Walaupun zona bebas mobil populer di kota-kota pusat bisnis, ada beberapa jalan yang
masih terdapat aktivitas kendaraan bermotor dan pejalan kaki secara bersamaan. Demi
memberikan fasilitas tempat penyeberangan yang aman untuk pejalan kaki pada jalan utama
tersebut dan untuk mempromosikan sarana lalu-lintas yang ramah lingkungan, diperlukan sinyal
lalu-lintas pada jarak yang memadai. Namun, menggunakan perangkat tersebut tidak
memungkinkan dalam beberapa keadaan karena dapat menghalangi arus lalu lintas kendaraan
berat. Untuk memecahkan masalah ini, jembatan penyeberangan orang perlu dibangun untuk
memisahkan pejalan kaki dari kendaraan bermotor sebagai bagian dari proyek pembaruan pada
area pusat kota (ITE, 1998). Meskipun begitu, tidak banyak pejalan kaki yang mau melintasi
jembatan penyeberangan tersebut. Berbagai penelitian mengenai pilihan rute mengasumsikan
bahwa pejalan kaki selalu memilih rute terpendek untuk meminimalisir jarak dan waktu dalam
berjalan (Borgers dan Timmermans, 2005).
Moore (1965) memperlihatkan bahwa tidak ada pejalan kaki yang menggunakan
jembatan penyeberangan jika waktu yang ditempuh 1,5 kali atau lebih lama dibandingkan
dengan waktu yang diperlukan saat menyeberang secara langsung dijalan. Sebagai tambahan,
bahwa jembatan penyeberangan yang ideal seharusnya perlu memenuhi kepentingan dan
memudahkan pergerakan dari pejalan kaki (Allos, 1983; FHWA, 2006). Secara keseluruhan hal
tersebut menandakan bahwa keamanan bukan satu-satunya pertimbangan saat pejalan kaki
memilih rute mereka, tetapi lebih kepada waktu yang ditempuh dan kemudahan dari penggunaan
jembatan penyeberangan.
Arus keramaian dari pejalan kaki semakin penting seiring dengan perkembangan suatu
kota. Penelitian mengenai arus pejalan kaki telah dilakukan lebih dari satu dekade dengan
ketertarikan yang sangat kuat pada topik tersebut sejak tahun 1990, karena memperhatikan isu
tersebut dirasa sangat penting (Smith and Dickie, 1993). Meskipun demikian, Wigan (1993)
menyatakan bahwa pengetahuan kita mengenai arus pejalan kaki masih belum memadai dan
begitu pula dengan transportasi.
Peningkatan
mengingat
sistem
transportasi
memerlukan
penanganan
yang
menyeluruh,
Penyeberangan Orang
(JPO), dimana
JPO
diharuskan tidak ada pertemuan sebidang antara arus pejalan kaki dengan arus lalu-lintas. Agar
pejalan kaki mau untuk menggunakan JPO harus dijamin keamanan dan jarak berjalan tidak
terlalu bertambah jauh (Malkamah, 1995: 58)