penyuntikan.
b. Pemberian DMPA pada pasien dengan osteoporosis dapat
memperparah keadaan karena pemakai DMPA memiliki
estradiol dengan kadar sangat rendah dalam darah.
c. Meningkatkan resiko karsinoma bagi klien dengan riwayat
tumor atau kanker.

11

d. Hipertensi berat sebaiknya dikontrol dahulu sebelum


menggunakan progesterone dosis rendah, dan kemudian
dipantau secara cermat.
e. Ibu dengan TBC atau penyakit infeksi lainnya dapat
mengurangi efektivitas KB suntik DMPA karena akumulasi
bakteri dalam tubuh.
Pola Kehidupan Sehari-hari
*Pola Nutrisi
Untuk mengetahui nutrisi yang dikonsumsi ibu
*Pola Eliminasi
Untuk mengetahui bagaimana pola eliminasi ibu sehari-hari
*Pola Istirahat
Untuk mengetahui kebutuhan istirahat ibu
*Pola Aktifitas
Untuk mengetahui kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh
ibu sehari-hari
*Pola kebiasaan
Untuk mengetahui kebiasaan dilakukan oleh ibu sehari-hari

12

*Pola Seksual
Untuk mengetahui pola seksual yang dilakukan oleh ibu seharihari
Riwayat Psikososial
Meliputi pengetahuan ibu tentang kontrasepsi secara umum
dan yang

ingin

digunakan.

pada pemakainan

DMPA

pengembalian kesuburan relative lama,sehingga cocok untuk


b.

pasangan yang ingin tidak segera subur kembali.


Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : kesadarancomposmentis
Tanda Vital
Tekanan darah: 120-140/80-100 mmHg
Nadi
: 80-95 kali per menit
Pernafasan :18-25 kali per menit
Suhu
: 36,5-37,5oC
PertambahanBB: 1-5 kg dalam tahun pertama
Kepala dan Leher
Hiperpigmentasi : adanya kloasma gravidarum merupakan
tanda tidakpasti hamil
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih (keadaan
tidak anemia)
Mulut : Bersih, bibir dangusimerah muda (keadaan tidak
anemia)
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, vena
jugularis

dan

kelenjar

limfe

yang

merupakan

kontraindikasi pemakaian KB suntik DMPA.


Payudara
Massa / tumor : tidak teraba adanya massa, nyeri tekan.
Abdomen
Bentuk : Tidak tampak pembesaran yang mengindikasi
adanya kehamilan
Genetalia Luar
Tanda Chadwick : menunjukkan tanda mungkin hamil
Karakteristik cairan yang keluar dari kemaluan (warna,
konsistensi, bau, jumlah, keluhan)
Pemeriksaan Penunjang
Pada kondisi tertentu, akseptor KB harus menjalani
beberapa pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data
yang telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan
13

adanya kehamilan. Beberapa pemeriksaan laboratorium


yang

harus

dilakukan

pada

akseptor

KB

adalah

pemeriksaan tes kehamilan, bahkan USG.


3.2 Intrepetasi Data
Menentukan diagnosa / masalah yang timbul berdasarkan pengkajian
data.
a. DX : P10001 usia .... tahun Akseptor Aktif KB suntik 3 bulan
b. DS : Berdasarkan alasan klien datang dan maslah yang dirasakan.
c. DO : Keadaaan Umum, TTV.
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah potensial
Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang dapat
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana petugas kesehatan harus
mengatisipasi dari diagnosa potensial agar menentukan tindakan
segera apabila terjadi komplikasi.
3.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Langkah ini mencakup kebutuhan akan tindakan yang harus segera
dilakukan untuk mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang
terjadi agar tidak terjadi komplikasi, kolaborasi, dengan dokter dan
rujukan.

14

3.5 Intervensi / Perencanaan


Langkah ini berisi serangkaian asuhan yang akan diberikan
kepada bayi sesuai diagnosa atau masalah awal yang ada sesuai
standart pelayanan dan disertai rasionalnya. Umumnya pada akseptor
KB DMPA langkah-langkah intervensinya seperti dibawah ini :
1. Jelaskan mengenai KB secara umum, terlebih untuk calon
akseptor baru
2. Jelaskan mengenai kontrasepsi DMPA secara khusus, bagi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

calon akseptor suntik DMPA


Jelaskan cara kerja DMPA mencegah kehamilan
Terangkan efektifitas DMPA
Jelaskan keuntungan DMPA
Terangkan kerugian DMPA
Jelaskan efek samping DMPA
Apabila sesuai prasyarat, lakukan penyuntikan pada hari itu
Anjurkan agar kembali ke klinik sebelum waktu suntik ulang
dijadwalkan dan bila ada gangguan menstruasi.

3.6 Implementasi / Pelaksanaan


Langkah ini berisikan tentang asuhan yang telah diberikan
kepada bayi berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya
untuk menangani diagnosa / masalah yang telah teridentifikasi.
3.7 Evaluasi
Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan apakah
telah memenuhi kebutuhan klien, jika memang asuhan yang telah
diberikan belum efektif maka perlu dilakukan pengulangan atau
perbaikan pada pemberian asuhan selanjutnya
Berdasarkan evaluasi selanjutnya, asuhan kebidanan dituliskan
dalam bentuk catatan perkembangan yang mencakup SOAP :
S (Subyektif) : data yang didapat dari penyataan klien
O (Obyektif): data yang diperoleh dari hasil observasi dan
pemeriksaan
A (assesment): pernyataan gangguan yang terjadi atas data S dan O
P (Planning) : perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah
yang terjadi.

15

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DMPA (Depo Metroxy Progesteron Asetat) merupakan kontrasepsi KB
yang dipakai di lebih dari 90 negara dan telah digunakan selama 20 tahun
dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Kontrasepsi
ini diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.Setelah suntikan 150
mg DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga
terdapat periode tenggang waktu/waktu kelonggaran selama 2 minggu untuk
akseptor DMPA yang disuntik selang 3 bulan.
DMPA efektif digunakan pada akseptor yang memenuhi syarat
penggunaannya. Namun DMPA juga memiliki kerugian seperti gangguan
siklus

haid,

seperti

menyebabkan

perdarahan,

perdarahan

bercak

danamenorhea, serta pertambahan berat badan.


Penggunaan KB DMPA tidak boleh dipaksakan pada seseorang. Bidan
bertugas memberikan penjelasan mengenai KB DMPA secara lengkap dan
jelas supaya klien memahami benar dan tidak kecewa terhadap metode KB
pilihannya. Seorang bidan harus memiliki manajemen asuhan yang tepat bagi
kliennya. Dalam kasus ini pada klien akseptor KB suntik DMPA, sehingga
tujuan KB sebagai pengatur kehamilan demi kesejahteraan keluarga dapat
terwujud.
4.2 Saran
Pelaksanaan program KB dan keberhasilannya dipengaruhi oleh dukungan
berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan kesadaran
masyarakat yang berpartisipasi. Semua pihak memiliki tujuan yang sama dari
pelaksanaan program KB, yakni semakin sejahtera kehidupan setiap keluarga
karena hak asasi manusia yang terpenuhi.
Saran bagi pengguna KB adalah mencari informasi selengkap-lengkapnya
pada petugas kesehatan yang memberikan layanan KB supaya tidak merasa
dirugikan karena efek samping yang muncul dari penggunaan metode KB.

16

Saran bagi tenaga kesehatan, supaya memberikan pelayanan yang


maksimal mulai dari penjelasan hingga pemberian tindakan dengan
menggunakan manajemen asuhan yang tepat.
Saran bagi pemerintah adalah mendukung terus program KB dan memberi
fasilitas pada tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan pelayanan yang
maksimal, serta membantu memberikan penyuluhan tentang pentingnya
program KB melalui berbagai media, contohnya melalui iklan di televisi.
Saran bagi masyarakat, mendukung program kerja KB yang digalakkan
oleh pemerintah dengan mengikuti program KB oleh pasangan usia subur
sehingga tercapai kesejahteraan keluarga di Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai