Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Tuberkulosis

(TBC)

adalah

penyakit

infeksi

yang

disebabkan

oleh

bakteri

Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer.
Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC
menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat.1
Insidensi Tuberkulosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir
ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup
lama.1,2
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan
urutan ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan. Indonesia
menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah
penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit
muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC
paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di
Indonesia. 1,3,4
Kuman TBC ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan
tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita
TBC BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat. Imunitas
tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit
TBC. 3
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak
kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan
penurunan nafsu makan, badan lemah, penurunan berat badan. Semuanya itu dapat menurunkan
produktivitas penderita bahkan kematian. Gejala-gejala tersebut dijumpai pula pada penyakit
paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai
seorang suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
1

dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif
dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.4,5,6,7
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan
menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai
infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial.
Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring.1,2,4,8
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu penegakan diagnosis TBC adalah tes
tuberculin, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan darah dan terutama pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BTA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. 1,2,3,4
TB Milier merupakan suatu bentuk Tuberkulosa paru dengan terbentuknya granuloma.
Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran diameter 1-2 mm.
Tuberkulosis jenis ini dapat terjadi pada semua golongan umur, namun sebagian besar penderita
berumur kurang dari 5 tahun. Pada orang dewasa dan anak, Tuberkulosis Milier terjadi bila focus
di paru pecah dan masuk ke dalam arteri atau vena sehingga terjadi bakterimia. 9
Terjadinya TB Milier dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu kuman M.tuberkulosis (jumlah dan
virulensi), status imunologis penderita (nonspesifik dan spesifik) dan faktor lingkungan
(kurangnya paparan sinar matahari, penggunaan alcohol, dan sosio ekonomi). 75% kasus TBC
Milier positif dalam pemeriksaan BTA sputum. Pemeriksaan TBC Milier dapat ditemukan
dengan pemeriksaan Radiologis foto polos thoraks, berupa gamabaran badai salju. Infiltratinfiltrat yang harus berukuran beberapa mm, tersebar di kedua lapangan paru. 9
Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang
relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed
Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid,
Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Dosis obat anti tuberkulosis yang sering
digunakan : INH : 5 mg/kgBB/hari, Rifampisin : 10 mg/kgBB/hari, Streptomisin : 15
mg/kgBB/hari: intra muskular, Pirazinamid : 25 mg/kg BB/hari, Etambutol : 15 mg/kg BB/hari.
Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO
(Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat.8
Medikamentosa OAT menurut kategori:

Kategori 1, bagi penderita baru TB paru, sputum BTA positif; penderita TB paru, sputum BTA
negatif, rontgen positif; penderita TB ekstra paru berat diterapi dengan 2RHZE/4RH2RHZE/4R3H3-2RHZE/6HE.
Kategori 2, bagi penderita kambuh; penderita gagal; penderita after default diterapi dengan
2RHZES/1RHZE/5RHE- 2RHZES/1RHZE/5R3H3E3.
Kategori 3, bagi penderita baru TB paru, sputum BTA negative, rontgen positif dengan kelainan
paru tidak luas; penderita TB paru ringan diterapi dengan 2RHZ/4RH-2RHZ/4R3H32RHZ/6HE.
Kategori 4, bagi penderita TB kronik diterapi dengan H seumur hidup. 1,3

LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, Tn. PN, umur 17 tahun, suku Minahasa, alamat Mokupa, belum
menikah, pendidikan terakhir sekolah lanjutan tahap pertama, pekerjaan pelajar, datang ke
Instalasi Gawat Darurat Medik RSUP Prof. R.D. Kandou, kemudian dirawat di irina C5 tanggal
14 November 2013 dengan keluhan utama sesak.
Pada anamnesis didapatkan sesak yang dialami sejak 3 minggu sebelum masuk rumah
sakit, namun menghebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak bersifat hilang timbul,
meningkat saat beraktivitas dan berkurang saat beristirahat. Sesak pada malam hari saat tidur
tidak pernah dirasakan oleh penderita. Batuk juga dialami penderita sejak 3 minggu yang lalu.
3

Batuk berdahak, dahak berwarna kuning. Batuk menghebat saat malam hari dan bila minum obat
batuk dari dokter umum batuknya berkurang. Penderita juga merasa demam. Demam sumersumer sejak 3 minggu terakhir dan bersifat hilang timbul. Keringat malam dialami penderita
sudah 3 minggu terakhir. Nyeri ulu hati juga dirasakan penderita, nyeri pinggang tidak ada.
Penderita merasakan lemah badan terutama saat beraktivitas. Nafsu makan penderita menurun
sejak 3 minggu terakhir dan disertai dengan penurunan berat badan sebanyak 10 kg dalam 3
minggu terakhir. Buang air kecil biasa dan buang air besar biasa. Penderita mengaku baru kali
ini menderita sakit seperti ini dan belum pernah mendapatkan pengobatan batuk selama 6 bulan.
Riwayat penyakit dahulu, penderita menyangkal tidak pernah manderita penyakit seperti
diabetes melitus, hipertensi, ginjal, penyakit jantung, kolesterol, asam urat, dan liver.
Riwayat penyakit keluarga, penderita mengaku bahwa hanya penderita yang menderita
penyakit seperti ini.
Riwayat pribadi / sosial, penderita tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis dengan tensi 100/70 mmHg, nadi 112 x / menit, reguler, isi cukup,
total pernapasan dalam 1 menit 42 x / menit, dan suhu badan axiller 36,3oC, tinggi badan 165 cm,
berat badan 59 kg, keadaan gizi cukup (IMT 21,7), umur menurut dugaan pemeriksa 15-an
tahun, habitus atletikus, mobilisasi pasif. Pada pemeriksaan kulit didapatkan warna sawo matang,
suhu badan hangat pada perabaan, lapisan lemak tipis, tidak ada edema. Pada pemeriksaan
kepala didapatkan ekspresi tampak sakit, rambut tidak mudah dicabut, konjungtiva anemis,
sklera ikterik tidak ada, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm, refleks cahaya +/+, gerakan
bola mata aktif. Pada pemeriksaan telinga tidak ditemukan tophi, lubang normal, cairan tidak
ada. Pada pemeriksaan hidung tidak didapatkan deviasi, sekret dan perdarahan. Pada
pemeriksaan mulut foetor tidak ada, bibir tidak sianosis, gigi tidak ada caries, lidah beslag tidak
ada, mukosa basah, pembesaran tonsil tidak ada dan tidak hiperemis serta faring tidak hiperemis.
Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening di leher, trakhea letak
ke arah lateral kiri, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, tekanan JVP: 52 cmH2O.
Pada pemeriksaan thoraks dada dalam keadaan simetris, retraksi ada, pada buah dada
tidak ditemukan ginekomastia, tidak ada kelainan kulit. Pada punggung, bentuk simetris, tidak
ada kelainan kulit. Pada pemeriksaan paru depan didapatkan inspeksi terlihat gerakan dada
simetris saat statis dan saat dinamis. Palpasi stem fremitus sama keras pada dada kiri dan kanan.
Perkusi di kanan sonor, batas paru hepar pada ICS VI dengan peranjakan paru hepar sekitar 3
cm, perkusi di kiri sonor. Auskultasi suara pernapasan bronkial, terdengar rhonki di seluruh
4

lapangan paru, wheezing (-). Pada pemeriksaan paru belakang didapatkan inspeksi terlihat
simetris saat keadaan statis dan dinamis. Palpasi stem fremitus sama kerasnya di sisi kiri dan
kanan. Perkusi di kanan sonor dan batas paru bawah di thorakal IX, paru kiri sonor dan batas
paru bawah thorakal IX. Auskultasi suara pernapasan bronkial, rhonki (+) di seluruh lapangan
paru, wheezing (-). Pada pemeriksaan jantung didapatkan pada inspeksi iktus cordis tidak
nampak, palpasi iktus cordis tidak teraba, perkusi didapatkan batas jantung kiri di ICS V linea
midclavicularis sinistra dan pinggang jantung (+), sedangkan batas kanan di ICS IV linea
parasternalis dextra, Auskultasi irama teratur, hearth rate kurang lebih 112 kali per menit,
M1>M2, T1>T2, A2>A1, P2>P1, A2>P2 tidak ditemukan bising dan gallop pada pasien ini.
Pada abdomen didapatkan inspeksi : datar; palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (+),
hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-); perkusi : tympani, nyeri ketok CVA kiri dan kanan
tidak ada; auskultasi : bising usus normal. Pada pemeriksaan kelamin tidak terdapat kelainan.
Pada ekstremitas superior didapatkan kulit telapak tangan warna merah pucat, tidak
terdapat tremor, tidak ada deformitas pada jari, clubbing finger tidak ada, kuku sianosis tidak
ada, tidak ada edema, otot eutrofi, tophi tidak ada, bengkak pada sendi tidak ada, nyeri sendi
tidak ada, gerakan sendi aktif normal dan pasif normal, kekuatan otot 5/5. Pada pemeriksaan
ekstremitas inferior, didapatkan luka tidak ada, varises tidak ada, parut tidak ada, otot eutrofi,
tophi tidak ada, bengkak pada sendi tidak ada, nyeri sendi tidak ada, gerakan sendi aktif normal
dan pasif normal, kekuatan otot 5/5, suhu raba hangat, edema tidak ada.
Pada pemeriksaan refleks didapatkan refleks fisiologis berupa refleks biseps, triseps,
patella, dan achilles (+) normal; sedangkan refleks patologis berupa refleks babinski, brudzinski,
kernig, dan laseque (-).
Dari hasil laboratorium yang didapatkan tanggal 14 November 2013, pada pemeriksaan
darah lengkap LED 45 mm/jam, Hb 8,2 gr%, leukosit 4200 /L, eritrosit 2670000 /L, trombosit
211000 /L, PCV: 24,9%. Pada pemeriksaan darah lainnya didapatkan GDS 140 mg/dl, ureum
25 mg/dL, kreatinin 0,8 mg/dL, natrium 120 mEq, kalium 4,8 mEq, klorida 101 mEq, pada
pemeriksaan rontgen thorax didapatkan gambaran nodul terkalsifikasi pada seluruh bagian paru.
Resume kasus, seorang pasien pria 17 tahun, MRS tanggal 14 November 2013 dengan
sesak, hilang timbul, meningkat saat beraktivitas dan berkurang saat beristirahat. Paroksismal
nocturnal dispnoe (-),batuk berdahak berwarna kuning, menghebat saat malam dan berkurang
bila minum obat batuk dari dokter umum, demam sumer-sumer(+), keringat malam (+), nafsu
makan menurun (+), penurunan berat badan (+). Buang air kecil biasa dan buang air besar biasa.
Riwayat kontak (-). Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), pembesaran kelenjar getah bening
5

(-), trakhea letak tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), tekanan JVP: 52 cmH2O. Pada
pemeriksaan thoraks simetris kiri dan kanan. Pada pemeriksaan paru didapatkan simetris kiri dan
kana pada keadaan statis dan dinamis, stem fremitus sama kiri dan kanan, perkusi sonor kiri dan
kanan, auskultasi suara pernapasan bronkial pada paru kiri dan kanan, terdapat bunyi ronkhi (+)
seluruh bagian paru, wheezing (-). Pemeriksaan jantung batas kanan pada ICS IV linea
parasternalis dextra, batas kiri pada ICS V linea midclavicularis dextra, pemeriksaan abdomen
terdapat nyeri tekan epigastrium , ekstremitas dalam batas normal. Lain-lain tidak ada kelainan.
Hasil laboratorium didapatkan LED meningkat, anemia sedang, kesan blood smear: susp.
Anemia on chronic disease. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium,
penderita didiagnosa dengan susp. TB paru milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp. chronic
disease.
Penatalaksanaan pada pasien ini, O2 2-4 L/menit, IVFD NaCl 0,9% 8 gtt per menit,
Ceftriaxone 2x1 gram iv, Dexametason 3x1 amp inj iv, Ranitidin 2x50 gr inj iv. Direncanakan
untuk dilakukan sputum BTA 3x, kontrol darah lengkap, urinalisa test, albumin, globulin, foto
thorax PA, EKG dan transfusi PRC 1kg/kgBB per hari sampai Hb 10 gr%.
FOLLOW UP
14 November 2013 (Hari rawat I)
Keluhan sesak mulai berkurang, batuk berlendir (+). Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
100 x/menit, respirasi 34 x/menit, suhu badan 36,5C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pemeriksan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan,
auskultasi rhonki +/+ pada seluruh lapangan paru, wheezing -/-. Lain-lain tidak ada kelainan.
Penderita masih didiagnosis dengan susp. TB paru milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp.
chronic disease. Terapi IVFD NaCl 0,9% ditambahkan aminofilin; NaCl:aminofilin (1:1) 20
gtt/menit, Gliseril Guaiakolat 3x1tab.
15 November 2013 (Hari rawat II)
Keluhan sesak berkurang, demam (+), batuk berlendir (+), nyeri perut (+). Tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 98 x/menit, respirasi 32x/menit, suhu badan 37C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pemeriksan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri
dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru, wheezing -/-. Lain-lain tidak ada
kelainan.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 1 Desember 2011: Hb: 8,2 gr/dL, leukosit
2600/L, trombosit 129000/ L, eritrosit 3090000/ L, PCV 24%, LED 43 mm/jam, SGOT:16,
SGPT:12, Na 133 mEq, K 2,6 mEq dan Cl 103 mEq. Penderita masih didiagnosa dengan susp.
TB paru milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp. chronic disease, hiponatremia, hipokalemia.
Terapi masih tetap dilanjutkan dengan penambahan obat Paracetamol 3 kali 500 mg (kalau
perlu), aspar K 3 kali 1, antacid syr 3x2C, ranitidine iv diganti omeprazole 2x1caps. Rencana
pemeriksaan yaitu darah lengkap, Na, K, Cl, widal test, DDR.
16-17 November 2013 (Hari rawat III-IV)
Keadaan penderita masih lemah, sesak berkurang, demam (+), batuk berlendir (+).
Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 92x/m, respirasi 32 x/m, suhu badan 37C. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan pemeriksan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di
kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru, wheezing -/-. Lain-lain tidak
ada kelainan. Penderita masih didiagnosa dengan susp. TB paru milier + infeksi sekunder,
anemia e.c. susp. chronic disease, hiponatremia, hipokalemia. Terapi pada penderita masih tetap
dilanjutkan.
18 November 2013 (Hari rawat V)
Keluhan sesak berkurang, demam (+), keluhan batuk berlendir (+). Tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 112 x/menit, respirasi 32 x/menit, suhu badan 37,2C. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan pemeriksaan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di
kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru,
wheezing -/-.. Lain-lain tidak ada kelainan.
Hasil Foto thoraks PA: Milliary type appearance dengan bercak infiltrat pada apek sinistra, gambaran
tuberculoma (+). Besar cor normal. Kesan : TB Millier .

Hasil laboratorium tanggal 17 November 2013


Widal test : negatif
Malaria : negatif
Na: 137 mmol/L, K: 2,9 mmol/L, Cl 90 mmol/L.
Penderita didiagnosa dengan TB paru milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp. chronic
disease, hipokalemia.. Antibiotik Ceftriaxone dihentikan terapi lain masih tetap dilanjutkan
dengan dan penderita mulai diberikan pengobatan OAT kategori 1 sesuai dosis (BB=59 kg) yaitu
Rifampisin 450 mg 1x1, INH 300 1x1, Etambutol 500 mg 3x1, Pirazinamid 500 mg 3x1 dan
diberikan vitamin B6 serta diberikan fraksi protein plasma (plasmanate) 250mL.
19 November 2013 (Hari rawat VI)
7

Keluhan sesak berkurang, demam (+), keluhan batuk berlendir (+). Tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 112 x/menit, respirasi 32 x/menit, suhu badan 36,8C. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan pemeriksaan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di
kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru,
wheezing -/-.. Lain-lain tidak ada kelainan. Didiagnosa dengan TB paru milier + infeksi
sekunder, anemia e.c. susp, hipokalemia. chronic disease, hiponatremia, hipokalemia. Terapi
masih tetap dilanjutkan dengan dan penderita diberikan pengobatan OAT kategori 1 (Hari ke-2),
fraksi protein plasma (plasmanate) 250mL (hari ke-2).
20 November 2013 (Hari rawat VII)
Keluhan sesak berkurang, demam (+), keluhan batuk berlendir (+). Tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 98 x/menit, respirasi 34 x/menit, suhu badan 36,8C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pemeriksaan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri
dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru,
wheezing -/-. Lain-lain tidak ada kelainan.
Hasil laboratorium pada tanggal 5 Desember 2011 didapatkan Hb: 9,2 gr/dL, leukosit
6100/L, trombosit 320000/ L, eritrosit 3100000/ L, PCV 25,4%. Didiagnosa dengan TB paru
milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp, hipokalemia. chronic disease Terapi masih tetap
dilanjutkan dengan dan penderita diberikan pengobatan OAT kategori 1 (Hari ke-3) ,fraksi
protein plasma (plasmanate) 250mL (hari ke-3).
21 November 2013 (Hari rawat VIII)
Keluhan sesak berkurang, demam (+), keluhan batuk berlendir (+). Tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 92 x/menit, respirasi 28 x/menit, suhu badan 36,8C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pemeriksaan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri
dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru,
wheezing -/-.. Lain-lain tidak ada kelainan. Didiagnosa dengan TB paru milier + infeksi
sekunder, anemia e.c. susp. chronic disease, hipokalemia. Terapi masih tetap dilanjutkan dengan
dan penderita diberikan pengobatan OAT kategori 1 (Hari ke-4) ,fraksi protein plasma
(plasmanate) 250mL (hari ke-4).
Penderita minta untuk dirawat jalan. Terapi diteruskan dan diminta untuk kontrol ke poli paru
RSUP Prof Kandou.

PEMBAHASAN
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut
WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO,
1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang
sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara
berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan
meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,
persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB
pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. 4
Munculnya manifestasi klinis TB hanya sebesar 10-20% pada orang yang terinfeksi
kuman TB dan pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif dan sakit memiliki gejala
umum dan gejala respiratorik. .3,6
Gejala umum berupa demam dan malaise. Pada pasien ini terdapat gejala demam dan
malaise. Demam sumer-sumer timbul sejak 3 minggu yang lalu disertai dengan berkeringat pada
malam hari. Gejala demam ini bersifat hilang timbul. Malaise dapat terjadi dalam jangka waktu
panjang berupa pegal-pegal, rasa lelah, anoreksia, nafsu makan berkurang, serta penurunan berat
badan.8
Gejala respiratorik berupa batuk kering maupun produktif merupakan gejala yang paling
sering terjadi dan merupakan indikator yang sensitif untuk penyakit tuberkulosis paru aktif.
Batuk ini sering bersifat persisten karena perkembangan penyakit yang lambat. 2,3,4,6,8 Gejala sesak
nafas timbul jika terjadi pembesaran nodus limfa pada hilus yang menekan bronkus, atau terjadi
efusi pleura, ekstensi radang parenkim atau miliar.3,6 Nyeri dada biasanya bersifat pleuritik
karena terlibatnya pleura dalam proses penyakit. Hemoptisis dapat terjadi dari ringan sampai
yang masif.8 Pada reaktivasi tuberkulosis, gejalanya berupa demam menetap yang naik dan
turun, berkeringat pada malam hari, kaheksia, batuk kronik dan hemoptisis. 8 pada pasien ini ada
gejala-gejala respiratorik seperti batuk kronis selama 3 minggu dan berlendir kuning, keringat
malam, penurunan berat badan 5 Kg dalam dua minggu, dan juga sesak.
Pada pemeriksaan fisik penderita TB paru dapat ditemukan dada cembung, suara nafas
bronkial, amforik, suara nafas melemah, rhonki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma,
9

mediastinum.3,4,6,8,9 Hal ini tergantung dari luas dan kelainan struktur paru. Pada pasien ini
ditemukan adanya suara napas tambahan berupa ronkhi pada seluruh lapangan paru.
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis tuberkulosis meliputi pemeriksaan
laboratorium, radiologi, histopatologi jaringan, uji tuberkulin dan pemeriksaan lain. 6
Pemeriksaan laboratorium meliputi hemoglobin, leukosit, trombosit, eritrosit, hematokrit, laju
endap darah, hitung jenis, hapusan darah tepi, dan pemeriksaan darah lain sesuai kelainan atau
komplikasi yang dicurigai.7 Pemeriksaan bakteriologik dapat dilakukan secara mikroskopik dan
biakan. Manifestasi hematologi yang paling sering berhubungan dengan TB adalah peningkatan
leukosit di darah tepi dan anemia. Pemeriksaan standar radiologis ialah foto thorax posisi PA
dengan atau tanpa foto lateral, di mana yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah adanya
bayangan berawan atau nodul, kaviti, bercak milier, dan efusi pleura. 9 Diagnosis pasti TB paru
pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA
hasilnya positif. Pada pasien ini ditemukan pada pemeriksaan darah lengkap adanya peningkatan
LED 45 mm/jam, Hb 8,2 gr% yang menunjukkan anemia sedang, leukosit 4200 /L, eritrosit
2670000 /L, trombosit 211000 /L, PCV: 24,9,%. Pada pemeriksaan darah lainnya didapatkan
GDS 140 mg/dl, ureum 25 mg/dL, kreatinin 0,8 mg/dL, asam urat 6,5 mg/dL, natrium 120 mEq,
kalium 4,8 mEq, klorida 101 mEq, SGOT16, SGPT 12; hasil urinalisis didapatkan urobilinogen
normal, glukosa (-), bilirubin (-), keton (-), eritrosit (-), protein (-), nitrit (-), leukosit (-), pada
pemeriksaan rontgen thorax didapatkan gambaran Milliary type appearance dengan bercak
infiltrat pada apek sinistra, gambaran tuberculoma (+).
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan maka penderita
didiagnosis kerja dengan Penderita masih didiagnosa dengan susp. TB paru milier + infeksi
sekunder, anemia e.c. susp. chronic disease, hiponatremia dan diterapi dengan antibiotik
spektrum luas, transfusi PRC, koreksi elektrolit dan terapi roborantia yang lain. Kemudian
setelah dilakukan pemeriksaan sputum BTA didapatkan hasil positif 1 yang berarti negative TBC
namun pada gambaran foto thoraks didapatkan Milliary type appearance dengan bercak infiltrat
pada apek sinistra, gambaran tuberculoma (+), yang memberikan kesan TB Millier.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan program
penanggulangan TB adalah dengan menerapkan strategi Directly Observed Treatment
Shortcourse (DOTS) dan cara ini juga dianut di Indonesia. DOTS mengandung lima komponen
yaitu: 1) komitmen pemerintah dalam menjalankan program TB nasional 2) Penemuan kasus TB
10

dengan pemeriksaan BTA mikroskopik 3) pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara
langsung, dikenal dengan istilah DOT (Directly Observed Therapy) 4) pengadaan OAT secara
berkesinambungan 5) monitoring serta pencatatan yang baik.1,2,6 Pemberian OAT mempunyai
peranan penting dalam penanggulangan TB paru selain keadaan umum pasien. Pengobatan TB
terbagi atas 2 fase yaitu fase intensif (fase bakterisidal awal atau inisiasi) selama 2-3 bulan
dimana pada fase ini perlu dilakukan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan
obat dan fase selanjutnya adalah fase lanjutan dengan rentan waktu 4-7 bulan untuk membunuh
kuman persisten sehingga mencegah kekambuhan.1,8 Paduan obat OAT terdiri dari obat utama
yaitu rifampisin, INH, etambutol, pirazinamid dan obat tambahan seperti streptomicin,
kanamicin, obat antimikroba golongan kuinolon, golongan macrolid dan lain-lain.1
Evaluasi hasil pengobatan bisa dilakukan melalui evaluasi klinis, bakteriologik,
radiologik, efek samping obat dan keteraturan minum obat.3,4,6 Evaluasi klinis meliputi keluhan,
berat badan, pemeriksaan fisik yang dilakukan setiap 2 minggu pada bulan pertama dan pada tiap
bulan berikutnya. Evaluasi bakteriologik tujuannya adalah untuk mendeteksi konversi dahak
pada awal pengobatan, setelah fase intensif dan akhir pengobatan. Evaluasi radiologik pada
waktu yang sama dan evaluasi efek samping obat secara klinis terhadap fungsi hati, fungsi ginjal,
audiometrik, visus dan darah lengkap secara berkala. Perlu juga dilakukan evaluasi mikroskopik
BTA dan foto thorax setelah sembuh minimal 2 tahun guna mengetahui apakah ada kekambuhan
atau tidak.1,2 Pada pasien ini tergolong kasus penderita sputum BTA negatif, rontgen positif,
sehingga dimasukkan dalam pengobatan kategori 1 dan mendapatkan pengobatan OAT regimen
1 (2 HRZE/4 RHE). Setelah penderita diberikan OAT maka pemberian antibiotik spektrum luas
dapat dihentikan sementara terapi lainnya dilanjutkan.
Prognosis TB paru kearah jelek bila ditemukan adanya kekambuhan, komplikasi ke arah
cor-pulmonal, adanya caviti yang cukup banyak dan adanya diabetes melitus yang sukar untuk
diregulasi.3 Pada pasien ini prognosisnya baik karena tidak ditemukan salah satu dari beberapa
kelainan diatas dan juga apabila penderita minum obat secara teratur.

RINGKASAN
Telah dilaporkan sebuah Tuberculosis milier paru pada seorang laki-laki umur 17 tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala, tanda klinis, pemeriksaan fisik, gambaran
11

laboratorium, bakteriologik, radiologik. Pada pasien diberikan OAT, antibiotika, transfusi PRC,
koreksi elektrolit dan pengobatan simtomatis lainnya. Pasien juga diberikan diet TKTP. Setelah 8
hari perawatan kondisi pasien mengalami perbaik walaupun ada keluhan pasien minta untuk
dirawat jalan. Pasien dianjurkan untuk minum obat secara teratur dan kontrol di poli paru RSUP
Prof. R.D. Kandou Manado.

Daftar Pustaka
1. Departemen

Kesehatan

Republik

Indonesia.

Pedoman

Nasional

penanggulangan

Tuberkulosis. Jakarta, 2010


2. Perhimpunan dokter paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta, 2006
3. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. Edisi 4. Ilmu
penyakit dalam FKUI, Jakarta, 2006. Hal 988-994
4. Rani Aziz A, Nafrialdi, dkk. Tuberkulosis Paru. Dalam : Panduan Pelayanan Medik. Edisi 2.
Penyakit dalam FKUI, Jakarta, 2006. hal 109-111.
5. Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
6. Reviglione MC, OBrien RJ. Tuberculosis. In Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS et al (Eds.)
Harrisons principle of internal medicine, 16th ed, vol 1, New York: Mc Graw Hill inc, 2005
page 953-66
12

7.

Vinay Kumar, Abul K. Abbas Nelson Fausto. Robbins and Cotran Pathologic basic of

disease. Philadelphia.2005
8.
Djojodibroto, R. Darmanto, dr, Sp.p,FCCP. Respiratory medicine. EGC. Jakarta. 2009
9.
Fithri ISR, TB Paru Rekuren Dengan Gambaran Radiologis Foto Polos Thoraks TB
Millier. (Cited Desember 2010). Available from : http://www.fkumyecase.net/wiki/index

13

Anda mungkin juga menyukai