Anda di halaman 1dari 1

ANDIK LUKMAN HAKIM | 125020304111028

ANALISA DAN KRITISI TERHADAP


INDIKATOR KINERJA KUNCI
PADA PP NO 6 TAHUN 2008
1. Indikator belum mempertimbangkan aspek kualitatif
Indikator yang digunakan dalam melakukan pengukuran Evaluasi Kemampuan
Penyelenggaraan Otonomi Daerah (EKPOD) hanya menggunakan data yang
sifatnya kuantitatif. Sedangkan data yang sifatnya kualitatif belum
diperhitungkan dalam indikator tersebut, sehingga angka yang tersaji dalam
Indeks Pembangunan Manusia belum sepenuhnya mewakili kemampuan
daerah dalam menyelenggarakan otonomi.
Saran saya, dalam melakukan perhitungan indeks tersebut dimasukkan juga
mengenai kualitas di setiap aspek dengan menambahkan kategori yang
setidaknya bisa mewakili kualitas dari setiap fokus dan indikator. Misalnya
pada Aspek Pelayanan Umum dengan fokus Pendidikan dapat ditambahkan
indikator mengenai kondisi sekolah, apakah termasuk dalam kategori baik,
rusak, atau rusak berat.
Diharapkan dengan adanya pertimbangan aspek kualitatif dalam menghitung
Indeks Pembangunan Manusia dapat memberikan informasi yang lebih rinci
dan mewakili keadaan sebenarnya dari daerah.
2. Indeks Pembangunan Manusia rawan terhadap kerancuan penafsiran
Angka Indeks Pembangunan Manusia menjadi tolok ukur suatu wilayah dalam
keberhasilan pembangunan. Namun seringkali pengguna hanya melihat angka
akhir IPM tanpa mengetahui fokus dan indikator yang digunakan untuk
menyusun IPM tersebut sehingga terjadi kerancuan dalam penafsiran angka
IPM. Seperti contohnya pada suatu daerah dengan angka IPM yang tinggi
belum tentu daerah tersebut rendah tingkat kemiskinannya. Hal ini
dikarenakan IPM menggunakan perhitungan yang didasari oleh nilai agregat
yang menggunakan prinsip nilai rata-rata sehingga terjadi ketidakakuratan
pada nilai IPM tersebut.

Anda mungkin juga menyukai