Stroke - DT Makalah
Stroke - DT Makalah
STROKE ISKEMIK
Pembimbing:
dr. Hastari Soekardi, Sp.S
Disusun oleh:
Abdul Jafar Sidik (1111103000099)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Stroke Iskemik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di stase
Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada :
1. dr. Hastari Soekardi, Sp.S selaku pembimbing dalam presentasi kasus ini.
2. Semua dokter dan staf pengajar di SMF Neurologi Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati Jakarta.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan bisa membuka wawasan serta ilmu pengetahuan
kita, terutama dalam bidang neurologi.
Penyusun
BAB I
STATUS PASIEN
1.1.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 59 tahun
Agama
: Kristen
Alamat
Suku
: Batak
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Pendidikan
: Tamat SLTA
Status Menikah
: Menikah
No. RM
: 00473914
1.2.
ANAMNESIS
Pasien masuk ruang rawat inap pada tanggal 2 November 2014. Dilakukan
autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap isterinya pada tanggal 6 November
2014.
a. Keluhan Utama
Berbicara pelo mendadak sejak 1 hari SMRS.
1.3.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di ruangan bangsal IRNA Teratai lt.6 RSUP
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Napas
: 16x/menit, reguler
Suhu
: 36,8 oC
Berat badan
: 53 kg
Tinggi badan
: 150 cm
BMI
: 23,56 kg/m2
Mata
- Inspeksi :
Enoftalmus (-)/(-), eksoftalmus(-)/(-), nistagmus (-)/(-), ptosis (-)/(-),
lagoftalmus (-)/(-), edema palpebra (-)/(-), konjungtiva Anemis(-)/(-),
Sklera Ikterik (-)/(-), sekret (-)/(-), pterigium (-)/(-), ulkus kornea (-)/(-),
pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+).
- Palpasi : tekanan bola mata secara manual normal
Telinga, Hidung, Tenggorokan
Hidung :
-
Inspeksi : Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi septum
(-)/(-), edema (-)/(-)
- Inspeksi :
Preaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), scar (-)/(-)
Aurikuler : normotia, hiperemis (-)/(-), cauli flower (-)/(-), pseudokista
(-/(-)
Postaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), scar (-)/(-)
Liang telinga : lapang, serumen (-)/(-), Ottorhea (-)/(-)
- Palpasi:
Nyeri tekan preaurikuler (-)/(-), aurikuler (-)/(-), postaurikuler (-)/(-)
Tenggorokan dan Rongga mulut :
-
Inspeksi :
Thoraks Belakang
- Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), Retraksi sela iga (-/-),
pelebaran sela iga (-)/(-), tumor (-)/(-),
normal, scar (-), luka operasi (-), massa (-), kelainan tulang belakang (-)
- Palpasi : massa (-)/(-), emfisema subkutis(-)/(-), ekspansi dada simetris,
vocal fremitus sama di kedua lapang paru
- Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terihat
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba 2 jari lateral dari linea midklavikula
sinistra ICS V, thrill (-), heaving (-), lifting (-)
- Perkusi : batas jantung kanan pada ICS IV 1 jari lateral linea parasternal
dekstra, batas jantung kiri pada ICS V 2 jari lateral linea midklavikula
sinistra. Pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra
- Auskultasi : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : massa (-),striae (-), scar (-), bekas operasi (-), kaput medusa (-)
- Auskultasi : BU (+) normal, borborigmi (-), bruit (-)
- Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), massa (-)
- Hepar dan lien tidak teraba
- Ginjal : Ballotemen (-)/(-)
- Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), undulasi (-), nyeri ketok CVA (-)/(-)
Ekstremitas: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 3 det, edema (-)/(-),
jari tabuh (-), koilonikia (-), hiperemis (-), deformitas (-).
1.4
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kanan
Kiri
Kaku Kuduk
(-)
Laseque
> 70
> 70
Kernig
> 135
> 135
Brudzinski I
(-)
(-)
Brudzinski II
(-)
(-)
B. Saraf-saraf Kranialis
N. I
N.II
Kanan
Kiri
Acies Visus
Baik
Baik
Visus Campus
Baik
Baik
Melihat Warna
Baik
Baik
Funduskopi
Tidak dilakukan
N. III, IV, VI
Kedudukan Bola Mata
Kanan
Kiri
Ortoposisi
Ortoposisi
Ke Nasal
Baik
Baik
Ke Temporal
Baik
Baik
Ke Nasal Atas
Baik
Baik
Ke Nasal Bawah
Baik
Baik
Ke Temporal Atas
Baik
Baik
Ke Temporal Bawah
Baik
Baik
Eksopthalmus
(-)
(-)
Nistagmus
(-)
(-)
Pupil
Isokor
Isokor
Bentuk
Bulat, 3mm
(+)
Bulat, 3mm
(+)
(+)
(+)
Akomodasi
Baik
Baik
Konvergensi
: `
Baik
Baik
Kanan
Kiri
Baik
Baik
Optahalmik
Baik
Baik
Maxilla
Baik
Baik
Mandibularis
Baik
Baik
Kanan
Kiri
Baik
Baik
Baik
Baik
N. V
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
N. VII
Motorik Orbitofrontal
Pengecap Lidah
Baik
Baik
N. VIII
Vestibular
Vertigo
: (-)
Nistagmus
: (-)
Cochlear
Tuli Konduktif : (-)/(-)
Tuli Perspeptif : (-)/(-)
N. IX, X
Motorik
: Baik
Sensorik
: Baik
Uvula
: Letak di tengah
N. XI
Kanan
Kiri
Mengangkat bahu
Baik
Baik
Menoleh
Baik
Baik
N. XII
Pergerakan Lidah
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Tremor
: (-)
C. Sistem Motorik
Ekstremitas Atas Proksimal Distal
3333 5555
3333 5555
D. Gerakan Involunter
Tremor
: (-)
Chorea
: (-)
Atetose
: (-)
Mioklonik
: (-)
Tics
: (-)
E. Trofik
: Eutrofi
F. Tonus
: Normotonus
G. Sistem Sensorik
Proprioseptif
: (-)/(+)
Eksteroseptif
: (-)/(+)
: Baik
Jari-Jari
: Baik
Jari-Hidung
: Baik
Tumit-Lutut
: Baik
Rebound Pheomenon
: (-)
I. Fungsi Luhur
Astereognosia
: (-)
Apraksia
: (-)
Afasia
: (-)
J. Fungsi Otonom
Miksi
: Baik
10
Defekasi
: Baik
Sekresi Keringat
: Baik
K. Refleks-refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Bisep
(+3)
(+2)
Trisep
(+2)
(+2)
Radius
(+2)
(+2)
Patella
(+3)
(+2)
Achilles
(+2)
(+2)
Sfingter Ani
Tidak diperiksa
L. Refleks-refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinsky
(+)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Gonda
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Hoffman Tromner
(-)
(-)
Klonus Lutut
(-)
(-)
Klonus Tumit
(-)
(-)
M. Keadaan Psikis
Intelegensia
: Baik
Tanda regresi
: (-)
Demensi
: (-)
Hasil
11
Nilai normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin
13,4 g/dl
13,2-17,3
39 %
32-45
12,9 ribu/ul
5.0-10,0
324 ribu/ul
150-440
4,63 juta/ul
4,40-5,90
92,0 mm
0,0-10,0
84 fl
3,0-100,0
29 pg
26,0-34,0
34,6 g/dl
32,0-36,0
12,8 %
11,5-14,5
0%
0-1
5%
1-3
76 %
50-70
12 %
20-40
6%
2-8
SGOT
20 U/l
0-34
SGPT
21 U/l
0-40
ALBUMIN
3,5 g/dl
3,4-4,8
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
LED
VER/HER/KHER/RDW
VER
HER
KHER
RDW
HITUNG JENIS
BASOFIL
EOSINOFIL
NETROFIL
LIMFOSIT
MONOSIT
FUNGSI HATI
12
HEMOSTASIS
APTT
38 det
27,4-39,3
KONTROL APTT
31,5 det
PT
11,1 det
11,3-14,7
KONTROL PT
13,5 det
INR
0,78 det
FIBRINOGEN
626 mg/dl
200-400
D-DIMER
300 ng/ml
<300
UREUM DARAH
28 mg/dl
20-40
KREATININ DARAH
0,8 mg/dl
0,6-1,5
HBA1C
8,4 %
4,5-6,3
GDP
161 mg/dl
80-100
GD 2 JAM PP
270 mg/dl
80-145
FUNGSI GINJAL
DIABETES
Trakea di tengah
Aorta baik
Kesan: jantung dalam batas normal, paru terdapat infiltrat di lapangan atas
paru kanan DD/ TB, pneumonia.
2. CT-scan
14
1.6.
RESUME
Pasien mengeluh mendadak berbicara pelo saat bangun tidur sejak
1 hari SMRS. Pasien juga mengeluh lengan dan tungkai kanannya terasa
lemah dan kebas. Keluhan somatik, dan otonom disangkal. Pasien
memiliki riwayat darah tinggi dan kencing manis namun tidak terkontrol.
Pasien makan 3 kali sehari, sering konsumsi makanan asin dan berlemak.
Pasien jarang olahraga.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/90 mmHg, HR
76x/menit, RR 16x/menit, suhu 36,80 C. Status generalis dalam batas
normal. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan GCS E4M6V5, pupil
bulat isokor diameter 3 mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), TRM: (-),
parese N. VII dextra tipe sentral, parese N. XII dextra tipe sentral,
hemiparesis dextra, hemihipestesia dextra dan otonom baik. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan peningkatan HbA1c
dan glukosa darah puasa, pada pemeriksaan foto toraks didapatkan infiltrat
di lapangan atas paru kanan dan jantung dalam batas normal, serta hasil
CT-scan belum tampak/tidak tampak infark secara CT scan saat ini, dan
tidak tampak perdarahan intracerebral.
1.7 DIAGNOSIS
-
Diagnosis klinis
o Hemiparesis dextra
15
o Hemihipestesia dextra
o Parese N. VII dextra tipe sentral
o Parese N. XII dextra tipe sentral
o Hipertensi grade II
-
Diagnosis etiologi
: trombosis
Diagnosis topis
: subkorteks
Non medikamentosa
1.9
Tirah baring
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI STROKE
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi
neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian yang semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah
(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan.
B. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar
0,5% (Darmojo , 1990) dan angka insidensi penyakit stroke pada daerah rural
sekitar 50/100.000 penduduk (Suhana, 1994). Sedangkan dari data survey
Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI, menunjukkan bahwa penyakit
vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia.
C. KLASIFIKASI STROKE
Dikenal
bermacam-macam
klasifikasi
stroke.Semuanya
berdasarkan
1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2. Stroke hemoragik
II.
Berdasarkan stadium
1. Sistem karotis
17
atas
2. Sistem vertebrobasiler
18
Yang tidak dapat diubah : Usia yang meningkat, jenis kelamin pria, ras, riwayat
keluarga, riwayat TIA, atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium,
homosisitinuria homozigot atau heterozigot.
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri
yang menuju ke otak.Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di
dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.Keadaan
ini sangat serius karena setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan
darah ke sebagian besar otak.Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri
dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga
tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya
dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang
paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan
penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi
atrium).Emboli lemak jarang menyebabkan stroke.Emboli lemak terbentuk jika
lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan
akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan
menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke otak.Obat-obatan (misalnya
kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan
menyebabkan stroke.Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang
pingsan.Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan
menahun.Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak
karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang
abnormal.
19
Trombosis
Trombosis merupakan penyebab stroke yang paling sering.Biasanya ada
kaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.
Stary III lesion: karena proses terus berlanjut makrofag pada akhirnya
berubah menjadi sel foam (foam cell).
Stary IV lesion: akumulasi lipid di ruang ekstrasel dan mulai bersatu untuk
membentuk suatu inti lipid.
Stary VII and VIII lesions: lesi stabil, berubah menjadi fibrokalsifikasi
(Stary VII lesion) dan akhir terjadi lesi fibrosis dengan banyak kolagen
didalamnya (Stary VIII lesion).
20
Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis, akan
tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik
1) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau arteria
vertebralis, dapat berasal dari plak aterosklerotik atau dari trombus
yang melekat pada intima arteri.
2) Embolisasi kardiogenik
21
Pengurangan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan atau sebab lain,
akan menyebabkan iskemia di suatu daerah otak. Terdapatnya kolateral di daerah
sekitarnya
disertai
mekanisme
kompensasi
fokal
berupa
vasodilatasi,
22
23
Meskipun aliran darah otak merupakan faktor penentu utama pada infark
otak, pengalaman klinis serta penilitian pada hewan percobaan menunjukkan
bahwa pada infark otak, pulihnya aliran darah otak ke taraf normal tidak selalu
memberikan manfaat yang diharapkan, berupa hilangnya gejala klinis secara total.
Selain faktor lamanya iskemi, ada hal-hal mendasar lain yang harus
diperhitungkan dalam proses pengobatan infark otak.
Pada dasarnya terjadi 2 perubahan sekunder pada periode reperfusi jaringan
iskemia otak:
1. Hyperemic paska iskemik atau hiperemia reaktif yang disebabkan
oleh melebarnya pembuluh darah di daerah iskemia. Keadaan ini
terjadi pada 20 menit pertama setelah penyumbatan pembuluh
darah otak terutama pada iskemia global otak.
2. Hipoperfusi paska iskemik yang berlangsung antara 6-24 jam
berikutnya. Keadaan ini ditandai dengan vasokontriksi (akibat
asidosis jaringan), naiknya produksi tromboksan A2 dan edem
jaringan. Diduga proses ini yang akhirnya menghasilkan nekrosis
dan kerusakan sel yang diikuti oleh munculnya gejala neurologik
Pada proses iskemi fokal terjadi juga perubahan penting didaerah
penumbra pada sel-sel neuron tergantung dari luas dan lama iskemi yaitu:
1. Kerusakan membran sel
2. Aliran masuk Ca++ ke dalam sel melalui kerusakan reseptor Ca++.
24
mempunyai
kepekaan
selektif
terhadap
iskemia
(selective
iskemik.Dalam
keadaan
normal,
neurotransmiter
glutamat
25
pada periode reperfusi jaringan, yang berasal dari proses alamiah maupun
sebagai tindakan pengobatan. Radikal bebas oksigen dihasilkan dari proses
lipolisis kaskade arakidonat dalam sel-sel di daerah penumbra. Sumber lain
dari superoksida ialah aktivitas enzimatik (monoaminooksidase) dalam
otooksidase dari biologiamin (epinefrin, serotonin dan sebagainya). Pada
iskemia fokal, peroksidase lipid ini meningkat karena:
1. Timbulnya edema otak vasogenik/seluler, telah diketahui bahwa
endotelium memproduksi nitrit oksida (NO) dan pada keadaan patologik
menhasilkan radikal bebas yang akan memperburuk timbulnya edema.
2. Pada proses disintegrasi pompa kalsium dan natrium kalium akibat
kerusakan membran sel yang berkaitan dengan pompa ion. Gangguan ini
mempercepat kalsium influks dan natrium influks ke dalam sel.
3. Peroksidasi lipid juga terlihat pada mekanisme eksitatorik neurotransmiter
glutamat.
Meningkatnya
aktivitas
superoksida
mempercepat
dan
F. MANIFESTASI KLINIS
Tekanan perfusi otak merupakan komponen terpenting pada sirkulasi
darah otak yang merupakan integrasi fungsi jantung, pembuluh darah dan
komposisi darah. Tekanan perfusi otak menentukan Cerebral Blood Flow
(CBF), dimana penurunan CBF yang tidak lebih dari 80% masih
memungkinkan sel otak untuk pulih kembali. Sedangkan pada penurunan
lebih dari 80 % sudah dipastikan terjadi kematian sel otak. Kehidupan sel otak
26
sangat tergantung pada sirkulasi kolateral di otak, faktor resiko, dan perubahan
metabolisme di otak.
Pada umumnya manifestasi klinis serangan otak dapat berupa:
1. Baal, kelemahan atau kelumpuhan
Proses patologis yang terjadi dapat berupa perdarahan (20%) dan iskemia
(80%).
Efek dari perdarahan dengan vaskularisasi yang terkena :
1.
Lokasi tersering lesi adalah bifurkasio arteria karotis komunis ke dalam arteria
karotis interna dan eksterna. Cabang-cabang arteria karotis adalah arteria
oftalmika, arteria komunikantes posterior, arteria koroidalis anterior, dan arteri
serebri media. Dapat timbul berbagai sindrom. Pola bergantung pada jumlah
sirkulasi kolateral.
a.
fugaks) di sisi arteria karotis yang terkena, akibat insufisiensi arteria renalis.
b.
Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media atau
27
2.
3.
ke
belakang
di
atas
corpus
callosum,
dan
akhirnya
4.
bilateral)
28
b.
c.
Ataksia
d.
e.
f.
Disfagia
g.
Disartria
h.
i.
5.
j.
k.
bagia-bagian
talamus
dan
nucleus
lentiformis,
serta
Koma
b.
Hemiparesis kontralateral
c.
29
Diagnosis
a. Definisi stroke (WHO, 1986; PERDOSSI, 1999) adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, global, dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler
b. Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis.
c. CT Scan kepala tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas untuk
perdarahan di otak.
Bila tidak memungkinkan, dapat dilakukan CT Scan maka dapat digunakan :
30
Menilai pernapasan
b. Terapi khusus
31
Reperfusi
o Antitrombotik (antiplatelet: aspirin, dipiridamol, tiklopidin,
klopidogrel, cilostazol, dan antikoagulan: heparin, LMWH,
warfarin)
Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48
jam setelah onset stroke dianjurkan untuk setiap stroke
iskemi akut.
Pemberian antikoagulan tidak dilakukan sampai ada hasil
pemeriksaan imaging memastikan tidak ada perdarahan
intrakranial. Terhadap penderita yang mendapat pengobatan
antikoagulan perlu dilakukan monitor kadar antikoagulan
o Hemoreologik: pentoksifilin
o rtPA
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, arif, suprohaita, dkk. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Ed III.
Fakultas Kedokteran UI: Media Aesculapius.hal 17
2. Adams and Victors. Principles of Neurology. 8 th ed. Ropper AH, Brown
RH
3. PERDOSI. Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur
Operasional (SPO) Neurologi.2006.
4. RSCM.
PANDUAN
PELAYANAN
MEDIS
DEPARTEMEN
NEUROLOGI.2005.
5.
33