Paper Sindrom Down
Paper Sindrom Down
PENDAHULUAN
Genetika merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan
(hereditas) serta segala seluk beluknya secara ilmiah. Genetika berusaha
membawakan material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
bagaimana informasi tersebut di ekspresikan dan bagaimana informasi
tersebut dipindahkan dari individu satu ke individu lain. Hal-hal yang terkait
dengan genetika antara lain tentang konsep gen, DNA, kromosom, keterkaitan
antara
pada
fenotipnya
dan
menyebabkan
penderita
memiliki
II. PEMBAHASAN
Pengertian Sindrom Down
Menurut Price, S.A., (2006: 26-27) Sindrom down adalah suatu kondisi
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan
adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat
terjadi pembelahan. Kelainan sindrom Down terjadi karena kelebihan jumlah
Page 1
kromosom pada kromosom nomor 21, yang seharusnya dua menjadi tiga.
Kelainan
ini
kebanyakan
bukan
karena
keturunan,
melainkan
pada
Page 2
sejak ditemukan adanya kelainan kromosom pada sindrom Down pada tahun
1959,
maka
sekarang
perhatian
dipusatkan
pada
kejadian non-
Sampai
saat
ini
yang
mampu
memastikan
yang
dapat
kromosom.
hidroepiandrosteron,
menurunnya
konsentrasi
estriadol
sistemik,
Page 4
21
dengan
mengenai
Page 5
sumber: http://idibuleleng.org/tinymcpuk/gambar/image/tabel3.jpg
Menurut Risch et.al (1986) Hasil pengamatan 400 kasus trisomy 21
pada fase 1 meiosis ini akan kita klasifikasikan ke dalam 3 kelompok sesuai
dengan usia ibunya dengan rincian: kelompok 1 ibu dengan usia<29 tahun (n =
126), kelompok 2 ibu dengan usia antara 2934 tahun (n = 138), dan
kelompok 3, ibu usia >34 tahun (n = 136).
Hasil penelitian ini dilihat melalui pendekatan berupa genetic maps yang
dibuat pada masingmasing kategori umur. Patokan normal kromosom 21
dibuat dari genetic maps, bila didapatkan keadaan yang lain dari tu berarti
terjadi trisomy 21. Hal itu sesuai dengan penelitian sebelumya yang dilakukan
oleh Warren etal., 1987 serta Lamb etal., 1986 ternyata genetic maps yang
didapatkan pada penelitian kasus yang terkena trisomy 21 lebih pendek
daripada genetics map untuk kromosom 21 yang normal. Meskipun pernyataan
ini menguatkan hypothesis kita, ternyata terdapat hasil yang tidak signifikan
pada berbagai tingkat atau kelompok umur (p =0.38). Pada kelompok trisomi
untuk usia kehamilan yang paling muda atau kelompok 1
ternyata
bentukan akan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Dalam
proses pembelahannya ini sering terjadi kesalahan seperti mosaicism. Ada 2
tipe dari mosaicism yaitu menimbulkan fenotip yang normal serta fenotip yang
tidak normal. Pada individu dengan fenotipe normal semula zygote memiliki 3
buah kromosom 21 tetapi pada proses pembelahannya 1 buah kromosom 21
akan menghilang sehingga fenotipe akan kembali normal. Sedangkan untuk
jenis lainnya pada zygote awal memiliki 2 buah kromosom 21 tetapi dalam
proses pembelahannya bertambah menjadi 3 buah. Jadi dapat dikatakan
individu yang mengalami mosaicism ini ada yang terlihat dengan fenotip normal
serta ada yang terlihat dengan fenotip yang tidak normal yang menunjukkan
ciriciri Down Syndrome. Mosaicism kirakira merupakan penyebab Down
Syndrome sebesar 1- 2 %. Trisomi 21 biasanya terjadi sebelum kehamilan.
Apabila setengah sel dalam badan adalah normal, dan setengah sel
mengandung trisomi 21, maka dikenali sebagai sindrom Down Mosaik
(46,XX/47,XX,+21). Dapat diketahui melalui 2 cara :
a. Keadaan kegagalan pada awal pembagian sel pada embrio normal
mendorong pada pecahan sel dengan trisomi 21.
b. Embrio sindrom Down melalui kegagalan dan setengah sel pada embrio
kembali kepada aturan kromosom normal.
3. Translokasi Robertsonian
Translokasi Robertsonian merupakan perubahan hanya pada struktur
penyusun kromosom bukan pada jumlah kromosomnya, dan biasanya terjadi
pada jenis kromosom akrosentrik yaitu pada kromosom nomor 13, 14, 15, 21,
dan 22. Selanjutnya ditandai dengan melekatnya lengan panjang kromosom
kromosom seperti tersebut di atas ke sentromer dari kromosom lainnya.
Lengan kromosom 21 melekat pada kromosom lain, seringkali kromosom 14
(45,XX,t(;21q)) atau dikenali sebagai isokromosom, 45, XX, t(21q;21q). Pada
manusia ketika terjadi translokasi Robertsonian ini yaitu ketika melekatnya
lengan panjang kromosom 21 ke lengan panjang kromosom 14 atau 15 maka
bagi individu tersebut secara fenotipe memang terlihat normal tetapi
sebenarnya merupakan carrier atau pembawa trisomy 21 sebagai penyebab
Down Syndrome 2-3%. Sindrom Down translokasi seringkali dirujuk
sebagai sindrom Down familial (Mannan, 2009).
Page 7
Identitas
Nama
: Ibnu Binafsih
Tempat/tgl lahir: Pacitan, 29 Januari 2001
Alamat
: Jebres Surakarta
Kelas
: SLB kelas C
Penyebab
: Ibu hamil saat sudah berusia lanjut
Analisis ciri fisik
: Hasil kenampakan fisik yang terlihat
menunjukkan : flat nasal bridge (hidung pesek), upward slanting
palpebral
fissure (mata
sipit
dengan epicanthal
folds),
kelas
SLB
siswa
yang
bukti untuk menemukan apakah kejadian gagal berpisah ini dipengaruhi oleh
bertambahnya
usia
ibu.
Hassold
dan
Hunt
telah
berupaya
untuk
mengungkapkan hal ini pada tahun 2001. Mereka menemukan bahwa pada
umumya kasus nondisjunctionatau gagal berpisah tersebut pada umumnya
ditemukan pada fase 1 meiosis. Mereka juga menemukan bahwa ternyata
trisomy pada manusia juga dipengaruhi oleh peningkatan usia ibu meskipun
efek bertambahnya usia ibu tersebut bervariasi pada berbagai jenis trisomy
(Risch etal., 1986; Morton etal., 1988). Data lainnya juga mendukung pendapat
ini, dimana padi ibu yang melahirkan dengan usia 35 tahun memiliki resiko
35% mengalami trisomi.
Soetjiningsih
(1998:
217-220),
anak
dengan
sindrom
Down
Pendengaran
70-80% anak dengan sindrom Down dilaporkan terdapat gangguan
pendengaran. Oleh karenanya diperlukan pemeriksaan telinga sejak awal
kehidupannya, serta dilakukan tes pendengaran secara berkala oleh ahli THT.
b.
c.
Penglihatan
Anak dengan kelainan ini sering mengalami gangguan penglihatan atau
katarak. Sehingga perlu evaluasi secara rutin oleh ahli mata.
d.
Nutrisi
Page 9
Kelainan tulang
Kelainan tulang juga dapat terjadi pada sindrom Down, maka diperlukan
pemeriksaan radiologist untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan
konsultasi neurologist.
f.
Lain-lain
Aspek medis lainnya yang memerlukan konsultasi dengan ahlinya,
meliputi masalah imunologi, gangguan fungsi metabolisme, atau kekacauan
biokoimiawi.
III. PENUTUP
Page 11
- Mannan SE, Yousef E, Hossain J. Prevalence of positive skin prick test results
in children with Down syndrome: a case-control study. Ann Allergy Asthma
Immunol. 2009 Mar;102(3):205-9.
- Price, Sylvia Anderson, 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
penyakit, Jakarta: EGC.
- Selikowitz, Mark, 2002. Mengenal Sindrom Down. Jakarta: Arcan
- Sutjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Page 12