Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
2
Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114
ABSTRAK
Penyakit yang disebabkan oleh nematoda parasit pada tanaman dan ternak (ruminansia kecil) di Indonesia sangat
merugikan. Pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia pada tanaman dan obat cacing pada ternak dapat
menimbulkan dampak negatif berupa resistensi obat dan residu dalam jaringan, bila pestisida atau obat cacing
tersebut diberikan secara rutin. Penggunaan agen hayati (jamur nematofagus) merupakan salah satu cara pengendalian
yang ramah lingkungan dan berpeluang untuk dikembangkan di Indonesia. Mekanisme jamur tersebut dalam
membunuh nematoda adalah dengan membentuk jerat, sebagai endoparasit, merusak larva dan telur nematoda,
serta membuat toksin. Penelitian pada tanaman lada, nilam, dan jahe serta ternak kambing dan domba telah
mendapatkan beberapa isolat jamur nematofagus seperti Arthrobotrys spp., Dactylaria spp., Dactylella spp.,
Catenaria spp., dan Monacrosporium spp. Uji efektivitas secara in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa penggunaan
Arthrobotrys spp., Dactylaria spp. atau Dactylella spp. mampu menekan populasi nematoda Meloidogyne incognita
dan Radopholus similis pada tanaman lada. Pada tanaman jahe dan nilam, selain menekan populasi nematoda
(Meloidogyne spp. dan Pratylenchus brachyurus), jamur nematofagus juga meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Pada ternak ruminansia kecil, penggunaan jamur Arthrobotrys oligospora dapat menekan
populasi nematoda Haemonchus contortus. Hasil penelitian ini membuka peluang pemanfaatan jamur nematofagus
untuk mengendalikan nematoda parasit pada tanaman dan ternak di mana nematoda menjadi masalah.
Kata kunci: Jamur nematofagus, pengendalian nematoda, lada, jahe, nilam, domba, kambing
ABSTRACT
The opportunity of using nematophagous fungi to control parasitic nematodes on plants and livestock
Diseases caused by nematode infection on plant and livestock are very harmful in Indonesia. The use of chemical
pesticide (nematicide) in plant or anthelmintic in livestock routinely to control nematodes may cause a negative
impact such as plant and livestock resistance and residue in plant and livestock tissues. The use of nematophagous
fungi as biological agents is one of the eco-friendly control methods and potential to be developed in Indonesia.
The mechanism of the fungi in killing nematodes is by making traps, as endoparasites, destroying larvae or eggs by
hyphae, or producing toxins. The results of some experiments revealed that several nematophagous fungi namely
Arthrobotrys spp., Dactylaria spp., Dactylella spp., Catenaria spp., and Monacrosporium spp. were found in plant
(black pepper, ginger, and patchouli) and in small ruminants (goat and sheep). The application of Arthrobotrys
spp., Dactylaria spp., and Dactylella spp. on black pepper, ginger, and patchouli were able to reduce nematode
population (Meloidogyne incognita, Radopholus similis, and Pratylenchus brachyurus), and increase plant growth
and productivity. The use of Arthrobotrys oligospora in small ruminants was able to reduce nematode (Haemonchus
contortus) population. The results gave the opportunity to develop biological control of nematodes attacking
plants and livestock by using nematophagous fungi.
Keywords: Nematophagous fungi, nematode control, Piper nigrum, Zingiber officinale, Pogostemon cablin,
goats, sheep
MASALAH NEMATODA
PARASIT PADA TANAMAN
DAN TERNAK
Nematoda Parasit pada
Tanaman
Nematoda merupakan salah satu jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT) penting yang menyerang berbagai
jenis tanaman utama di Indonesia dan
negara-negara tropis lainnya. Kehilangan
hasil akibat serangan nematoda pada
tanaman di seluruh dunia mencapai US$
80 miliar/tahun (Price 2000). Di Indonesia, nematoda parasit dilaporkan
terdapat pada berbagai jenis tanaman,
baik tanaman pangan, hortikultura
maupun perkebunan (Puskara 2000).
Serangan nematoda dapat menurunkan
produksi sayuran sebesar 27% pada
tomat, 15% pada kentang, dan 20% pada
buncis (Hadisoeganda 1991), dan pada
116
M. javanica
Pratylenchus brachyurus
P. coffeae
P. penetrans
Radopholus similis
Rotylenchulus reniformis
Tylenchulus semipenetrans
Tanaman
terserang
Padi
Bawang putih
Kentang
Padi
Cengkeh
Cengkeh
Lada
Pisang
Kedelai
Padi
Padi
Pyrethrum
Kentang
Lada
Nilam
Tomat
Tembakau
Tebu
Cengkeh
Kopi
Lada
Nilam
Tembakau
Temu lawak
Jahe
Kapulaga
Kenaf
Nilam
Kopi
Lada
Jahe
Kentang
Lada
Jahe
Nilam
Te h
Temu lawak
Lengkuas
Kopi
Cengkeh
Tomat
Kentang
Jeruk
JAMUR NEMATOFAGUS
Habitat
Jamur nematofagus adalah salah satu
kelompok jamur antagonis terhadap
Jurnal Litbang Pertanian, 23(4), 2004
Jenis nematoda
Ternak yang
diserang
Bunostomum
Cooperia spp.
Haemonchus spp.
Mecistocirrus spp.
Oesophagostomum spp.
Strongyloides spp.
Trichostronyloides spp.
Domba
Domba,
Domba,
Sapi
Domba,
Domba
Domba,
Lokasi ditemukan
Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan
Jawa Tengah, Jawa Timur
Jawa, Sumatera Utara
Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan, Sumatera Barat
Sumatera Selatan, Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sumatera Barat
Jawa, Lampung
Jawa, Sumatera, Kalimantan Selatan
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa, Sumatera Selatan, Lampung
Jawa, Sumatera Barat
Jawa
Indonesia
Jawa Timur
Sumatera Selatan, Sumatera Barat
Jawa, Bali, Kalimantan Barat
Jawa, Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat
Jawa
Indonesia
Jawa Barat
Jawa, Bengkulu, Sumatera Utara
Jawa Barat
Indonesia
Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh
Jawa, Bali, Kalimantan Barat
Babel
Jawa Barat
Sumatera, Jawa, Bali
Babel, Kalimantan Barat
Jawa Barat, Bengkulu, Sumatera Utara
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa, Bali, Kalimantan Barat
Babel, Sumatera Barat
Jawa
Sumatera, Jawa, Bali
Jawa, Bali
sapi
sapi
sapi
sapi
Mekanisme Infeksi
Peranan jamur nematofagus dalam
mengendalikan nematoda adalah sebagai
predator larva dan telur, endoparasit
pada larva, dan penghasil toksin. Jamur
tersebut membunuh nematoda dengan
cara membuat perangkap larva infektif,
menjadi endoparasit pada larva, melakukan penetrasi pada larva betina dan telur,
serta membunuh larva dengan toksinnya. Mekanisme jamur nematofagus
dalam menginfeksi nematoda parasit
tanaman dan hewan disajikan pada Tabel
3 dan 4.
Jamur predator seperti A. oligospora membuat perangkap atau penjerat
pada saat larva bergerak mengenai hifa.
Jamur tersebut mengeluarkan sekresi
117
Mekanisme infeksi
Stylopage hadra
Arthrobotrys oligospora
Dactylaria candida
Dactylaria brochopaga
Catenaria sp.
Ryzocytium humicola
Meristacrum asterospermum
Harposporium angilulae
Nematoctonus sp.
Fusarium oxysporum
Verticillium chamidosporium
Paecilomyces lilacinus
Nematophthora gynophila
Gambar 1.
118
Jenis jamur
Mekanisme infeksi
Arthrobotrys spp.
Catenaria spp.
Dactylella spp.
Drechmeria spp.
Duddingtonia spp.
Genicularia spp.
Harposporium spp.
Hohenbuehlia spp.
Monacrosporium spp.
Nematoctonus spp.
Pleurotus spp.
Tridentaria spp.
Verticillium spp.
Perangkap, toksin
Endoparasit
Perangkap
Knob
Perangkap, toksin
Knob
Endoparasit
Knob
Perangkap
Knob
Toksin
Perangkap
Merusak telur
PERBANYAKAN JAMUR
NEMATOFAGUS DAN
PEMANFAATANNYA PADA
TANAMAN DAN TERNAK
Penelitian pemanfaatan jamur nematofagus di Indonesia dimulai pada tahun
1990an namun berkembang secara perlahan. Pada tanaman, penelitian dilakukan lebih awal (Mustika et al. 1993)
dibandingkan pada ternak (Beriajaya
dan Ahmad 1999; Ahmad et al. 2001;
Beriajaya et al. 2001; Ahmad 2002; Ahmad
dan Beriajaya 2002). Pada tanaman,
penelitian diarahkan pada penggunaan
jamur Arthrobotrys sp., Dactylella sp.,
dan Dactylaria sp. berdasarkan hasil
survei yang dilakukan di Bangka (Babel),
Cianjur (Jawa Barat), dan Curup (Bengkulu) pada tahun 1993 dan 1995, serta
potensinya untuk digunakan sebagai
agen pengendali nematoda khususnya
Meloidogyne spp. (Nazarudin 1997). Pada
ternak, penelitian diarahkan pada jamur
A. oligospora dan D. flagrans (Waller
dan Larsen 1996), meski pada awalnya
terdapat banyak pilihan jenis jamur
nematofagus. Namun, sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi, maka terpilih
kedua jamur tersebut.
Sebelum jamur nematofagus diperbanyak, jamur tersebut harus diisolasi
dari tanah, akar atau kotoran ternak.
Isolasi jamur di laboratorium dapat menggunakan media selektif yang miskin
nutrisi agar jamur tumbuh sebagai biakan
tunggal (monokultur), selanjutnya larva
nematoda ditambahkan sebagai sumber
makanannya. Selain itu, untuk mencegah
pertumbuhan bakteri diperlukan penambahan antibiotik. Semua larva nematoda
yang terperangkap akan terbunuh dalam
beberapa jam (Nansen et al. 1988). Bila
dalam sampel tanah, tinja atau akar
terdapat jamur nematofagus, maka jamur
ini akan tumbuh dan menginfeksi larva
nematoda tersebut dalam media biakan.
Selanjutnya biakan jamur diperbanyak
dengan menggunakan berbagai media
selektif yang diperkaya dengan nutrisi.
KESIMPULAN
Ahmad, R.Z. 2002. Media lokal untuk pertumbuhan kapang nematofagus sebagai
sebuah model. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, CiawiBogor, 30 September1 Oktober 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 444449.
Ahmad, R.Z. dan Beriajaya. 2002. Efek nematofagus kapang Fusarium poae isolat lokal
terhadap larva 3 Haemonchus contortus
secara in vitro. Jurnal Mikologi Kedokteran
Indonesia 3(12): 913.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R.Z. 1998. Penelitian Penanggulangan
Haemonchiasis pada Ternak Domba dengan
Kontrol Biologi. Laporan Penelitian APBN
tahun anggaran 1997/1998. Balai Penelitian
Veteriner, Bogor.
Ahmad, R.Z. 2001. Isolasi dan Seleksi Kapang
Nematofagus untuk Pengendalian Haemonchiasis pada Domba. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ahmad, R.Z., F. Satrija, J. Ridwan, dan M. Larsen.
2001. Isolasi dan identifikasi kandidat
kapang nematofagus Arthrobotrys spp.,
endoparasit, Monacrosporium spp. dari
beberapa lokasi di daerah Bogor. Jurnal
Mikologi Kedokteran Indonesia 140144.
120
121
122