Anda di halaman 1dari 60

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker
payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru (setelah
dikontrol oleh umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan persentase kematian
(setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker payudara sebesar 12,9%. Kanker
paru tidak hanya merupakan jenis kanker dengan kasus baru tertinggi dan
penyebab utama kematian akibat kanker pada penduduk laki-laki, namun
kanker paru juga memiliki persentase kasus baru cukup tinggi pada penduduk
perempuan, yaitu sebesar 13,6% dan kematian akibat kanker paru sebesar 11,1%.
Tabel 1. menunjukkan bahwa kasus baru dan kematian akibat kanker hati pada
penduduk laki-laki maupun perempuan memiliki

persentase

berimbang,

kanker

sedangkan

kanker

payudara

dan

yang

prostat

hampir
memiliki

persentase kematian yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase


kasus baru, sehingga jika penyakit kanker tersebut dapat dideteksi dan ditangani
sejak dini maka kemungkinan sembuh akan lebih tinggi [1]
Tabel 1. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada
Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Dunia Tahun 2012

Sumber : GLOBOCAN, IARC 2012


Pada tabel 2 diterangkan secara nasional prevalensi penyakit kanker pada
penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4 atau diperkirakan
sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi
untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1. Berdasarkan estimasi jumlah
penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan
provinsi dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan
61.230 orang. [2].
Tabel 2. Prevalensi dan Estimasi Jumlah Penderita Penyakit Kanker pada

Penduduk Semua Umur Menurut Provinsi Tahun 2013

Radioterapi merupakan teknik terapi untuk merusak sel kanker dengan


menggunakan radiasi pengion yang berasal dari radioisotop maupun sumber
buatan. Beberapa teknik radioterapi telah dikembangkan untuk mengobati kanker,
seperti 3D Conformal Radiotherapy, Intensity-Modulated Radiotherapy (IMRT),
Stereotactic

Radiotherapy,

Image-Guided

Radiotherapy,

High

Dose

RateBrachytherapy dan yang sedang diteliti adalah Boron Neutron Capture


Therapy (BNCT). Radioterapi yang banyak digunakan di masyarakat adalah
radioterapi LINAC (Linear Accelator) dengan teknik mempercepat laju elektron,
sehingga dihasilkan sinar gamma. Terapi ini memanfaatkan radiasi sinar gamma
dengan energi 4-6 MeV untuk membunuh sel tumor [20].
Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan obat dengan dosis
tertentu yang disuntikan ke dalam darah sehingga lama pengobatan juga
tergantung pada banyaknya dosis yang diberikan. Keunggulan dari kemoterapi
adalah dapat membunuh sel kanker yang letaknya sulit dijangkau oleh radioterapi.
Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) adalah salah satu pengobatan yang
menggabungkan proses radiasi menggunakan neutron termal atau epitermal
dengan zat yang bermuatan boron yang menuju kearah jaringan kanker untuk
menghasilkan radiasi didalam jaringan tumor Teknik ini memanfaatkan nuklida
non-radioaktif 10B untuk menangkap neutron melalui reaksi inti

10

B(n,)7Li.

Hasil dari reaksi ini mempunyai karakteristik Linier Energy Transfer (LET)
yang tinggi (untuk partikel mendekati 150 keVm -1 dan untuk 7Li mendekati
175 keVm-1). Jangkauan dari partikel ini berada pada jarak 4,5 m hingga 10
m, sehingga energi terdeposisi terbatas dalam sel tunggal (diameter sel 18 2
m) [5].

Metode BNCT memerlukan agen pembawa boron untuk diinjeksikan ke


dalam tubuh. Untuk keperluan ini, senyawa boron perlu disintesis agar memiliki
sifat biologis dan biokimia yang diinginkan. Efek terapetik dari BNCT tergantung
pada distribusi boron pada sel dan tingkah laku partikel yang meluruh di dalam sel
kanker. Ada dua senyawa boron yang telah digunakan untuk BNCT yaitu sodium
mercaptoundecahydro-Closo-dodecarborate (Na2B12H11SH atau 'BSH') dan
dihydroxy borylphenyl alanine (BPA). Kedua senyawa ini memiliki karakteristik
yang berbeda untuk mengirimkan boron ke sel kanker [6]. BPA dan BSH bisa
diberikan pada waktu yang bersamaan. Karena mekanisme yang berbeda dari
kedua agen boron ini, maka diduga sel-sel kanker hanya dapat menyerap salah
satu dari kedua senyawa ini [7].
Untuk menunjang fasilitas BNCT, diperlukan sumber Netron dengan
kriteria tertentu. Sumber netron pada fasilitas BNCT bisa diperoleh dari Reaktor
Nuklir atau Compact Neutron Generator. Reaktor kartini merupakan reaktor
penelitian dengan jenis reaktor TRIGA MARK II yang menghasilkan neutron.

Gambar 1. Irisan reaktor Kartini dari atas

1.2. Permasalahan
Masalah yang menjadi dasar penelitian adalah menemukan bahan yang
cocok untuk shuttle beam. Dibutuhkan bahan yang bisa menyerap neutron dan
gamma pada ujung kolimator. Mencari desain yang cocok terhadap shuttle beam.

1.3. Tujuan
1. Melakukan studi tentang Monte Carlo N-Particel sebagai penghitung
kekritisan material shielding.
2. Mengetahui bahan yang cocok untuk shuttle beam
3. Membuat desain yang cocok shielding terhadap kolimator

1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui material dan dimensi bagian penyusun kolimator dan
shuttle beam pada beamport tembus
2. Menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai Boron
Neutron Capture Cancer Therapy (BNCT)

BAB 2
TINJAUAN UMUM INSTANSI
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
( B ATAN )
2.1 Sejarah dan Perkembangan Tempat PKL
Kegiatan ketenaga-atoman di Indonesia sudah mulai berkembang pada
tahun 1954, ditindak lanjuti Pemerintah dengan membentuk Panitia Negara
untuk Penyelidikan Radioaktivitet melalui Keputusan Presiden Nomor 230 tahun
1954 tanggal 23 November 1954 oleh Presiden Soekarno. Dan sebagai Ketua
adalah Prof. Dr. G.A. Siwabessy dengan para anggota berjumlah 11 orang, terdiri
dari:
Tabel 1. Daftar personil panitia Negara penyelidikan radioaktivitet
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

NAMA
Dr. Sjahriar Rassad
Charidji Kesuma
Prof. Ir. Johannes
Ir. Sudjito Danuseputro
Prof. Ir. Gunarso
Prof. Dr. Bahder Djohan
Dr. Rubiono Kertopati
Suwito
Ir. Inkiriwang
Kolonel Adam
Mayor Udara Dr. Sarjanto

ASAL
Kementerian Kesehatan
Kementerian Pertanian
Kementerian PP dan K
Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan
Kementerian PMI Pusat
Kementerian Jawatan Sandi
Kementerian Penerangan
Kementerian PU dan Tenaga
Kementerian Pertahanan
Kementerian Pertahanan

Adapun seksi-seksi dalam Kepanitiaan itu antara lain:


1. Seksi Penerangan dan Perlindungan.
2. Seksi Fisika, Kimia, dan Teknologi.
3. Seksi Efek Biologi dan Perlindungan.

4. Seksi Geologi dan Geofisika.


Panitia ini bertugas untuk menyelidiki radioaktiviteit dan ketenagaatoman, penyelidikan pemakaian tenaga atom sebagai suatu energi baru dalam
masa pembangunan, dan memberikan penerangan kepada masyarakat tentang
akibat-akibat negative dan manfaat yang dapat ditimbulkan atau diambil dari
tenaga atom.
Pada tahun 1958, setelah Panitia tersebut memberikan laporan kepada
Pemerintah

yang dipandang perlu

untuk lebih

meningkatkan dan

mengembangkan kegiatan tenaga atom untuk maksud-maksud damai, maka


melalui Peraturan Pemerintah Nomor 65tanggal 5 Desember tahun 1958,
Pemerintah membentuk Lembaga Tenaga Atom dengan tugas Melaksanakan,
Mengatur, dan Mengawasi penyelidikan dan penggunaan tenaga atom di
Indonesia demi keselamatan dan kepentingan umum. Mengingat bahwa
penggunaan tenaga atom juga berpengaruh pada kehidupan dunia politik
internasional, selain LTA juga dibentuk DewanTenaga Atom yang berfungsi
sebagai

Badan

Penasehat

Presiden

dalam

memberikan

pertimbangan-

pertimbangan dari segi politis strategis dalam merumuskan kebijaksanaan di


bidang tenaga atom.
Kemudian berdasarkan Undang-undang Nomor 31 tanggal 26 November
tahun 1964 dan Keputusan Presiden Nomor 206 tanggal 5 Juli tahun 1965,
Lembaga Tenaga Atom

diubah namanya

menjadi Badan

Tenaga Atom

Nasional, dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan bertanggung jawab


langsung kepada Presiden.

Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berubah nama menjadi Badan


Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun
1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara tahun 1997 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676) dan berdasarkan pada Keputusan
Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan
Pemerintah Nomor 11 tahun 2005 dan mengingat Keputusan Presiden Nomor 110
tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah NonDepartemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, dan terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2005, serta Keputusan Presiden Nomor
104/M tahun 2002.
Dengan memperhatikan Persetujuan Menteri Negara Koordinator Bidang
Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat
bernomor B/1591/M.PAN/8/2005 tanggal 24 Agustus 2005, maka Kepala BATAN
memutuskan

untuk

mengeluarkan

Peraturan

Kepala

BATAN

Nomor

392/KA/XI/2005 tanggal 24 November 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja


Badan Tenaga Nuklir Nasional.

2.2 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi BATAN


2.2.1 Kedudukan Batan
BATAN adalah : Lembaga Pemerintah Non Departemen yang dipimpin oleh
seorang Kepala, berkedudukan dibawah dan bertanggung-jawab kepada Presiden.
Dipimpin oleh seorang Kepala dan dikoordinasikan oleh Menteri Negara Riset
dan Teknologi.
2.2.2 Tugas Batan
Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan tenaga nuklir sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2.2.3 Fungsi Batan
Dalam melaksanakan tugasnya BATAN menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijaksanaan nasional di bidang penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir;
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN;
3. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir;
4. Penyelenggaraan pembinaan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan

umum,

ketatausahaan,

organisasi

dan

tata

laksanan,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan


rumah tangga.
2.2.4 Wewenang Batan
Dalam menyelenggarakan fungsinya BATAN mempunyai kewenangan:
1.

Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang ketenaganukliran;

2.

Perumusan kebijakan di bidang ketenaganukliran untuk mendukung


pembangunan secara makro;

3.

Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan


yang berlaku yaitu :
1). Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dalam program penelitian dasar
dan terapan, pengembangan teknologi dan energi nuklir, pengembangan
teknologi daur bahan nuklir dan rekayasa serta pendayagunaan hasil
penelitian dan pengembangan dan pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir;
2). Penetapan pedoman penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir
dan penggunaan tenaga nuklir.

2.2.5 Visi dan Misi Batan


2.2.5.1 Visi Batan
Energi Nuklir sebagai pemercepat kesejahteraan bangsa.

2.2.5.2 Misi Batan


1. Melaksanakan penelitian, pengembangan dan penerapan energi
nuklir, isotop dan radiasi dalam mendukung program pembangunan
nasional
2. Melaksanakan manajemen kelembagaan untuk mendukung kegiatan
penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan
radiasi

10

2.2.6 Prinsip, Nilai-Nilai dan Pedoman


2.2.6.1 Prinsip
Segenap kegiatan iptek nuklir dilaksanakan secara profesional untuk tujuan damai
dengan mengutamakan prinsip keselamatan dan keamanan, serta kelestarian
lingkungan.
2.2.6.2 Nilai-Nilai
Segenap kegiatan iptek nuklir dilandasi nilai-nilai:

Visionary, Innovative, Excelent, dan Accountable

Kejujuran, kedisiplinan, keterbukaan, tanggungjawab, kreatif dan


kesetiakawanan

2.2.6.3 Pedoman
Serta perpegang pada lima (5) pedoman BATAN yaitu :
a. Berjiwa pioner,
b. Bertradisi ilmiah,
c. Berorientasi industri,
d. Bengutamakan keselamatan, dan
e. Komunikatif
2.2.7 Tujuan dan Sasaran
2.2.7.1 Tujuan
Tujuan pembangunan iptek nuklir adalah memberikan dukungan nyata dalam
pembangunan nasional dengan peran:
1. Meningkatkan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi, dan
pemanfaatan/pendayagunaanya

oleh

masyarakat

dalam

mendukung

program pembangunan nasional

11

2. Meningkatkan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem


inovasi dalam rangka mendukung penelitian, pengembangan dan
penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi
2.2.7.2 Sasaran
Sasaran pembangunan iptek nuklir yang ingin dicapai adalah:
1. Peningkatan hasil litbang enisora berupa bibit unggul tanaman pangan,
tersedianya insfrastruktur dasar pembangunan PLTN, pemahaman
masyarakat terhadap teknologi nuklir, pemanfaatan aplikasi teknologi
isotop dan radiasi untuk kesehatan; dan
2. Peningkatan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem
inovasi
3. meliputi kelembagaan iptek, sumber daya iptek dan penguatan jejaring
iptek

dalam

rangka

mendukung

pemanfaatan

hasil

penelitian,

pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi di


masyarakat

2.3

Struktur Organisasi BATAN

Susunan organisasi BATAN terdiri dari:


1. Kepala;
2. Sekretariat Utama;
1.

Biro Perencanaan;

2.

Biro Sumber Daya Manusia dan Organisasi;

3.

Biro Umum;

4.

Biro Hukum, Humas dan Kerja sama

3. Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir;


1.

Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju;


12

2.

Pusat Sains dan Teknologi Akselerator;

3.

Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan;

4.

Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi;

5.

Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi.

4. Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir;


1. Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir;
2. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir;
3. Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir
4. Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir;
5. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif.

5. Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir;


1. Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir;
2. Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka;
3. Pusat Desiminasi dan Kemitraan,
4. Pusat Reaktor Serbaguna;
5. Pusat Pendayagunaan Informatika dan Kawasan Strategi Nuklir.
6. Inspektorat;
7. Pusat Standardisasi dan Mutu Nuklir;
8. Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

2.4 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA)


Pusat Sains dan Teknologi Akselerator adalah salah satu fasilitas yang
dimiliki oleh BATAN. Kedudukannya dibawah Deputi Bidang Sains dan Aplikasi

13

Teknologi Nuklir, dan dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab
kepada Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir. Dalam melaksanakan
tugasnya Kepala PSTA dibantu oleh 5 (lima) orang staf eselon III antara lain
seorang Kepala Bagian dan 4 (empat) orang Kepala Bidang, dan 2 (dua) orang
Kepala Unit yaitu Kepala Unit Pengamanan dan Kepala Unit Jaminan Mutu.
2.4.1

Visi, Misi, Prinsip, dan Nilai

2.4.1.1 Visi PSTA


Terwujudnya iptek sains dan teknologi akselerator untuk peningkatan nilai
tambah sumber daya alam lokal dan penyediaanenergi berwawasan
lingkungan.
2.4.1.2 Misi PSTA
1. Melakukan litbang teknologi akselerator untuk meningkatkan nilai
tambah sumber daya alam lokal.
2. Melakukan litbang teknologi proses pembuatanpartikel terlapisTRISO
dan bahan moderator grafit untuk reaktor nuklir bebaspelelehan.
3. Mendayagunakan reaktor Kartini untuk fasilitas pengembangan dan
aplikasi teknik analisis nuklir, fasilitas uji instrumentasi nuklir serta
fasilitas pelatihan dan penelitian dalam bidang fisika reaktor dan
pengendalian reaktor.
2.4.1.3 Prinsip
Segenap kegiatan dalam rangka mewujudkan iptek sains dan teknologi
akselerator untuk peningkatan nilai tambah sumber daya alam lokal dan

14

penyediaan

energi

berwawasan

lingkungan,

dilaksanakan

secara

profesional dengan mengutamakan prinsip keselamatan dan keamanan.


2.4.1.4 Nilai
Segenap kegiatan dalam rangka mewujudkan iptek sains dan teknologi
akselerator untuk peningkatan nilai tambah sumber daya alam lokal dan
penyediaan energi berwawasan lingkungan dilandasi nilai-nilai kejujuran,
kedisiplinan, keterbukaan, tanggung-jawab, kreatif, dan kesetiakawanan.
2.4.2

Tugas Dan Fungsi PSTA


Pusat Sains dan Teknologi Akselerator mempunyai tugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan di bidang Fisika Partikel, Teknologi Proses
industri nuklir, pelayanan pendayagunaan reaktor riset serta melaksanakan
pelayanan pengendalian keselamatan kerja dan pelayanan kesehatan.
Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Sains dan Teknologi Akselerator
menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang Fisika Partikel;


2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang Teknologi Proses
industri nuklir;
3. Pelaksanaan pelayanan pendayagunaan reaktor riset;
4. Pelaksanaan pengendalian keselamatan kerja dan pelayanan kesehatan;
5. Pelaksanaan urusan tata usaha;
6. Pelaksanaan pengamanan nuklir.
2.5

Sejarah Batan

15

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan menurut sejarah awalnya


(tahun 1960 sampai dengan Februari 1967) merupakan sebuah proyek kerjasama
antara Universitas Gadjah Mada dengan Lembaga Tenaga Atom (sekarang
BATAN) dalam bidang penelitian nuklir. Proyek ini diberi nama Proyek GAMA,
dan bertempat di Fakultas Ilmu Pasti dan Alam (FIPA) - UGM.
Berdasarkan KEPRES No. 299 tanggal 16 Oktober 1968 di Yogyakarta,
pemerintah mendirikan Pusat Penelitian Tenaga Atom Gama (Puslit Gama)
dibawah BATAN yang masih bertempat di FMIPA UGM. Tanggal 15 Desember
1974 Puslit Gama dipindahkan ke jalan Babarsari dan diresmikan oleh Direktur
Jendral BATAN Prof. Ahmad Baiquni, MSc.
Tanggal 1 Maret 1979, Bapak Presiden RI kedua, Soeharto, meresmikan
penggunaan Reaktor nuklir hasil rancang bangun putra-putri Indonesia dan
komplek Pusat Penelitian Tenaga Atom Gama di Babarsari, dan Reaktor ini diberi
nama Reaktor Atom Kartini, diambil dari nama seorang pahlawan bangsa yang
telah berhasil menggugah emansipasi kaum wanita Indonesia untuk berperan aktif
dalam ikut membangun bangsa dan negara Indonesia.
Berdasarkan KEPRES No. 14 tanggal 20 Februari 1980, dan SK Dirjen
BATAN No.31/DJ/13/IV/81 tanggal 13 April 1981, maka Pusat Penelitian Tenaga
Atom Gama diubah namanya menjadi Pusat Penelitian Bahan Murni dan
Instrumentasi (PPBMI).
Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 82 tanggal 31
Desember 1985, dan SK Dirjen BATAN Nomor 127/DJ/XII/86 tanggal 10

16

Desember 1986, Pusat Penelitian Bahan Murni dan Instrumentasi diubah namanya
menjadi Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta (PPNY).
Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta (PPNY) berubah nama menjadi Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju (P3TM). berdasarkan Surat
Keputusan Kepala BATAN Nomor 73/KA/IV/1999 tanggal 1 April 1999 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Dan berdasarkan Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005
tanggal 24 November 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Tenaga
NuklirNasional, nama P3TM diubah menjadi Pusat Teknologi Akselerator dan
Proses Bahan (PTAPB).
Berdasarkan Perka BATAN nomor 14 tahun 2013, Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB), berubah nama menjadi Pusat Sains dan
Teknologi Akselerator (PSTA).

2.6

Struktur Organisasi
Pusat Sains dan Teknologi Akselerator terdiri dari :
1. Bagian Tata Usaha;
2. Bidang Fisika Partikel;
3. Bidang Teknologi Proses;
4. Bidang Reaktor;
5. Bidang Keselamatan Kerja dan Keteknikan;
6. Unit Jaminan Mutu
7. Unit Pengamanan Nuklir;

17

2.7

Fasilitas
Agar pelaksanaan tugas dan fungsi dari PSTA dapat terlaksana dengan baik

dan kesejahteraan dari para karyawan dan keluarga karyawan dapat terpenuhi,
maka PSTA menyediakan beberapa fasilitas umum antara lain:
Setiap karyawan merupakan anggota Askes
Poliklinik umum, Auditorium, Perpustakaan
Kantin (makan siang karyawan)
Dana Kesehatan Bersama
Koperasi (KPRI Karya Nuklida)
Lapangan dan Peralatan Olah Raga (Tenis,Tenis Meja, Sepak Bola,
Volley)
Peralatan musik (Gamelan, Keroncong, Band)

2.8 Waktu dan Tempat PKL


PKL dilaksanakan di PSTA-BATAN Yogyakarta pada 10 Februari 10
April 2014

18

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Kanker Otak
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat,
tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan
sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan
menyerang organorgan penting serta syaraf tulang belakang [8].
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan
merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan
penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena
sel kanker merusak sel lain. Sel

kanker adalah sel normal yang mengalami

mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh


lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik
dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan
epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler
perkembang biakan sel [9].
Kanker otak adalah kanker yang menyerang otak, baik dari otak itu
sendiri, central nervus system, maupun selaput pembungkus otak (selaput
meningen). Kanker otak merupakan penyebab kematian kedua pada kasus kanker
yang terjadi pada anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun. Kanker otak juga
merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang terjadi
pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu kanker otak merupakan penyebab
kematian nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang berusia 20-39
tahun [10].
19

Tumor otak terus mengalami peningkatan insidensi selama satu dekade


terakhir di beberapa negara. Angka harapan hidup penderita tumor otak seperti
glioma dipengaruhi beberapa faktor, yaitu usia, stadium, jenis histo PA, ada atau
tidaknya defisit neurologi dan modalitas terapi [11].

Gambar 2. Kanker Otak


3.1.1. Penyebab
Banyak faktor penyebab terjadinya kanker, baik internal maupun external.
Faktor internal terutama keberadaan gengen yang berperan pada siklus sel telah
menjadi pusat perhatian dalam hubungannya dengan proses terjadinya
pertumbuhan tumor. Berdasarkan Gambar 3. menunjukkan bahwa secara umum
kurangnya konsumsi sayur dan buah merupakan faktor risiko tertinggi pada semua
kelompok umur. Proporsi penduduk yang merokok, obesitas, dan sering
mengonsumsi makanan berlemak tertinggi pada kelompok umur 25-34 tahun, 3544 tahun, dan 45-54 tahun. Sementara itu, kebiasaan mengonsumsi makanan
dibakar/dipanggang dan mengonsumsi makanan hewani berpengawet cenderung
20

lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda. Oleh karena itu, karena
terdapat perbedaan perilaku dan pola makan pada tiap kelompok umur, maka
diperlukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan yang tepat [2].
Gambar 3. Faktor Risiko Penyakit Kanker
Sumber : berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013, Badan litbangkes kementrian kesehatan RI

Selain itu dalam hubungannya dengan pertumbuhan tumor, terdapat dua


golongan gen: Pertama adalah kelompok pemicu terjadinya tumor yang lazim
disebut tumor oncogenes, seperti: gen c-myc dan gen ras; Kedua adalah kelompok
penekan terjadinya tumor yang lazim disebut tumor suppressor gene, seperti: gen
p53 dan gen Rb. Hingga saat ini banyak peneliti sementara menyimpulkan bahwa
penyebab terjadinya kanker (50%) adalah adanya mutasi pada gen-gen tersebut
[12]. Lebih dari 1.100 penyakit klinis telah dipetakan pada masing-masing
kromosomnya [13]. Jumlah gen yang besar tersebut dapat dibagi menjadi dua
kelompok utama yakni onkogen dan gen penekan tumor. Salah satu gen penekan
tumor adalah p53 yang paling banyak menjadi tema penelitian kanker dan
karsinogenesis manusia baik yang diinduksi oleh senyawa kimia maupun radiasi
pengion dan non pengion [31].
Protein TP53 yang dikode gen p53 berfungsi sebagai faktor transkripsi
tetramerikyang ditemukan pada tingkat yang sangat rendahpada sel yang tidak

21

mengalami stress. Setelahterjadi stress, berbagai jalur dilakukan menuju kearah


modifikasi pasca-translasional protein dan stabilisasinya. Akumulasi ini
mengaktifkantranskripsi sejumlah besar gen yang terlibatdalam berbagai aktivitas
di dalam sel meliputipenghambatan siklus sel dan apoptosis yangbergantung pada
konteks selular, besarnya luka,atau parameter lain yang belum diketahui. Mutasi
p53 adalah perubahan genetik yang paling umumditemukan pada kanker manusia
[14] dan fungsi p53 hilang secara tidak langsung baik oleheksklusi inti, interaksi
dengan protein virusseperti pada kanker serviks, ataupun melalui interaksinya
dengan overekspresi protein mdm2.Pada melanoma, proses apoptotik dapat
diinduksioleh p53 untuk merespon pemberian senyawakemoterapi yang
dipengaruhi oleh perubahanpada gen Apaf yakni acting downstream gen p53.Sel
jaringan pasien sindrom klinis Li-Fraumenidiketahui membawa satu alel mutan
p53 dan

anya membutuhkan satu pukulan untuk menon-aktifkan alel

kedua[31].

3.2. Boron Neutron Capture Cancer Therapy (BNCT)


BNCT telah dipertimbangkan menjadi salah satu pilihan metode yang dapat
dijanjikan untuk pengobatan kanker ganas [21]. Pada tahun 1960, Hatanaka di
Jepang menegaskan bahwa BNCT memiliki keuntungan untuk perawatan pasien
kanker tertentu dengan membandingkan antara BNCT dan kemo-immunoradioterapi konvensional [22].
Sebagai bentuk terapi radiasi, Boron Neutron Capture Cancer Therapy
(BNCT) digunakan untuk memberantas kanker yang sulit untuk dihilangkan
dengan metode pembedahan atau operasi. Konsep dari metode ini adalah dengan

22

memanfaatkan Linear Energy Transfer (LET) tinggi dari partikel untuk


menghancurkan sel-sel kanker, yang pertama kali diusulkan oleh Gordon L.
Locher pada tahun 1936, empat tahun setelah penemuan neutron oleh Chadwick.
Senyawa boron (10B5) - isotop boron stabil yang mempunyai cross section besar
untuk bereaksi dengan neutron termal - diinjeksikan ke dalam sel kanker melalui
pembuluh darah. Kemudian dilakukan iradiasi daerah target dengan berkas
neutron yang melalui proses reaksi nuklir antara boron dan neutron termal
sehingga akan dihasilkan partikel yang memiliki energi untuk menghancurkan selsel kanker seperti pada Gambar 4 [40].
.Gambar 4. Konsep Dasar Aplikasi BNCT

Dalam metode BNCT, ada senyawa yang mengandung boron atau agen
pengiriman boron yang diberikan pada sel-sel kanker kemudian diiradiasi dengan
neutron termal [33]. Dua senyawa boron yang sudah digunakan untuk BNCT
adalah BSH (sodium borocaptate) dan BPA (p-boronophenylalanine). BSH
terakumulasi disekitar membran sel sedangkan BPA terakumulasi ke dalam
nukleus sel [32]. Proses infusi (pemasukan senyawa boron ke dalam tubuh) untuk
BPA membutuhkan waktu 2-4 jam. Dalam jangka waktu tersebut diharapkan
jumlah boron dapat terakumulasi di dalam jaringan kankersecara optimal.

23

Penangkapan neutron termal oleh boron mengarah pada dua reaksi seperti berikut
[11] :
10
5

10
5

B + 0 n 6.3 3 Li + 2He

B + 01n 93.7 73 Li+ 42 He+

Reaksi dari Boron Neutron Capture Cancer Therapy


Boron 10 ditembak dengan neutron termal menghasilkan boron 11 yang
tidak stabil. Karena ketidak stabilannya, Boron 11 mengalami peluruhan menjadi
Helium 4 (1,47 MeV) dan Lithum 7 (0,84) serta sinar gamma (478 KeV) dalam
waktu 10-20s. Cross section absorbsion Boron yang relatif tinggi yaitu sebesar
20.000 barns (10-24 cm2). Sehingga boron ini merupakan penyerap neutron
termal yang baik [15].
Ada dua tipe infusi boron yang dapat dilakukan yaitu melalui intravena (i.v)
dan intracarotidly (i.c), yang dapat berpengaruh terhadap jumlah boron yang
terakumulasi ke dalam jaringan kanker. Intravena merupakan penyuntikan
senyawa boron melalui pembuluh vena sedangkan intracarotidly merupakan
penyuntikan senyawa boron melalui arteri internal di kelenjar carotis. Penyuntikan
senyawa boron secara intracarotidly menunjukkan penurunan efek BBB (Blood
Brain Barrier) yaitu suatu efek dari sistem otak untuk mencegah zat-zat asing
masuk ke dalam otak dan meningkatkan rasio konsentrasi boron di kanker dan di
darah. Untuk cara intravena perbandingan boron di kanker dan di darah adalah
3,5:1. Sedangkan untuk metode infusi intracarotidly menghasilkan rasio yang
jauh lebih besar yaitu 10:1 [34].

24

3.2.1. Neutron
Neutron (onl) adalah partikel elementer dengan massa 1,007593 amu, tidak
bermuatan dan bersama proton sebagai penyusun inti atom [16]. Atom tersusun
dari proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron sebagai penyusun inti atom,
sedangkan elektron bergerak mengelilingi inti atom. Neutron dalam inti seperti
sinar gamma dapat menembus suatu bahan dengan mudah. Interaksi neutron
dengan inti atom berbeda dengan interaksi partikel radioaktif [17]. Neutron termal
dapat dengan mudah mencapai kanker yang terletak dijaringan yang dekat dengan
permukaan, sedangkan neutron epitermal dapat mencapai kanker yang letaknya
lebih dalam [35]. Dari sudut pandang neutron yang bergerak, material yang
dilewatinya tampak sangat kosong karena neutron hanya akan bereaksi dengan
inti yang menjadi hambatan neutron. Atom secara umum mempunyai jari-jari
pada orde 10-8 sedangkan inti atom 10-12, maka ketika neutron bergerak, fraksi
bidang tegak lurus arah gerak neutron yang terisi hambatan adalah (10-12)2/(10-8)=
10-8. Oleh karena itu daya tembus neutron sangat tinggi [18].
Tabel 3. Penamaan neutron berdasarkan energinya
Rentang energi
0.00.025 eV
0.025 eV
0.0250.4 eV
0.40.6 eV
0.61 eV
110 eV
10300 eV
300 eV1 MeV
120 MeV
> 20 MeV

Nama
neutron dingin
neutron termal
neutron epitermal
neutron cadmium
neutron epicadmium
neutron lambat
neutron resonansi
Intermediate neutron
neutron cepat
neutron relativistic

Sumber: Wikipedia.org

Dalam rangka mengobati kanker secara efektif yang letaknya jauh di


dalam otak dan tanpa membuka tengkorak, neutron epitermal telah digunakan

25

untuk mengobati tumor ini bukan neutron termal. Neutron epitermal (1-10.000
eV) sangat dapat menembus jaringan 3-6 cm di bawah permukaan. Ketika sebuah
neutron epitermal memasuki tubuh manusia berkurang kecepatannya dengan
neutron termal memungkinkan penangkapan boron neutron mudah. Dalam
pencegahan sel sel normal pasien dari disinari dengan radiasi latar belakang
terlalu banyak yang tidak diinginkan seperti sinar gamma dan neutron cepat dari
beam port berkas neutron epitermal, pasien harus diradiasi dengan dosi cukup
efisien dan diposisikan sebagai dekat dengan beamport mungkin dalam jangka
waktu sesingkat mungkin. Oleh karena itu, ada beberapa persyaratan untuk
kualitas dan intensitas sinar neutron epitermal [19].
Tabel 4. Parameter berkas neutron yang disarankan IAEA

Parameter
Intensitas Berkas Epitermal
Dosis neutron cepat per epitermal neutron

Rekomendasi
IAEA

Satuan
epi (

n
)
cm2 s

1.0 109

D f / epi (Gy

cm2 s
) 2.0 1013
n

D / epi (Gy

cm s
) 2.0 1013
n

Dosis gamma per epitermal neutron


Rasio antara flux neutron termal dengan
flux neutron epitermal
Rasio antara arus neutron dengan flux
neutron

th / epi
J/

epi

0.05
0.7

Dalam BNCT, neutron yang ideal harus membuat neutron termal


melingkupi volume tumor yang ditentukan. Ini dapat diartikan berkas neutron
dapat di optimasikan menuju kedasar tumor pasien [20].

26

3.2.2. Boron
Kelarutan dalam air merupakan salah satu faktor penting untuk
dipertimbangkan saat memilih agen boron yang akan diadministrasikan secara
sistemik ke dalam tubuh. Berat molekul boron dianggap sebagai salah satu faktor
penting karena kemampuannya untuk menentukan tingkat difusi dalam jaringan
sehat dan kanker. Beberapa hasil studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
BPA tidak memiliki efek toksisitas terhadap sel-sel tubuh pada dosis hingga
110mg boron/ml [21].
Boron merupakan unsur yang bersifat absorber (penyerap) yang tinggi,
karen memiliki densitas yang tinggi pula yaitu sebesar 2.34g/cm3 . Boron juga
sebagai adsorber neutron, mudah bereaksi dengan neutron yang memiliki kira kira
4000 barns [36].Boron muncul secara alami sebagai campuran isotop 10B
sebanyak 19.78% dan isotop 11B 80.22%. Kristal boron murni dapat
dipersiapkan dengan cara reduksi fase uap boron triklorida atau tribomida
dengan hidrogen pada filamen yang dipanaskan dengan listrik. Boron yang
tidak murni (amorphous boron) menyerupai bubuk hitam kecokletan dan dapat
dipersiapkan dengna cara memanaskan boron trioksida dengan bubuk
magnesium [27].

3.3. Metode Monte Carlo


Monte

carlo

merupakan

metode

numerik

statistik

dengan

cara

menyimulasikan bilangan acak untuk menyelesaikan masalah masalah yang tidak


dimungkinkan diselesaikan secara analitik. Salah satu program komputer berbasis
metode monte carlo adalah monte carlo n-partikel (MCNP). MCNP dapat
menyimulasikan perjalanan partikel neutron, elektron, dan foton dalam suatu

27

material tiga dimensi. Program komputer ini dikerjakan oleh tim Monte Carlo di
laboratorium Nasional Los Alamos, USA.
Disebut dengan Monte Carlo karena dianggap prinsip kerjanya sama
dengan permainan dadu dari kata monte carlo sendiri diambil dari nama sebuah
kota di negara monaco yang merupakan pusat judi internasional. Aplikasi simulasi
menggunakan monte carlo pertama kali adalah untuk perhitungan kekritisan bom
nuklir dalam projek Manhatan tahun 1940an. Penggunaan program komputer
berbasis monte carlo pada mulanya kurang diminati karena perhitungan dengan
simuasi sangat bergantung pada kemampuan komputer. Namun sejak 1960an
dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat menjadikan metode simulasi
menggunakan monte carlo juga semakin berkembang. Perkembangan MCNP
diperlihatkan dengan produk keluaran mutakhirnya adalah MCNP versi 6.
Metode Monte Carlo memiliki. Kemampuan untuk melakukan simulasi
dalam berbagai mode yaitu neutron, foton, neutron-foton, neutron-elektron atau
neutron-foton-elektron yang dirumuskan dalam format kode input. Pustaka yang
digunakan oleh program MCNP berupa data atomik dan inti dengan energi
kontinyu yang meliputi interaksi-interaksi neutron, foton yang diakibatkan oleh
interaksi neutron dengan materi, interaksi foton dengan materi maupun interaksi
partikel lainnya dengan materi.
3.3.1. Monte Carlo N-Partikel
Metode Monte Carlo merupakan salah satu metode probabilistik. Monte
Carlo N Particle mendapatkan hasil perhitungannya dengan cara simulasi setiap
partikel dan merekam beberapa aspek (tally) dari setiap partikel yang
disimulasikan.Prinsip kerja software ini cukup sederhana dengan mengisikan apa
28

yang disebut card. Terdapat tiga card dalam inputan MCNP yaitu cell card,
surface card dan data card. Cell card dan surface card merupakan inputan
geometri yang akan disimulasikan sementara data card merupakan informasi

mengenai material obyek [8].


Gambar 5. contoh pengisian
3.3.1.1.Judul Simulasi
Judul simulasi terletak pada kalimat pertama dalam masukan MCNP dan
terbatas hanya 80 karakter. Judul simulasi sering berisi informasi tentang masalah
yang dimodelkan. Judul ini juga berfungsi sebagai label untuk membedakan
masukan.
3.3.1.2. Format Card Secara Umum
Format umum untuk card secara umum adalah sama. Cell atau Surface
data harus dimulai dengan lima kolom pertama, card satu dengan card yang
lainnya harus dipisah dalam satu baris kosong. Baris masukan tidak boleh lebih
dari 80 karakter.
Tabel 5. Format Card secara Umum
Karakter

Tempat

Fungsi
29

Kolom 1-5 diikuti satu


kolom kosong
Komentar setelah data
input
Setelah input data

$
&

Blanks

Dapat diberikan setelah


judul card
Semua dapat dimasukan
kedalam komentar
Data di baris selanjutnya
bisa diteruskan setelah
lebih dari karakter 80
Baris kosong di 5 baris
pertama, sebelum nama
card selanjutnya

Kolom 1-5

3.3.1.3. Cell Card


Bagian pertama setelah judul simulasi adalah cell card dan tidak ada baris
kosong antara judul simulasi dengan cell card. Cell card digunakan untuk
mendefinisikan bentuk dari material di ruang fisik. Format khusus cell card adalah
seperti berikut:
J

= Nomor cell

= Nomor meterial

= Densitas material

geom

parameter

- tidak ada masukan jika ruang kosong


- Diberi tanda positif bila densitas atom (atoms/b-cm)
- Diberi tanda negatif bila densitas massa (g/cc)
Geom= berisi nomor dari surface card yang telah di tandai, dan
mendefinisikan spesifik cell
Param= Parameter cell

30

Nomor cell J, M adalah bilangan bulat dari 1- 99999. Operator geometri


mengacu pada nomor surface card yang dijalankan oleh operator Booelan yang
mendeskripsikan bagaimana bentuknya dari surface card yang disiapkan. Pada
param menentukan parameter cell. Contohnya card yang ditampilkan (imp:n)
yang berarti perhatikanlah neutron.
C Cell Card
4 1 1.23 4 -3 -2 imp:n=1
Gambar 5. Contoh Cell Card
3.3.1.4. Surface Card
Format khusus dari surface card sebagai berikut:
J

daftar

J = Nomor Surface (1-99999)


a = Bentuk Surface (datar, silinder, bola dan lain lain)
daftar = nomor yang mendskripsikan dimensi atau radius
[10]Berikut contoh dari surface card

1 cz 20.0 $ infinite z cylinder


Gambar 6. Contoh pengisian surface card
Tabel 7. MCNP surface cards
Lamban

Tipe

Keterangan

Persamaan

Input

31

g
P
PX
PY
PZ
SO

Plat

Umum
Plat sejajar sb.x
Plat sejajar sb.y
Plat sejajar sb.z
Pusat di (0,0,0)

Bola

Umum

Ax+By+Cz-D=0
x-D=0
y-D=0
z-D=0

x 2+ y 2 + z 2R2 =0

x y z R
( x x ) +( y y ) +(z z ) R =0
2

C/Y

Silinder

Silinder paralel
dengan sumbu y

CY

Di sumbu Y

SQ

Elipsoi
d

GQ

Pusat di sumbu x, y,
dan z

Elipsoi
d

Pusat elipsoid tidak


di sumbu x, y,
ataupun z

ABCD
D
D
D
R

( x x )2 +(z z )2R 2=0

x y R

x 2+ z 2R 2=0
zz

2
2
A ( x x ) + B ( y y ) +C

R
ABCDE
FG

x y z

A B+Gx+
C D E Hy+ Jz + K=0
A x2 + B y 2+ C z 2+ Dxy + Eyz+ Fzx
FGHJK

3.3.1.5. Data Card


Format pada data card tidak jauh berbeda dengan format cell card dan
surface card. Pada data card terdapat perhitungan kekritisan sumber dan material
card yang terpenting untuk di analisis. Berikut format dari data card:
Kcode

nsrck

rkk

ikz

kct

Kcode

= nama card yang akan dihitung kekritsannya

Nscrk

= nomor neotron

Rkk

= inisial untuk keff

Ikz

= nomor data yang dilewati sebelum data yang terakumulasi

Kct

= nomor total yang akan djalankan

32

Kcode

1000

1.01

15

115

Gambar 6. Contoh pengisian data card


Masalah kekritisan sering menggunakan kartu ksrc untuk menentukan fisi
spasial awal distribusi. Sebuah titik sumber fisi akan ditempatkan pada titik
dengan koordinat (Xk, Yk, zk). Sebanyak sumber poin yang diperlukan dapat
ditempatkan dalam geometri masalah. Setidaknya salah satu titik sumber harus
dalam suatu wilayah bahan fide untuk masalah untuk menjalankan.
Berikutnya perintah material juga di inputkan pada data card. Misalnya
plutonium (94239) nomor 94 menunjukan nomor atom dan 329 adalah nomor
massa.
m1 94239 2.442e-2
m2 94240 1.673-e
Gambar 7. Contoh pengisian material pada data card
3.3.1.6. Tally
MCNP mengumpulkan informasi menggunakan kartu data yang disebut
Tally. Tally dapat dihitung di atas permukaan, sel, dan pada titik-titik. MCNP juga
memungkinkan mengetahui pemanasan tertentu dalam pin atau saluran tunggal,
atau memungkinkan untuk rata-rata penghitungan atas seluruh yang inti untuk
memvisualisasikan apa pemanasan rata-rata di seluruh inti. Hal ini memungkinkan
untuk berbagai pilihan dan banyak data yang satu bisa keluar dari program ini.[37]

33

3.4. Shield HIT


Metode Monte Carlo pada kode SHIELD-HIT ini didesain untuk
mensimulasikan secara presisi terapi berkas proton dan ion dalam suatu jaringan
biologi yang biasanya digunakan pada terapi kanker sinar ion. SHIELD dan
SHIELD_HIT mempekerjakan model yang sama untuk menirukan interaksi
nuklir, yang dikembangkan di JINR, Dubna 2 dan INR RAS (Moscow) 3 . Model
digolongkan bersama-sama pada generator MSDM (Multi Stage Dynamical
Model) yang dapat diijinkan untuk menirukan reaksi satu nuklir utuh pada
pendekatan eksklusif.
SHIELD menghitung nilai hilangnya ionisasi dengan penambahan hadron
dan fragmen nuklir sesuai dengan persamaan Bethe - Bloch. Ion berat versi
SHIELD-HIT juga mengandung ATIMA yang menghadang kekuatan. Di dalam
dunia medik SHIELD-HIT versi meliputi berbagai model dan data yang siap
hitung.

3.5. Reaktor Kartini


Reaktor Kartini berada Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN
Yogyakarta. Operasi reaktor telah dilakukan pada tingkat daya 100kw
3.5.1. Reaktor Atom
Reaktor atom adalah suatu tempat di mana reaksi inti berantai dapat terjadi
secara terus menerus dan terkendali. Reaksi inti berantai dimaksudkan di sini
adalah reaksi pembelahan atom fisil yang disebabkan oleh tangkapan neutron
(0n1). Untuk reaktor Kartini atom fisil yang digunakan adalah U235 dan neutron

34

yang menyebabkan reaksi pembelahan adalah neutron termal. Persamaan reaksi


pembelahan dalam hal ini adalah:
U 235 + n1 hasil belah+ ( 23 ) n1 + energi panas
Neutron termal diperoleh dengan memperlambat neutron hasil belah
melalui suatu moderator hidrogen. Disain reaktor Kartini didasarkan pada sistem
reaktor kolam, yaitu reaktor di mana elemen-elemen bahan bakar dan teras berada
pada dasar tangki yang berisi air.

Gambar 8. Reaktor Kartini Arah Vertikal (http://www.rcp.ijs.si/ric/descriptiona.html )


3.5.1.1. Tangki Reaktor
Tangki reaktor terbuat dari aluminium murni setebal 6 mm, berbentuk
silinder dengan diameter 200 Cm dan tinggi 600 Cm, diisi air dengan
kemurnian sangat tinggi (tahanan jenisnya 500 K /Cm), yang berfungsi

35

sebagai moderator tambahan, pendingin, dan perisai radiasi arah vertikal. Perisai
radiasi arah horizontal digunakan beton barit ( berat jenis 3,3 ton per meter
kubik), yaitu campuran dari semen, pasir barit dan batu barit.Konstruksi ini
mampu menahan radiasi yang berasal dari teras yang bekerja pada daya 250
Kwatt.
3.5.1.2. Teras Reaktor
Teras reaktor terletak pada bagian bawah tangki, merupakan suatu susunan
elemen bakar, batang kendali yang ditempatkan pada lobang-lobang plat kisi
menurut konfigurasi tertentu dan reflektor. Plat kisi terdiri dari dua bagian yaitu
plat kisi atas dan bawah, terbuat dari aluminium, masing-masing dengan tebal
1,5 Cm dan 2 Cm. Plat kisi atas berfungsi untuk mengatur jarak elemen-elemen di
dalam teras, dengan jumlah lobang sebanyak 90 buah dan sebuah central timble.
Plat kisi bawah berfungsi untuk menopang elemen-elemen teras diatasnya. Kedua
plat kisi tersebut menjadi kesatuan dengan reflektor grafit.
Elemen bakar reaktor Kartini terdiri dari campuran homogen uranium
zirkonium hibrida ( U Zr H ) dalam bentuk alloy, dengan kandungan uranium
sebanyak 8,5 % berat dan perkayaan U235 sebesar 20 %. Bagian aktiv ini
berdiameter 3,5 Cm dan panjang 35,6 Cm. Pada kedua ujungnya terdapat
Samarium (Sm) tipis yang berfungsi sebagai racun dapat bakar, dan juga grafit
dengan diameter yang sama dan panjang 10,2 Cm. Susunan ini kemudian
dimasukkan ke dalam kelongsong dari aluminium atau stainless steel setebal 0,7
mm, ditutup dan dilas rapat pada kedua ujungnya, membentuk suatu elemen
bakar. Berat isotop U235 pada setiap elemen bakar sekitar 37 gram.

36

3.5.1.3. Batang Kendali


Batang kendali ada 3 buah, yaitu : batang pengaman (safety rod), batang
kompensasi (shim rod) dan batang pengatur (regulating rod), yang kesemuanya
terdiri dari batang penyerap neutron yang ditempatkan di dalam kelongsong dari
aluminium, sebagai bahan penyerap digunakan serbuk boron karbida (B4C).
Ketiga batang kendali ini dapat digerakkan ke arah vertikal di dalam tabung
pengerah (guide tube), melalui sistem penggerak servo motor yang dikendalikan
dari ruang kontrol. Dengan ketiga batang kendali tersebut maka besar populasi
neutron di dalam reaktor dapat diatur, dan reaktor dapat beroperasi secara aman.
Diluar teras terdapat reflektor grafit dengan tebal radial 30,5 Cm yang berdiri di
atas suatu penopang dari aluminium. Pada bagian atas reflektor terdapat fasilitas
irradiasi F-1, F-2 dan F-3, dan diluar reflektor terdapat 2 buah detektor fission
chamber (FC) dan 2 buah detektor compensated ionization chamber (CIC), yang
digunakan sebagai detektor untuk monitor fluks dan daya reaktor.
3.5.1.4. Penyalur Berkas Neutron
Fasilitas ini dipergunakan untuk keperluan irradiasi sampel dengan ukuran
yang agak besar ( berdiameter 15,2 Cm) serta untuk menyediakan berkas neutron
untuk berbagai keperluan eksperimen. Penyalur berkas neutron ini terdiri :
- Dua penyalur berkas neutron radial
- Satu penyalur berkas neutron radial tembus
- Penyalur berkas neutron singgung.
3.5.1.5. Kolom Termal
Dipergunakan untuk keperluan irradiasi dengan neutron termal. Kolom ini
terdiri dari grafit berukuran 1,2 m x 1,2 m dan panjangnya 1,6 m yang dilapis

37

dengan boral dan aluminium. Kolom ini memanjang dari sisi luar reflektor ke
permukaan sebelah dalam pintu penutup.
3.5.1.6. Saluran Tengah ( Central Timble)
Saluran tengah ini didesain untuk keperluan irradiasi atau eksperimen
dengan fluks maksimum. Saluran ini berupa tabung berdiameter 3,84 Cm dan
panjang 6 m yang memanjang dari atas sampai ke penyangga teras melalui pusat
teras

3.6. Shuttle Beam


Radiasi pengion dapat menimbulkan efek biologi jika berinteraksi dengan
manusia. Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun yang merupakan akibat
daripaparan radiasi bermula dari interaksi antara radiasi pengion dengan sel
maupunjaringan tubuh manusia. Akibat interaksi tersebut maka sel-sel dapat
mengalamiperubahan struktur dari struktur normal semula. Oleh karena itu
diperlukan perisairadiasi untuk tujuan proteksi radiasi [13].Perisai diperlukan
untuk melindungi operator dari bahaya radiasi. Berdasarkan IAEA Safety
SeriesNo.9 (1962) halaman 23 nomor 5.1.1.4 bahwa nilai ambang I~u dosis
radiasi yang diijinkan pada radius 0,1 m dari permukaan alat ada1ah 0,1
mrem/jam. Berdasarkan ketentuan tersebut, diperlukan disainperisai yang dapat
mengurangi 1aju dosis radiasisampai 0,1 mrem/jam. Untuk mendapatkan nilai
lajudosis dalam mrem/jam dari tluks neutron dan foton,diperlukan konversi yang
besamya tergantung dari tenaga neutron.
Untuk mempermudah dalam menentukan tebal perisai, seringkali
digunakan konsep nilai tebal paruh atau half value thickness (HVT), yaitu tebal
bahan perisai yang diperlukan untuk mengurangi intensitas radiasi gamma hingga

38

menjadi setengah dari intensitas semula [38]. Nilai HVT bahan perisairadiasi
garnma dapat dihitung melalui penurunanpersamaan dasar pengurangan intensitas
radiasi sebagai berikut [39] :
It=I o exp (0.693 t /HVT )
Atau
It
ln I o /
HVT =( 0,693t )/

Penurunan Rumus Intensitas Radiasi


Dengan It adalah intensitas radiasi sete1ah melalui bahan penyerap dengan
ketebalan t, dan Io adalah intensitas radiasi mula-mula. Namun untuk radiasi
gamma dengan bentuk berkas yang cukup lebar. seringkali muncul masalah
karena radiasi yang dihamburkan balik perisai ada kalanya mengalami hamburan
balik. dan kembali bergabung dengan berkas utama,sehingga radiasi ,yang terukur
lebih besar dibandingkan denganradiasi yang terhitung. Terjadinya peristiwa yang
disebut pertumbuhanradiasi [39], yang didefinisikan sebagai perbandinganantara
intensitas radiasi terukur dengan intesitas radiasi terhitung sctclah melewati
perisai. [39].

3.7. Kadmium
Kadmium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cd,nomor atom 48 dan massa atom 112,40 Amu. Kadmium (Cd)
merupakan unsur logam,memiliki potensial ionisasi sebesar 8.994eV, dengan
konfigurasi elektron [Kr]4d105s2 dan potensial elektroda standar E -0.40V

39

[42].Unsur Boron dan Kadmium mempunyai tampang lintang serapan neutron


yang tinggi, pada orde beberapa ppm. boron dan Kadmium dapat merubah rcaksi
fisi berantai bahan bakar nuklir. Disamping itu Boron dan Kadmium karena
mempunyai tampang lintang serapan neutron yang tinggi dapat digunakan sebagai
absorber [43].
Berdasarkan pada sifat-sifat fisiknya, Kadmium (Cd) merupakan logam
yang lunak, berwarna putih seperti perak serta bersemu biru. Kadmium (Cd)
mudah dibentuk dan lebih lunak daripada seng (Zn), namun lebih keras daripada
timah (Sn). Logam ini akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang
basah atau lembab serta akan cepat mengalami kerusakan bila dikenai uap amonia
(NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Sedangkan berdasarkan pada sifat-sifat
kimianya, logam kadmium (Cd) di dalam persenyawaan yang dibentuknya pada
umumnya mempunyai bilangan valensi 2+ dan sangat sedikit yang mempunyai
bilangan valensi 1+ [43].

40

Gambar 10. Tampang lintang kadmium


Kadmium ditemukan di Jerman 1817 oleh Friedrich Strohmeyer. Nama
kadmium sendiri diambil sesuai nama latinnya dari calamine yaitu Cadmia
yang merupakan seng karbonat (ZnCO3) yang ditemukan sebagai impurities
(pengotor). Logam ini jumlahnya relatif kecil, tetapi dapat meningkat jumlahnya
dalam lingkungan karena proses pembuangan sampah industri maupun
penggunaan minyak sebagai bahan bakar [26].
Unsur Kadmium mempunyai kelimpahan yang relatif rendah secara
alamiah (dengan orde 10-6 dari kerak bumi) Kadmium (Cd) jarang ditemui,
namun sebagai akibat dari kemiripan dengan seng (Zn), Kadmium (Cd) terdapat
oleh pertukaran-pertukaran isomorf dalam hampir semua bijih seng. Isomorf
adalah dua zat yg mempunyai struktur kristal yang sama. Zat-zat isomorf dapat
atau tidak dapat mengkristal bersama-sama dalam campuran yg homogen [27].
Tabel 7. KelimpahanKadmium di Alam
Kelimpahan
Dalam Kerak Bumi (mg/kg)
Dalam Lautan Bumi (mg/L)
Dalam Tubuh Manusia (%)

1.5 x 10-1
1.1 x 10-4
0.00007%

3.8. Timbal
Radiasi gamma merupakan

salah satu jenis radiasi elektromagnetik

dengan frekwensi paling tinggi diantara jenis gelombang elektromagnetik lainnya


[28]. Karena tidak bermuatan listrik, maka radiasi ini mempunyai daya tembus
yang sangat tinggi bergantung pacta energinya. Apabila radiasi elektromagnetik
menerobos bahan perisai, maka sebagian dari radiasi tersebut akan terse-rap oleh
bahan. Sebagai akibatnya, intensitas radiasi setelah melalui bahan perisai menjadi

41

lebih kecil dibandingkan intensitas semula. Dalam peristiwa interaksi ini tidak
terjadi penyerapan energi radiasi melainkan terjadi penyerapan sebagian intensitas
radiasi saja [29]. Timbal adalah suatu unsur kimia dalam kelompok karbon dengan
simbol Pb dan nomor atom 82. Timbal adalah logam lunak dan mudah dibentuk,
yang dianggap sebagai logam berat dan logam buruk. Logam timbal memiliki
warna putih kebiruan setelah baru dipotong, tetapi segera menutupi permukaan
menjadi warna keabu-abuan kusam bila terkena udara. Timbal memiliki kilau
mengkilap krom-perak ketika mencair menjadi cairan. Itu juga merupakan unsur
non-radioaktif terberat [30].
Salah satu penggunaan perisai sangat penting untuk melindungi dari
radiasi baik pekerja maupun masyarkat umum. Untuk itu dibuat aturan-aturan dan
salah satunya mengenai desain (konstruksi) ruang radiologi diagnostic yang harus
memenuhi standar proteksi radiasi. Menurut standar oleh badan pengawas tenaga
nuklir (BAPETEN), yaitu digunakan bahan yang setara dengan 2 mm timbal (Pb).
Tebal dinding penahan radiasi primer adalah dinding dari bata plesteran dengan
tebal 25 cm atau beton setebal 15 cm yang setara dengan Pb 2 mm [30]. Berikut
material perisai yang sering digunakan seperti pada tabel 6.
Tabel 1. Material Perisai Gamma (g cm-2).
Sumber
Radiasi

Air
1,0

aurum-198
Iridium-192
Iodium-131
Cesium-137
Ferrum-59
Cobalt-60
Radon-226

35
35
36
39
49
50
57

Material Perisai, berat jenis g cm-3


Bata
Beton
Beton
Besi
1,4-1,6 1,8-2,4
7,8-7,9
barit
2,8-3,8
36
35
26
33
36
35
27
35
37
36
28
36
40
40
36
42
50
50
48
52
51
51
50
54
58
58
57
60

Timbal
10-11,3
12
15
16
23
40
44
53

42

3.9. Intrumentasi Alat


Sinyal diumpankan ke NIM elektronik, dan iradiasi yang diberikan dengan
sepasang berlebihan dari programmable logic controller (PLC) sistem yang secara
otomatis berakhir iradiasi ketika jumlah terintegrasi pada salah satu dari empat
monitor berkas mencapai target yang ditentukan. Data dari instrumentasi di FCB
sistem pendingin dan jendela berkas juga diumpankan ke PLC, yang diprogram
dengan otomatis antar-kunci untuk membantu memastikan keselamatan pasien
dan staf operasional. Fasilitas dioperasikan dari konsol kontrol yang mencakup
komputer khusus untuk menampilkan kemajuan suatu iradiasi dan pengarsipan
data dari PLC. Selama Iradiasi-tion, pasien dan atau tanda-tanda vital nya
dipantau melalui tampilan terlindung jendela dan sirkuit tertutup kamera yang
mengandung sistem audio terintegrasi untuk komunikasi dua arah antara ruang
medis dan kontrol konsol.
Sebelum memulai sebuah iradiasi, serangkaian Interlocks keselamatan
harus tertutup sebelum jendela dapat dibuka untuk mengubah berkas pada.
Monitor unit ditentukan dimasukkan menggunakan keypad numerik pada konsol.
Operator memulai terapi dengan tombol tekan tunggal, dan PLC diperintah untuk
membuka setiap shutter di urutan dan memulai akuisisi data. Dibutuhkan 2 menit
untuk semua jendela untuk membuka. PLC berulang kali antar-rogate semua
interlock keamanan, periksa bahwa akumulasi memantau jumlah di bawah target
yang telah ditetapkan, dan menyimpan data ke komputer dalam interval diprogram
dari 10 s. Seperti mesin radioterapi konvensional, tidak ada tindakan lain yang
diperlukan dari operator kecuali mereka perlu campur tangan, yang ada manual

43

override yang mengakhiri sebuah iradiasi dengan menutup jendela atau


scramming reaktor. Ketika akumulasi jumlah pada salah satu dari empat monitor
balok pertama mencapai target yang ditetapkan, PLC sinyal semua jendela
menutup. Untuk mempertahankan diri overexposures yang mungkin disebabkan
oleh beberapa kegagalan mekanis atau listrik selama penutupan shutter,
deprogram interlock pengaman otomatis enyahlah reaktor jika setiap saluran
melebihi 102% dari nilai target yang ditentukan.
Kontrol untuk membuka jendela dinonaktifkan ketika pintu perisai untuk
kesehatan ruangan ini terbuka. Untuk membantu mencegah paparan sinar sengaja
Staf di dalam ruangan, pintu masuk ke ruang medis dilengkapi dengan sensor
gerak yang menghentikan pergerakan

pneumatic yang dioperasikan, untuk

menghentikan pintu pada kontak apapun.


Hilangnya daya bangunan akan secara otomatis menghilangkan Mitr-II,
tetapi jika listrik mati hanya bidang medis, pasokan listrik yang tidak pernah
terputus menjaga PLC,komputer, dan instrumentasi penting lain yang berjalan
selama setidaknya 20 menit untuk mengaktifkan iradiasi lapangan akan selesai
sesuai rencana. Rana mekanik dapat dengan cepat ditutup menggunakan engsel
tangan yang terletak di luar ruangan, sementara shutter air dan CCS menutup
secara otomatis di bawah gaya gravitasi. Pintu perisai juga bisa dibuka dengan
tangan dalam keadaan darurat untuk cepat mendapatkan akses ke ruang medis.
Konsep pengubah fisi telah terbukti cocok untuk mendapatkan berkas
neutron epitermal dengan kemurnian tinggi untuk BNCT dengan intensitas yang
mengakibatkan iradiasi kali sesingkat beberapa menit. Kekuatan relatif rendah
(120 kW) yang dihasilkan dalam konverter menggambarkan efisiensi proses fisi

44

untuk memproduksi berkas epitermal dan kelayakan sumber berbasis reaktor kecil
untuk digunakan khusus di rumah sakit.
Karena Mitr-II tidak didedikasikan semata-mata untuk penelitian BNCT,
FCB beroperasi independen dari eksperimen lain dan tidak mempengaruhi operasi
reaktor biasa. Berkas yang saat ini dioptimalkan untuk studi tumor otak meskipun
bisa sangat mudah mengkonfigurasi untuk mengobati penyakit lainnya situs.
Karakteristik operasional Fasilitas erat sesuai dengan yang ditetapkan untuk
radioterapi konvensional, yang bersama-sama dengan karakteristik berkas hampir
optimal memastikan bahwa FCB mampu menentukan apakah kemampuan
radiobiological tumor penargetan sel terapi dapat direalisasikan dalam praktek
rutin [31].

45

BAB 4
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui shielding dengan ketebalan yang tepat agar dapat di
aplikasikan menggunakan Monte Carlo n-Particle (MCNP) , ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu:

4.1.
boron, proton dan gamma

Perhitungan

dosis

Perhitungan jumlah atom menggunakan persamaan berikut:

n=

m
Ar
N=n N A=

4.1.1
m
NA
Ar

4.1.2

Keterangan:
n = mol (mol)
m = massa unsur (kg)
Ar = massa atom relatif (g/mol)
N = jumlah atom/ kg jaringan (atom/kg)
NA = bilangan Avogadro (6,023 x 1023)
Jumlah atom menunjukan kemungkinan interaksi neutron dengan senyawa
yang mungkin terjadi selama proses iradiasi. Perhitungan dosis untuk masing
masing interaksi sebagai berikut:
1) Interaksi neutron termal dengan hidrogen
1
0

n + 11 H 21 H + 00 +2,23 MeV

4.1.3

46

Interaksi antara neutron termal dengan hidrogen menghasilkan gamma

dengan energi 2,23 MeV dan

2
1

H .

2
1

yang dihasilkan dari interaksi tersebut

merupakan atom yang tereksitasi. Laju produksi

termal dengan

1
1

2
1

dari interaksi neutron

sebanding dengan laju pelepasan foton dengan energi 2,33

MeV. Hidrogen yang tereksitasi ini tidak memiliki waktu paro. Setelah itu
menghitung laju dosis gamma dengan persamaan:
= N H H 4.1 .4
R
dengan

= laju pembentukan

2
1

atau laju pelepasan gamma

(foton/kg.s=Bq/kg)
= fluks neutron termal (n/cm2.s)
NH

= jumlah atom hidrogen/kg jaringan = 5,98 1025 (atom/kg)

= tampang lintang mikroskopik serapan Hidrogen = 0,33 1024

(cm2)
Maka
Gy 4.1.5
D = R
s
=1,6 1013 2,23

MeV
Gy/ s
=3,568 1013
4.1.6

Bq /kg

dengan
= Koefisien laju dosis serap/aktivitas spesifik ((Gy/s)/(Bq/Kg))

= Fraksi dosis serap gamma

2) Interaksi neutron termal dengan nitrogen


47

14
7

14

N + 0n 6C + 1H + 0,66 MeV

4.1.7

Nitrogen merupakan unsur yang memiliki fraksi massa cukup tinggi.


Iradiasi jaringan oleh neutron termal mengakibatkan adanya interaksi antara
neutron termal dengan nitrogen yang dapat menghasilkan karbon dan proton
dengan energi 0,66 MeV.
Laju dosis proton dapat ditentukan melalui persamaan berikut

p=
D

N N N Q ( 1,6 x 1013 )

J
MeV

J /kg
1
Gy

4.1.8

dengan:
p=laju dosis proton(Gy)
D
=fluks neutron termal

( cmn s )
2

kg
atom/
N N = jumlah atom nitrogen per kg sel=1,49 1024
N =tampanglintang mikroskopik serapan nitrogen=1,75 1024 ( cm2 )
Q=energi partikel=0,66(MeV )

Perbedaan massa boron yang diinjeksikan tidak memberikan perbedaan


yang terlalu besar untuk dosis proton yang diterima oleh sel sehat. Jika iradiasinya
menggunakan fluks neutron 107n/cm2s, maka dosis proton hampir bernilai nol.
3) Reaksi recoil neutron
Dosis hamburan neutron berasal dari hamburan neutron termal, epitermal,
dan neutron cepat. Komponen dosis ini tidak dapat dihitung manual menggunakan

48

Ms. Excel, namun dapat dihitung menggunakan software MCNP5 (Monte Carlo
N Particle).
Monte

carlo

merupakan

metode

numerik

statistik

dengan

cara

menyimulasikan bilangan acak untuk menyelesaikan masalah masalah yang tidak


dimungkinkan diselesaikan secara analitik. Salah satu program komputer berbasis
metode monte carlo adalah monte carlo n-partikel (MCNP). MCNP dapat
menyimulasikan perjalanan partikel neutron, elektron, dan foton dalam suatu
material tiga dimensi. Secara umum, simulasi pada software MCNP5 ditampilkan
dalam komputer digital karena jumlah iterasi yang dibutuhkan dalam
mendeskripsikan suatu fenomena biasanya cukup besar. Pengambilan sampel
statistik pada software MCNP5 didasarkan pada pemilihan nomor secara acak.
Pada sampel transport partikel, peluang distribusi secara acak menggunakan data
transport partikel untuk menentukan setiap tahap dari interaksi partikel.

Gambar 11. Jejak acak interaksi neutron dengan materi


Gambar 11 menunjukkan jejak acak interaksi neutron pada material
berbentuk papan tipis. Nomor acak yang digunakan adalah antara 0 dan 1

49

untuk menentukan interaksi dan letak interaksi berdasarkan hukum fisika


dan peluang (data transport) menentukan proses dan material yang terlibat.
Monte Carlo N Particle menggunakan energi nuklir yang kontinyu dan data
nuklida. Sumber utama dari data nuklir adalah data evaluasi dari sistem
ENDF (Evaluated Nuclear Data File), ACTI (Advanced Computational
Technology Initiative), EPDL (Evaluated Data Photon Library), ACTL (The
Activation Library) kumpulan dari Livermore, dan evaluasi dari Nuclear
Physics (T-16)Group 6, 7, 8 Los Alamos.
4) Interaksi neutron termal dengan boron
1
0

n + 105B 115 B 42 He + 73 Li E n=2,31 MeV

4.1.9
7
3

Li + (0,48 MeV )

Boron memiliki tampang melintang (cross-section) yang sangat tinggi


untuk dapat berinteraksi dengan neutron termal yaitu sekitar 3835 barns,
sehingga boron memberikan peluang terjadinya interaksi tangkapan neutron
termal.
Laju dosis boron dapat ditentukan melalui persamaan berikut

B=
D

N B B Q ( 1,6 x 1013 )

J
MeV

J /kg
1
Gy

4.1.10

dengan:
B =laju dosis boron(Gy /s)
D
=fluks neutron termal

n
2
cm s

( )

kg
atom/
N B = jumlah atomboron per kg sel
B=tampang lintang mikroskopik serapanboron=3835 1024 ( cm2 )

50

Q=energi partikel( MeV )

Dosis BNCT sangat bergantung pada senyawa pembawa boron.


Senyawa boron diharapkan dapat terakumulasi ke dalam sel kanker namun
tidak dimetabolasi (dikeluarkan) tubuh sampai pada saat setelah iradiasi.
Dosis total yang diterima oleh masing masing jaringan didapatkan dengan
mengalikan masing masing komponen dosis dengan faktor bobot atau faktor
kualitas radiasi yang telah ditentukan. Perhitungan dosis total dapat
dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
B + w D
+ wn D
n+ w p D
p 4.1 .11
Dbw =w B D

keterangan :
w B = Faktor bobot radiasi dari alfa (yaitu 3,8 untuk jaringan kanker dan
1,35 untuk jaringan normal)
w p = Faktor bobot radiasi dari proton yaitu 3,2.
w n = Faktor bobot radiasi hamburan neutron yaitu 3,2
w = Faktor bobot radiasi gamma, yaitu 1.

Dosis

4.2.

Boron

yang

Dapat diterima tubuh


Jumlah senyawa boron yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien akan
berpengaruh juga pada waktu iradiasi yang dibutuhkan. Semakin banyak senyawa
boron yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien semakin singkat pula waktu
iradiasi yang dibutuhkan. Namun, senyawa boron memiliki sifat toksik di dalam
tubuh pada konsentrasi tertentu. Berdasarkan uji klinis ysng telah dilakukan boron
tidak bersifat toksik pada konsentrasi 3000-6000 mg pada anak anak dan 1500020000 mg pada dewasa.

51

Senyawa BPA yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien adalah kurang dari
900 mg/kg berat badan pasien dengan konsentrasi boron di jaringan kanker
sebanyak 10-35g boron/g jaringan kanker. Toksisitas dari Litium juga merupakan
faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah senyawa boron yang
disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Hal ini karena hasil iradiasi boron oleh
neutron menghasilkan Litium yang memiliki batas dosis di dalam tubuh manusia
yaitu sebesar 900-1800 mg/ hari atau 1,5-2,5 meQ/L. Konsentrasi Litium yang
melebihi 3,5 meQ/L dapat berakibat fatal bagi manusia [41]

4.3.

Dosis

Neutron

dari

Kolimator dan Dosis yang di Izinkan Bapeten


Berdasarkan Perka Bapeten no.4 tahun 2013 ditetapkan nilai batas dosis
untuk masyarakat sebesar 20 mSv (dua puluh milisievert) pertahun [30].

4.4.

Shielding Kolimator

Pada filtering menggunakan material yang mempunyai daya serap yang


tinggi terhadap neutron. Namun tidak hanya neutron yang harus diserap ada pula
gamma yang ikut keluar bersama neutron. Oleh karena itu dipilihlah cadmium
(Cd) sebagai bahan penyerap neutron dan timbal (Pb) untuk menyerap sinar
gamma tersebut.
Shielding

Neutron

52

Gambar 9. Contoh Pemodelan Shuttle Beam

4.2.1.

Kadmium
Cadmium (Cd) merupakan converter yang efektif melalui reaksi (n,).

Berikut sifat fisik cadmium :


Tabel 7. Sifat Fisik Kadmium (Cd)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Klasifikasi Sifat Unsur


Klasifikasi
Struktur Kristal
Massa Atom
Titik lebur

Sifat Kadmium
Logam Transisi
Hexagonal
112,411 Amu
321,07 C (594,22

Titik didih

K , 609,93 F)
765,0 C (1038,15

Jumlah Proton / electron


Jumlah Neutron
Elektronegativitas
Radius Atom
Volume Atom
Radius Kovalensi
Massa Jenis
Konduktivitas Listrik

K , 1409,0 F)
48
64
1,69
1.71
13.1 cm3/mol
1.41
8.65 g/cm3
14.7 x 106 ohm-1cm1

14

Konfigurasi Elektron

[Kr]4d105s2
53

15
16
17
18
19
20

Formasi Entalpi
Konduktivitas Panas
Potensial Ionisasi
Kapasitas Panas
Jari jari atom
Kepadatan pada suhu 200 C

6.07 kJ/mol
96.8 Wm-1K-1
8.993 V
0.232 Jg-1K-1
0.92A
8,7 g.cm -3

21
22

Elektronegativitasmenurut Pauling 1.7


Energi Inonisasi
(1) 8,99eV
(2) 16,84eV
(3) 38,0Ev

Pemilihan cadmium berdasarkan tampang lintang yang dimiliki cadmium


itu sendiri lebih besar disbanding tampang intang neutron. Hal in dapat
menyebabkan neutron terserap dengan baik oleh cadmium.
Berdasarkan perhitungan:

=4,58 102 8,65

=39,61 10

=0,39

Dan ketebalannya untuk cadmium adalah :

x=

54

x=

1
0,39

x=2,56 cm

Nilai tersebut hanya teruji sebagai hitungan analitis, belum teruji


menggunakan software MCNP. Nilai tersebut mampu menyerap neutron hingga
menjadi yang disyaratkan oleh Bapeten yaitu 20mSev.

4.2.2. Timbal
Timbal (Pb) sudah sering digunakan sebagai shielding dari berkas gamma
dan sinar X. Hal ini disebabkan timbal memiliki tampang lintang serapan yang
besar terhadap berkas gamma dan sinar X.
Radiasi gamma yang keluar dari kolimator sebesar 5, 834 x 10 -2.mGy/s,
dan nilai batas dosis maksimal terpapar yang di izinkan oleh Bapeten sebesar 2,78
x 10-6.

=6,206 102 11,34

=0,682

Dan ketebalannya untuk cadmium adalah :

55

x=

x=

1
0,682

x=1,464 cm

Telah dilakukan perhitungan dengan rumus yang sama pula didapatkan


nilai x yaitu sebesar 1,464 cm.
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan ketebalan timbal sebesar
1,464 cm tersebut dapat membuat intensitas gamma berkurang menjadi sesuai
yang diizinkan oleh bapeten

4.5.

Monte

Carlo

N-

Particle
Metode Monte Carlo merupakan salah satu metode probabilistik. Monte
Carlo N Particle (MCNP) mendapatkan hasil perhitungannya dengan cara
simulasi setiap partikel dan merekam beberapa aspek (tally) dari setiap partikel
yang disimulasikan.. Panjang jejak tallies menggunakan panjang sebuah jejak
didalam sebuah sel untuk menentukan perhitungan yang kita inginkan, misalnya
fluks atau deposisi energi. Jejak yang melintas permukaan digunakan untuk
menghitung prakiraan fluks atau deposisi energi pada permukaan.Sedangkan jejak
yang mengalami tumbukan digunakan untuk menghitung perkalian dan
kekristalan (prakiraan tumbukan).

56

Gambar 11. Simulasi transport pertikel neutron (sumber Simulasi Desain


Perisai Radiasi Mbe-Lateks Menggunakan Mcnp5Simulation For Radiation
Shielding Design Of Ebm-Latex Using Mcnp5)
Pada bagian cell card Monte Carlo N-Particle dalam penggunaannya dapat
menentukan variabel untuk energi sumber, waktu, arah, posisi, bahkan parameter
sel awal.
Dalam MCNP5 surface card merupakan perintah untuk mendefinisikan sel
atau bentuk yang diinginkan seperti silinder, kotak bahkan bola. Selain dapat
didefinisikan sendiri, MCNP5 juga menyediakan bentuk bentuk dasar dan dapat
digabungkan dengan operator boolean
Tally pada MCNP5 digunakan untuk menuliskan keadaan berkaitan
dengan fluks partikel, arus partikel dan deposisi energi. Tally MCNP5
dinormalisasikan per partikel awal kecuali pada beberapa kasus khusus yang
memiliki sumber kritis. Tally untuk arus merupakan fungsi dari arah yang
melewati beberapa permukaan, bagian dari permukaan sel, atau keseluruhan
permukaan. Tally arus dapat digunakan untuk elektron maupun positron. Tally
fluks dapat digunakan untuk mengetahui fluks neutron rata rata yang terdapat
pada suatu permukaan maupun sel.
Terakhir pada bagian data card mendefinisikan sel MCNP5 dan surface
card yang telah didefinisikan pada surface card, dan cell card.

57

BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dijabarkan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bahan adsorber yang baik untuk neutron salah satunya adalah
cadmium. Karena memiliki tampang lintang adsorber yang besar untuk
neutron. Tebal bahan cadmium yang dmaksud sebesar 2,56 cm.
2. Bahan adsorber yang dipilih untuk berkas gamma adalah timbal.
Dengan ketebalan sebesar 1,421 cm.
3. Software MCNP dapat digunakan untuk menghitung kekritisan
cadmium dan timbal yang digunakan untuk shielding.

5.2. Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut dengan MCNP untuk menghitung seberapa
valid cadmium dan timbal dapat menyerwp neutron dan gamma.
2. Laporan ini dapat dijadikan pembelajaran untuk kalangan mahasiswa.

58

LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Permohonan Ijin PKL

Lampiran 5
Surat

Penarikan PKL

Lampiran 6.
Dokumentasi Kegiatan PKL

59

60

Anda mungkin juga menyukai