Farbot Manoko
Farbot Manoko
1. Suku CRASSULACEAE
Klasifikasi
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Anak Kelas
: Angiospermae
Bangsa
: Resales
Suku
: Crassulaceae
: Semak, tinggi 1 m.
Batang
: segi empat, lunak, beruas, warna hijau. Batang segi empat tumpul atau
hampir
membulatbunga
berbilangan
atau
kelipatan
empat,
Bunga/Perbungaan
Buah
ANATOMI :
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas yang terdiri
dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis, stomata sedikit. Epidermis
bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis, stomata lebih
banyak daripada epidermis atas. Di dalam mesofil tidak terdapat jaringan palisade, jaringan
bunga karang terdiri dari sel-sel yang besar hampir bundar, berisi lender, terdapat sedikit
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Pada tulang daun terdapat pembuluh tipe kolateral,
pada bagian bawah berkas pembuluh terdapat beberapa lapis jaringan kolenkim, pada bagian
bawah tulang daun terdapat 1 sampai 2 lapis jaringan kolenkim. Pada sayatan paradermal
tampak epidermis atas dan epidermis bawah berebtuk polygonal, dinding sedikit berombak,
stomata tipe anomositik. Serbuk berwarna hijau kotor keabu-abuan. Fragmen pengenal
adalah epidermisa atas dinding sedikit berombak dengan stomata anomisitik, epidermis
bawah dinding sedikit bergelom- bang dengan stomata lebih banyak; mesofil meliputi dari sel
besar, bentuk bundar, dinding tipis, di dalamnya kadang-kadang ada hablur kalsium, oksalat
bentuk prisma;
berkas pembuluh
xilem
dan spiral.
FISIOLOGI
Tanaman cocor bebek merupakan tanaman yang melakukan fotosintesis C3. Dalam
sintesis C3, CO2 difiksasi ke gula berkarbon lima, yaitu ribulosa bifosfat (RuBP) oleh enzim
karboksilase RuBP (rubisko). Molekul berkarbon enam yang terbentuk tidak stabil dan segera
terpisah menjadi dua molekul fosfogliserat (PGA). Molekul PGA merupakan karbohidrat
stabil berkarbon tiga yang pertama kali terbentuk sehingga cara tersebut dinamakan sintesis
C3. Molekul PGA bukan molekul berenergi tinggi. Dua molekul PGA mengandung energi
yang lebih kecil dibandingkan satu molekul RuBP, sehingga fiksasi CO2 berlangsung
spontan dan tidak memerlukan energi dari reaksi terang (fotosintesis). Untuk mensintesis
molekul berenergi tinggi, energi dan electron dari ATP maupun NADPH hasil reaksi terang
digunakan untuk mereduksi tiap PGA menjadi fosfogliseraldehida (PGAL). Dua molekul
PGAL dapat membentuk satu molekul glukosa. Satu siklus Calvin telah lengkap bila
pembentukan glukosa disertai dengan regenerasi RuBP. Satu molekul CO2 yang tercampur
menjadi enam molekul CO2. Ketika enam molekul CO2 bergabung dengan enam molekul
RuBP dihasilkan satu glukosa dan enam RuBP sehingga siklus dapat dimulai kembali.
Bufadienolida dari Kalanchoe telah didemonstrasikan pada klinik riset yang ternyata
memiliki kemampuan antibakteri, antitumor, pencegah kanker, dan kerja insektisida.
Kandungan kimia yang ditemukan pada Kalanchoe adalah : arachidic acid, astragalin,
behenic acid, beta amyrin, benzenoids, beta-sitosterol, bryophollenone, bryophollone,
bryophyllin, bryophyllin A-C, bryophyllol, bryophynol, bryotoxin C, bufadienolides,
caffeic acid, campesterol, cardenolides, cinnamic acid, clerosterol, clionasterol,
codisterol, coumaric acid, epigallocatechin, ferulic acid, flavonoids, friedelin, glutinol,
hentriacontane, isofucosterol, kaempferol, oxalic acid, oxaloacetate, palmitic acid,
patuletin, peposterol, phosphoenolpyruvate, protocatechuic acid, pseudotaraxasterol,
pyruvate, quercetin, steroids, stigmasterol, succinic acid, syringic acid, taraxerol, dan
triacontane.
Pemanfaatan
Beberapa penggunaan tradisional Kalanchoe dapat dijelaskan oleh riset klinik.
Penggunaan tradisional untuk kondisi infeksi (baik internal maupun eksternal) yang didukung
oleh riset mengindikasikan bahwa daun Kalanchoe memiliki aktivitas antibakterial, antivirus,
dan antijamur. Daun dan getah daun telah diperlihatkan secara in vitro memiliki aktivitas
antibakteri untukStaphylococcus, E. coli, Shigella, Bacillus dan Pseudomonas, termasuk
beberapa strain bakteri yang resisten terhadap obat. Ekstrak daun Kalanchoe (penggunaan
topikal dan internal) menunjukkan untuk mencegah dan mengobati leishmaniasis (penyakit
parasit pada negara tropis yang ditransmisikan oleh gigitan lalat) baik pada manusia maupun
binatang. Disamping efek antibakterinya, penggunaan tradisional Kalanchoe untuk gangguan
pernafasan bagian atas dan batuk dapat dijelaskan oleh riset yaitu bahwa getah daun
Kalanchoe memiliki potensi sebagai antihistamin dan antialergi. Pada studi in vivo (dengan
tikus dan babi guinea) getah daun Kalanchoe dapat melindungi secara kimiawi induksi reaksi
anafilaksis dan kematian oleh pemblokkan secara selektif reseptor histamin di paru-paru.
Pada studi in vivo lainnya, ilmuwan memvalidasi penggunaan Kalanchoe untuk
gastric ulcer. Ekstrak daun melindungi tikus dari beberapa penginduksi ulcer seperti stres,
aspirin, etanol, dan histamin. Riset in vivo lainnya mengkonfirmasikan bahwa Kalanchoe
dapat mengurangi demam, dan menyediakan efek antiinflamasi, meringankan sakit, dan efek
relaksasi otot. Efek antiinflamasi secara parsial diatributkan untuk efek immunomodulator
dan immuno suppresant yang didokumentasikan oleh ilmuwan dalam beberapa penelitian.
Pada beberapa studi in vivo dan in vitro, peneliti melaporkan bahwa ekstrak daun dan
getahnya dapa menekan beberapa reaksi imun, termasuk trigger inflammatory response yang
mirip dengan respon histamin. Kalanchoe juga memperlihatkan aktivitas sedatif dan depresan
sistem saraf pusat di penelitian pada binatang. Efek ini secara parsial diatributkan untuk
ekstrak daun yang memeperlihatkan kemampuan untuk meningkatkan neurotransmitter di
otak yang disebut GABA (Gamma Amino Butyric Acid)
Daun Kalanchoe daigremontiana berkhasiat sebagai obat batuk dan penurun panas.
Untuk obat penurun panas dipakai 20 gram daun segar Kalanchoe daigremontiana, dicuci
dan ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada dahi
.
b. Data Tumbuhan
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Anak Kelas
: Liliales
Bangsa
: Liliales
Suku
: Liliaceae
Marga
: Cordyline
Jenis
Nama Lokal
: Jawa
Bali
Sumatra
Pertelaan
Habitus
: Perdu bercabang; tinggi 2-4 m. Ranting dengan bekas daun rontok yang
berbentuk cincin.
Batang
Daun
lanset
runcing,
tepi rata,
letak
Dokumentasi
2.
bengkak. Daun Cordyline fruticosa berkhasiat sebagai obat luka dan obat wasir serta perut
kembung. Akarnya dikunyah mentah ditambah
Cordyline sering dipakai sebagai tanaman pelindung dan pembatas blok pada sawah,
ladang, serta perkebunan teh atau kina di Indonesia. Hanjuang, terutama C. fruticosa,
populer sebagai tanaman hias. Daun hanjuang dipakai sebagai pembungkus makanan.
Hasil penelitian menunjukkan, bungkus daun hanjuang memiliki kemampuan antibakterial.
Tanaman Andong mempunyai rasa manis, ambar dan sifatnya sejuk, mempunyai efek
farmakologis
sebagai
penghenti
pendarahan,
bersifat
menyejukan
darah
dan
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledonae
Anak Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa
: Liliales
Suku
: Liliaceae
Marga
: Cardyoline
Jenis
: Cordyline terminalis
Nama Lokal
: Andong(Jawa Tengah),
Palili (Makassar),
Panjureng(Bugis)
1.
Pertelaan
Perdu bercabang, tinggi 2 4 m. Ranting dengan bekas daun rontok yang berbentuk
cincin. Daun pada ujung ranting berjejal dengan susunan spiral. Tangkai bentuk talang,
helaian daun bentuk garis atau lanset dengan pangkal yang berbentuk baji dan ujung runcing,
hijau atau merah. Malai bunga di ketiak daun bertangkai panjang, bercabang melebar,
dengan daun pelindung yang besar pada pangkal cabang. Anak daun pelindung pada pangkal
bunga kecil. Daun tenda bunga 6, memanjang, benang sari 6, tertancap pada tenda
bunga. Kepala putik pendek. Buah buni kurang lebih berbentuk bola, merah mengkilat,
batangnya bulat, keras, bekas dudukan daun nampak jelas, bercabang, putih kotor, akar
serabut putih kekuningan.
2.
3.
Dokumentasi
pada sawah, ladang, serta perkebunan teh atau kina di Indonesia. Hanjuang, terutama C.
fruticosa, populer sebagai tanaman hias. Daun hanjuang dipakai sebagai pembungkus
makanan. Hasil penelitian menunjukkan, bungkus daun hanjuang memiliki kemampuan
antibakterial.
Dalam masyarakat Sunda, Jawa, serta Bali, hanjuang memiliki makna sebagai "pembatas
ruang", baik secara harafiah maupun filosofis.
Tithonia (Kipait)
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Anak Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Asterales
Suku
: Asreraceae
Marga
: Tithonia
Jenis
Nama Lokal
: Kipait
1.
Pertelaan
Habitus
: Perdu, tinggi 5 m
Batang
Daun
: Tunggal, berseling, panjang 26-32 cm, lebar 15-25 cm, ujung dan
pangkal runcing, pertulangan menyirip, hijau.
Bunga/Perbungaan
Buah
Biji
Akar
2. Dokumentasi