Basic Sciene Bedah
Basic Sciene Bedah
OT
Rumah Sakit Umum Koja
Bagian Ilmu Bedah
Periode 17 Agustus-24 Oktober 2015
Nama
: Sylvia Joson
NIM
: 112014110
Pertanyaan:
1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit dewasa maupun anak
2. Jelaskan tentang perdarahan (menurut ATLS dan bagaimana penatalaksaannya)
3. Jelaskan mengenai definisi syok dan macam-macam syok
4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa
5. Jelaskan mengenai minor set
6. Jelaskan mengenai macam-macam teknik anestesi
7. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya
8. Jelaskan berbagai macam jenis transfusi, bagaimana memberikan transfusi
9. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka, tahap proses penyembuhan luka
10. Jelaskan macam-macam jenis jahitan, macam-macam benang
11. Jelaskan mengenai definisi dan tindakan asepsis antisepsis
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di
luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan
cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Persentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal
antara lain :
a
b
c
Umur
Kondisi lemak tubuh
Sex
N
o
1
Umur
Persentase
bayi
75%
dewasa
a.
Pria ( 20 40 tahun )
60%
b.
Wanita ( 20 40 tahun )
50%
Lanjut Usia
45 50 %
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam
sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di
luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 12 % transeluler.
2. Jelaskan tentang perdarahan (menurut ATLS dan bagaimana penatalaksaannya)
Perdarahan adalah penyebab syok yang paling sering terjadi pada penderita trauma. Respon
penderita trauma terhadap kehilangan darah menjadi lebih rumit karena pergeseran cairan di
antara kompartemen cairan di dalam tubuh (khususnya di dalam kompartemen cairan
ekstraseluler). Definisi dari perdarahan adalah kehilangan akut volume peredaran darah.
Hebatnya kehilangan darah dapat ditentukan pada evaluasi awal dengan menilai pulsasi, tekanan
darah, dan pengisian kembali kapiler. Sistem klasifikasi ATLS berguna untuk memahami
manifestasisehubungan dengan syok hemoragik pada orang dewasa. Volume darah diperkirakan
7% dari berat badan ideal, atau kira-kira 4900 ml pada pasien dengan berat badan 70 kg.
Perdarahan kelas 1, didefinisikan sebagai kehilangan darah <15% dari total volume darah,
mendorong
pada
tidak
adanya
perubahan
terukur
pada
kecepatan
jantung
atau pernafasan, tekanan darah, atau tekanan nadi dan membutuhkan sedikit atau tidak adanya
perawatan sama sekali.
Perdarahan kelas 2 didefinisikan sebagai kehilangan darah 15-30% volume darah (750-1500 ml),
dengan tanda-tanda klinis termasuk takikardia dan takipnoe. Tekanan darah sistolik mungkin
hanya sedikit menurun, khususnya ketika pasien berada pada posisi supinasi, akan tetapi tekanan
nadi menyempit. Urin output hanya menurun sedikit (yaitu, 20-30 ml/jam). Pasien dengan
perdarahan kelas 2 biasanya dapat diresusitasi dengan larutan kristaloid saja, namun beberapa
pasien mungkin membutuhkan transfusi darah.
Perdarahan kelas 3 didefinisikan sebagai kehilangan 30-40% (1500-2000 ml) volume darah.
Perfusi yang tidak adekuat pada pasien dengan perdarahan kelas 3 mengakibatkan tanda
takikardia dan takipnoe, ekstremitas dingin dengan pengisian kembali kapiler yang terhambat
secara signifikan, hipotensi, dan perubahan negatif status mental yang signifikan. Perdarahan
kelas 3 menampakkan volume kehilangan darah terkecil yang secara konsisten menghasilkan
penurunan pada tekanan darah sistemik. Resusitasi pada pasien ini seringnya membutuhkan
transfusi darah sebagai tambahan terhadap pemberian larutan kristaloid.
Perdarahan kelas 4 didefinisikan sebagai kehilangan darah > 40% volume darah (> 2000 ml)
mewakili perdarahan yang mengancam jiwa. Tanda-tandanya termasuk takikardia, tekanan darah
sistolik yang tertekan secara signifikan, dantekanan nadi yang menyempit atau tekanan darah
diastolik yang tidak dapatdiperoleh. Kulit menjadi dingin dan pucat, dan status mental sangat
tertekan.Urin output sedikit. Pasien-pasien ini membutuhkan transfusi segera untuk resusitasi dan
seringkali membutuhkan intervensi bedah segera.
3. Jelaskan mengenai definisi syok dan macam-macam syok
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan
ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigen jaringan dengan akibat gangguan mekanisme
homeostasis.
a
Syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan
volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan
ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan
cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan
interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular.
Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal
ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat
badan 70 kg.
Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1)
kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare,
diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites
dan peritonitis
Syok kardiogenik
meyebabkan udem. Pada syok anafilatik, bias terjadi bronkospasme yang menurukan
ventilasi.
4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh
Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45)
Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis kadar pH darah >7,45
Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
Sistem Buffer Tubuh
-
Pertahanan pH darah normal tercapai melalui kerja gabungan dari buffer darah, paru dan ginjal
- Persamaan Handerson Hasselbach:
pH = 6,1 + log
HCO3
20
Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Penyebab utama dari asidois metabolik: gagal ginjal, asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk
ginjal), ketoasidosis diabetikum, asidosis laktat (bertambahnya asam laktat), bahan beracun
seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida,
kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi atau
kolostomi.
b. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan
mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun
kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis,
penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan
mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun,
menyebabkan syok, koma dan kematian.
c. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil
dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh
karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya,
dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah.
d. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes
dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi
bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
Alkalosis Respiratorik
a. Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang
cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya
jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah rasa
nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah yang rendah, demam, overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal
disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah arteri. pH
darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika
penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Alkalosis Metabolik
a. Definisi
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis
metabolik
terjadi
jika
tubuh
kehilangan
terlalu
banyak
asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadangkadang
dilakukan
di
rumah
sakit,
terutama
setelah
pembedahan
perut).
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah
yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
Nald vooder/Needle Holder/Nald Hecting. Gunanya adalah untuk memegang jarum jahit
c
-
duatipe yabg sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe Metzenbaum.
Gunting Benang
Ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus, kegunaannya adalah memotong
d
-
tumor.
Klem Babcock. Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi.
Retraktor (Wound Hook)
Retraktor langenbeck, US Army Double Ended Retraktor
dan
Retraktor
f
-
g
h
i
kedalam luka.
Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas operasi,
(rounde nald).
Benang
Terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
- Absorbable (dapat diserap oleh jaringan tubuh), contoh : catgut dan vicryl. Benang
-
a. Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi saraf
(terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik. Pada anestesi lokal
kesadaran penderita tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal).
Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan untuk banyak hal. Misalnya, sulam
bibir, sulam alis, dan liposuction, kegiatan sosial seperti sirkumsisi (sunatan), mencabut
gigi berlubang, hingga merawat luka terbuka yang disertai tindakan penjahitan. Anestesi
lokal bersifat ringan dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu
singkat. Oleh karena efek mati rasa yang didapat hanya mampu dipertahankan selama
kurun waktu sekitar 30 menit seusai injeksi, bila lebih dari itu, maka akan diperlukan
injeksi tambahan untuk melanjutkan tindakan tanpa rasa nyeri.
b. Anestesi Regional
Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu dalam
kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila pasien
tak sadar. Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi pada lengan dan
tungkai. Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama pengantar
register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang belakang.
Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf di area itu. Sensasi nyeri yang
ditimbulkan organ-organ melalui sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak dapat diregister
sebagai sensasi nyeri di otak. Pada kasus bedah, bisa membuat mati rasa dari perut ke
bawah. Namun, oleh karena tidak mempengaruhi hingga ke susunan saraf pusat atau
otak, maka pasien yang sudah di anestesi regional masih bisa sadar dan mampu
berkomunikasi, walaupun tidak merasakan nyeri di daerah yang sedang dioperasi.
Metode pemberian anestesi regional dibagi menjadi dua, yaitu secara blok sentral dan
blok perifer.
1. Blok Sentral (Blok Neuroaksial).
Blok sentral dibagi menjadi tiga bagian yaitu anestesi Spinal dan Epidural
a. Anestesi Spinal
Anestesi spinal merupakan tindakan pemberian anestesi regional ke dalam ruang
subaraknoid. Hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal antara lain jenis obat,
dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh,
tekanan intra abdomen, lengkung tulang belakang, usia pasien, obesitas,
kehamilan, dan penyebaran obat.
b. Anestesi Epidural
Anestesi epidural ialah blokade saraf dengan menempatkan obat pada ruang
epidural (peridural, ekstradural) di dalam kanalis vertebralis pada ketinggian
tertentu, sehingga daerah di bawahnya teranestesi sesuai dengan teori dermatom
kulit. Ruang epidural berada di antara durameter dan ligamentun flavum.
2. Blok Perifer (Blok Saraf)
Anestesi regional dapat juga dilakukan dengan cara blok perifer. Salah satu teknik
yang dapat digunakan adalah anestesi regional intravena. Anestesi regional intravena
dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit. Melalui cara ini saraf yang
dituju langsung saraf bagian proksimal. Sehingga daerah yang dipersarafi akan
teranestesi misalnya pada tindakan operasi di lengan bawah memblok saraf brakialis.
Untuk melakukan anetesi blok perifer harus dipahami anatomi dan daerah persarafan
yang bersangkutan.
c. Anestesi Umum
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama narkose
umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan
operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi
tulang, dan lain-lain. Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri,
menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka,
selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk
meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi dilakukan.
7. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya
Tumor Jinak
a. Nevus pigmentosus merupakan tumor jinak yang tersusun dari sel-sel nevus. Nevus
pigmentosus dapat terjadi di semua bagian kulit tubuh, termasuk membrane mukosa
dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papilomatosa, biasanya
berukuran 24mm, namun dapat bervariasi dari sebesar peniti sampai sebesar telapak
tangan. Pigmentasinya juga bervariasi dari warna kulit sampai coklat kehitaman.
permkaannya menjadi kasar, berwarna abu-abu kecoklatan atau kehitaman. Kadangkadang beberapa lesi bergabung satu sama lain, menimbulkan plak verukosa.
c. Keloid, adalah penimbunan padat jaringan fibrosa yang meluas di atas permukaan
kulit yang mengalami luka traumatik atau insisi bedah. Keloid timbul akibat
kegagalan pemecahan kolagen dan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam.
d. Hemangioma, muncul pada saat bayi dan dapat membesar pada tahun pertama
kehidupan tetapi setelah itu mengecil. Lesi berwarna merah terang, timbul, dan
irregular. Timbulnya ulkus atau infeksi superfisial sering kali memperlambat
penyembuhan lesi.
e. Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa
tumor kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis
seboroik adalah tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai
pada orang tua dan biasanya asimtomatik. Keratosis seboroik mempunyai sinonim
nevus seboroik, kutil senilis, veruka seboroik senilis, papiloma sel basal.
f. Kista ateroma
Benjolan yang terbentuk dari akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar
keringat.benjolan tersebut berbentuk bulat dan berdinding tipis. Kista ateroma
terbentuk secret kelenjer keringat yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dan
berkumpul dalam kantung kelenjar.
g. Kista dermoid
Berasal dari ectodermal, dindingnya dibatasi oleh epitel skuomosa berlapis dan berisi
ependiks kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi embrional.
Tumor Ganas
a
Karsinoma sel basal, adalah keganasan yang tumbuh lambat dan menyebabkan
sedikitnya tigaperempat keganasan pada seri klinik. Lesi ini seperti lilin dan
berwarna kuning keabuan dan sering ada telangiektasis di bawah kulit.
Kebanyakan kanker sel basal timbul di leher dan kepala. Mereka cenderung
menginvasi dan mengerosi ke dalam struktur profunda termasuk tengkorak,
orbita, atau otak, jika tidak diobati.
Karsinoma sel skuamosa, biasanya muncul sebagai ulserasi kulit yang cenderung
tumbuh cepat daripada karsinoma sel basal. Biopsy diperlukan untuk
membedakan lesi ini dari jenis karsinoma kulit lainnya. Juga paling sering terjadi
di kepala dan leher. Gambaran khas adalah ulkus dengan tepi timbul menyerupai
kawah gunung berapi. Karsinoma sel skuamosa lebih ganas daripada sel basal dan
akan bermetastasis ke limfonodus regional. Kanker sel skuamosa ditemukan pada
daerah yang sering teriritasi seperti tepi bibir, atau daerah dermatitis pascaradiasi,
atau ulserasi pada jaringan parut pasca terbakar lama. Penyakit Bowen merupakan
penyakit karsinoma sel skuamosa in situ yang tumbuh lambat dimana eksisi
dianjurkan.
Karsinoma kelenjar keringat, tumor ini jarang dijumpai pada dasawarsa keenam
dan ketujuh.
Sarcoma Kaposi, tumor ini meningkat jelas pada kaum homoseksual. Sindroma
penurunan kekebalan didapat (AIDS) biasanya disertai sarcoma Kaposi. Biasanya
tumor timbul di tangan atau kaki sebagai plak multiple yang berwarna kemerahan
sampai keunguan dan dapat datar., berulserasi, atau polipoid. Sering dijumpai
keterlibatan limfonodus.
Indikasi:
a)
b)
2.
Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari volume
darah total
Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena sebagian plasma
telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama 2 sampai 4 jam,
dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Hindari menggunakan komponen
ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat. Masa hidup komponen ini 21
hari.
Indikasi :
a)
3.
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma dihilangkan
80% , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui
golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan
antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk
pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3 C dan granulositopenia)
4.
5.
Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan atau jumlah
trombosit yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit, untuk pemberian
biasanya memerlukan beberapa kantong. Komponen ini diberikan secara cepat. Hindari
pemberian trombosit jika klien sedang demam.Klien dengan riwayat reaksi tranfusi
trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan antihistamin. Shelf life umumnya 6 sampai
72 jam tergantung pada kebijakanpusat di mana trombosit tersebut didapatkan. Periksa
hitung trombosit pada 1 dan 24 jam setelah pemberian.
Indikasi:
a)
trombosit
Pasien dengan leukemia dan marrow aplasia
Fresh Frozen Plasma (FFP)
b)
6.
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat kehilangan
darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah (factor V, VIII,
dan IX). Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar
diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat
kalsium. Shelf life 12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan
pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
Indikasi:
a)
b)
c)
7.
Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau infeksi
Terapi hyponatremi
Transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah yang
disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau
O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai
transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk
memastikan keduanya cocok: teknik ini disebut cross-matching.
Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak sesuainya darah
donor dengan darah resipien. Pemeriksaan dilakukan sebelum transfusi darah dan bila terjadi
reaksi transfusi darah.
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:
a. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resipien
(aglutinin resipien)
b. Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum
donor (aglutinin donor)
Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
-
Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi
eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa
memperhatikan hasil Crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan
darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah
donor itu
tidak
menghasilkan
aglutinasi,
sedangkan
dengan Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi
dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini
ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah masih dapat dilakukan
dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang
diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan.
Proses Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur kepada pasien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada.
2. Minta pasien untuk melaporkan gejala berikut: menggigil, sakit kepala, gatal dan
3.
4.
5.
6.
sendiri.
Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan pasien.
Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.
Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah.
Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan darah.
Tanyakan nama pasien dan periksa / cocokkan dengan gelang tangannya/gelang nama.
Dapatkan data dasar tanda-tanda vital pasien.
Mulai untuk mentransfusikan darah :
a. Isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline.
b. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada filter.
c. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap
bersama pasien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik
jalur IV dengan normal saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah.
i. Monitor tanda-tanda vital :
a. Dapatkan tanda vital pasien setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi dan
setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi/rumah sakit.
b. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintikbintik merah di kulit.
9. Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan.
10. Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek samping transfusi.
11. Catat pemberian darah dan produk darah.
9. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka, tahap proses penyembuhan luka
a. Vulnus laceratum (laserasi/robek)
Luka yang mengakibatkan robe pada kulit dengan identifikasinya memilki dimensi panjang,
lebar dan dalam. Biasanya vulnus laceratum diakibatkan karena terjatuh sehingga menimbulkan
robekan pada kulit.
f. Vulnus schlopetorum
Vulnus schlopetorum adalah jenis luka yang dalam akibat terkena peluru atau tembakan senjata.
h. Vulnus perforatum
Vulnus perforatum adalah luka tembuh yang merobek dua sisi tubuh yang disebabkan oleh
senjata tajam seperti panah, tombak, ataupun proses infeksi yang sdah meluas sehingga melewati
selapt serosa/epitel organ jaringan tubuh.
i. Vulnus amputatum
Vulns amputatum adalah luka yang diakibatkan terputusnya salah satu bagian tubuh, biasa
dikenal dengan amputasi.
2. Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka
dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu
bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan
selama proses reonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan
biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif
bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid,
fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective
tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa
makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki
kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru
tersebut disebut sebagai jaringan granulasi.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat
proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag
dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.
Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi,
warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin
dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut
akan
mencapai
puncaknya
pada
minggu
ke-10
setelah
perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang
diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan
parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu
atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhanluka
sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada
kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat
akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik
(diabetes mielitus).
Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan
sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak
2.
3.
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit
tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepitepi luka oleh jahitan ini.
4. Jahitan kontinu
Sering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan., jadi hanya ada dua simpul.
Bila salah satu terbuka maka jahitan ini akan terbuak seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk
menjahit kulit. Secara kosmetik bekas luka jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu
dapat dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.
5.
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
6.
mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan diserap
yang lamanya bervariasi, sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di
dalam tubuh
Tidak diserap ( non ansorbable sutures )
Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim
penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi penolakan
selama bertahun tahun.
Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara permanen.
Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing yang
tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel
Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan
serabut collagen tendon flexor sapi.
Contoh :
Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan
serabut collagen tendon flexor sapi tanpa campuran. Bersifat dapat
Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba
dan serabut collagen tendon flexor sapi dicampur dengan chromic aci.
Berguna untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam
waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera dilakukan.
Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra ( silk ) seperti surgical silk, virgin silk
dan dari kapas ( cotton ) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari
logam sehingga mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh :
metalik sutures ( stainless steel )
Diserap ( absorbable )
Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh tubuh secara
hidrolisis dan waktu penyerapan oleh tubuh mudah diprediksi,
Contoh :
Polyglactin 910
Poliglikolik
Polyglecaprone 25 (Monocryl)
Terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan ( non capilarity )
Keuntungan : Kelebihan dari jenis ini adalah permukaan benang rata dan
halus, tidak memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi tempat
tumbuhnya mikroba.
Multifilamen
Terbuat dari beberapa filament atau lembar bahan benang yang dipilih menjadi
satu.
Keuntungan : Kelebihan jenis ini adalah benang lebih kuat dari monofilament,
lembut dan teratur serta mudah digunakan.
Lanjutkan untuk menggosok lengan, menjaga tangan lebih tinggi dari lengan sepanjang
waktu. Hal ini untuk mencegah bakteri-sarat sabun dan air mengkontaminasi tangan.
Cuci setiap sisi lengan tiga inci di atas siku selama satu menit.
Ulangi proses di tangan dan lengan lainnya, menjaga tangan di atas siku setiap saat.
Bilas tangan dan lengan dengan melewatinya melalui air dalam satu arah saja, dari ujung jari
3. Dengan tangan yang masih berada pada lengan gaun, ambil sarung tangan steril dan
kenakan hingga sarung tangan menutupi bagian bawah dari lengan gaun.