KELOMPOK X
030.09.018
030.09.160
030.09.244
030.10.128
030.10.265
030.11.171
030.11.188
030.11.202
030.11.220
030.11.234
030.11.269
030.11.284
030.11.303
030.11.319
ANDRI CHANGAT
M. TAUFIQ HIDAYAT
SUREZA LARKE W.
I GEDE PUTU ARSA
SIMLIN SUTARLI
LUSI JELITA SARI
MEIRIA SARI
MUTIARA FERINA
NURICHWANI W.
PUTRI CAESARRINI
SCHERLLY REVIANA
TARATHYA BUNGA D.
VIVY DESYANTI
YUSE RISHNA KANIA R.
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak memang berbeda dengan TB pada
orang dewasa. TB pada anak menginfeksi primer di parenkim paru yang tidak
menyebabkan refleks batuk sehingga jarang ditemukan gejala khas TB seperti batuk
berdahak.
Pada parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka TB tidak
menular antara sesama anak. TB sangat mudah menular dari orang tua ke anak tetapi
TB tidak menular dari anak ke anak.
Gejala TB pada anak lebih susah didiagnosis karena bukan merupakan gejala
khas TB. Pada anak jarang ditemukan gejala batuk berdahak seperti yang diderita
pada orang dewasa. Dan seringkali terjadi salah diagnosa, karena gejala yang dialami
bisa juga merupakan gejala penyakit lain. Dalam mendiagnosis TB pada anak tidak
bisa dilakukan dengan uji dahak (sputum test), karena memang jarang pasien TB anak
mengalami batuk berdahak. Selain itu, foto rontgen pada anak juga tidak bisa
memberikan diagnosa yang tepat. Maka diperlukan uji Tuberkulin atau uji Mantoux.
BAB II
LAPORAN KASUS
Riwayat penyakit sekarang :
Seorang anak laki-laki usia 1 tahun, dibawa ibunya ke rumah sakit BA karena
demam. Demam dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Panas naik turun, agak meningkat
menjelang malam hari. Sejak 3 hari yang lalu, os batuk, batuk terutama pagi hari
setelah bangun tidur. Bila batuk, os muntah, bening, tidak berdarah, nafsu makan
menurun. Berat badan os sulit naik, nafsu makannya semakin sulit. Buang air kecil
lancar, tidak mengejan, tidak menetes, jernih. Buang air besar normal, 1 kali sehari.
Riwayat keluarga :
Ayah os sering pilek, terutama pada pagi hari, menghilang saat siang hari.
Ayah dan ibu os tidak ada yang sakit batuk lama ataupun batuk berdarah.
Riwayat makan :
3 kali sehari, nasi piring makan sehari. Dengan lauk kadang telur, sayur sop
sedikit.
Riwayat imunisasi :
Hepatitis B, DPT, Polio : 1 kali, usia 1 bulan
Riwayat tumbuh kembang :
Merambat usia 10 bulan, saat ini sudah bisa berjalan 1-2 langkah, lalu terjatuh.
BAB III
PEMBAHASAN
IDENTITAS
Identitas Anak
: Nama anak
:D
Umur anak
: 12 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
: Nama orangtua
:-
Pekerjaan
:-
Alamat
:-
ANAMNESIS
Keluhan utama
Riwayat keluarga
: -
sulit
buang air kecil lancar, tidak mengejan, tidak
menetes, jernih
buang air besar normal, 1 kali sehari.
ayah dan ibu tidak ada yang sakit batuk lama ataupun
batuk berdarah
Riwayat makan
: -
Riwayat imunisasi
: -
MASALAH + INTRPRETASI
Berdasarkan hasil anamnesis pasien, masalah yang didapatkan adalah :
MASALAH
INTERPRETASI MASALAH
Demam sejak 1 bulan yang lalu
Menandakan demam kronis dari lamanya
Panas naik turun, agak meningkat Demam yang meningkat pada malam hari merupakan
menjelang malam hari
gelaja khas pada demam typhoid dan juga tuberkulosis
Batuk terutama pagi hari setelah Adanya kemungkinan alergi pada pasien dan pada anak
bangun tidur
Nafsu makan menurun
nafsu
makan
pada
pasien
sehingga
kali makan.
Hepatitis B, DPT, polio 1 kali pada Imunisasi tidak lengkap karena tidak adanya vaksinasi
usia 1 bulan
BCG (Bacillus
ANAMNESIS TAMBAHAN
Riwayat penyakit sekarang :
Riwayat keluarga :
Riwayat obat-obatan :
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Nadi
80-150 x/menit)
Pernapasan
Suhu tubuh
: 38,20C Febris
30-60 x/menit)
Data antropometri
Kepala
Telinga
Hidung
Berat badan
Tinggi Badan
: 7,2 kg
: 73 cm
Mulut
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Genitalia Eksterna
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Lab
Jenis pemeriksaan
Hb
Eritrosit
Trombosit
Leukosit
Hasil
11 g/dL
5,5 juta /uL
347 ribu /uL
9,9 ribu /uL
Nilai normal
10,5-14 g/dL
3,5-5,7 juta /uL
150-400 ribu /uL
6000-15000 /uL
Interpretasi
Normal
Normal
Normal
Normal
, menandakan adanya
LED
25 mm/jam
<10 mm/jam
infeksi yang
33-42 %
0-1
menyebabkan demam
Normal
Normal
, biasanya pada
Ht
Basofil
33 %
-
stress,inflamasi akut,
Eosinofil
1-3
Netrofil Batang
Netrofil Segmen
1
58
2-6
50-70
adrenokortikal.
Normal,
, menandakan adanya
Limfosit
Monosit
41
-
20-40
2-8
infeksi kronik
, biasanya pada
leukemia limfositik,
anemia aplastik.
b. Foto Thorax
Pada gambaran foto thorax pasien,
didapatkan adanya:
Adanya kompleks primer dengan focus
Ghon
Adanya infiltrate yang terdistribusi di
seluruh lapangan paru
DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis kerja yaitu TB milier. Data yang menunjang diagnosis tersebut
sebagai berikut :
Gejala klinis : demam lama dengan penyebab yang tidak jelas serta batuk,
pembengkakan kelenjar getah bening dileher, berat badan sulit naik tanpa
0
Tidak jelas
2
Laporan
3
BTA(+)
Skor
0
keluarga
(BTA atau
Tes tuberculin
negative
tdk jls)
-
>5 dalam
keadaan
BB
imunosupresi )
-
BB/U <60%
-
1
0
1
0
1
BB/TB <90%
Klinis gizi
buruk atau
80%
Bb/TB <
70% atau
Demam
Batuk kronik
Pembesaran
kelenjar limfe
Tulang/sendi
Foto thorax
> 2 minggu
> 3 minggu
Jumlah >1,
ukuran > 1 cm
Normal atau
tdk nyeri
bengkak
Gambaran
kelainan
sugestif TB
tidak jelas
total
DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang disebabkan mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit) peradangan ini mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan pertukaran gas setempat. Gejala dari
pneumonia yaitu demam menggigil yang mendadak, batuk yang
maupun kronik
Demam tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhi. Demam tifoid masih menjadi penyakit yang endemic
di Indonesia. Penyakit tersebut menyeran anak-anak dan dewasa.
Gejala utama demam tifoid adalah demam berkepanjangan ( pro
longed fever , yaitu demam yang berlangsung > 5 hari ). Pola demam
dapat bersifat khas atau klasik tifoid yaitu demam yang rendah dan
perlahan-lahan demam meningkat dari hari kehari sehingga demam
cenderung konstan tinggi. Demam dapat disertai gejala non spesifik
lainnya seperti menggigil, sakit kepala, lemas, pusing, batuk kering,
dan nyeri otot, atau pegal-pegal. Gejala tidak spesifik tersebut sering
juga dikenal dengan istilah flu-like illness dan dapat disebabkan oleh
infeksi laiinya. Pada demam tifoid juga terdapat keluhan gangguan
pencernaan yaitu nyeri perut, diare atau konstipasi. Diare leih sering
ditemukan pada nak-anak.
PROGNOSIS
- Ad vitam
; ad bonam
Di karenakan pada pasien ini belum terjadi komplikasi walaupun TB
Ad fungsionam : Ad bonam
Fungsi paru bias kembali normal jika pengobatan adekuat.
Komplikasi :
Paru
- pneumothoraks
- bronkiektasis
- abses paru
Penyebab secara hematogen
- TB kulit
- meningitis tb
- spondylitis
- tb ginjal
Penyebaran secara limfogen
- lymphodenitis TB
Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan kepada pasien adalah 4 obat anti tuberculosis yang
diberikan selama 6-10 bulan tergantung dari hasil terapinya.
Pada anak ini diberikan:
1. INH 108 mg/hari (7,2 kg x 10 mg)
2. Rifampisin 144 mg/hari (7,2 kg x 20 mg)
3. Pirazinamid 216 mg/hari (7,2 kg x30 mg)
4. Ethambuthol 144 mg/ hari (7,2 x 20 mg)
Ada 5 macam obat anti tuberculosis (OAT) lini pertama: rifampisin, INH,
pirazinamid, etambutol dan streptomisin. Rifampisin memberikan efek samping
berupa kemerahan dalam air seni sehingga harus diedukasikan kepada orang tua
pasien. Etambutol memiliki efek samping yaitu terjadinya gangguan visus mata pada
anak dan streptomisin mempunyai efek samping terhadap nervus VIII (nervus
vestibulokoklearis) yang dapat memberikan gangguan pendengaran kepada anak atau
janin dari ibu hamil sehingga streptomisin tidak diberikan pada terapi anak ini.
4 OAT yang diberikan adalah INH, rifampisin, etambutol dan pirazinamid.
Pada bulan pertama, pasien diberikan 4 macam OAT, kemudian setelah bulan
Isoniazid
Rifampisin**
Dosis
harian Dosis
Efek samping
( mg/kgBB/hari )
maksimal ( mg
5 15*
per hari )
300
Hepatitis,
600
hipersensitivitas
Gastrointestinal,
10 20
hepatitis,
neuritis
perifer,
reaksi
kulit,
trombositopenia,
15 30
15 20
berwarna
oranye
2000
kemerahan
Toksisitas
1250
gastrointestinal
Neuritis optik, ketajaman mata
hati,
artralgia,
15 - 40
1000
penyempitan
hipersensitivitas,
gastrointestinal
Ototoksik, nefrotoksik
lapang
2 bulan
4 bulan
59
10 14
15 19
20 32
RHZ ( 75/50/150 mg )
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet
RH ( 75/50 mg )
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet
Catatan :
Bila BB 33 kg, dosis disesuaikan dengan tabel diatas ( perhatikan dosis
maksimal )
Bila BB < 5kg, sebaiknya dirujuk ke RS
Obat tidak boleh diberikan setengah dosis tablet
Perhitungan pemberian tablet di atas sudah memperhatikan kesesuaian dosis
per kgBB.
<7
)
1
89
1,5
bulan )
1
R:9-2mg, H:4-10mg,
1,5
Z:21-50mg
R:8-9mg, H:5-5,6mg,
10 14
Z:19-22mg
R:11-12mg,
15 19
3,6mg, Z21-30mg
R:9,4-12mg, H:4,3-
20 24
6mg, Z:16-30mg
R:10-12mg, H:5-6mg,
Z:25-30mg
R:10,3-12mg,
25 - 29
6mg, Z:15-30mg
Catatan :
R : Rifampisin
H:4-
H:5-
H : Isoniazid
Z : Pirazinamid
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Demam
Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di
atas 38 Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat
oral, rektal, dan aksila. Cara pengukuran suhu menentukan tinggi rendahnya suhu
tubuh. Pengukuran suhu melalui mulut dilakukan dengan mengambil suhu pada mulut
(mengulum termometer dilakukan pada anak yang sudah kooperatif ), hasilnya hampir
sama dengan suhu dubur, namun bisa lebih rendah bila frekuensi napas cepat.
Pengukuran suhu melalui dubur (rektal) dilakukan pada anak di bawah 2 tahun.
Termometer masuk ke dalam dubur sedalam 2-3 cm dan kedua pantat dikatupkan,
pengukuran dilakukan selama 3 menit. Suhu yang terukur adalah suhu tubuh yang
mendekati suhu yang sesungguhnya (core temperature). Dikatakan demam bila suhu
di atas 380C. Pengukuran suhu melalui ketiak (axilar) hanya dapat dilakukan pada
anak besar mempunyai daerah aksila cukup lebar, pada anak kecil ketiaknya sempit
sehingga terpengaruh suhu luar. Pastikan puncak ujung termometer tepat pada tengah
aksila dan pengukuran dilakukan selama 5 menit. Hasil pengukuran aksila akan
lebih rendah 0,5-1,00C dibandingkan dengan hasil pengukuran melalui dubur.
Pengukuran suhu dengan cara meraba kulit, daerah yang diraba adalah daerah yang
pembuluh darahnya banyak seperti di daerah pipi, dahi, tengkuk. Meskipun cara ini
kurang akurat (tergantung kondisi tangan ibu), namun perabaan ibu cukup bisa
dipercaya dan digunakan sebagai tanda demam pada program MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit ).
Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang menjangkit lebih dari sepertiga penduduk
dunia. Pada akhir abad 20 ini diseluruh negara terdapat peningkatan jumlah kasus
baru TB, dan 95 % dari kasus terdapat di negara berkembang. WHO memperkirakan
terdapat lebih dari 8 juta kasus baru, dan yang meninggal adalah 3 juta setiap tahun, di
antaranya
1.4
juta
kasus
adalah
terdiri
dari
anak
450,000
kematian.
Etiologi
Penyebabnya
adalah
Mycabacterium
tuberculosis
termasuk
dalam
famili
Mycobacteriaceae.
Basil TB mempunyai sifat tidak membentuk spora, tidak bergerak, pleomorf, gram
positif, tahan asam (basil tahan asam), berbentuk batang. Dinding sel mengandung
banyak lemak yang bermanfaat untuk pertahanan terhadap daya bakterisida dari
antibodi
dan
komplemen.
Inhalasi basil TB melalui percikan waktu batuk atau bersin menimbulkan infeksi TB
laten (ITBL), dengan tanda adanya uji Mantoux positif tanpa disertai adanya kelainan
fisis dan radiologi. Penyakit TB adalah diartikan bila pada pasien didapatkan gejala
fisis dan radiologi yang jelas. Beban akibat TB terus meningkat karena adanya
berbagai faktor, yaitu keadaan sosial ekonomi, hunian padat dan tidak sehat,
batuk
pada
anak
adalah
jarang
dan
tidak
kuat.
Patogenesis/patologi
Tempat kuman TB masuk ke paru-paru yaitu di alveoli / duktus, disebut fokus primer
atau fokus Ghon, disini basil memperbanyak diri. Banyak kuman yang dimusnahkan,
dan sebagian yang hidup masuk ke makrofag inaktif dan kelenjar getah bening
disekitar (kompleks primer) termasuk kelenjar hilus dan kelenjar paratrakea. Proses
selanjutnya adalah terjadi nekrosis jaringan dan pembentukan simpai. Penyembuhan
kompleks primer sering terjadi dengan pembentukan jaringan fibrotik atau
perkapuran. Proses dapat berlanjut dan terjadilah pneumonitis atau pleuritis, atau
terjadi proses perkejuan (caseous formation) yang isinya kemudian mengalami
perlunakan dan mengalir ke bronkus dengan meninggalkan suatu kaverna. Basil dapat
bertahan hidup dalam waktu lama bahkan puluhan tahun. Pembesaran kelenjar di
hilus dan paratrakea dapat menekan bronkus dan mengakibatkan hiperinflasi atau
atelektasis paru dibagian distalnya, Terutama di lobus medialis (sindrom Brock),w
dapat pula mengakibatkan erosi dinding bronkus sehingga terbentuk fistula atau TB
endobronkial. Lesi berupa gabungan dari pneumonitis dan atelektasis disebut lsi
segmental atau konsolidasi kolap. Sepanjang perjalanan dari proses tersebut. Basil TB
dapat menyebar secara hematogen atau limfogen ke jaringan atau organ tubuh seperti
sistem retikuloendotelial, paru, otak, ginjal, dan tulang. Hal ini dapat terjadi bila
jumlah basil TB sangat banyak disertai dengan adanya keterbatasan respons imun dari
pasien. Bila jumlah basil tidak cukup banyak untuk menimbulkan gejala klinik maka
terbentuklah
fokus
metastasis
di
berbagai
organ.
kurang berperan dalam pertahanan tubuh. Di pihak lain, dinding basi mengandung
sulfatide yang mampu menghalangi fusi antara fagosom dan lisosom sehingga basil
terhindar dari destruksi oleh ensim intraseluler. Dalam waktu 2-12 minggu setelah
infeksi terbentuklah cell mediated immunity dan juga hipersensitivitas jaringan.
Setelah basil masuk ke mkakrofag inaktif, maka limfosit yang mengenal antigen TB
mengadakan proliferasi dan memproduksi limfokin dan mediator lain yang dapat
menarik limfosit dan makrofag ketempat infeksi. Selanjutnya limfokin mengaktivasi
makrofag untuk menghasilkan ensim lisis dalam kadar tinggi yang mampu
meningkatkan fungsi mikobakterisida. Progresifitas infeksi TB tergantung pada
keseimbangan antara jumlah antigen TB dengan cell mediated immunity
( meningkatkan penghancuran basil dalam sel) dan hipersensitifitas jaringan
( mendorong memusnahkan basil diluar sel). Bila antigen TB lemah maka terbentuk
granuloma dari hasil pengorganisasian oleh limfosit, makrofag, dan fibroblast. Bila
kedua
unsur
adalah
seimbang
maka
terbentuk
granuloma
yang
kurang
difus
Manifestasi
dengan
penyebaran
infeksi
disertai
destruksi
jaringan.
klinik
Manifestasi dari infeksi TB pada sebagian besar anak adalah asimtomatik dengan
tidak pernah memperlihatkan gejala apapun. Sebagian yang lain memperlihatkan
gejala demam tak tinggi, batuk ringan, maleis, gejala menyerupai flu dan gejala ini
hilang dalam seminggu. Diperkirakan terdapat 25-30% dari anak dengan infeksi TB
akan mengalami TB ekstrapulmoner. TB paru primer merupakan manifestasi inisial
dari infeksi TB di paru. Kompleks primer adalah terdiri dari fokus primer dijaringan
parenkim paru dan kelenjar limfe regional. Pada umumnya 70% dari fokus primer
terletak subpleura dan biasanya disertai adanya pleuritis lokal. Tanda utama dari TB
primer adalah pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar di hilus dapat
berlanjut dan menekan bronkus mengakibatkan obstruksi dan hiperinflasi dan
atelektasis paru yang pada foto toraks nampak adanya konsolidasi kolap atau TB
segmental. Kadang pembesaran kelenjar menimbulkan erosi pada dinding bronkus
dan esofagus sehingga menimbulkan fistula bronko-esofagus. Dengan terapi adekuat
primer dan penyertanya dapat pulih total dengan terkadang meninggalkan perkapuran
dan ini menandakan bahwa proses telah berlangsung selama lebih dari 6-12 bulan.
Bila proses TB primer berlanjut maka dapat terjadi pnemonia lobaris, atau berturut
turut terjadi destruksi, nekrosis, dan perkejuan lalu terbentuk kaverna, atau parenkim
paru dapat pecah menimbulkan pneumothoraks, dan mungkin pula terjadi penyebaran
basil TB di lapangan paru kanan dan kiri menimbulkan nodul nodul halus yang pada
foto thoraks nampak sebagai TB miliaris. Lebih dari 50 % bayi dan anak Dengan TB
primer menunjukan kelainan yang nyata pada foto thoraks, namun pada pemeriksaan
fisis tidak dijumpai adanya kelainan yang jelas. Keluhan yang sering dikemukakan
adalah batuk tidak produktif dan sesak nafas ringan. Selain itu juga disertai demam,
keringat malam, anoreksia, anak terlihat kurang akrif bermain, berat badan tidak
bertambah atau terjadi sindrom gagal tumbuh ( failure to thrive syndrome). Secara
fisis mungkin dijumpai adanya takipnea, suara napas melemah, mengi (wheezing),
dan tanda distres pernapasan. Konfirmasi diagnosis adalah dengan isolasi M.
Tuberculosis dari biakan sputum 24 jam atau aspirasi lambung yang diambil pagi hari.
Dengan cara ini basil dapat diidentifikasi pada 50% kasus. Biakan dengan hasil
negativ tidak menyingkirkan kemungkinan adanya TB paru. Untuk diagnosis TB
diperlukan data data tentang adanya kontak dengan kasus positif TB, keluhan dan
temuan fisis, uji mantoux, dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti darah tepi dan
pemeriksaan
BAB V
KESIMPULAN
pencitraan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, AAA. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. ed 1st. Jakarta: EGC;
2008. Page 20-21
2. Matondang,CS; Wahidiyat,I; Sastroasmoro,S. Diagnosis Fisis pada Anak. ed 2nd.
Jakarta: Sagung Seto; 2003. Page 60
3. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto; 2011. page 161-167
4. Rahajoe,NN; Supriyanto,B; Setyanto,DB. Buku Ajar Respiratologi Anak. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI; 2012. Page 214-220
5. Kliegman RM, Behrman RE. Fever. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Nelson
WE, Vaughn VC, penyunting. Nelson textbook of pediatrics, edisi 14, Philadelphia:
WB Saunders, 1992;h.647-56.
6. Sinclair JC. The control of body temperature and the pathogenesis of fever:
developmental aspects. Dalam: Annales Nestle: Fever in children. Vevey, Switzerland:
Nestle Nutrition SA, 1984;h.1-10.
7. Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada anak.