Anda di halaman 1dari 11

Nama

Murti Anggraeni

NIM

11141082

Kelas/prodi

S1 Keperawatan Reguler 7B

Mata Kuliah

Sistem Respirasi 1

Fisiologi Sistem Respirasi


1. Mekanisme Pernapasan

Proses bernapas pada manusia dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar.
Bernapas secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-pengaturan saat
pernapasan, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik napas panjang, kemudian
menahannya beberapa saat, serta mengeluarkannya. Bernapas secara tidak sadar, yaitu
respirasi yang dilakukan tanpa perintah otak, misalnya pada saat kita tidur nyenyak
pun kita melakukan pernapasan.
Paru paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru paru dan dinding dada sehingga paru
paru dengan mudah bergeser pada dinding dada.
Pada waktu menarik napas dalam maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran
pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam penarikan
napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru paru dan dinding badan
bergerak hingga diafrgma dan tulang dada menutup ke posisi semula.

Bernapas adalah pengambilan udara pernapasan masuk kedalam paru-paru


(inspirasi) dan pengeluarannya (ekspirasi). Inspirasi dan ekspirasi ini berlangsung
lima belas sampai delapan belas kali setiap menit. Proses tersebut diatur oleh otot-otot
diafragma dan otot antar tulang rusuk. Kerja otot-otot tersebutlah yang dapat
mengatur volume ruang dada, memperbesar ataupun memperkecil menurut kehendak
kita.
a. Proses pernapasan
Udara dapat masuk atau keluar paruparu karena adanya tekanan antar
udara luar dengan udara dalam paru=paru. Perbedaan tekanan ii terjadi
disebabkan oleh terjadinya perubahan besar kecilnya rongga dada, rongga
perut, dan rongga alveolus. Perubahan besarnya rongga ini terjadi karena
pekerjaan otot-otot pernapasan, yaitu otot antar tulang rusuk dan otot
diafragma. Berdasarkan kegiatan otot-otot pernapsan tersebut, maka
pernapasan dibedakan menjadi dua, yaitu : penapasan dada dan pernapasan
perut.
a) Pernapasan dada
Pernapasan dada ialah pernapsan yang menggunakan gerakan otot-otot
antar tulang rusuk. Rogga dada membesar karena tulang dada dan
tulang rusuk terangkat akibat kontraksi otot-otot yang terdapat diantara
tulang-tulang rusuk. Paru-paru turut mengembang, volumenya menjadi
besar, sedangkan tekananya menjadi kecil daripada tekanan dari luar.
Dalam keadaan demikian udaera luar dapat masuk melalui batang
tenggorokan (trakea) ke paru-paru (pulmo)

b) Pernapasan perut
Pernapasan perut ialah pernapasan yang meggunakan otot-ott
diafragma. Otot-otot sekat rongga dada berkontraksi sehingga
diafragma yang semula cembung menjadi agak rata, dengan demikian

paru-paru dapat mengembang kearah perut (abdomen). Pada waktu itu


rongga dada bertambah besar dan udara terhirup masuk.

Pada saat kita bernapas terjadi dua hal yang elalu bergantian, yaitu menarik
napas (inspirasi) dan menghembuskan napas (ekspirasi). Satu kali inspirasi dan satu
kali ekspirasi inilah yang disebut satu kali bernafas. Inspirasi terjadi karena terdapat
selisih tekanan udara diluar tubuh dengan

tekanan udara di dalam paru-paru.

Berdasarkan hokum boyle (P1 x V1 = P2 x V2), maka udara akan mengalir dari
tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah, akibatnya udara
masuk ke dalam paru-paru.

a. Mekanisme Inspirasi
Sebelum menarik napas (inspirasi) kedudukan diafragma melengkung
kea rah rongga dada, dan ototnya dalam keadaan mengendur. Bila otot
diafragma berkontraksi, maka diafragmanya akan medatar. Pada waktu
inspirasi maksimum, otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga tulang
rusuk terangkat. Keadaan ini akan menambah besarnya rongga dada.
Mendataranya diafragma dan terangkatnya tulang rusuk, menyebabkan
rongga dada bertambah besar, diikuti mengembangnya paru-paru, sehingga

udara luar melalui hidung, batang tenggorokan (trakea), terus kecabang


batang tenggorokan (bronkus), kemudian masuk ke paru-paru (pulmo)
b. Mekanisme Ekspirasi
Bila otot antar tulang rusuk dan otot diafragma akan melengkung kea
rah rongga dada lagi, dan tulang rusuk akan kembali ke posisi semula.
Kedua hal tersebut menyebabkan rongga dada mengecil akibatnya udara
dalam paru-paru terdorong keluar. Inilah yang dimaksud dengan

mekanisme ekspirasi.
Tekanan intra pleura adalah tekanan ukuran dalam antara lapisan pleura luar dan
lapisan pleura dalam.
Tekanan pleura selama pernapasaan
Tekanan pleura adalah tekanan cairan dalam ruang sempit anatara pleura paruparu dengan pleura dinding dada.secara normal terdapat sedikit isapan suatu tekanan
negatif yang ringan.selama inspirasi pengembangan rangka dada akan mendorong
permukaan paru-paru dengan kekuatan sedikit lebih besar dan selama ekspirasi

peristiwa yang terjadi adalah sebaliknya.


Tekanan alveolus
Tekanan alveolus adalah tekanan bagian dalam alveoli paru. Saat itu, glotis
terbuka dan tidak ada udara yang mengalir kedalam maupun ke luar paru-paru maka
tekanan pada semua jalan napas sampai alveoli semua sama dengan tekanan atmosfer
yaitu 0 cm tekanan air.

2. Mekanisme Pertukaran Co2 Dan O2


Pertukaran gas antara O2 dan CO2 terjadi melalui proses difusi, berlangsung di
alveolus dan di sel jaringan tubuh. Proses difusi berlangsung sederhana, yaitu hanya
dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui membran sel dari konsentrasi
tinggi atau tekanan tinggi menuju ke konsentrasi rendah atau tekanan rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi gas melintasi membran sel adalah:
a. tekanan parsial gas (tekanan gas tertentu, misalnya tekanan oksigen saja
b.
c.
d.
e.

terhadap tekanan seluruh udara),


permeabilitas membran respirasi,
luas permukaan membran respirasi,
kecepatan sirkulasi darah di paru-paru
reaksi kimia yang terjadi di dalam darah.

O2 masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai


alveolus. Di alveolus terjadi difusi O2 ke kapiler paru-paru yang terletak di dinding
alveolus. Masuknya O2 dari luar(lingkungan) menyebabkan tekanan parsial O2 atau
PO2 di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan PO2 di kapiler paru-paru. Oleh
karena itu, O2 akan bergerak dari alveolus menuju kapiler paru-paru, yang disebabkan
proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan parsial tinggi ke daerah yang
bertekanan parsial rendah. Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang
mengandung hemoglobin sampai menjadi jenuh. Makin tinggi tekanan parsial oksigen
di alveolus, semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam darah.
Hemoglobin terdiri dari empat sub unit, setiap sub unit terdiri dari bagian yang
disebut heme. Di setiap pusat heme terdapat unsur besi yang dapat berikatan dengan
oksigen, sehingga setiap molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul
oksigen

berbentuk oksihemoglobin.

Reaksi

antara

hemoglobin

dan

oksigen

berlangsung secara reversibel (bolak-balik) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor


yaitu: pH, suhu, konsentrasi O2 dan CO2, serta tekanan parsial.
Reaksi pengikatan O2 oleh Hb adalah sebagai berikut

Arah reaksi tersebut ke kiri bila terjadi di jaringan tubuh, dan ke kanan bila di jaringan
paru-paru.
Hemoglobin akan mengangkut O2 ke jaringan tubuh kemudian berdifusi masuk ke selsel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, O 2 digunakan untuk proses
respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak O2 yang digunakan oleh sel-sel
tubuh, maka semakin banyak CO2 yang terbentuk dari proses respirasi. Hal tersebut
menyebabkan tekanan partial CO2 atau PCO2 dalam sel-sel tubuh lebih tinggi
dibandingkan PCO2 dalam kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh karenanya CO2 dapat
berdifusi dari sel-sel tubuh ke dalam kapiler vena sel-sel tubuh, kemudian akan di
bawa oleh eritrosit menuju ke paru-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO 2 dari kapiler

vena menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO 2 pada kapiler
vena lebih tinggi dari pada tekanan parsial CO2 dalam alveolus.
Bila pengangkutan O2 terutama dilaksanakan oleh Hb, maka pengangkutan
CO2 dilakukan oleh plasma darah. CO2 dapat larut dengan baik di dalam plasma darah
dan membentuk asam karbonat:
Akibat terbentuknya asam karbonat tersebut, pH darah menurun sampai 4,5, karena
H2CO3 sebagai suatu senyawa yang labil akan mengurai dan meningkatkan kadar ion
H+ darah :

Jadi CO2 diangkut oleh darah dalam bentuk ion HCO3. Proses pengangkutan dengan
pengubahan secara bolak-balik dari CO2 menjadi H2CO3 dan sebaliknya dipercepat
oleh enzim karbonat anhidrase. CO2 dalam eritrosit akan bereaksi dengan air
membentuk asam karbonat yang dapat menyebabkan darah bersifat asam. Darah yang
bersifat asam dapat melepaskan banyak O2 ke dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh
yang memerlukannya. Reaksi pembentukan asam karbonat adalah sebagai berikut:
Akibat tebentuknya asam karbonat, pH darah menjadi asam yaitu sekitar 4.5,
keasaman tersebut dinetralkan oleh ion-ion Natrium (Na +) dan Kalium (K+)
dalam darah.
3. Volume dan kapasitas paru-paru
Terdapat empat volume paru-paru

1) Volume tidal : Merupakan volume udara yang di inspirasikan dan diekspresikan


disetiap pernapasan normal,jumlahnya kira-kira 500 ml.
2) Volume cadangan inspirasi : Merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan di atas volume tidal normal,biasanya 3000 ml
3) Volume cadangan ekspirasi : Merupakan jumlah udara yang masih dapat di
keluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya lebih kurang 1100 ml.
4) Volume sisa: Volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah
kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini rata-rata 1200 ml.
Jenis kapasitas paru :
1)
Kapasitas Inspirasi (KI), sama dengan volume tidal ditambah dengan
volume cadangan inspirasi. Kapasitas inspirasi merupakan jumlah udara yang dapat
dihirup oleh seseorang mulai ekspirasi normal dan mengembangkan paru-parunya
sampai jumlahnya maksimum (kira-kira 3500 ml).
2)
Kapasitas Residu Fungsional (KRF), sama dengan volume cadangan
ekspirasi ditambah dengan volume residu. Besarnya kapasitas residu fungsional
adalah udara yang tersisa dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2500
ml).
3)

Kapasitas Vital (KV), sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah

dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas vital ini adalah jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah terlebih
dahulu mengisi paru-paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyakbanyaknya (kira-kira 4500 ml).
4)
Kapasitas total paru-paru, adalah volume maksimum dimana paru-paru
dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa atau sama dengan
kapasitas vital ditambah dengan volume residu (kira-kira 6000 ml).
KI = VT + VCI
KRF = VCE + VR
KV = VCI + VT + VCE

4.

VT
= volume tidal
VCI = volume cadangan inspirasi
VCE = volume cadangan ekspirasi
VR
= volume residu
KI
= kapasitas inspirasi
KRF = kapasitas residu fungsional
KV = kapasitas vital
Pengaturan system pernapasan
Paru-paru bekerja secara otonom, maksudnya tidak ada yang mempengaruhi
aktifitasnya, atau bekerja dengan kehendak sendiri/ otomatis. Kemampuan otonom
yang dimiliki paru adalah sekitar 14-16 kali pernapasan permenit. 1 kali pernapasan =
1 x inspirasi + 1 x ekspirasi.

Bila kebutuhan meningkat, maka sistem kontrol respirasi diambil alih oleh kerja
sistem saraf pusat di bagian bilateral medula oblongata dan pons pada batang otak.
Daerah ini dibagi menjadi 3 kelompok neuron utama :
1. Kelompok pernapasan dorsal, terletak di bagian dorsal (belakang) medula
yang terutama menyebabkan inspirasi.
2. Kelompok pernapasan ventral, terletak di ventrolateral (depan samping)
medula, yang terutama menyebabkan inspirasi dan ekspirasi yang lebih dalam.
3. Pusat pneumotaksik, terletak di sebelah dorsal bagian superior pons,
tepatnya di sebelah dorsal nuklous parabrakialis pada pons bagian atas, yang
terutama mengatur kecepatan dan kedalaman napas.

Penapasan normal
Pusat saraf dorsal akan melepaskan sinyal inspirasi ritimis
Sinyal inspirasi yang dilepaskannya ini berupa sinyal yang landai (ramp
signal), gunanya supaya inspirasi kita itu terjadi secara perlahan dan dapat
meningkatkan volume paru dengan mantap, sehingga kita tidak bernapas

terengah-engah.
Pusat pneumotaksik akan mentransmisikan sinyal ke area inspirasi. Efek
utama di sini adalah mengatur titik penghentian inspirasi landai, dengan

demikian mengatur lamanya proses inspirasi


Bila sinyal pneumotaksik ini kuat, inspirasi dapat berlangsung hanya dalam
0,5 detik, akibatnya volume inspirasi juga sedikit;
bila sinyal pneumotaksik ini lemah, inspirasi dapat berlangsung terus selama 5
detik bahkan bisa lebih, akibatnya volume inspirasi menjadi banyak sekali.
kalau sinyal inspirasi landai itu telah berhenti, maka paru secara otomatis akan
mengalami fase ekspirasi. ekspirasi ini terjadi sebagai imbas dari inspirasi, dimana

disini udara yang keluar tentunya telah bertukar dengan CO2 ekspirasi tenang yang
normal, murni disebabkan akibat sifat elastis daya lenting paru dan rangka toraks
Pernapasan yang lebih dalam
Bila kita bernapas lebih dalam, disini baru terjadi peranan dari kelompok saraf
pernapasan bagian VENTRAL (pada pernapasan tenang yang normal,
kelompok saraf ventral ini inaktif). Bila rangsangan pernapasan guna
meningkatkan ventilasi paru menjadi lebih besar dari normal, sinyal respirasi
yang berasal dari mekanisme getaran dasar di area pernapasan dorsal akan
tercurah ke neuron pernapasan ventral area pernapasan ventral turut
membantu merangsang pernapasan ekstra berupa rangsangan listrik yang
menyebabkan inspirasi dan juga ekspirasiyang paling penting disini adalah
sinyal untuk ekspirasi, karena sinyal2 ini langsung dihantarkan dengan kuat ke
otot-otot abdomen selama ekspirasi yang sangat sulit. pernapasan ventral
ini gunanya sebagai pendorong bila dibutuhkan ventilasi paru yang lebih
besar, khususnya selama latihan fisik berat.
Pembatasan sinyal inspirasi oleh refleks Hering-Breuer
Sinyal-sinyal saraf sensoris yang berasal dari paru membantu mengatur
pernapasan. Yang paling penting adalah yang terletak di bagian otot dinding bronkus
dan bronkiolus seluruh paru, yaitu reseptor regang, yang menjalarkan sinyal melalui
nervus vagus ke kelompok neuron pernapasan dorsal apabila paru-paru menjadi
sangat teregang akibat inspirasi terlalu lama. Sinyal ini akan menghentikan inspirasi
landai yang dilepaskan oleh pusat pernapasan dorsal tadi. (kurang lebih mekanisme
penghentiannya mirip dengan penghentian oleh sinyal pusat penumotaksik). Ini
disebut refleks inflasi Hering-Breuer.
Refleks ini juga ikut meningkatkan kecepatan pernapasan, sama halnya dg sinyal
pneumotaksik.
Pengaturan kimiawi CO2 dan H+ di area kemosensitif
Di dekat medula oblongata, tepatnya 0,2 mm di bilateral (samping) area
pernapasan ventral, ada suatu area neuron yang sangat sensitif dengan perubahan
konsentrasi CO2 ataupun ion H+ dalam darah. Area ini disebut AREA
KEMOSENSITIF. Area ini bakal merangsang bagian lain dalam pusat pernapasan.
Apabila suatu saat konsentrasi CO2 dan H+ yang dihasilkan jaringan otak meningkat,
ia akan berdifusi ke dalam sawar darah otak. Perlu diingat, bahwa sawar darah di otak
ini punya dinding yang khusus, dimana ia hanya mengizinkan zat-zat tertentu untuk

lewat. (semacam benteng pertahanan, yang lebih dikenal dengan Blood Brain Barrier/
BBB). CO2 ini sangat permeable terhadap BBB tsb, namun tidak permeable sama
sekali terhadap ion H+, sehingga yang mudah berdifusi ke sawar darah otak adalah
CO2.
Sawar darah otak ini juga dilengkapi dengan neuron-neuron kemosensitif yang bakal
mendeteksi perubahan konsentrasi CO2 dalam sawar darah. CO2 di dalam sawar
darah otak ini bakal bereaksi dengan air membentuk ion H+ dan asam HCO3-. H+
yang dihasilkan melalui reaksi inilah yang sebenarnya lebih merangsang area
kemosensitif melalui neuron2 kemosensitif tadi. Apabila area kemosenstif ini
terangsang, maka pusat pernapasan lainnya ikut terangsang dan pola napas pun
mengalami perubahan.
Kemoreseptor Perifer
Sebagian besar kemoreseptor ini terletak di badan karotis (karotic body) dan di badan
aorta (aortic body). Karotic body terletak di bilateral pada percabangan arteri karotis
komunis. Serabut saraf aferennya berjalan melalui nervus Hering ke nervus
glosofaringeus dan kemudian ke area pernapasan dorsal di medula oblongata.
Sedangkan aortic body terletak di sepanjang arkus aorta; dimana serabut saraf
aferennya berjalan melalui nervus vagus, juga ke area pernapasan dorsal di medula
oblongata. Reseptor ini akan mendeteksi perubahan kadar O2, CO2 dan ion H+.
Misalkan apabila kadar O2 dalam arteri menurun, kemoreseptor perifer ini menjadi
sangat terangsang. mengirimkan impuls ke pusat pernapasan untuk meningkatkan
frekuensi napas.
Mekanisme Lain
Cerebrum / otak juga bisa mengeksitasi otot rangka untuk membantu mekanisme
pernapasan. Dimana di cerebrum bakal terkumpul kumpulan saraf-saraf motorik ke
otot2 pernafasan untuk ikut berkontraksi. Impuls dari dan ke cerebrum dikirim
melalui medula spinalis di bawah medula oblongata. Di alveolus juga terdapat
reseptor mekanik khusus yang mendeteksi udem pada alveolus itu sendiri, reseptor ini
dikenal dengan mekanoreseptor.
Apabila fungsi fisiologis paru tidak berjalan akibat alveoli yang kolaps, (misalkan jika
kemasukan air) maka alveoli harus segera diregang dengan cara diberi napas buatan
yang dihembuskan lewat mulut sehingga alveoli dapat kembali berfungsi normal.
Disini berperan berbagai macam reseptor di paru yang akan mengirimkan impuls ke
pusat saraf supaya mekanisme respirasi kembali berlanjut.

Suhu tidak secara langsung mempengaruhi pola napas > biasanya diatur oleh
aktifitas jantung.

Daftar Pustaka
Drs. Kus Irianto,2004,Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis,
Bandung, Yrama Widya Bandung

Anda mungkin juga menyukai