Anda di halaman 1dari 33

1. jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit pada anak dan dewasa !

Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler(CIS) dan cairan
ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial, dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan
yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Perbandingan CIS dengan CES: Dewasa = 2:1; Anak-Anak = 3:2; Bayi = 1:1.
Pada tubuh terdapat hampir 90% dari total berat badan adalah cairan. Persentasi cairan tubuh
manusia berbeda sesuai dengan usia. Persentasi cairan tubuh pada bayi sekitar 75%, anak
70%, pria dewasa 57%, wanita dewasa 55% dan dewasa tua 45% dari berat tubuh total.
Persentasi yang bervariasi tersebut dipengaruhi oleh lemak dalam tubuh dan jenis kelamin.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru
dan gastrointestinal.
1.

Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan
dan elektrolit.

2.

Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas.

3.

Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss
400ml/hari.

4.

Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang hilang
dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang
dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem
aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
Distribusi Cairan Tubuh
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh, sekitar 45- 75% total berat badan, nya
merupakan cairan intrasel dan sisanya ekstrasel dengan nya tardapat pada intravaskuler dan
sisanya merupakan intertisial. Lemak tubuh bebas air, sehingga yang kurus memiliki jumlah air
lebih banyak dibanding yang gemuk.
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.

dewasa 60%

anak-anak 60 77%

infant 77%

embrio 97%

manula 40 50 %

pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami kehilangan
jaringan tubuh.

intracellular volume = total body water extracellular volume

interstitial fluid volume = extracellular fluid volume plasma volume

total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)

Proporsi cairan dan elektrolit tubuh


BBL : 80 % bb
Anak : 70 % bb
Dewasa : 60 % bb
Usila : 40 45 % bb
Regulasi Cairan Tubuh
Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar dalam

kondisi yang setimbang atau tetap. Banyak organ yang terlibat dalam proses mekanisme ini.
Normal kebutuhan cairan adalah 35 cc/KgBB/hr. Namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake
(masukan) air pada orang dewasa adalah dari ingesti liquid 1500 cc, daro makanan 700 cc, air
dari oksidasi 200 cc sehingga totalnya 2400 cc/hari. Sedangkan untuk pengaturan keseimbangan
cairan tubuh terdapat mekanisme pembuangan cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
Organ tersebut adalah melalui kulit 300-400 cc berupa keringat dan penguapan namun
tergantung pada aktivitas dan suhu. Dari paru-paru300-400 cc berupa uap air dari ekspirasi. Dari
GIT sekitar 200 cc/ hari dan akan meningkat pada kasus diare. Pengeluaran air yang terbanyak
terjadi di ginjal, sekitar 1200-1500 cc/hr. Ketika defisit volume cairan ekstraseluler, maka akan
terjadi beberapa mekanisme

diproduksi ADH (anti diuretic hormone) yang berfungsi untuk mereabsorpsi air

aldosteron diproduksi oleh corteks adrenal, berfungsi untuk mereabsorpsi Na yang . berefek

pada peningkatan air di ekstraseluler

renin yang dilepaskan sel jukstaglomerural ginjal, berfungsi untuk vasokontriksi . . dan

sekresi aldosteron
Jenis Cairan
1.

Cairan zat gizi (nutrien)


Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien
dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, Nitrogen dan vitamin untuk
metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori
perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :

Karbohidrat dan air

Asam amino

Lemak

Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Air pada Anak


UMUR

BB

AIR TOTAL 24

NUTRIEN 24

1 Tahun
2 Tahun

( Kg )
9,5
11,8

Jam( ml )
1350 1500
1600 1800

Jam( ml )
120 135
115 125

4 Tahun
6 Tahun
10 Tahun
14 Tahun
2.

16,2
20,0
28,7
45,0

1800 2000
2000 2500
2200 2700
2200 2700

100 110
90 100
70 85
50 60

Blood volume expanders


Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma.

Rumus Berat Cairan Pada Anak


Tabel 2.Kebutuhan air pada anak:
BERAT BADAN
1- 10 KG
11- 20 KG
> 20 KG

KEBUTUHAN AIR/ HARI


100 ML/ KG BB
1000 ML + 50 ML / KG DIATAS BB 10 KG
1500 ML + 20 ML / KG DIATAS BB 20 KG

Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:

Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka kebutuhan
cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari.

Pada anak dengan BB 10 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah 50 ml per
Kg penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka
menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya

Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg pertama
dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, misal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah
1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang
dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari

2. jelaskan tentang perdarahan dan penanganan berdasarkan ATLS!


ATLS (advanced Trauma Life Support)
Initial assessment (penilaian awal)

1.

Persiapan ( Preparation)

2.

Triase

3.

Primary Survey (ABCDE)

4.

Resusitasi

5.

Tambahan terhadap Primary Survey dan resusitasi

6.

Pertimbangan kemungkinan rujukan

7.

Secondary Survey,(pemeriksaan head to toe dan anamnesis)

8.

Tambahan terhadap Primary Survey

9.

Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan post resusitasi

10.

Penanganan definitif (definitif Care)

1.Persiapan (preparation)
A.Fase Pra-Rumah Sakit
koordinasi yang baik antara dokter di RS
dengan petugas di lapangan
B.Fase Rumah Sakit
Perencanaan sebelum pasien tiba di RS
Persiapkan perlengkapan
laringoskop,endotracheal tube,cairan
kristaloid,APD (cap,gown,gloves,mask,shoe
cover,google)
2.TRIASE
Pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yg tersedia
A.

Multiple Casualties
Musibah masal dengan jumlah pasien dan beratnya cedera tidak

melampaui kemempuan RS.


B. Mass Casualties
Musibah masal dengan jumlah pasien dan beratnya luka melampaui kemampuan RS.
3.Primary Survey (ABCDE)
A. Airway Dengan Kontrol Servical (Cervical Spine Control)
Menilai kelancaran jalan nafas,meliputi pemeriksaan adanya obstruksi benda asing,fraktur
tulang wajah,fraktur maksila,mandibula,fraktur laring atau trakea.

GCS sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif
Kecurigaan fraktur servical,harus dipakai alat imobilisasi (collar neck)
B.Breathing dan Ventilasi
Airway yg baik tidak menjamin ventilasi yg baik. Ventilasi yg baik meliputi fungsi yg baik dari
paru,dinding dada dan diafragma.
Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension pneumo-thorax,flail
chest dgn kontusio paru dan open pneumothorax.
C. Circulation dengan kontrol perdarahan
1.

Volume darah dan Cardiac Output


ada 3 penemuan klinis yg dlm hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan

hemodinamik,yaitu :
a.tingkat kesadaran
b.warna kulit
c.nadi
2.

Perdarahan

Pendarahan eksternal harus dikenali dan dikelola pada primary survey


D.Disability (Neurologic Evalution)
Penilaian Tingkat kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,tanda-tanda lateralisasi dan tingkat level
cedera spinal.
Penilaian GCS
E.Exposure/Kontrol Lingkungan (Environment control)
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan evaluasi pasien.
Kemudian di selimuti agar tidak hipotermia
Diberikan cairan kristaloid intra-vena yg sudah di hangatkan
4.Resusitasi
A.

Airway

Airway harus dijaga dengan baik,jaw thrust atau chin lift dapat dipakai.
Bila perlu airway definitif
B. Breathing/Ventilasi/Oksigenasi
Pemberian oksigen bila tanpa intubasi sebaiknya oksigen diberikan dengan face-mask
C. Circulation (Dengan kontrol perdarahan)

Kontrol perdarahan dgn perbaikan volume intravaskular


2 IV Line,kateter IV yg dipakai harus berukuran besar
Cairan yg digunakan cairan yg sudah dihangatkan untuk mencegah hipotermia
chin lift & head tilt,jaw thrust
5.Tambahan Pada Primary Survey Dan Resusitasi
Tambahan pada Primary Survey meliputi
- Monitoring EKG
- Kateter Urin dan Lambung
- Monitoring lain seperti laju
pernafasan,Nadi,,suhu,keluaran
urin,Analisa Gas Darah
- Pulseoxymetri
- Tekanan Darah
- Pemeriksaan X-Ray ( chest,pelvis,C-spine),FAST.
6.Pertimbangkan Rujukan Pasien
Setelah Primary Survey dan resusitasi,dokter sudah mempunyai cukup informasi untuk
mempertimbangkan rujukan,pada saat keputusan diambil untuk merujuk,perlu komunikasi antara
petugas pengirim dan petugas penerima rujukan.
7.Secondary Survey
Secondary Survey dilakukan setelah Primary survey selesai,resusitasi dilakukan dan ABC-nya
dipastikan membaik
Head to toe examination,termasuk reevaluasi pemeriksaan tanda vital.
Pemeriksaan neurologi lengkap,termasuk mencatat skor GCS bila blm dilakukan pada survey
primer
Anamnesis
Riwayat AMPLE
A : Alergi
M : Medikasi (obat yg diminum saat ini)
P : Past illness (penyakit penyerta)/pregnancy
L : Last Meal

E : Event/environment (lingkungan)
Mekanisme Perlukaan sangat menentukan keadaan pasien.
Trauma Tumpul ( Blunt trauma )
Trauma Tajam (Penetrating trauma )
Cedera karena suhu panas/dingin
Bahan berbahaya (Hazardous environment)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Pada Secondary Survey dilakukan berurutan mulai dari :
- kepala
- maksilo-fasial
- Vertebra servikal dan leher
- Thorax
- Abdomen
- Perineum/rektum/vagina
- Musculo-skeletal
- Neurologis
8.Tambahan Pada Secondary Survey
Pemeriksaan Diagnostik yg lebih spesifik seperti foto tambahan dari tulang belakang serta
ekstremitas,CT

Scan

kepala,dada,abdomen

dan

spine,urografi

dan

angiografi,

transesofageal,bronkhoskopi,esofagoscopi dan prosedur diagnostik lain.


9.Re-Evaluasi
Monitoring tanda vital dan produksi urin, dewasa 0,5 cc/kgbb/jam,anak 1 cc/kgbb/jam
Penanganan rasa nyeri diberikan secara intra-vena
10.Terapi Definitif

3. sebutkan definisi syok dan klasfikasinya !

USG

Shock dapat didefinisikan sebagai sindrom akibat menurunya perfusi jaringan yang diikuti
dengan hipoksia dan disfungsi dari organ vital. Shock menyebabkan terjadinya kekurangan
oksigen untuk pembakaran aerob dan berkumpulnya berbagai metabolik dari jaringan. Akibatnya
terjaid kegagalan produksi energi, perubahan metabolisme sel, asidosis dan kerusakan sel serta
hilangnya integritas dari sel jaringan an disfungsi dari oran yang menyebabkan kematian.
Klasifikasi shock :

Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik disebabkan oleh menurunnya volume darah di sirkulasi diikuti dengan
menurunnya Cardiac Output (Curah Jantung). Beberapa contoh penyebab dari syok
hopovolemik, seperti pendarahan baik eksternal maupun internal, luka bakar, diare, muntah,
luka bakar, dll

Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik digolongkan menjadi intrakardia atau ekstrakardia berdasarkan penyeba/kausa
berasal, apakah dari dalam jantung atau luar jantung. Syok kardiogenik intrakardiak disebabkan
karena kematian otot jantung (myocardiac infarct) atau pun terdapat sumbatan didalam jantung
yang membuat curah jantung menjadi menurun. Beberapa contoh penyebab syok kardiogenik
diantaranya, aritmia, AMI (Acute Myocard Infarct), VSD (Ventricular Septal Defect), Valvular
lesion, CHF(Chronic Heart Disease) yang berat, Hypertrophic Cardiomyopathy. Syok
kardiogenik ini terjadi ketika ventrikel gagal manejadi pompa disertai dengan menurunnya
tekanan darah sistolik < 90mmHg minimal dalam waktu 30 menit, dan terjadi peningkatan
tekanan kapiler pulmo yang disebabkan oleh kongesti paru, atau edema pulmo.
Syok kardiogenik ekstrakardiak disebabkan oleh adanya obstruksi pada aliran sirkuit
kardiovaskular dengan karakteristik terdapat gangguan pada pengisian diastolik ataupun adanya
afterload yang berlebihan. Penyebab dari syok kardiogenik ini diantaranya, Pulmonary
embolism, Cardiac temponade, Tension Penumothorax, dll

Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik ini terjadi akibat reaksi alergi yang dimediasi oleh IgE pada sel mast dan basofil
yang diakibatkan oleh antigen tertentu yang menyebabkan terjadinya pelepasan mediator mediator sepagai respon imun. Hal ini mengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer, konstriksi
bronkhus, ataupun dilatasi pembuluh darah lokal. Mediator yang terlepas terdiri dari primer dan
sekunder. mediator primer meliputi histamin, serotonin, Eosinofil chemotactic factor dan enzim
proteoitik. Sedangkan mediator sekunder meliputi PAD, bradikinin, prostagandin, dan
leukotriene.
Beberapa penyebab syok anafilaktik diantaranya, insect venom, antibiotik (beta lactams,
vancomycin, sulfonamide), heterologues serum (anti toxin, anti sera), latex, vaksin yang berbasis
telur, tranfusi darah, immunogobulin.

Syok Septik
Terjadinya syok septik diawali dengan adanya infeksi pada darah yang menyebar ke seluruh
tubuh. Penyebab yang sering meliputi peritonitis, pyelonefritis. Dengan adanya infeksi tersebut
tubuh melakukan respon dengan terlepasnya mediator inflamasi seperti il-1, TNF, PGE2, NO,
dan leukotriene yang menyebabkan berbagai kejadian berikut :
1. relaksasi vaskular

2.

meningkatnya permeabilitas endotel (sehingga menyebabkan defisit volume intravaskular)

3.

Menurunya kontraktilitas jantung


Karakteristik tanda dan gejala dari syok septik adalah demam tinggi, vasodilatasi,
meningkatanya / Cardiac Output tetap normal akibat vasodilatasi dan laju metabolime yang
meningkat, serta adanya DIC yang menyebabkan pendarahan terutama di saluran cerna.

Syok Neurogenik

Syok neuro genik disebabkan oleh cideranya medula spinalis terutama pada segment
thoracolumbal, sehingga menebabkan hilangnya tonus simpatis. Hal ini menyebabkan
hilangnya tonus vasomotor, bradikardi, hipotensi. Biasanya pasien tampak sadar namun
hangat dan kering akibat hipotensi.
4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam dan basa!
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh. Kadar
normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45)
-

Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis kadar pH darah

>7,45
Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh

Pertahanan pH darah normal tercapai melalui kerja gabungan dari buffer darah, paru dan ginjal.
Persamaan Handerson yang dipakai dalam keseimbangan asam dan basa
Hasselbach:

20 [HCO3-]
pH = 6,1 + log --------------------1PaCO2

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:


a. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
b. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja
secara

kimiawi

Penyangga
Bikarbonat

pH

untuk
yang

(suatu

meminimalkan
paling

komponen

penting
basa)

dengan karbondioksida (suatu komponen asam).

perubahan
dalam
berada

pH
darah
dalam

suatu

larutan.

adalah bikarbonat.
kesetimbangan

Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
c. Pembuangan karbondioksida
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di
paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar
karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun,
kadar

karbondioksida

darah

meningkat

dan

darah

menjadi

lebih

asam.

Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paruparu mampu mengatur pH darah menit demi menit.

[HCO3-] faktor metabolik, dikendalikan ginjal

PaCO2 faktor respiratorik, dikendalikan paru

pH 6,1 efek buffer dari asam karbonat-bikarbonat

Selama perbandingan [HCO3-] : PaCO2 = 20 : 1 pH darah selalu = 6,1 + 1,3 = 7,4

Gangguan Asam Basa darah

Asidosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2

Alkalosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2

Asidosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]

Alkalosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]

5.jelaskan tentang minor set!


Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen dengan
fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis gunting), instrumen dengan
fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset cirrhurgis dan klem jaringan), instrumen dengan
fungsi menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito), serta instrumen dengan
fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle).
1. Pisau Scalpel + Pegangan
Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat ini
bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam. Selain itu, alat ini juga
berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari bagian dalam kulit. Setiap pisau scalpel
memiliki dua ujung yang berbeda, yang satu berujung tajam sebagai bagian pemotong dan yang
lainnya berujung tumpul berlubang sebagai tempat menempelnya pegangan scalpel. Cara
pemasangannya: pegang area tumpul pisau dengan needle-holder dan hubungkan lubang pada
area tersebut pada lidah pegangan sampai terkunci (terdengar bunyi). Cara pelepasan: pegang
ujung pisau dengan needle-holder dan lepaskan dari lidah pegangan, kemudian buang di tempat
sampah. Pegangan scalpel yang sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat digunakan
bersama pisau scalpel dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel yang sering digunakan
adalah yang berukuran no.15. Ukuran no.11 digunakan untuk insisi abses dan hematoma
perianal. Pegangan scalpel digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal pada waktu
pemotongan dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel biasanya diabaikan
sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini bisa diterima dengan pertimbangan pisaunya
masih dalam keadaan steril (paket baru) dan harus digunakan dengan pengontrolan yang baik
agar tidak menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu memotong.
Gunting
Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur. Mencukur
membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak jari lainnya.
Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang bersifat tidak disadari dan
berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis pada kedua lubang gunting. Hal
ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen pada waktu memotong sehingga kita

dapat memotong dengan tepat. Selain itu, penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada lubang
gunting biasanya pengontrolannya berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek kerjanya,
yakni gunting jaringan (bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.

a.

Gunting Jaringan (bedah)


Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul dan
berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk membentuk bidang
jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam. Gunting dengan
ujung bengkok dibuat oleh ahli pada logam datar dengan cermat. Pemotongan dengan gunting ini
dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri garis batas
lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan melewati batas lesi
karena dapat menyebabkan kerusakan.

b. Gunting Benang (dressing scissors)


Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk lurus dan
berujung tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk jaringan. Gunting ini
juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan tehnik selipan dan
sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian ujung gunting. Hati-hati dalam pemotongan
jahitan. Jika ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat resiko memotong struktur lainnya.
c.

Gunting Perban
Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang tumpul. Gunting ini
memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk memudahkan dalam memotong
perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan lister. Bagian dasar gunting ini lebih panjang
dan digunakan sangat mudah dalam pemotongan perban. Ujung tumpulnya didesain untuk
mencegah kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain untuk membentuk dan memotong
perban sesaat sebelum menutup luka, gunting ini juga aman digunakan untuk memotong perban
saat perban telah ditempatkan di atas luka. (wikipedia)

d. Gunting Iris
Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4
inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris. Dalam bedah minor,

gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena ujungnya yang cukup kecil untuk
menyelip saat remove benang dilakukan. (dictionary online)
3. Pinset Anatomi
Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan oleh ibu jari
dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul saat jari-jari
tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan menghasilkan kemampuan menggenggam.
Alat ini dapat menggenggam objek atau jaringan kecil dengan cepat dan mudah, serta
memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam. Pinset Anatomi ini
juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan membentuk pola jahitan
tanpa melibatkan jari. (wikipedia)
4. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang). Pinset
bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh karena dapat merusak
jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat digunakan dengan genggaman halus).
Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni untuk membentuk pola jahitan,
meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
5. Klem Jaringan
Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling berhubungan pada
ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang panjang dan adapula yang pendek
serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini bermanfaat untuk memegang jaringan dengan
tepat. Biasanya dipegang oleh tangan dominan, sedangkan tangan yang lain melakukan
pemotongan, atau menjahit. Cara pemegangannya: klem dipegang dalam keadaan relaks seperti
memegang pulpen dengan posisi di tengah tangan. Banyak orang yang memegang klem ini
dengan salah, yang memaksa lengan dalam posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan
menjadi tegang. Dalam penggunaannya, hati-hati merusak jaringan. Pegang klem selembut
mungkin, usahakan genggam jaringan sedalam batas yang seharusnya. Klem jaringan bergigi
memiliki gigi kecil pada ujungnya yang digunakan untuk memegang jaringan dengan kuat dan
dengan pengontrolan yang akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat menggunakan alat ini dapat
merusak jaringan. Kemudian, klem tidak bergigi juga memiliki resiko merusak jaringan jika

jepitan dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan yang kuat dalam menggenggam
jaringan.
6. Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan pembuluh darah
kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa menimbulkan kerusakan yang tidak
dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan needle-holder memiliki bentuk yang sama.
Perbedaannya pada struktur jepitan (gambar 2), dimana klem arteri, struktur jepitannya berupa
galur paralel pada permukaannya dan ukuran panjang pola jepitannya sampai handle agak lebih
panjang dibanding needle-holder. Alat ini juga tersedia dalam dua bentuk yakni bentuk lurus dan
bengkok (mosquito). Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih cocok digunakan pada bedah
minor.
Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah yang
menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci). Ratchet umumnya memiliki
tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung menggunakan derajat akhir karena
akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk dilepaskan. Pelepasan klem dilakukan dengan
cara pertama harus ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan handlenya sambil
membuka keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena hal ini akan menyebabkan
jari telunjuk mendukung instrumen bekerja sehingga dapat memposisikan jepitan dengan tepat.
Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang membentuk chanel
lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif panjang terhadap handled yang
memungkinkan genggaman jaringan lebih halus tanpa pengrusakan. Jepitan dengan ujung
bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu pengikatan pembuluh darah. Jangan
menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh karena struktur jepitannya tidak mendukung dalam
memegang needle.
7. Needle Holder
Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan dilakukan. Secara
keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk sama. Handled dan ujung jepitannya
bisa berbentuk lurus ataupun bengkok. Namun, yang paling penting adalah perbedaan pada
struktur jepitannya (gambar 2). Struktur jepitan needle holder berbentuk criss-cross di
permukaannya dan memiliki ukuran handled yang lebih panjang dari jepitannya, untuk tahanan

yang kuat dalam menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan menggenggam jaringan dengan
needle holder karena akan menyebabkan kerusakan jaringan secara serius.
Cara penggunaan: cara menutup dan melepas sama dengan metode ratchet yang telah
dipaparkan pada penggunaan klem arteri di atas. Needle digenggam pada jarak 2/3 dari ujung
berlubang needle, dan berada pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan memudahkan
tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan. Selain itu, pemegangan needle pada area dekat
dengan engsel needle holder akan menyebabkan needle menekuk. Kemudian, belokkan needle
sedikit ke arah depan pada jepitan instrumen karena akan disesuaikan dengan arah alami tangan
ketika insersi dilakukan dan tangan akan terasa lebih nyaman. Kegagalan dalam membelokkan
needle ini juga akan menyebabkan needle menekuk.
Tehnik menjahit: jaga jari manis dan ibu jari menetap pada lubang handle saat menjahit
dilakukan yang membatasi pergerakan tangan dan lengan. Pegang needle holder dengan telapak
tangan akan memberikan pengontrolan yang baik. Secara konstan, jangan mengeluarkan jari dari
lubang handled karena dapat merusak ritme menjahit. Pertimbangkan pergunakan ibu jari pada
lubang handled yang menetap, namun manipulasi lubang lainnya dengan jari manis dan
kelingking.
Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable
biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang
digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan
tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan sintetis.
Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan (black silk).
Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang non-absorbable. Namun,
jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang absorbable.
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak digunakan.
Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan menghasilkan luka yang
agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah banyak benang sintetis
alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit kepala yang berbatas
merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini lebih memuaskan.

Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang). Benang ini
berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini cukup halus dan luwes
dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini lebih sulit diikat dari silk
sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini dapat diselesaikan dengan
menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat jahitan dilakukan atau mengikat
benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen polypropylene) dapat meningkatkan
keamanan jahitan dan lebih mudah diremove dibandingkan dengan Ethilon (monofilamen
polyamide).
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami. Jenis benang
ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi. Terdapat dua macam
catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki kekuatan selama 7-10 hari.
Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari. Namun, kedua jenis benang ini
dapat menghasilkan reaksi jaringan.
Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon (polyclycalic acid)
yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih panjang dari catgut dan
memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah untuk jahitan subkutikuler yang
tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan untuk jahitan dalam pada penutupan luka
dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).
Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem metrik dan
sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang dalam per-sepuluh
milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki diameter 0.2 mm. Sistem
tradisional kurang rasional namun banyak yang menggunakannya. Ketebalan benang disebutkan
menggunakan nilai nol misalnya 3/0, 4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling besar nilainya, ketebalannya
semakin kecil. 6/0 merupakan nomor dengan diameter paling halus yang tebalnya seperti rambut,
digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0 adalah ukuran yang paling tebal yang biasa digunakan
pada sebagian besar bedah minor. Khususnya untuk kulit yang keras (kulit bahu). 4/0 merupakan
nilai pertengahan yang juga sering digunakan.
Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan needlenya secara
lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian luar, pertama yang terbuat
dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket jahitan ini dijamin dalam keadaan
steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat membuka paket, simpan ke dalam wadah

steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat dari kertas perak yang dibasahi pada satu sisinya.
Basahan ini memudahkan paket jahitan dipisahkan dari kertas tersebut. Kemudian dengan
menggunakan needle-holder, angkat needle tersebut dari lilitannya dan luruskan secara hati-hati.
Kemudian, gunakan untuk tindakan penjahitan.
Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen prolene atau
Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua bagian. Monofilamen prolene atau
ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan subkutikuler non-absorbable. Juga dapat digunakan untuk
jahitan interuptus pada kulit yang keras misalnya pada bahu. Vicryl 2 metrik (3/0)digunakan
pada jahitan subkutikuler yang absorbable dan jahitan dalam hemostasis. Vicryl 1,5 metrik
(4/0) digunakan untuk jahitan subkutikuler jaringan halus atau jahitan dalam. Prolene atau
Ethilon 0,7 (6/0) untuk jahitan halus pada muka dan pada anak-anak.
9. Needle bedah
Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis
atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi
benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan (trauma).
Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga dapat menimbulkan
trauma. Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun bentuknya beragam. Setiap bagian
memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang tempat insersi benang. Sebagian besar
needle berbentuk kurva dengan ukuran , 5/8, dan 3/8 lingkaran. Hal ini menyebabkan needle
memiliki range untuk bertemu dengan jahitan lainnya yang dibutuhkan. Ada juga bentuk needle
yang lurus namun jarang digunakan pada bedah minor. Needle yang berbentuk setengah
lingkaran datar digunakan untuk memudahkan penggunaannya dengan needle holder.
6. jelaskan mengenai macam-macam teknik anastesi !
Anestesi spinal Anestesi spinal ini dilakukan dengan memasukan obat anestesi kedalam rongga
spinal untuk memblokade saraf nyeri. Anestesi spinal ini dapat dilakukan pada pasien-pasien
yang akan menjalani operasi pada perut bagian bawah atau pada tungkai bawah. keuntungan
dari anestesi ini obat dan alat yang digunakan lebih sedikit dan lebih murah. b. Anestesi Epidural
Seperti anestesi spinal anestesi epidural dilakukan dengan memasukan obat kedalam rongga
epidural. kelebihan dari anestesi epidural ini juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri pasca

operasi. tetapi anestesi ini memiliki proses pemasangan yang lebih sulit dari anestesi spinal. c.
Blok Saraf perifer Anestesi ini digunakan dengan menyuntikan obat anestesi di sekitar serabut
saraf daerah yang akan dioperasi keuntungan teknik ini adalah dapat menghilangkan sensasi
nyeri pada satu daerah saja misalnya hanya pada tangan kiri atau kanan saja pada kaki kiri atau
kaki kanan saja. Teknik pembiusan ini lebih sulit dan memerlukan keahlian dan peralatan yang
lebih lengkap yang tidak tersedia disemua tempat.
Umum Anestesi Umum atau Bius total. ini merupakan teknik pembiusan dengan memasukan
obat-obatan yang membuat pasien tidur dan tidak merasa nyeri. Anestesi umum ini dapat
dilakukan pada semua jenis operasi baik operasi kecil maupun operasi besar. Selain itu pasien
juga tidak sadar sehingga tidak merasa cemas dan takut pada saat menjalani operasi Risiko
Tindakan Anestesi Semua tindakan anestesi diatas mempunyai keuntungan dan risiko masingmasing seperti semua tindakan medis. keuntungan dan risiko tindakan anestesi ini bermacammacam, mulai risiko ringan seperti mual. muntah, sakit kepala, pusing sampai dengan risiko
yang lebih berat seperti cedera saraf sampai dengan kematian. Pemilihan Teknik
Anestesi Setiap individu manusia tidak ada yang sama dan dan tidak bisa diperlakukan dengan
sama sehingga prosedur pembiusan yang dilakukan untuk operasi yang sama tidaklah selalu
sama. Pemilihan teknik anestesi pada setiap operasi dapat berbeda ini harus dibicarakan antara
dokter bedah, dokter anestesi dan pasien, tergantung dengan jenis dan prosedur operasi.
Walaupun telah mendapat penjelasan dari dokter anestesi maupun dokter bedah sebaiknya pasien
tetap bertanya tentang risiko dan komplikasi serta alternatif lain dari teknik pembiusannya

7. jelaskan tentang macam-macam tumor kulit


DEFINISI
Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama di
kawasan Amerika, Australia, dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, mereka orang-orang
kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai
akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita
kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ketiga negara tersebut, namun demikian
kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan juga pada stadium lanjut
dapatberakibat fatal bagi penderita.

Penyakit Kanker Kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit
yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian
tubuh yang lain. Ada tiga jenis kanker kulit yang umumnya sering diderita manusia, diantaranya
adalah Karsinoma Sel Basal (KSB), Karsinoma Sel Skuamosa (KSS), dan Melanoma Maligna
(MM).
Karsinoma Sel Basal (KSB)
Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang paling banyak diderita. Kanker jenis ini tidak
mengalami penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat berkembang
dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Warna kulit yang terang dan sering
terkena pijaran cahaya matahari keduanya diduga sebagai penyebab Karsinoma Sel Basal. Faktor
lain yang juga dapat menjadi penyebab jenis kanker ini adalah sistem imun tubuh yang lemah
(baik dampak penyakit lain atau pengobatan), luka bakar, dan sinar X-ray.
1. Tanda dan Gejala
Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah, leher, dan kulit kepala. Adapun
tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan
pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/luka
yang tidak sembuh-sembuh.
2. Diagnosa Jenis Kanker
Metode tunggal untuk memastikan penyakit kanker sel basal yaitu Dokter akan melakukan
pemeriksaan klinis dan histopatologis dengan mengambil sampel bagian kulit yang dianggap
sebagai jaringan kanker (biopsi) untuk diteliti di bawah mikroskop.
3. Terapi dan Pengobatan
Apabila diagnosa telah ditegakkan secara jelas bahwa penderita mengalami kanker kulit berjenis
sel basal, maka tindakan yang dilakukan umumnya adalah pembedahan atau pengangkatan
jaringan kulit (kanker) secara lengkap, atau dapat pula dengan tindakan penyinaran. Metode
lainnya yang juga kerap dilakukan adalah bedah beku, bedah listrik, laser, fotodinamik serta
dengan obat-obatan baik yang dioleskan maupun disuntikkan (kemoterapi).

Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)


Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang lebih banyak diderita pria terutama kaum lanjut usia

(lansia). Ini adalah jenis kanker kulit dimana terjadi keganasan sel keratinosit epidermis,
merupakan kanker kulit kedua paling sering menjangkiti. Penyakit kanker kulit KSS ini dapat
menyebar kebagian tubuh yang lain, umumnya diderita mereka yang berada di wilayah tropis.
Seperti halnya penyakit KSB, kanker kulit jenis ini juga diduga akibat sinar matahari
(dominannya), Imun tubuh yang lemah, virus, bahan-bahan kimia dan jaringan parut juga dapat
menimbulkan penyakit ini. Adapun tanda dan gejalanya ialah mempunyai kelainan berupa
benjolan-benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh. Diagnosa ditegakkan dengan metode
yang sama pada KSB, begitupun tindakan terapi dan pengobatan cenderung sama dengan kanker
sel basal.
Melanoma Maligna (MM)
Ini adalah jenis penyakit kanker kulit yang paling ganas dan berpotensi mematikan. Di Amerika,
didapatkan data enam dari tujuh penderita kanker ini meninggal dunia. Dan jumlah orang yang
terserang meningkat dari tahun ke tahun. Melanoma Maligna bisa berkembang dari tahi lalat
timbul yang sudah ada atau yang baru muncul.
1. Tanda dan Gejala
Informasi ini sangat penting sekali bagi mereka yang memiliki tahi lalat yang kemudian
mengalami perubahan baik warna, ukuran maupun bentuknya, Tahi lalat terkadang terasa gatal
dan bila digaruk mengeluarkan darah. Sel kanker ini tumbuh dari melanosit, yaitu sel kulit yang
berfungsi menghasilkan zat warna melanin.
Kanker ini dicirikan dengan ABCD, yaitu A= Asimetrik, bentuknya tidak beraturan. B= Border,
atau pinggirannya juga tidak rata. C= Color, atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area
lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih,
merah, dan biru. D= Diameternya, lebih besar dari 6 mm.
2. Diagnosa Melanoma Maligna
Penegakan diagnosa pada kasus penyakit kanker kulit jenis ini sama halnya dengan kedua jenis
kanker kulit di atas (KSB dan KSS), yaitu dilakukannya tindakan biopsi untuk pemeriksaan di
bawah mikroskop.
3. Terapi dan Pengobatan
Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas, dapat menyebar ke bagian

tubuh lainnya seperti kelenjar limpa. Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker jenis ini
adalah pengangkatan secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah
diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat jaringan di
sekitarnya. Jika sel kanker ditemukan menyebar ke kelenjar limpa, maka mau tidak mau
kelenjarnya juga diangkat.
8. Jelaskan mengenai berbagai macam transfusi dan bagaimanan cara memberikannya!
Adapun sel dan cairan tersebut sebagai berikut:

Sel darah merah


Membawa oksigen ke jaringan tubuh dan menghilangkan karbondioksida.

Sel darah putih


Memproduksi antibodi yang berguna untuk melindungi tubuh dari infeksi dan membantu
membunuh kuman-kuman penyebab penyakit.

Platelet
Platelet atau rombosit adalah potongan terkecil dari sel darah yang terlepas dari sel besar
yang ditemukan di sumsung tulang. Platelet membentuk gumpalan darah yang berguna
untuk membantu menyembuhkan luka dan mencegah pendarahan.

Plasma
Cairan kekuningan yang terdapat dalam darah yang terdiri dari campuran air, protein,
elektrolit, karbohidrat, kolesterol, hormon dan vitamin.

Transfusi PRC
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah
secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:
1)

Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

2)

Mengurangi kemungkinan penularan penyakit.

3)

Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis

4)

Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga

kemungkinan overloadberkurang
5)

Komponen darah lainnya dapatdiberikan pada pasien lain.

b)

Transfusi suspensi trombosit

Tujuan transfusi suspensi trombosit adalah menaikkan kadar trombosit darah. Dosis
suspensi trombosit yang diperlukan dapat dihitung kira-kira sebagai berikut : 50 ml
suspensi trombosit menaikkan kadar trombosit 7500-10.000/mm pada resipien yang
beratnya 50 kg.Suspensi trombosit diberikan pada penderita trombositopeni bila :1)
didapat perdarahan 2)untuk mencegah perdarahan pada keadaan dimana ada erosi yang
dapat berdarah bila kadar < 35.000/mm. 3) untuk mencegah perdarahan spontan bila
kadar trombosit < 15.000/mm
c)

Transfusi dengan suspensi plasma beku (Fresh Frozen Plasma)

Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar faktor pembekuan di samping
berbagai protein yang terdapat didalamnya; karena itu selain untuk mengganti plasma
yang hilang dengan perdarahan dapat dipakai sebagai pengobatan simptomatis
kekurangan faktor pembekuan darah. Fresh Frozen Plasma (PIT) tidak digunakan untuk
mengobati kebutuhan faktor VIII dan faktor IX (Hemofilia); untuk ini digunakan
plasma Cryoprecipitate.Pada transfusi dengan FFP biasanya diberikan 48 kantong (175225 ml) tiap 68 jam bergantung kebutuhan.
d)

Transfusi dengan darah penuh (Whole Blood)

Transfusi dengan darah penuh diperlukan untuk mengembalikan dan mempertahankan


volume darah dalam sirkulasi atau mengatasi renjatan.
9. berbagai macam jenis luka dan proses penyembuhan !

.Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)


Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
2.Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit
merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.
3.Vulnus Punctum (Luka Tusuk)
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka
terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).
4.Vulnus Contussum (Luka Kontusio)
Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan
pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma)
bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat
menyebabkan akibat yang serius.
5.Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)
Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka
akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.
6.Vulnus Schlopetorum (Lika Tembak)
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak
teratur kadang ditemukan corpus alienum.
7.Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka
tergantung dari bentuk gigi.
8.Vulnus Perforatum (Luka Tembus)
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau
proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
9.Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.
10.Vulnus Combustion (Luka Bakar)
Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan
berbagai derajat mulai dari lepuh (bula carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA


Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan
jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila
permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
1.
Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
2.
Per Sekundem yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi/terinfeksi.
Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.
3.
Per Tertiam atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa
hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponenkomponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama
dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi
yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi,
imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik).
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau
katabolik dan proses pembentukan atau anabolik.Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi
melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada
tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan
penyembuhan luka terdiri dari:
Fase Inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang
terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan
membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan
dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan
menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler
yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriksi yang mengakibatkan
pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang yang akan
menutup pembuluh darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin
yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateledderived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-) yang berperan
untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Pada fase
ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat
trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF 1)
yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk

a.
b.
c.
d.

mensintesis kolagen.
Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler
stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi
vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali menyebabkan vasodilatasi juga
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan
lokal lingkungan tersebut asidosis.
Eksudasi ini jugamengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler.
Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3
hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding
dengan netrofil pada proses penyembuhan luka.
Fungsi makrofag disamping fagositosis adalah:
Sintesa kolagen
Pembentukan jaringan granulasi bersama-sama dengan fibroblas
Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi
Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis
Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta
terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter
bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit
yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

Fase Proliferasi

a.
b.
c.
d.

Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan
luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan,
yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan
digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang
dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjaid luka, fibroblas akan
aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid,
fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membnetuk cikal bakal jaringan baru (connective
tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa
makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki
kawasan luka.
Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut disebut
sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetiknya
disebut fibroblasia.
Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses fibroplasia adalah:
Proliferasi
Migrasi
Deposit jaringan matriks
Kontraksi luka
Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka,
mempunyai arti penting pada tahap proleferaswi proses penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler
akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan
lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang
melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi
yang cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan
turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses
terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth
factors).
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan keratinocyte
growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan
dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka.
Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan
kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu
jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblast

yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih
menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat
proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh makrofag
dan platelet.
Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12
bulan. . Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi
jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan
garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari
ajringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen
yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali
pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen
muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen
yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang
diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan
parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.

10. jelaskan jenis-jenis macam jahitan dan jenis benang!


a. Jahitan Simpul Tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.Teknik :
Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus
mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada
atau searah garis luka.
Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
b. Jahitan matras Horizontal

Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress


Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.Memberikan hasil jahitan yang kuat.
c. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to farJahitan dengan menjahit
secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya
menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan
ini.
d. Jahitan Matras Modifikasi
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah
subkutannya.
e. Jahitan Jelujur sederhana
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
f. Jahitan Jelujur Feston
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada
jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
g. Jahitan Jelujur horizontal
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
h. Jahitan Simpul Intrakutan
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
i. Jahitan Jelujur Intrakutan
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik
Jenis jenis benang jahit
seide (silk/sutera)

Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap tubuh.
Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus dibuka kembali.
Warna : hitam dan putih
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel (kendali)
Plain catgut
Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari
Warna : putih dan kekuningan
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan
untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas
lukanya kecil.
Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang.
Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom, sehinggan menjadi lebih keras dan
diserap lebih lama 20-40 hari.
Warna : coklat dan kebiruan
Ukuran : 3,0-3
Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk menjahit tendo
untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan.
Ethilon
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat
dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, tidak menimbulkan iritasi pada kulit
dan jaringan tubuh lain
Warna : biru dan hitam
Ukuran : 10,0-1,0
Penggunaan : bedah plastic, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor yang kecil
digunakan pada bedah mata.
Ethibond
Benang sintetis(polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi
terhadap tubuh minimum, tidak terserap.
Warna : hiaju dan putih
Ukuran : 7,0-2
Penggunaan : kardiovaskular dan urologi
Vitalene
Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat lembut, tidak diserap. Kemasan atraumatis
Warna : biru
Ukuran : 10,0-1
Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, plastic, menjahit
kulit

Vicryl
Benang sintetis kemasan atraumatis. Diserap tubuh tidak menimbulkan reaksi jaringan. Dalam
subkuitis bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulan
Warna : ungu
Ukuran : 10,0-1
Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic
Supramid
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Tidak diserap
Warna : hitam dan putih
Kegunaan : penjahitan kutis dan subkutis
Linen
Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum
Warna : putih
Ukuran : 4,0-0
Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah
Steel wire
Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat tidak korosif, dan
reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul
Warna : putih metalik
Kemasan atraumatuk
Ukuran : 6,0-2
Kegunaan : menjahit tendo

10. asepsis
1. Pengertian Antisepsis
Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan yang digunakan disebut antiseptik.
2.
Bahan Antiseptik
Antiseptik adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman, ada yang
bersifat sporosidal (membunuh spora) dan non sporosidal. Digunakan pada jaringan hidup
khusus, yaitu kulit dan selaput lendir. Bahan yang digunakan sebagai antiseptik antara lain :

Alkohol bersifat bakterisid yang kuat dan cepat, efektif dalam beberapa menit tetapi bersifat
non-sporosidal. Konsentrasi optimum adalah 70%. Bekerja dengan cara menyebabkan koagulasi
pada dinding bakteri.

Iodin povidon (Betadin dan Isodin) merupakan kompleks iodium dengan polyvinylpirolidone
yang relatif tidak merangsang kulit, larut dalam air, dan masa kerjanya lebih lama dari iodium.
Setelah dioleskan, sebelum dilakukan tindakan, tunggu sekitar 2 menit untuk dapat melepaskan
iodium bebas. Perlu diperhatikan adanya reaksi atau riwayat alergi terhadap iodium.

Anda mungkin juga menyukai