Anda di halaman 1dari 36

Tugas dr. Arsanto T Widodo Sp.

OT
Rumah Sakit Umum Koja
Bagian Ilmu Bedah
Periode 17 Agustus-24 Oktober 2015
Nama

: Sylvia Joson

NIM

: 112014110

Pertanyaan:
1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit dewasa maupun anak
2. Jelaskan tentang perdarahan (menurut ATLS dan bagaimana penatalaksaannya)
3. Jelaskan mengenai definisi syok dan macam-macam syok
4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa
5. Jelaskan mengenai minor set
6. Jelaskan mengenai macam-macam teknik anestesi
7. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya
8. Jelaskan berbagai macam jenis transfusi, bagaimana memberikan transfusi
9. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka, tahap proses penyembuhan luka
10. Jelaskan macam-macam jenis jahitan, macam-macam benang
11. Jelaskan mengenai definisi dan tindakan asepsis antisepsis

1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit dewasa maupun anak


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika

berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di
luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan
cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Persentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal
antara lain :
a
b
c

Umur
Kondisi lemak tubuh
Sex

N
o
1

Umur

Persentase

bayi

75%

dewasa

a.

Pria ( 20 40 tahun )

60%

b.

Wanita ( 20 40 tahun )

50%

Lanjut Usia

45 50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam
sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di
luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 12 % transeluler.
2. Jelaskan tentang perdarahan (menurut ATLS dan bagaimana penatalaksaannya)

Perdarahan adalah penyebab syok yang paling sering terjadi pada penderita trauma. Respon
penderita trauma terhadap kehilangan darah menjadi lebih rumit karena pergeseran cairan di
antara kompartemen cairan di dalam tubuh (khususnya di dalam kompartemen cairan
ekstraseluler). Definisi dari perdarahan adalah kehilangan akut volume peredaran darah.
Hebatnya kehilangan darah dapat ditentukan pada evaluasi awal dengan menilai pulsasi, tekanan
darah, dan pengisian kembali kapiler. Sistem klasifikasi ATLS berguna untuk memahami
manifestasisehubungan dengan syok hemoragik pada orang dewasa. Volume darah diperkirakan
7% dari berat badan ideal, atau kira-kira 4900 ml pada pasien dengan berat badan 70 kg.

Perdarahan kelas 1, didefinisikan sebagai kehilangan darah <15% dari total volume darah,
mendorong

pada

tidak

adanya

perubahan

terukur

pada

kecepatan

jantung

atau pernafasan, tekanan darah, atau tekanan nadi dan membutuhkan sedikit atau tidak adanya
perawatan sama sekali.
Perdarahan kelas 2 didefinisikan sebagai kehilangan darah 15-30% volume darah (750-1500 ml),
dengan tanda-tanda klinis termasuk takikardia dan takipnoe. Tekanan darah sistolik mungkin
hanya sedikit menurun, khususnya ketika pasien berada pada posisi supinasi, akan tetapi tekanan
nadi menyempit. Urin output hanya menurun sedikit (yaitu, 20-30 ml/jam). Pasien dengan
perdarahan kelas 2 biasanya dapat diresusitasi dengan larutan kristaloid saja, namun beberapa
pasien mungkin membutuhkan transfusi darah.

Perdarahan kelas 3 didefinisikan sebagai kehilangan 30-40% (1500-2000 ml) volume darah.
Perfusi yang tidak adekuat pada pasien dengan perdarahan kelas 3 mengakibatkan tanda
takikardia dan takipnoe, ekstremitas dingin dengan pengisian kembali kapiler yang terhambat
secara signifikan, hipotensi, dan perubahan negatif status mental yang signifikan. Perdarahan
kelas 3 menampakkan volume kehilangan darah terkecil yang secara konsisten menghasilkan
penurunan pada tekanan darah sistemik. Resusitasi pada pasien ini seringnya membutuhkan
transfusi darah sebagai tambahan terhadap pemberian larutan kristaloid.
Perdarahan kelas 4 didefinisikan sebagai kehilangan darah > 40% volume darah (> 2000 ml)
mewakili perdarahan yang mengancam jiwa. Tanda-tandanya termasuk takikardia, tekanan darah
sistolik yang tertekan secara signifikan, dantekanan nadi yang menyempit atau tekanan darah
diastolik yang tidak dapatdiperoleh. Kulit menjadi dingin dan pucat, dan status mental sangat
tertekan.Urin output sedikit. Pasien-pasien ini membutuhkan transfusi segera untuk resusitasi dan
seringkali membutuhkan intervensi bedah segera.
3. Jelaskan mengenai definisi syok dan macam-macam syok
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan
ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigen jaringan dengan akibat gangguan mekanisme
homeostasis.
a

Syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan
volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan
ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan
cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan
interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular.
Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal
ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat
badan 70 kg.
Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1)
kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare,
diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites

dan peritonitis
Syok kardiogenik

Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang


mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Penyebab
syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner, disebabkan
oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati,
c

kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.


Syok septik
Adalah suatu keadaan dimana tekanan darah turun sampai tingkat yang
membahayakan nyawa sebagai akibat dari sepsis, disertai adanya infeksi (sumber
infeksi). Syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu dan
akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh system kekebalan untuk melawan suatu
infeksi). Racun yang dilepaskan oleh bakteri bias menyebabkan kerusakan jaringan
dan gangguan peredaraan darah.
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya kerena gram negative yang mnyebakan kolaps
kardiovasekuler. Editoksin basil gram negative ini meyebabkan vasodilatasi kapiler
dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain itu terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vasekuler karena vasodilatasi perifer
meybebkan terjadinya hipovilemia relative, sedangkan peningkatan permeabilitas
kapiler menyebakan kehilangan cairan intravasekuler ke intrertisial yang terlihat
sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebebakan penurunan
perfusi jaringan melaikan karena tidak kemampuan sel untuk menggunakan oksigen

kerena toksin kuman.


Syok anafilatik
Adalah suatu reaksi alergi yang cukup serius. Peyebabnya biasa bermcama-macam
mulai dari makan,obat, minum,obat-obatan, bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut
serius karena kondisi ini dapat meyebabkan kematian dan memerlukan rindakan medis
segera.
Jika seorang seorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi
terhadap antigen tersebut, akan timbul rekasi hipersentivitas. Antigen yang
bersangkutan terikat pada antibody dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi,
pegeluaran histamine, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini meyebankan peningkatan
permeabilitas dan dilatasi kapiler myeluruh. Terjadi hipovolemi relatif karena
vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler

meyebabkan udem. Pada syok anafilatik, bias terjadi bronkospasme yang menurukan
ventilasi.
4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh
Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45)
Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis kadar pH darah >7,45
Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
Sistem Buffer Tubuh
-

Sistem buffer ECF asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3)


Sistem buffer ICF fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4)
Sistem buffer ICF eritrosit oksihemoglobin-hemoglobin (HbO2- dan HHb)
Sistem buffer ICF dan ECF protein (Pr- dan HPr)

Pertahanan pH darah normal tercapai melalui kerja gabungan dari buffer darah, paru dan ginjal
- Persamaan Handerson Hasselbach:

pH = 6,1 + log

HCO3

20

[HCO3-] faktor metabolik, dikendalikan ginjal

PaCO2 faktor respiratorik, dikendalikan paru

pH 6,1 efek buffer dari asam karbonat-bikarbonat

Selama perbandingan [HCO3-] : PaCO2 = 20 : 1 pH darah selalu = 6,1 + 1,3 = 7,4

Gangguan Asam Basa Darah


Asidosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2

Alkalosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2

Asidosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]

Alkalosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]

Asidosis Respiratorik
a. Pengertian

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan


karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam
darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa
mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma
dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu;
atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari.
c. Diagnosa
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran
karbondioksida dari darah arteri.
d. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru.
Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya
kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH,
darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan
menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga
berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan
koma.

Penyebab utama dari asidois metabolik: gagal ginjal, asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk
ginjal), ketoasidosis diabetikum, asidosis laktat (bertambahnya asam laktat), bahan beracun
seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida,
kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi atau
kolostomi.
b. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan
mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun
kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis,
penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan
mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun,
menyebabkan syok, koma dan kematian.
c. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil
dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh
karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya,
dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah.
d. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes
dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi
bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
Alkalosis Respiratorik
a. Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang
cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

b. Penyebab

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya
jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah rasa
nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah yang rendah, demam, overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal
disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah arteri. pH
darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika
penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Alkalosis Metabolik
a. Definisi
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis

metabolik

terjadi

jika

tubuh

kehilangan

terlalu

banyak

asam.

Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadangkadang

dilakukan

di

rumah

sakit,

terutama

setelah

pembedahan

perut).

Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah
yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.

c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

5. Jelaskan mengenai minor set


a

Nald vooder/Needle Holder/Nald Hecting. Gunanya adalah untuk memegang jarum jahit

(nald heacting) dan sebagai penyimpul benang.


Pisau Bedah
Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang dan mata pisau (mess/bistouri/blade).
Kegunaanya adalah untuk menyayat berbagai organ atau bagian tubuh manusia. Mata

c
-

pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat.


Gunting
Gunting Diseksi (disecting scissor)
Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanga runcing. Terdapat

duatipe yabg sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe Metzenbaum.
Gunting Benang
Ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus, kegunaannya adalah memotong

d
-

benang operasi, merapikan lukan.


Gunting Pembalut/Perban
Kegunaannya adalah untuk menggunting plester dan pembalut.
Klem (Clamp)
Klem Arteri Pean. Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah untuk

hemostatis untuk jaringan tipisdan lunak.


Klem Kocher. Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya

seperti pinset sirugis.Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan.


Klem Allis. Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit

tumor.
Klem Babcock. Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi.
Retraktor (Wound Hook)
Retraktor langenbeck, US Army Double Ended Retraktor

dan

Retraktor

f
-

Volkman penggunaannya adalah untuk menguakan luka.


Pinset
Pinset Sirugis. Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan

penjahitan luka, memberitanda pada kulit sebelum memulai insisi.


Pinset Anatomis. Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka,
menjepit jaringan yang tipisdan lunak.

g
h
i

Pinset Splinter. Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka ( mencegah


overlapping).
Deschamps Aneurysm Needle
Penggunaannya adalah untuk mengikat pembuluh darah besar.
Wound Curet
Penggunaannya dalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus kronis.
Sonde (Probe)
Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat melakukan eksplorasi, dan mengetahui

kedalam luka.
Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas operasi,

doek,dan laken steril.


Jarum Jahit
Penggunaanya adalah untuk menjahit luka yang dan menjahit organ yang rusak lainnya.
Untuk menjahit kulit digunakan yang berpenampang segitiga agar lebih mudah mengiris
kulit (scharpenald). Sedangkan untuk menjahit otot dipakai yang berpenampang bulat

(rounde nald).
Benang
Terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
- Absorbable (dapat diserap oleh jaringan tubuh), contoh : catgut dan vicryl. Benang
-

ini umumnya digunakan untuk menjahit jaringan yang letaknya profunda.


Non absorbable (tidak dapat diserap jaringan tubuh), contoh : nylon, dacron, dan
teflon. Benang ini umumnya digunakan untuk menjahit kulit.

6. Jelaskan mengenai macam-macam teknik anestesi

a. Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi saraf
(terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik. Pada anestesi lokal
kesadaran penderita tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal).
Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan untuk banyak hal. Misalnya, sulam
bibir, sulam alis, dan liposuction, kegiatan sosial seperti sirkumsisi (sunatan), mencabut
gigi berlubang, hingga merawat luka terbuka yang disertai tindakan penjahitan. Anestesi
lokal bersifat ringan dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu
singkat. Oleh karena efek mati rasa yang didapat hanya mampu dipertahankan selama
kurun waktu sekitar 30 menit seusai injeksi, bila lebih dari itu, maka akan diperlukan
injeksi tambahan untuk melanjutkan tindakan tanpa rasa nyeri.

b. Anestesi Regional

Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu dalam
kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila pasien
tak sadar. Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi pada lengan dan
tungkai. Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama pengantar
register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang belakang.
Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf di area itu. Sensasi nyeri yang
ditimbulkan organ-organ melalui sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak dapat diregister
sebagai sensasi nyeri di otak. Pada kasus bedah, bisa membuat mati rasa dari perut ke
bawah. Namun, oleh karena tidak mempengaruhi hingga ke susunan saraf pusat atau
otak, maka pasien yang sudah di anestesi regional masih bisa sadar dan mampu
berkomunikasi, walaupun tidak merasakan nyeri di daerah yang sedang dioperasi.
Metode pemberian anestesi regional dibagi menjadi dua, yaitu secara blok sentral dan
blok perifer.
1. Blok Sentral (Blok Neuroaksial).
Blok sentral dibagi menjadi tiga bagian yaitu anestesi Spinal dan Epidural
a. Anestesi Spinal
Anestesi spinal merupakan tindakan pemberian anestesi regional ke dalam ruang
subaraknoid. Hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal antara lain jenis obat,
dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh,
tekanan intra abdomen, lengkung tulang belakang, usia pasien, obesitas,
kehamilan, dan penyebaran obat.
b. Anestesi Epidural
Anestesi epidural ialah blokade saraf dengan menempatkan obat pada ruang
epidural (peridural, ekstradural) di dalam kanalis vertebralis pada ketinggian
tertentu, sehingga daerah di bawahnya teranestesi sesuai dengan teori dermatom
kulit. Ruang epidural berada di antara durameter dan ligamentun flavum.
2. Blok Perifer (Blok Saraf)
Anestesi regional dapat juga dilakukan dengan cara blok perifer. Salah satu teknik
yang dapat digunakan adalah anestesi regional intravena. Anestesi regional intravena
dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit. Melalui cara ini saraf yang
dituju langsung saraf bagian proksimal. Sehingga daerah yang dipersarafi akan
teranestesi misalnya pada tindakan operasi di lengan bawah memblok saraf brakialis.

Untuk melakukan anetesi blok perifer harus dipahami anatomi dan daerah persarafan
yang bersangkutan.

c. Anestesi Umum
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama narkose
umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan
operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi
tulang, dan lain-lain. Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri,
menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka,
selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk
meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi dilakukan.
7. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya
Tumor Jinak
a. Nevus pigmentosus merupakan tumor jinak yang tersusun dari sel-sel nevus. Nevus
pigmentosus dapat terjadi di semua bagian kulit tubuh, termasuk membrane mukosa
dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papilomatosa, biasanya
berukuran 24mm, namun dapat bervariasi dari sebesar peniti sampai sebesar telapak
tangan. Pigmentasinya juga bervariasi dari warna kulit sampai coklat kehitaman.

b. Veruka vulgaris (kutil)


Bentuk ini paling sering ditemua pada anak-anak tetapi dapt juga pada orang dewasa
dan orang tua. Tempat predileksi utamanya adalah ekstremitas bagian ekstensor. Pada
keadaan awal, ukurannya biasanya hanya sebesar pentol jarum dengan permukaan
halus dan mengkilat. Dalam waktu beberapa minggu atau bulan kian membesar dan

permkaannya menjadi kasar, berwarna abu-abu kecoklatan atau kehitaman. Kadangkadang beberapa lesi bergabung satu sama lain, menimbulkan plak verukosa.

c. Keloid, adalah penimbunan padat jaringan fibrosa yang meluas di atas permukaan
kulit yang mengalami luka traumatik atau insisi bedah. Keloid timbul akibat
kegagalan pemecahan kolagen dan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam.

d. Hemangioma, muncul pada saat bayi dan dapat membesar pada tahun pertama
kehidupan tetapi setelah itu mengecil. Lesi berwarna merah terang, timbul, dan
irregular. Timbulnya ulkus atau infeksi superfisial sering kali memperlambat
penyembuhan lesi.

e. Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa
tumor kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis
seboroik adalah tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai
pada orang tua dan biasanya asimtomatik. Keratosis seboroik mempunyai sinonim
nevus seboroik, kutil senilis, veruka seboroik senilis, papiloma sel basal.

f. Kista ateroma
Benjolan yang terbentuk dari akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar
keringat.benjolan tersebut berbentuk bulat dan berdinding tipis. Kista ateroma
terbentuk secret kelenjer keringat yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dan
berkumpul dalam kantung kelenjar.

g. Kista dermoid
Berasal dari ectodermal, dindingnya dibatasi oleh epitel skuomosa berlapis dan berisi
ependiks kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi embrional.

Tumor Ganas
a

Karsinoma sel basal, adalah keganasan yang tumbuh lambat dan menyebabkan
sedikitnya tigaperempat keganasan pada seri klinik. Lesi ini seperti lilin dan
berwarna kuning keabuan dan sering ada telangiektasis di bawah kulit.
Kebanyakan kanker sel basal timbul di leher dan kepala. Mereka cenderung
menginvasi dan mengerosi ke dalam struktur profunda termasuk tengkorak,
orbita, atau otak, jika tidak diobati.

Karsinoma sel skuamosa, biasanya muncul sebagai ulserasi kulit yang cenderung
tumbuh cepat daripada karsinoma sel basal. Biopsy diperlukan untuk
membedakan lesi ini dari jenis karsinoma kulit lainnya. Juga paling sering terjadi
di kepala dan leher. Gambaran khas adalah ulkus dengan tepi timbul menyerupai
kawah gunung berapi. Karsinoma sel skuamosa lebih ganas daripada sel basal dan
akan bermetastasis ke limfonodus regional. Kanker sel skuamosa ditemukan pada
daerah yang sering teriritasi seperti tepi bibir, atau daerah dermatitis pascaradiasi,
atau ulserasi pada jaringan parut pasca terbakar lama. Penyakit Bowen merupakan
penyakit karsinoma sel skuamosa in situ yang tumbuh lambat dimana eksisi
dianjurkan.

Karsinoma kelenjar keringat, tumor ini jarang dijumpai pada dasawarsa keenam
dan ketujuh.
Sarcoma Kaposi, tumor ini meningkat jelas pada kaum homoseksual. Sindroma
penurunan kekebalan didapat (AIDS) biasanya disertai sarcoma Kaposi. Biasanya
tumor timbul di tangan atau kaki sebagai plak multiple yang berwarna kemerahan
sampai keunguan dan dapat datar., berulserasi, atau polipoid. Sering dijumpai
keterlibatan limfonodus.

8. Jelaskan berbagai macam jenis transfusi, bagaimana memberikan transfusi


1.

Darah lengkap (whole blood)


Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan
dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan
ABO dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam, maksimum 4 jam/unit.
Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk
stabilisasi. Bisanya tersedia dalam volume 400-500 ml dengan masa hidup 21 hari.
Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi masalah sirkulasi.
Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.

Indikasi:
a)
b)

2.

Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari volume

darah total
Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena sebagian plasma
telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama 2 sampai 4 jam,
dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Hindari menggunakan komponen
ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat. Masa hidup komponen ini 21
hari.
Indikasi :
a)

Pasien dengan kadar Hb rendah


Pasien anemia karena kehilangan darah saat pembedahan
c) Pasien dengan massa sel darah merah rendah
White Blood Cells (WBC atau leukosit)
b)

3.

Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma dihilangkan
80% , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui
golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan
antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk
pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
Indikasi :

Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3 C dan granulositopenia)
4.

Leukosit poor RBCs


Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95 %, digunakan
bila kelebihan plasma dan antibody tidak dibutuhkan. Komponen ini tersedia dalam
volume 200 ml, waktu pemberian 1 sampai 4 jam.
Indikasi:
Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise)

5.

Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan atau jumlah
trombosit yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit, untuk pemberian
biasanya memerlukan beberapa kantong. Komponen ini diberikan secara cepat. Hindari
pemberian trombosit jika klien sedang demam.Klien dengan riwayat reaksi tranfusi
trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan antihistamin. Shelf life umumnya 6 sampai
72 jam tergantung pada kebijakanpusat di mana trombosit tersebut didapatkan. Periksa
hitung trombosit pada 1 dan 24 jam setelah pemberian.
Indikasi:
a)

Pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit, peningkatan pemecahan

trombosit
Pasien dengan leukemia dan marrow aplasia
Fresh Frozen Plasma (FFP)
b)

6.

Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat kehilangan
darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah (factor V, VIII,
dan IX). Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar
diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat
kalsium. Shelf life 12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan
pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
Indikasi:
a)
b)
c)

Pencegahan perdarahan postoperasi dan syok


Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan
Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan.

7.

Albumin 5 % dan albumin 25 %


Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah dan
pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag. Volume yang
diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien.Hindarkan untuk mencampur albumin
dengan protein hydrolysate dan larutan alkohol.
Indikasi :
a)
b)

Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau infeksi
Terapi hyponatremi

Transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah yang
disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau
O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai
transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk
memastikan keduanya cocok: teknik ini disebut cross-matching.
Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak sesuainya darah
donor dengan darah resipien. Pemeriksaan dilakukan sebelum transfusi darah dan bila terjadi
reaksi transfusi darah.
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:
a. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resipien
(aglutinin resipien)
b. Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum
donor (aglutinin donor)
Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
-

Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi
eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa
memperhatikan hasil Crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan
darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah
donor itu

Bila Crossmatch mayor

tidak

menghasilkan

aglutinasi,

sedangkan

dengan Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi
dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini
ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah masih dapat dilakukan
dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang
diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan.
Proses Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur kepada pasien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada.
2. Minta pasien untuk melaporkan gejala berikut: menggigil, sakit kepala, gatal dan
3.
4.
5.
6.

kemerahan dengan segera.


Pastikan bahwa pasien telah menandatangani format persetujuan / informed concern.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G).
Gunakan selang infus yang mempunyai filter. Gantungkan wadah larutan NaCl 0,9%

untuk diberikan setelah menginfuskan/ pemberian transfusi darah.


7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah
bila anda telah siap menggunakannya.
8. Identifikasi kebenaran produk darah dan pasien :
a. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi pada kantong itu
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

sendiri.
Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan pasien.
Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.
Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah.
Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan darah.
Tanyakan nama pasien dan periksa / cocokkan dengan gelang tangannya/gelang nama.
Dapatkan data dasar tanda-tanda vital pasien.
Mulai untuk mentransfusikan darah :
a. Isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline.
b. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada filter.
c. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap
bersama pasien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik

jalur IV dengan normal saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah.
i. Monitor tanda-tanda vital :
a. Dapatkan tanda vital pasien setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi dan
setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi/rumah sakit.

b. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintikbintik merah di kulit.
9. Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan.
10. Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek samping transfusi.
11. Catat pemberian darah dan produk darah.

9. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka, tahap proses penyembuhan luka
a. Vulnus laceratum (laserasi/robek)
Luka yang mengakibatkan robe pada kulit dengan identifikasinya memilki dimensi panjang,
lebar dan dalam. Biasanya vulnus laceratum diakibatkan karena terjatuh sehingga menimbulkan
robekan pada kulit.

b. Vulnus excoriasi (luka lecet)


Vulnus excoriasi adalah luka yang diakibatkan terjadi gesekan dengan benda keras. Luka ini
memiliki panjang dan lebar, berbeda dengan vulnus laceratum yang memiliki kedalaman luka.
Sebagai contoh luka lecet akibat terjatuh dari motor sehingga terjadi gesekan antara anggota
tubuh dengan aspal.

c. Vulnus contussum (luka kontusiopin)


Vulnus contussum adalah luka akibat pecahnya pembuluh darah di bawah kulit, tidak terjadi
robekan dan perdarahan keluar, Vulnus contussum terjadi akibat benturan kerassehingga
menimbulkan warna merah kehitaman atau kebiruan pada kulit.

d. Vulnus punctum (luka tusuk)


Vulnus punctum adalah luka akibat tusukan benda tajam yang mengakibatkan luka sempit dan
dalam.

e. Vulnus insivum/schissum (luka sayat)


Luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda tajam, bisa logam
maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis.

f. Vulnus schlopetorum
Vulnus schlopetorum adalah jenis luka yang dalam akibat terkena peluru atau tembakan senjata.

g. Vulnus morsum (luka gigitan)


Vulnus morsum adalah jenis luka yang disebabkan oleh gigitan gigi baik oleh manusia ataupun
hewan.

h. Vulnus perforatum
Vulnus perforatum adalah luka tembuh yang merobek dua sisi tubuh yang disebabkan oleh
senjata tajam seperti panah, tombak, ataupun proses infeksi yang sdah meluas sehingga melewati
selapt serosa/epitel organ jaringan tubuh.

i. Vulnus amputatum
Vulns amputatum adalah luka yang diakibatkan terputusnya salah satu bagian tubuh, biasa
dikenal dengan amputasi.

j. Vulnus combustion (luka bakar)


Vulnus combustion adalah jenis luka bakar yang diakibatkan rusaknya jaringan kulit akibat
thermal, radiasi, elektrik ataupun kimia.

Proses Penyembuhan Luka


Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan proses peradangan, yang
dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas
(heat), nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya
mencakup beberapa fase :
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang
terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan
membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan
dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan
menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi
vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriksi yang
mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel
yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan
terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local
reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin).
Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah
keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan
dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai
dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3
atau hari ke-4.

2. Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka
dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu
bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan
selama proses reonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan
biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif
bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid,
fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective
tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa
makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki
kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru
tersebut disebut sebagai jaringan granulasi.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat
proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag
dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.
Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi,
warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin
dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut
akan

mencapai

puncaknya

pada

minggu

ke-10

setelah

perlukaan.

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang
diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan
parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu
atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhanluka

sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada
kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat
akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik
(diabetes mielitus).

10. Jelaskan macam-macam jenis jahitan, macam-macam benang


1. Jahitan simpul tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture. Merupakan jenis jahitan
yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik :
-

Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan
sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak

2.

lurus pada atau searah garis luka.


Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

Jahitan matras horizontal

Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress


Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.

3.

Jahitan matras vertikal

Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit
tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepitepi luka oleh jahitan ini.

4. Jahitan kontinu
Sering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan., jadi hanya ada dua simpul.
Bila salah satu terbuka maka jahitan ini akan terbuak seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk
menjahit kulit. Secara kosmetik bekas luka jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu
dapat dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.

5.

Jahitan jelujur sederhana

Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

6.

Jahitan jelujur feston

Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada
jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.

Klasifikasi benang bedah

Berdasarkan keberadaannya didalam tubuh pasien dibagi atas :


Diserap ( absorbable sutures )

Merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan collagen

mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan diserap
yang lamanya bervariasi, sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di
dalam tubuh
Tidak diserap ( non ansorbable sutures )

Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim

penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi penolakan
selama bertahun tahun.
Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara permanen.

Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing yang
tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel

Berdasarkan materi / bahan, dibagi atas :

Bahan alami, dibagi atas :


Diserap ( absorbable )

Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan
serabut collagen tendon flexor sapi.

Contoh :

Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan
serabut collagen tendon flexor sapi tanpa campuran. Bersifat dapat

diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari dan


warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber pendarahan
kecil, menjahit subcutis dan dapat pula digunakan untuk bergerak dan luas
lukanya kecil. Benang ini harus dilakukan penyimpulan 3 kali karena
dalam tubuh akan mengembang. Bila penyimpulan dilakukan hanya 2 kali
akan terbuka kembali.

Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba
dan serabut collagen tendon flexor sapi dicampur dengan chromic aci.
Berguna untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam
waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera dilakukan.

Tidak diserap ( non ansorbable sutures )

Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra ( silk ) seperti surgical silk, virgin silk
dan dari kapas ( cotton ) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari
logam sehingga mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh :
metalik sutures ( stainless steel )

Bahan sintetis ( buatan ), dibagi atas :

Diserap ( absorbable )
Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh tubuh secara
hidrolisis dan waktu penyerapan oleh tubuh mudah diprediksi,
Contoh :

Polyglactin 910

Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Coated Vicryl)

Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Vicryl Rapide)

Poliglikolik

Polyglecaprone 25 (Monocryl)

Polydioxanone (PDS II)

Tidak diserap ( non absorbable )


Terbuat dari bahan buatan ( sintetis ) dan dibuat sedemikian rupa sehingga
reaksi jaringan yang timbul sangat kecil.
Contoh : Polypropamide (Ethilon), Polypropylene (Prolene), Polyester
(Mersilene)

Berdasarkan penampang benang, dibagi atas :

Monofilamen ( satu helai )

Terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan ( non capilarity )

Keuntungan : Kelebihan dari jenis ini adalah permukaan benang rata dan
halus, tidak memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi tempat
tumbuhnya mikroba.

Kelemahan : Kelemahannya adalah memerlukan penanganan simpul yang


khusus karena relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament.

Contoh : Catgut, PDS, dan Prolene

Multifilamen

Terbuat dari beberapa filament atau lembar bahan benang yang dipilih menjadi
satu.

Keuntungan : Kelebihan jenis ini adalah benang lebih kuat dari monofilament,
lembut dan teratur serta mudah digunakan.

Kerugian : Kelemahannya adalah karena ada rongga maka dapat menjadi


tempat menempelnya mokroba dan sedikit tersendat pada saat melalui
jaringan.

Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond

11. Jelaskan mengenai definisi dan tindakan asepsis antisepsis


Asepsis adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. Keadaan asepsis
merupakan syarat dalam tindak bedah. Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai keadaan bebas kuman pathogen. Tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya
infeksi dengan membunuh kuman patogen. Obat-obat antiseptic, misalnya lisol atau kreolin
adalah zat kimia yang dapat membunuh kuman penyakit.
Pakaian dasar dan gaun bedah
Setiap orang yang masuk ke kamar bedah harus menggunakan pakaian penutup permukaan kulit
yang dapat berhubungan dengan daerah pembedahan. Pakaian ini termasuk sarung tanga, masker
dan tutup kepala. Pakaian bedah dibagi dalam dua macam, yaitu yang dipakai oleh setiap orang
yang masuk kamar bedah yang merupakan pakaian dasar, dan yang dipakai oleh pembedah serta
para pembantunya sewaktu pembedahan disebut gaun bedah. Pakaian dasar harus memenuhi
syarat bersih, ringan, berbahan tipis dan tembus udara. Pakaian dasar tidak perlu steril, tetapi
dicuci dan disetrika setiap akan dipakai. Tutup kepala harus menutupi semua bagian rambut,
masker menutupi kumis, cambang, jenggot, lubang hidung dan mulut. Alas kaki harus bersih dan
jangan digunakan di luar unit bedah tersebut. Gaun bedah harus memenuhi syarat steril,
disediakan di atas meja instrument, menutupi tubuh secara melingkar, berlengan panjang,
menutup leher, terbuat dari bahan yang tipis namun kuat.
Cuci tangan
Prosedur untuk waktunya lima menit scrub terdiri dari:
-

Lepaskan semua perhiasan (cincin, jam tangan, gelang).


Cuci tangan dan lengan dengan sabun antimicrobial. Mulai waktu. Gosok setiap sisi masingmasing jari, antara jari-jari, dan bagian belakang dan depan tangan selama dua menit.

Lanjutkan untuk menggosok lengan, menjaga tangan lebih tinggi dari lengan sepanjang

waktu. Hal ini untuk mencegah bakteri-sarat sabun dan air mengkontaminasi tangan.
Cuci setiap sisi lengan tiga inci di atas siku selama satu menit.
Ulangi proses di tangan dan lengan lainnya, menjaga tangan di atas siku setiap saat.
Bilas tangan dan lengan dengan melewatinya melalui air dalam satu arah saja, dari ujung jari

ke siku. Jangan menggerakkan lengan bolak-balik melalui air.


Lanjutkan ke operasi kamar suite memegang tangan di atas siku.
Setelah itu lengan harus dikeringkan menggunakan handuk steril dan teknik aseptik. Sekarang
siap untuk mengenakan gaun dan sarung tangan steril.

Teknik memakai gaun dan sarung tangan:


1. Ambil dan naikkan gaun bedah ke atas. Pegang bagian atas dan cari bagian lengan. Pada
saat membuka gaun bedah, pastikan tidak menyentuh meja dan barang yang tidak steril.
2. Masukkan kedua tangan pada bagian lengan dari gaun sambil meninggikan tangan dan
biarkan gaun turun dengan sendirinya. Asisten yang tidak steril membantu untuk mengikat
tali pada bagian leher dan pinggang.

3. Dengan tangan yang masih berada pada lengan gaun, ambil sarung tangan steril dan
kenakan hingga sarung tangan menutupi bagian bawah dari lengan gaun.

Anda mungkin juga menyukai