Pendahuluan Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan satu-satunya
jenis kera kecil yang terdapat di pulau Jawa.
Owa Jawa memiliki tubuh yang ditutupi rambut berwarna keperakan atau kelabu. Bagian atas kepalanya berwarna hitam. Bagian muka seluruhnya juga berwarna hitam dengan alis berwarna abu-abu yang menyerupai warna keseluruhan tubuh. Panjang tubuh berkisar antara 750 800 mm. Berat tubuh jantan antara 4-8 kg sedangkan betina antara 4-7 kg. Owa jawa tidak memiliki ekor, dengan tangan jauh lebih panjang daripada kaki serta memiliki suara yang lantang dan khas. Suara khas owa jawa betina yang dikeluarkan pada pagi hari (morning call) bisa terdengar sampai radius 1 km. sistim organisasi sosial owa jawa adalah keluarga monogami, beranggotakan 2-6 individu (Supriatna & Wahyono, 2000).
termasuk jenis satwa yang dilindungi: PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 57/MenhutII/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 2018 Owa Jawa berada pada status konservasi prioritas tinggi Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) merupakan spesies Critically Endangered. Convention on International Trade of Endangered Spesies of Flora and Fauna (CITES) (UNEP-WCMC 2009) menggolongkan Owa jawa masuk dalam kategori apendiks 1 yang berarti satwa ini terancam punah dan perdagangannya harus diatur sangat ketat hanya boleh untuk hal-hal khusus.
Owa jawa berada pada kawasan hutan hujan
tropis mulai dari dataran rendah, hingga
pegunungan dengan tinggi 1.400 1.600 mdpl. Ada kemungkinan Owa jawa hanya terdapat sampai ketinggian 1.400 1.600 m karena lebih dari ketinggian tersebut telah terjadi perubahan tipe vegetasi yang tidak mendukung sebagai habitat Owa jawa. Daerah jelajah berkisar antara 16-17 ha, dan jelajah hari-annya dapat mencapai 1500 m. (Supriatna & Wahyono, 2000).
Peta penyebaran Owa jawa di Jawa Barat dan sebagian
Jawa Tengah
Distribusi owa jawa meliputi kawasan hutan di
Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah.
Penyebaran di Jawa Barat seperti di Taman nasional Gunung Gede Pangrango, Taman nasional Gunung Halimun, Taman nasional Ujung Kulon, Cagar Alam Gunung simpang dan leuweng sancang sedangkan didaerah Jawa Tengah sekitar Gunung slamet dan Pegunungan dieng. (Supriatna dan Tilson, 1994). Selain penyebarannya yang terbatas, populasinya pun diperkirakan kurang dari jumlah 5.000 ekor di alam.
Ancaman bagi kelangsungan hidup owa jawa:
Perambahan di habitat owa jawa di dalam kawasan konservasi dan hutan lindung Ancaman fragmentasi habitat owa jawa Perburuan, perdagangan dan kepemilikan. Masih terdapat pembalakan liar, perambahan dan pemukiman di dalam kawasan konservasi Belum optimalnya penegakan hukum Konversi hutan: aktivitas geothermal, penambangan, kebakaran hutan, pembuatan jalan infra struktur, pemukiman. Sistem monogami dengan Jarak kelahiran 3-4 tahun, masa kehamilan 197 210 hari jumlah anak yg dilahirkan 1- 2 ekor.
Menurut Supriatna dan Wahyono (2000),
awalnya owa jawa terdapat di sebagian
hutan-hutan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah menempati habitat seluas 43.274 km2, tetapi kini keberadaannya semakin terdesak dan hanya tinggal di daerah yang dilindungi yang luasnya sekitar 600 km2,
Tabel 1 . Luas Habitat dan Perkiraan Jumlah Populasi yang
penting untuk langkah-langkah konservasi yang efektif
Tabel 2. Konservasi In situ dan Eks Situ Owa Jawa
berdasarkan Gates (1998) dan Nijman (2002). Mengacu pada jumlah rata-rata individu per populasi.
Tabel 3. Kondisi habitat owa jawa pada masing-masing
tingkat kesesuaian sebagai acuan konservasi
Beberapa upaya konservasi Owa Jawa
Workshop Population dan Habitat Viability Analysis
Berfokus pada distribusi, status, dan ancaman populasi
owa jawa di alam, dan pada tahun 1997, diselenggarakan untuk membahas strategi untuk penyelamatan dan rehabilitasi. Hasil yg didapat telah digunakan untuk pedoman untuk penyelamatan owa jawa di alam dan untuk petunjuk lebih lanjut dalam penelitian, dan pemantauan populasi. Sampai saat ini, prestasi besar yang telah dilakukan adalah penciptaan Taman Nasional Gunung Ciremai dan pengembangan kawasan konservasi dengan menggabungkan TN Gunung Salak-Gunung Halimun dan memperluas TN Gunung Gede Pangrango dan lebih dari dua kali lipat luas habitat yang dilindungi untuk Owa jawa.
Javan Gibbon Center
Pada Kongres Internasional Primatological Society
(IPS), yang diselenggarakan di Adelaide, Australia, pada tahun 2001 organisasi nonpemerintah internasional (LSM) Conservation International (CI) dan Silvery Gibbon Project (SGP) dan Silvery Gibbon Project (SGP, Australia) sepakat untuk bekerja sama untuk membangun Javan Gibbon Center (JGC) untuk : (1) Menyita owa jawa peliharaan (2) Mengelola populasi ex situ (3) Melakukan penelitian noninvasif, termasuk genom sumber daya ekonomi (4) memberikan penyuluhan untuk kesadaran masyarakat dan program pendidikan yang berfokus pada Owa jawa dan statusnya terancam di alam liar.
Perlindungan terhadap owa jawa telah dilindungi sejak
1924 ketika ordonasi perburuan pertama diberlakukan
(Kappeler, 1984). Pemerintah Indonesia melalui UU No. 5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No. 301/ kpts-ii/1991 dan SK Menteri Kehutanan No 882/ kpts-ii/ 1992, dengan hukuman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), bagi mereka yang memburu atau memelihara tanpa ijin.