Anda di halaman 1dari 7

Studi Kasus:

PASIEN LUKA BAKAR MENINGGAL AKIBAT SEBUAH KELALAIAN


Meldawati
Dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia
Email: drso.melda@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tn.Bonar, satu-satunya korban ledakan genset di kantornya di bawa ke Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (RS) “D” pada pukul 16.00 WIB. Saat itu pasien
tidak dapat berbicara dan di tangani oleh seorang dokter jaga IGD yang masih muda
(dr.S) dan baru tamat 6 bulan yang lalu. Luas luka bakar yang mencapai 60%, langsung
di tangani oleh dokter jaga denganmemasang infus, oksigen serta luka-lukanya di
bersihkan. Dokter jaga sudah menghubungi dokter bedah yang saat itu sedang
melakukan operasi di tempat lain dantelahdiberikan saran-saran yang harus dilakukan
sebelum nantinya akan dilakukan tindakan operasi. Akan tetapi pasien sempat
mengalami henti nafas pada saat dokter jaga sibuk memeriksa pasien lain yang tiba-tiba
datangdanbutuhpertolongan. Setelah pasien dibawa ke Intensive Care Unit (ICU)
akhirnya nyawanya bisa tertolong. Namun Tn.Bonar terpaksa di pindahkan ke ruang
isolasi karena pasien teriak-teriak kesakitan dan mengganggu pasien lainnya di ICU.
Tn.Bonar akhirnya menjalani operasi setelah di periksa oleh dokter bedah dan
telah mendapat persetujuan dari istrinya. 3 (tiga) hari setelah operasi, pasien mengalami
demam tinggi, kejang, sesak nafas dan akhirnya meninggal dunia sebelum sempat
mendapat pertolongan dokter. Istri pasien menolak membayar biaya rumah sakit dengan
alasan terlalu mahal. Akhirnya rumah sakit mengambil tindakan menahan jenasah
pasien,yang pada akhirnya istri pasien melaporkan penahanan tersebut ke polisi.
Kata kunci : Luka Bakar, Jenasah, Polisi

ABSTRACT
Mr.Bonar , the only generator in his office blast victims brought to the
Emergency Room ( ER ) hospital " D " at 16.00 pm . When the patient can not speak and
handled by an emergency room doctor who was young (dr.S) and recently finished 6
months ago . Extensive burns to 60 % , directly handled by a doctor with an IV drip ,
oxygen and to clean his wounds . Doctor had contacted the surgeon who was doing
surgery elsewhere and have given the advice that should be done before the surgery will
be performed . However, the patient had experienced breathing stopped during busy
doctor examining another patient who suddenly came in and needed help . After the
patient was taken to the Intensive Care Unit ( ICU ) finally his life could be saved .
However Mr.Bonar had been transferred to the isolation room for patients screaming in
pain and interfere with other patients in the ICU .
Mr.Bonar finally had surgery after surgery was examined by a doctor and
obtained the approval of his wife . 3 ( three ) days after surgery , the patient developed a
high fever , seizures , shortness of breath and died before he could get medical help .
Patient 's wife refused to pay for the hospital on the grounds too expensive . Hospital
finally take action restrain the patient 's body , which is ultimately the patient 's wife
reported to police detention .
Keywords : Burns, The bodies , Polis

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 68-74 | 68


Pendahuluan mengambil tindakan yang perlu agar nyawanya
Tiba-tiba Instalasi Gawat Darurat tertolong, dan berkata kepada dokter bahwa
(IGD) Rumah Sakit (RS) “D” heboh dengan berapapun biaya akan mereka bayarkan.
kedatangan beberapa orang yang membawa Mendengar hal itu dr.S langsung menelepon
seorang pasien luka bakar. Waktu menunjukkan dokter spesialis bedah satu-satunya yang ada di
pukul 16.00 WIB di mana baru saja terjadi rumah sakit itu dan ternyata sedang melakukan
pertukaran shiff antara pegawai dan dokter jaga. operasi di rumah sakit lain dan memberikan
Ketika pasien tersebut datang sebut saja instruksi apa-apa saja yang harus di lakukan
Tn.Bonar, dia di bawa oleh beberapa teman menunggu kedatangannya.
kerjanya dan dari mereka di peroleh informasi Tiba-tiba, pembicaraan dr.S dengan
bahwa luka bakar yang dialami oleh Tn.Bonar dokter bedah terputus disebabkan adanya pasien
disebabkan karena ledakan mesin genset di lain yang datang, seorang anak berumur 4 tahun
kantor, dimana Tn.Bonar bekerja sebagai tehnisi yang di bawa ibunya dengan kondisi kepala
mesin dan sudah 15 tahun bekerja di bagian berlumuran darah dan perlu penanganan dengan
mesin. Tn.Bonar sempat beberapa menit cepat.
terkurung di ruangan genset yang penuh asap Akhirnya karena perhatiannya beralih
hitam. ke anak yang baru datang dan sibuk
Sesampainya di IGD, dokter jaga yang membersihkan luka si anak, tiba-tiba teman
bertugas sore itu adalah dokter muda (dr.S) Tn.Bonar teriak dan mengatakan bahwa
yang baru lulus 6 bulan dari Fakultas Tn.Bonar sudah tidak bernafas. Padahal saat itu
Kedokteran (FK) “T” di kota itu dan ini adalah oksigen sudah terpasang. Dengan kebingungan
pasien luka bakar pertama sekali yang dia dr.S sadar bahwa dia sudah melalaikan
dapatkan sejak bekerja jadi dokter jaga IGD. Tn.bonar, kemudian memerintahkan suster
Dengan sedikit kebingungan, dr.Smengamati untuk membawa Tn.Bonar ke Intensive Care
kondisi pasien yang cukup kritis, kemudian Unit (ICU). Sesampai di ICU, Tn.Bonar di
memerintah suster memasang infus dan oksigen tangani dengan cekatan oleh dokter dan suster-
serta membantu memeriksa vital sign pasien. suster disana dan memberikan injeksi dan
Kemudian mengatakan kepada suster untuk akhirnya nyawanya bisa di selamatkan. Akan
membersihkan luka bakar yang kotor. tetapi kondisi itu tidak berlangsung lama sebab
Sambil memperhatikan pekerjaan Tn.Bonar mulai berteriak-teriak kesakitan dan
suster, dr S bertanya kepada orang-orang yang akhirnya semua pasien di ICU terganggu dan
membawa Tn.Bonar karena pada saat itu dokter disana mengambil keputusan untuk
kondisi Tn.bonar tidak bisa diajak bicara. Tetapi memindahkan Tn.Bonar ke ruang isolasi.
dari hasil pemeriksaan tanda vital kondisinya Di ruang isolasi pasien sudah mendapat
mulai mengkhawatirkan. Pihak keluarga atau kunjungan dari spesialis bedah dan pada saat
istri pasien sudah di hubungi dan menurut itu, dokter bedah menyampaikan kepada istri
mereka, istrinya sedang berada di luar kota Tn.bonar bahwa untuk mempercepat proses
sedangkan anak-anak beliau juga semua tinggal penyembuhan harus di lakukan operasi pada
di kota lain. Sehari-hari beliau tinggal dengan pasien. Istrinya tidak keberatan dan memberikan
ibunya yg sudah tua dan tuli yang di rawat oleh ijin untuk di lakukan operasi. Setelah operasi
seorang perawat. selesai, Tn.Bonar di kembalikan ke ruang isolasi
Melihat kondisi Tn.Bonar dan luasnya dan dr.bedah meminta agar jangan ada yang
luka bakar, dr.S menyampaikan kepada teman mengunjungi Tn.Bonar agar proses
kerjanya bahwa pasien harus segera di lakukan penyembuhan lebih cepat.
tindakan yang cepat dan tepat disebabkan luas Anjuran dokter bedah ternyata di
luka bakar sudah mencapai 60 % dan bila lupakan oleh istri pasien. Semua keluarga dan
tindakan ini lambat di lakukan akan mengancam teman-teman kerja diijinkan beliau menjenguk
jiwa dari pasien. Teman yang membawa walaupun sudah beberapa kali di tegur oleh
Tn.Bonar menyampaikan kepada dokter untuk suster jaga, namun istrinya marah terhadap

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 68-74 | 69


suster dengan ketus dan mengatakan bahwa Tindakan dr.S menelpon dokter bedah
biaya rumah sakit akan dia bayar, mengapa setelah mendapatkan persetujuan dari teman
harus ada perbedaan dengan pasien lain. Suster pasien mengenai tindakan medis yang akan
sendiri tidak berani menerangkan kepada diambil, biaya pengobatan, apakah sudah
istrinya disebabkan sikapnya yang suka marah- dianggap sesuai?
marah di rumah sakit. Instruksi yang disampaikan oleh dokter
Akhirnya 3 hari setelah operasi, tiba- bedah sendiri tanpa melihat kondisi pasien
tiba pasien demam tinggi, kejang, sesak nafas secara langsung apakah ini juga sesuai dengan
dan akhirnya meninggal dunia sebelum sempat dengan standar profesi, standar pelayanan
mendapat pertolongan dokter. medik, standar prosedural operasional yang ada
Ketika hendak membayar biaya rumah sakit, ?
istri Tn.Bonar kaget melihat nominalyang Pembicaraan dengan kolega dokter
tertera di kwitansi yaitu sejumlah seratus lima yang terputus akibat IGD kedatangan pasien
puluh juta rupiah. Dengan spontan dia berkata kritis yang lain? Apakah tindakan dr S tepat dan
bahwa dia tidak akan membayar semua biaya itu sesuai? Kemudian mengabaikan kolega dan
disebabkan suaminya meninggal,dan dia pasien luka bakar dan lebih mengutamakan
bersikeras membawa pulang jenasah suaminya pasien yang baru datang?
untuk dikebumikan. Sayangnya pihak rumah Akibatnya Tn.bonar mengalami henti
sakit tidak mengijinkan hal ini dan menahan nafas dan memerintahkan suster membawanya
jenasah Tn.Bonar sampai semua biaya di lunasi. ke ICU tanpa melakukan informed consent
Melihat hal tersebut, istrinya melaporkan pihak dengan teman atau keluarga pasien?
Rumah sakit kepada kepolisian setempat. Suntikan dan penanganan yang
diberikan di ICU apakah itu sudah sesuai dan
Identifikasi Masalah memenuhi standar yang ada?
Saat di bawa ke IGD, Tn.Bonar Kemudian memindahkan kembali
menderita luka bakar yang cukup parah, tidak Tn.bonar di ruang isolasi, apakah ini juga sudah
bisa bicara dan sempat terkurung beberapa sesuai?memenuhi persyaratan yang ada?
menit di ruangan genset yang dipenuhi asap Dokter bedah yang melakukan
hitam. Selain itu keberadaan pihak keluarga operasi sudah meminta persetujuan dari istri
yang berada diluar kota membuat dr.S pasien, namun setelah itu apakah sudah
kebingungan bagaimana harus mengambil memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya
tindakan, walau pada akhirnya teman kerja kepada pihak keluarga akan tindakan berikut
pasien mengatakan bahwa biaya pengobatan yang akandi lakukan untuk pemulihan pasien?
bersedia mereka bayarkan. Pada kenyataannya tidak diacuhkan oleh
Dr.S baru menyelesaikan pendidikan keluarga pasien, bahkan sampai marah-marah
dokternya 6 bulan ketika baru pertama kali kepada suster dan memiliki penilaian negatif
mendapat pasien luka bakar tersebutdan terlihat terhadap rumah sakit dengan beranggapan
masih belum berpengalaman. Akan tetapi dr.S bahwa ada ketidak adilan dalam hal
bisa memberikan instruksi kepada suster untuk memperlakukan pasien.
memasang infus, oksigen dan membersihkan Kematian pasien yang tiba-tiba
luka pasien. Saat melakukan anamnese kepada dengan gejala demam tinggi, kejang-kejang,
teman yang membawa pasien, ada beberapa sesak nafas dan akhirnya meninggal dunia tanpa
pertanyaan yang harus dipertanyakan, sudahkah pertolongan dokter? Mengapa hal ini sampai
dr.S melakukan prosedural yang sesuai? Apakah terjadi? Bagaimana pelayanan yang dilakukan di
sudah sesuai dengan standar profesi, standar ruangan? Ada atau tidak dokter jaga yang
pelayanan medik, standar prosedural kompeten di ruangan tersebut? Dimana para
operasional yang sudah di bakukan di rumah suster atau perawat?apakah tidak ada
sakit. Apakah dr.S sendiri sudah memiliki STR komunikasi diantara kolega?
(surat tanda registrasi) dan ijin praktek?

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 68-74 | 70


Istri pasien yang tidak mau di ruang ICU yang menyelamatkan
membayar biaya rumah sakit yang di rasa cukup nyawa pasien.
tinggi dan tidak pantas, bahkan melaporkan D. OTONOMI: kekuasaan dari pasien untuk
Rumah sakit ke pihak berwajib disebabkan mengambil keputusan sejauh tidak
tindakan Rumah Sakit menahan jenasah pasien. bertentangan dengan prinsip-prinsip etika
Pantas atau layakkah hal ini? Apa tindakan yang baik personal maupun institusional.
sebaiknya di lakukan oleh rumah sakit? Dalam hal ini pasien tidak bisa bicara,
maka kekuasaan beralih kepada istri
Analisis Masalah pasien. Dengan menyetujui tindakan
1. ETHICAL THEORI operasi yang akan dilakukan, berarti
A. PATERNALISM (Altruisme, dokter bedah memberikan kesempatan
Personalism) : memandang pasien kepada keluarga pasien untuk mengambil
sebagai anak dan bertindak sebagai keputusan apakah setuju atau tidak di
Bapak yang baik. lakukannya operasi. Dalam hal ini dokter
Pada awalnya, walaupun dengan sikap bedah telah meminta Informed Consent
ragu-ragu, dr.S yang dan sudah sesuai dengan standar
menanganiTn.Bonar menyuruh suster operasional.
memasang infus,oksigen dan 2. ETHICAL PRINCIPLES (4 Basic
membersihkan luka pasien serta Principles)
memeriksa tanda-tanda vitalnya. Ini A. RESPECT FOR AUTONOMY (PERSON)
menunjukkan sikap yang baik dari dr.S. Keinginan untuk menyerahkan
juga dalam hal menangani pasien anak sepenuhnya tanggung jawab terhadap
dengan cekatan dan tepat, walaupun keluarga dan teman kerja pasien
akhirnya menelantarkan pasien lainnya. disebabkan pasien tidak bisa bicara. Itu
B. CONSEQUENTIALISM : benar tidaknya sudah terlihat dari awal kasus ini.
perbuatan tergantung pada konsekuensi B. NON MALEFICENCE
perbuatan. Sikap dokter juga pada situasi tertentu
Akibat dari kelalaian dr.S, pasien khususnyadalam kasus ini ada yang
Tn.bonar sampai mengalami henti nafas. berpedoman Non Maleficence.Ketika
Tentunya dr.S harus bisa memilah-milah dr.S mengambil keputusan membawa
dan mengambil keputusan yang tepat pasien ke ICU, dr.S melakukan tindakan
mana yang lebih dulu di tangani dan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa
melihat kondisi pasien yang sedang pasien.
kritis. C. BENEFICENCE
C. DEONTOLOGY (kewajiban) : kalau Dari awal kasus ini, kita melihat sangat
merasa wajib, maka apapun jelas sikap dokternya. Dokter benar-
konsekuensinya tidak akan menyurutkan benar mengutamakan penanganan pasien
saya untuk menolong pasien. untuk keselamatan jiwa pasien.
Melihat kondisi Tn.Bonar yang kritis dan Walaupun kita melihat ada beberapa
langsung membawanya ke ICU. kelalaian dari dokter.
Tindakan yang dilakukan di ICU D. JUSTICE
walaupun pada awalnya pasien ataupun Kita melihat jumlah biaya pengobatan
keluarganya tidak di minta Informed yang begitu besar tidak “Justice”untuk
Consent untuk memindahkan pasien, keluarga pasien, juga tindakan menahan
namun untuk menyelamatkan nyawa jenasah pasien. Seharusnya diambil
pasien, dan melihat situasi yang tidak langkah-langkah damai untuk
memungkinkan, dr.S mengambil membicarakan solusi kasusini
keputusan yang tepat. Begitu juga 3. LAWS–REGULATION
dengan tindakan-tindakan yang diambil PROFESIONALISM

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 68-74 | 71


Dari kasus diatas kita melihat ada hubungan paternal dimana dokter membuat
beberapa kelalaian yang di lakukan oleh keputusan dan pasien hanya menerima saja.
pihak dokter atau rumah sakit. Akan tetapi saat ini hubungan ini sudah tidak
Diantaranya : membiarkan pasien bisa diterima lagi baik secara etik maupun
Tn.Bonar ketika ada pasien lain datang di secara hukum.
IGD sampai dia henti nafas dan yang Berdasarkan Kode Etik Kedokteran
paling fatal adalah ketika pasien demam pasal 7 menyatakan bahwa seorang dokter harus
tinggi, kejang-kejang, sesak nafas dan senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
akhirnya meninggal dunia tanpa sesuai dengan standard profesi yang tertinggi,
pertolongan dokter. Saat ini pasien pasal 7 (a) menyatakan seorang dokter dalam
berada di ruangan yang seharusnya ada setiap praktek medisnya harus memberikan
petugas yang menjaga/ mengawasi. pelayanan medis yang kompeten dengan
Juga tindakan rumah sakit yang menahan kebebasan tehnis dan moral sepenuhnya disertai
jenasah pasien sangat tidak etis dan tidak rasa kasih sayang dan penghormatan atas
layak. martabat manusia, pasal 7 (b) seorang dokter
4. VALUES (Religion, culture, humanistic, harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan
local wisdom, etc) pasien, pasal 7 (c) seorang dokter harus
Terlihat dari kasus ini, menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawat
kebiasaandarisebuahsukudalammengunju dan tenaga kesehatan lain dan harus menjaga
ngipasienjugasangatberpengaruh.Ketikaa kepercayaan pasien.
dakeluargaatausahabat yang Sejalan dengan amanat Pasal 28 ayat
sakitmakabiasanya akan banyak orang (1) UUD’45 menegaskan bahwa setiap orang
yang datang berkunjung. Walaupun berhak memperoleh pelayanan kesehatan,
sudah di ingatkan agar mengurangi kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) menegaskan
resiko infeksi, namun sikap dan pula negara bertanggung jawab atas penyediaan
kebiasaan dari suku pasien melupakan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
peringatanitu. Akibat yang ditimbulkan pelayanan umum yang layak. Rumah sakit
adalah kerugian dipihak pasienitusendiri. sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
5. LOGIC merupakan bagian dari sumberdaya kesehatan
Dari kasus diatas, sebenarnya yang sangat diperlukan dalam mendukung
kemungkinan kematian pasien penyelenggaraan upaya kesehatan.
disebabkan komplikasi pasca operasi Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah
yaitu sepsis dan ketidakpatuhan keluarga sakit mempunyai karakteristik dan organisasi
pasien untuk memberikan ruang steril yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga
bagi perawatan pasien. kesehatan dengan perangkat keilmuannya
Kita juga bisa menduga bahwa masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu
kemungkinan keluarga pasien tidak pengetahuan dan teknologi kedokteran yang
mengerti akan efek yang akan di berkembang sangat pesat yang harus diikuti
timbulkan setelah operasi. oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian
Secara umum, kita melihat kasus ini pelayanan yang bermutu, membuat semakin
sering terjadi dimanapun dan kapanpun. kompleksnyapermasalahan dalam rumah sakit.
Hubungan interaksi antara pasien dan dokter Fungsi Rumah Sakit Menurut UU No.
juga tergambar dari kasus ini. Kasus ini 44 Tahun 2009 Menurut Pasal 1 ayat (1) UU
memperlihatkan upaya-upaya maksimalyang No.44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah
diambil oleh dokter dalam menjalankan institusi pelayanan kesehatan yang
pekerjaannya. Menurut John R Williams bahwa menyelenggarakan pelayanan kesehatan
hubungan dokter dan pasien merupakan fondasi perorangan secara paripurna yang menyediakan
dalam praktek kedokteran juga etik kedokteran pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
dan secara tradisional tergambar dalam darurat. Adapun fungsi Rumah Sakit tersebut

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 68-74 | 72


diatur dalam Pasal 5 yang menegaskan : Rumah Sakit Sebagai Pelayanan Publik Rumah
pertama, penyelenggaraan pelayanan sakit meskipun merupakan badan usaha baik
pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai milik negara ataupun swasta jika dilihat dari
dengan standar pelayanan rumah sakit. Kedua, bentuk pelayanan dan jasa yang diberikan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan publik.
perorangan melalui pelayanan kesehatan yang Karena itu pelayanan yang diberikannya pun
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai harus memenuhi standar pelayanan publik yang
kebutuhan medis. Ketiga, penyelenggaraan baik.
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia Penilaian di dalam pelayanan publik
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam tersebut antara lain produktivitas yang tinggi,
pemberian pelayanan kesehatan. Keempat, kualitas pelayanan, responsivitas terhadap
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kebutuhan pasien, responsibilitas, akuntabilitas,
serta penapisan teknologi bidang kesehatan efisiensi dan efektivitas. Standar pelayanan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan publik ini harus menjadi parameter baru
dengan rnemperhatikan etika ilmu pengetahuan mengingat faktor resiko yang mungkin
bidang kesehatan. ditanggung akan cukup besar, hal ini juga
Dari kasus tersebut, siapa yang harus berdampak pada tingkat kepercayaan kepada
disalahkan, apakah kesalahan personal, lembaga atau badan pemberi pelayanan serta
kesalahan sistem, kesalahan administrasi pelaku profesi. Untuk pelayanan rumah sakit ini
ataupun kesalahan dari pihak rumah sakit juga diatur dalam KODERSI atau Kode Etik
sendiri yang harus bertanggung jawab penuh. Rumah Sakit, dimana kewajiban rumah sakit
Dalam kaitan dengan tanggung jawab rumah terhadap karyawan, pasien, dan masyarakat
sakit maka pada prinsipnya rumah sakit diatur.
bertanggung jawab secara perdata terhadap Rumah sakit sebagai sarana pelayanan
semua kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan juga menanggung kewajiban untuk
kesehatannya sesuai dengan Pasal 1367 ayat (3) ikut bertanggungjawab jika terjadi kasus
KUH Perdata. Selain itu rumah sakit juga malpraktik di lingkungan rumah sakitnya. Hal
bertanggung jawab atas wanprestasi dan ini disebabkan karena hubungan kontraktual
perbuatan melawan hukum (Pasal 1243,- antar rumah sakit dengan pihak dokter, perawat,
1370,1371 dan 1365 KUH Perdata), bila atau petugas kesehatan lainnya. Dengan
tindakan itu dilakukan pegawainya. Dalam demikian meskipun rumah sakit merupakan
Pasal 46 UU No.44 Tahun 2009 menegaskan badan swasta, tetap memiliki tanggungjawab
bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara sosial untuk memikul standar pelayanan publik
hukum terhadap semua kerugian yang karena yang dilayani adalah masyarakat luas,
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh selain itu juga rumah sakit wajib memikul
tenaga kesehatan di rumah sakit. Dalam Pasal semua tanggung jawab orang-orang yang
58 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang bekerja di bawah naungannya seperti pertama,
kesehatan, juga menegaskan setiap orang berhak tanggung jawab terhadap personalia, kedua,
menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga tanggung jawab professional terhadap mutu,
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan ketiga, tanggung jawab terhadap
yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan sarana/peralatan dan keempat, tanggung jawab
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang terhadap keamanan bangunan dan
diterimanya. perawatannya.
Apabila rumah sakit melakukan Oleh karena itu dalam upaya
pelanggaran atas kewajibannya sebagai meningkatkan aspek pelayanan kesehatan, maka
pengelola yang diatur dalam Pasal 29 UU No.44 hendaknya rumah sakit dan tenaga medis serta
Tahun 2009 maka dapat dikenakan sanksi tenaga lainnya perlu meningkatkan pelayanan
administratif berupa teguran, teguran tertulis, medis dengan lebih meningkatkan kompetensi
dan denda serta pencabutan izin rumah sakit. tenaga kesehatan dan prasarana rumah sakit dan

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 68-74 | 73


juga perlu memahami aturan-aturan hukum disiplin dari pegawai rumah sakit yang bertugas
yang berlaku dan terkait dengan permasalahan harus lebih diperhatikan.
kesehatan. Profesionalisme : disinilah dituntut bagaimana
tanggung jawab kita terhadap pekerjaan yang
Kesimpulan kita lakukan. Mengapa membiarkan keinginan
Setelah menelaah kasus diatas, maka keluarga pasien walaupun mereka mempunyai
dapat disimpulkan sebagai berikut : hak otonomi akan tetapi sebagai seorang dokter
1. Pola hubungan pasien / keluarga pasien/ kita harus juga bertindak tegas dalam merawat
teman kerja pada awalnya baik dan pasien. Sikap profesionalisme rumah sakit juga
seimbang. sangat kurang dengan tindakan menahan
2. Dokter sudah berupaya melakukan jenasah pasien.
tindakan-tindakan yang sesuai dengan
standar operasional, standar profesi dan Daftar Pustaka
berdasarkan peraturan yang berlaku.
3. Adanya kesalahan informasi yang di Guwandi J, Hukum Medik (Medical Law), Balai
tangkap oleh pihak keluarga pasien. Penerbit FKUI, Jakarta, 2007
4. Adanya kelalaian yang di lakukan oleh
rumah sakit sehingga menyebabkan pasien Hanafiah M.J , Amir A, Etika Kedokteran Dan
meninggal. Hukum Kesehatan, EGC Jakarta,
5. Tindakan rumah sakit yang menahan 2009
jenasah pasien tidak memenuhi rasa John R Williams, Medical Ethics manual
kemanusiaan dan empati. (Terjemahan), PSKI FK Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2006
Rekomendasi Kode Etik Kedokteran
Di tinjau dari sudut HELP
(Humaniora, Ethics, Law, Profesionalisme) Mulyohadi Ali M, et al, Komunikasi Efektif
Humaniora: hubungan pasien-dokter yang dari Dokter-Pasien, Konsil Kedokteran
awal sudah baik,seharusnya tetap di Indonesia, 2006
pertahankan sehingga tidak perlu sampai terjadi Purwadianto A. Kemampuan mahasiswa baru
miskomunikasi dengan keluarga terutama fakultas kedokteran dalam menilai
mengenai perawatan pasca operasi dan keluarga spesifikasi kaidah dasar bioetika
tidak perlu sampai membuat pengaduan pada Kode Etik Kedokteran
sehingga masalah yang timbul bisa di Indonesia. Majalah Kedokteran
bicarakandenganbaik. Indonesia, 2006
Ethics: sikap dan perilaku yang tergambar pada
kasus ini justru lebih kearah sikap keluarga Rahmatina , et al , Standar Kompetensi Dokter
pasien yang marah-marah kepada suster ketika Indonesia, Assosiasi Institusi
di sampaikan teguran untuk tidak berkunjung Pendidikan Dokter Indonesia,
dalam jumlah yang banyak untuk menghindari Jakarta 2011
infeksi post operasi. UU Kesehatan No. 44 Tahun 2009
Rumah sakit sendiri memiliki sikap yang
berlebihan / kurang etis dengan menahan
jenasah pasien. Tindakan ini tidak perlu di
lakukan jika bisa di komunikasikan dengan
baik.
Law: Rumah sakit bisa di tuntut dengan tuduhan
kelalaian karena pada saat pasien meninggal
tidak sempat mendapat pertolongan dari petugas
rumah sakit. Untuk mencegah hal ini, sebaiknya

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 68-74 | 74

Anda mungkin juga menyukai