Anda di halaman 1dari 15

Asma Bronkhial

Blok 18
Agus Salim
NIM : 102010332
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat (11510)

Pendahuluan
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel
yang berperan, khususnya sel mast, eosinophil dan limfosit T dimana pada orang yang rentan
akan menyebabkan episode mengik berulang, sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk
persisten khususnya pada malam atau dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik. Gejala ini
biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang
paling tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
Inflamasi ini juga berhubungan dengan hipereaktivitas jalan napas terhadap berbagai
rangsangan dan mungkin ada riwayat asma atopi pada keluarga. Asma bronkial adalah
inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan peningkatan hiper responsive dan
menimbulkan gejala episodic berulang: mengik, sesak napas, dada terasa berat dan batukbatuk terutama malam atau dini hari. Penyempitan saluran napas pada asma dapat terjadi
secara bertahap, perlahan-lahan, dan bahkan menetap dengan pengobatan tetapi dapat pula
terjadi mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan bernapas yang akut. Derajat obstruksi
ditentukan oleh diameter lumen saluran napas, dipengaruhi oleh edema dinding bronkus,
produksi mukus, kontraksi dan hipertrofi otot polos bronkus. Diduga baik obstruksi maupun
peningkatan respons terhadap berbagai rangsangan didasari oleh inflamasi saluran napas.1
1

Anamnesis
Anamnesis luas yang menggali perjalanan waktu, sifat, dan keparahan gejala
merupakan faktor paling penting dalam menegakkan penyebab penyakit respirasi (atau
penyakit lain apapun). Pendekatan logis yang sistematik disusun sebagai berikut dan
memastikan dilakukannya penyelidikan yang menyeluruh dan lengkap.
1. Indentitas pasien: usia, jenis kelamin, ras, dan status perkawinaan dicatat karena
mungkin berhubungan dengan penyakit spesifik.
2. Keluhan utama: berupa gejala-gejala umum, biasanya seperti nyeri dada, sesak
napas (dispnea), batuk, atau hemoptisis pada penyakit respirasi.
3. Riwayat penyakit saat ini :
a. Apakah terdapat sesak nafas?
b. Kapan terjadinya sesak nafas? Apakah memburuk saat olahraga atau tidak
c. Apakah terdapat bunyi mengi?
d. Apakah dada terasa berat atau tertekan?
e. Apakah ada keluhan batuk? Khususnya pada malam hari
4. Riwayat penyakit dahulu: menanyakan apakah pasien sudah pernah menderita
penyakit ini sebelumnya atau tidak.
5. Obat-obatan : meninjau kembali obat-obatan yang diminum, termasuk inhaler,
nebulizer, dan oksigen. Menentukan apakan perubahaan saat ini berhubungan
dengan gejala-gejala baru (misalnya dapat mencetuskan atau memperburuk asma).
6. Riwayat keluarga, pekerjaan, dan sosial : menanyakan riwayat keluarga yang
menderita kasus yang sama sehingga bisa mengetahui dengan jelas penyebab dari
penyakit yang dialami pasien juga tentang pekerjaan dan hubungan sosial dia dalam
masyarakat.2

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

: Penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih

nyaman dalam posisi duduk


b. Jantung

: Pekak jantung mengecil, takikardi

c. Paru

Inspeksi

: Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke

bawah
Palpasi

: Vokal Fremitus kanan = kiri


2

Perkusi
Auskultasi

: Hipersonor
: terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.1

Pemeriksaan Penunjang

Spirometri
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma adalah

melihat respons pengobatan dengan bronkodilator.


Uji provokasi bronkus
Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan adanya hipereaktivitas bronkus

dilakukan uji provokasi bronkus.


Pemeriksaan sputum
Sputum eosinophil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrophil sangan

dominan pada bronchitis kronik.


Pemeriksaan eosinophil total
Jumlah eosinophil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma dan hal ini
dapat membantu dalam membedakan asma dari bronchitis kronik. Pemeriksaan ini juga
dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis kortikosteroid

yang dibutuhkan pasien.


Uji kulit
Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam tubuh. Uji
ini hanya menyokong anamnesis, karena uji allergen yang positif tidak selalu merupakan

penyebab asma, demikian pula sebaliknya.


Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

Kegunaan pemeriksaan IgE total hanya untuk menyokong adanya atopi. Pemeriksaan
IgE spesifik lebih bermakna dilakukan bila uji kulit tidak dapat dilakukan atau hasilnya

kurang dapat dipercaya.


Foto dada
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran napas
dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma seperti

pneumotoraks, pneumomediastinum, atelectasis dan lain-lain.


Analisis gas darah
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat.3

Working Diagnosis
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.1

Different Diagnosis
A. Bronkitis kronis
Ditandai dengan batuk kronik menegluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling
sedikti terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya terjadi pada
penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-lama
disertai mengi, menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan
sianosis dan tanda-tanda kor pumonal.
B. Emfisema paru
Sesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang
menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma, emfisema biasanya tida
ada fase remisi, penderita selalu merasa sesak pada saat melakukan aktivitas. Pada
pemeriksaan fisik di dapat dada seperti tong, gerakan nafas terbatas, hipersonor, pekak
hati menurun, suara vesikuler sangat lemah. Pada foto dada di dapat adanya hiperinflasi.
C. Gagal jantung kiri
Gejala gagal jantung yang sering terjadi pada malam hari dikenal sebagai paroksisimal
dispneu. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi sesak

berkurang jika penderita duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya kardiomegali
dan udem paru.
D. Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung dan tromboflebitis
dengan gejala sesak nafas, pasien terbatuk-batuk disertai darah, nyeri pleura, keringat
dingin, kejang, dan pingsang. Pada pemeriksaan fisik didapat ortopnea, takikardi, gagal
jantung kanan, pleural friction, gallop, sianosis, dan hipertensi.3,4

Gejala Klinis
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodic batuk, mengi dan sesak napas.
Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada dan pada asma alergik
mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai secret, tetapi
pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan secret baik yang mukoid, putih
kadang-kadang purulent. Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa
disertai mengi, dikenal dengan istilah cough variant asthma. Bila hal yang terakhir ini dicurigai,
perlu dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah bronkodilator atau uji provokasi
bronkus dengan metakolin.
Pada asma alergi, sering hubungan antara pamajanan allergen dengan gejala asma
tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan gejala terhadap factor pencetus
non-alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang, infeksi saluran napas ataupun
perubahan cuaca.
Lain halnya dengan asma akibat pekerjaan. Gejala biasanya memburuk pada awal
minggu dan membaik menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap memburuk
sepanjang minggu, gejalanya mungkin akan membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan
kerjanya, seperti sewaktu cuti misalnya. Pemantauan dengan alat peak flow meter atau uji
provokasi dengan bahan tersangka yang ada di lingkungan kerja mungkin diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.4
Gambaran klinis asma :

Dispnea.
5

Batuk, terutama di malam hari.

Pernapasan yang dangkal dan cepat.

Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar hanya
saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.

Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada, disertai perburukan


kondisi, napas cuping hidung.

Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat udara yang cukup.

Penderita tampak sakit berat dan sianosis.


Sesak nafas, bicara terputus-putus.
Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah
jatuh dalam dehidrasi berat.2,4

Komplikasi

Pneumotoraks
Pneumotoraks dan emfisema subkutis
Atelektasis
Aspergilus bronkopulmoner alergik
Gagal napas
Bronkitis
Fraktur iga.5

Etiologi
Asma bronkhial adalah adanya gangguan parasimpatis dan gangguan Simpatis.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan
spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan
di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. Secara umum mempengaruhi anak atau
remaja muda yang sering mempunyai riwayat keluarga atau pribadi tentang alergi, bentol6

bentol, ruam, dan eczema. Hasil dari tes kulit biasanya positif pada alergen spesifik, yang
menunjukkan kemungkinan bahwa asma ekstrinsik adalah alergis. Obstruksi pernapasan akut,
tekanan pada aliran udara, dan turbulensi dari aliran udara dikaitkan dengan tiga respons
berikut : 1) spasme bronkus, yang melibatkan irama peremasan jalan napas oleh otot yang
mengitarinya; 2) produksi mukus kental yang banyak; dan 3) respons inflamasi, yang mencakup
peningkatan permeabilitas kapiler dan edema mukosa.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. Biasanya mempengaruhi orang dewasa,
termasuk mereka yang tidak mengalami asma atau alergi sebelum usia dewasa tengah.
Riwayat pribadi atau keluarga negative untuk alergi, eksema, bentol-bentol, dan ruam. biasanya
mempengaruhi orang dewasa, termasuk mereka yang tidak mengalami asma atau alergi
sebelum usia dewasa tengah. Riwayat pribadi atau keluarga negative untuk alergi, eksema,
bentol-bentol, dan ruam.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.1,4,5
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkhial, antara lain :
1. Faktor predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor presipitasi
a. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu, bulu binatang,

serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)


Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan)
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (perhiasan, logam dan
jam tangan)

b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk
bunga dan debu.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
e. Olahraga / aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
8

serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.2,5

Patogenesis
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap bendabenda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.6

Gambar 2. mekanisme asma.5

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.

Gambar 3. Penyempitan saluran nafas.5


Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.6

Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma.


Mencegah kekambuhan.
Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya.
Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise.
Menghindari efek samping obat asma.
Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel.2

10

Tabel 3. Pengobatan asma jangka panjang berdasarkan berat penyakit.2


Derajat Asma

Obat Pengontrol (Harian)

Obat Pelega

Asma Persisten

Tidak perlu

Bronkodilator
singkat,

yaitu

inhalasi

agonis 2 bila perlu.


Intensitas
pengobatan
tergantung

aksi

berat

eksaserbasi.
Inhalasi agonis 2 atau
kromolin dipakai sebelum
aktivitas

Asma Persisten Ringan

Inhalasi

kortikosteroid

200-500

g/

nedokromil

kromolin/

atau

800

pajanan

alergen.
Inhalasi agonis 2 aksi
singkat bila perlu dan

teofilin

tidak melebihi 3-4 kali

lepas lambat.
Bila perlu ditingkatkan
sampai

atau

sehari.

atau

ditambahkan bronkodilator
aksi lama terutama untuk
mengontrol asma malam.
Dapat diberikan agonis 2
aksi lama inhalasi atau
oral atau teofilin kepas
Asma Persisten Sedang

lambat.
Inhalasi

800-2000 g
Bronkodilator

kortikosteroid

Inhalasi agonis 2 aksi


singkat bila perlu dan

aksi

terutama

lama

tidak melebihi 3-4 kali

untuk

sehari.

mengontrol asma malam,


berupa agonis 2 aksi
lama inhalasi atau oral
Asma Persisten Berat

teofilin lepas lambat.


Inhalasi ortikosteroid 8002000 g atau lebih.
11

Bronkodilator aksi lama,


berupa agonis 2 inhalasi
atau

oral

atau

teofilin

lepas lambat.
Kortikosteroid oral jangka
panjang

Yang termasuk obat antiasma adalah:


1. Bronkodilator.
a. Agonis 2
Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan feneterol
memiliki lama kerja 4-6 jam, sedangkan 2 long-acting bekerja lebih dari 12 jam,
seperti salmeterol, formoterol, bambuterol, dan lain-lain. Banyak aerosol dan inhalasi
memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu
sepersepuluh dosis oral dan pemberiannya lokal.
b. Metilxantin.
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya

berkaitan

dengan

konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan
pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.
c. Antikolinergik.
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsic dari saluran napas.
2. Antiinflamasi
Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan napas dan mempunyai efek supresi dan
profilaksis.
a. Kortikosteroid.
b. Natrium kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi nonsteroid.4,6
Terapi awal yaitu:
1. Oksigen 4-6 liter/menit.
2. Agonis 2 ( Salbutamol 5 mg atau Feneterol 2,5 mg atau Terbutalin 10 mg) inhalasi
nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian
agonis 2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis Salbutamol 0,25 mg atau
Terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan.

12

3. Aminovilin bolus iv 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera pasien sedang
menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut:
Respons menetap selama 60 menit setelah pengobatan.
Pemeriksaan fisik normal.
Arus puncak ekspirasi (APE) > 70%
Jika respons tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya dirawat di
rumah sakit.
Terapi asma kronik adalah sebagai berikut:
1. Asma ringan: agonis 2 inhalasi bila perlu atau agonis 2 oral sebelum exercise atau
terpapar alergen.
2. Asma sedang: antiinflamasi setiap hari dan agonis 2 inhalasi bila perlu.
3. Asma berat: steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis 2 long acting,
steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis 2 inhalasi sesuai
kebutuhan.7

Prognosis
Sejalan dengan bertambahnya usia anak, sebagian besar anak akan mengalami
perbaikan. Pada anak-anak prasekolah yang mengalami mengi hanya pada saat pilek, mungkin
gejala akan menghilang setelah usia 5-8 tahun. Secara umum, semakin berat suatu asma maka
perbaikan akan tercapai pada usia yang lebih tua. Asma mungkin berulang pada masa dewasa,
dan remaja sebaiknya tidak merokok dan menghindari alergen potensial di tempat bekerja.7

Pencegahan
1. Penyuluhan pasien penting untuk keberhasilan penatalaksanaan, khususnya penjelasan
mengenai pemicu, penggunaan dan peran obat-obatan.
2. Menghindari pemicu lingkungan atau alergen penting, terutama menghindari asap rokok.
3.
4.
5.
6.

Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi.


Menghindari kelelahan.
Menghindari stress psikis.
Senam asma.5

Epidemiologi

13

Asma adalah penyebab tunggal terpenting untuk morbiditas penyakit pernapasan dan
menyebabkan 2000 kematian/tahun. Prevalensinya, sekarang sekitar 10-15%, semakin
meningkat di masyarakat Barat. Insidensi mengi tertinggi pada anak-anak (satu dari tiga anak
mengalami mengi dan satu dari tujuh anak sekolah terdiagnosis asma).5

Kesimpulan
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas
dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta
faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor allergen yang menjadi
penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi
oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih
lama, sering menjadi problem tersendiri. Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma
sangatlah penting. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam
menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering
diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana
sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana
caranya mencegah terjadinya serangan asma

Daftar Pustaka
1. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. Edisi IV. Jakarta: Departemen penyakit dalam UI;2008.
2. Rasad, Sjahria. Radiologi Diagnostik. E d i s i K e d u a . J a k a r t a : F a k u l t a s
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.
3. Patel, Pradip R. Lecture Notes Radiologi. Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit
Erlangga. 2007.
4. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: Erlangga Medical Series.
2007.
5. Sudoyo A W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid l. Edisi kelima. Jakarta:
InternalPublishing. 2010: 718-38.
6. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kumpulan kuliah farmakologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2008.h.571-86.
7. Sjamsuhidajat R, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. 2004.
14

15

Anda mungkin juga menyukai