Anda di halaman 1dari 15

Dalam hukum pajak dikatakan bahwa sebagian dari

peradilan
pajak
yaitu
peradilan
pidananya
diselenggarakan oleh hakim.
Dalam hukum pajak dikenal dua macam hukuman
yaitu :
1.Hukuman administrasi
2.Hukuman pidana

Hukuman administrasi yang memberikan adalah fiskus


dan umumnya terdiri dari tambahan-tambahan atas
pajak yang terutang.
Misalkan seseorang tidak memenuhi kewajiban
memasukkan
surat
pemberitahuan,
tidak
menyampaikan SPT Pajak Penghasilan
Hukuman pidana yang menjatuhkannya adalah hakim.
Berupa denda sejumlah uang atau suatu hukuman
penjara. Yang dapat diajukan kepada hakim adalah
tindakan yang dikualifikasikan sebagai tindak
kejahatan dan bersangkutan pada undang-undang.

Misalkan mengisi/memasukkan SPT yang tidak benar


atau tidak lengkap, menyerahkan/memperlihatkan
buku palsu atau dipalsukan, tidak memenuhi
kewajiban pajak, dll.
Contoh kasus pidana dalam perpajakan lain yaitu
tentang pemberian jaminan kerahasiaan.
UU no. 6 tahun 1984 pasal 34, ordinasi PPd pasal 21
berbunyi:
Setiap orang dilarang untuk memberitahukan lebih
jauh, selain yang diperlukan untuk melakukan jabatan
atau pekerjaan, apa yang ternyata diberitahukan
dalam
jabatan
atau
pekerjaannya
dalam
melaksanakan undang-undang pajak.

Pelanggaran dalam pasal tersebut diancam dalam


pasal 25 yang berbunyi:
1.Barang siapa yang sengaja melanggar perahasiaan
yang diwajibkan pada pasal 21, dihukum dengan
hukuman penjara, paling lama enam bulan.
2.Barang siapa bersalah atas terjadinya pelanggaran
perahasiaan, dihukum paling lama tiga bulan penjara.
3.Penuntutan tidak dilakukan selain atas pengaduan
orang terhadap siapa perahasiaannya dilanggar.

Agar dapat segera mengetahui apakah suatu


peraturan dalam undang-undang (pajak) mengandung
ancaman administratif atau bersifat pidana, dapatlah
kita melihat kepada istilah-istilah paling banyak atau
paling lama di dalamnya, yang biasanya terdapat
pada ancaman hukuman pidana.
Atau tercantum didalamnya syarat dengan sengaja
yang selalu didengungkan sebagai salah satu unsur
penting dalam suatu kejahatan.

Dalam hukum pajak, pembuat undang-undang tidak


berkehendak menciptakan suatu cara mengenai
jalannya peradilan, melainkan hanya berusaha agar
supaya mendapatkan suatu peraturan yang ditemukan
dalam undang-undang mengenai suatu hubungan
antara kedua belah pihak.
Segala ketetapan pajak selalu dianggap terutang
dengan sah selama pajak tersebut tidak dihapuskan
atau dikurangkan dengan cara yang telah ditentukan
dalam undang-undang pajak.

Hakim Doleansi
Semua ordonansi tentang pajak memuat peraturan
yang memberi hak kepada setiap wajib pajak untuk
memasukkan surat keberatan dalam waktu tertentu
setelah ia menerima Surat Ketetapan Pajak.
Dimasukkan surat keberatan (doleansi) itu sudah
barang tentu karena adanya perselisihan berdasarkan
tidak adanya persetujuan wajib pajak terhadap
besarnya jumlah yang dipergunakan sebagai dasar
pengenaan pajak.

Dua hal yang perlu diperhatikan :


1.Bawa atas surat keberatan yang masuk, harus
diambil suatu keputusan dan tidak boleh dianggap
sepi
2.Bahwa yang harus memberi keputusan adalah
pejabat yang temasuk dalam administrasi pajak yaitu:
- Direktur Jenderal pajak
- Kepala Inspeksi Pajak
- Kepala Dinas Pajak/ Pendapatan
Bilamana wajib pajak belum puas dengan keputusan
yang telah diambil dalam surat keberatannya, ia masih
dapat melanjutkan banding dengan memasukkan
surat banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak

Peradilan Administrasi Murni


Peradilan
administrasi
murni
harus
memiliki
persyaratan :
1.Yang umum (dalam suatu instansi peradilan)
a)
adanya suatu peraturan hukum yang abstrak
dan mengikat umum dan merupakan peraturan umum
yang harus ditaati
b)Adanya suatu perselisihan hukum yang kongkret
c)Adanya sekurang-kurangnya dua pihak
d)Adanya suatu aparatur peradilan yang berwenang
dalam memutuskan perselisihan

2. Yang khusus (sebagai suatu instansi peradilan


administrasi dalam pajak)
a)
salah satu pihak merupakan bagian dari
administrasi negara, dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pajak
b) Hukum yang diterapkan harus bersifat hukum
publik

Luasnya Tugas Hakim Administrasi Pajak


Pendapat pertama dikenal dengan nama pendapat
luas yaitu bahwa hakim administrasi tidak terbatas
pada titik-titik pertikaiannya saja, bahkan menjadi
tugasnya untuk menyelidiki utang pajak yang
menimbulkan perselisihan dengan seteliti-telitinya.
Dan kekliruan-kekeliruan yang ditemukannya haruslah
dibetulkan, bilamana perlu wajib pajak harus
menanggung rugi daripadanya.

Pendapat kedua menganut pendapat sempit yaitu


hakim administrasi pajak merupakan hakim khusus.
Perkara umum jauh lebih utama dibandingkan perkara
khusus.
Gerak-gerik hakim administrasi pajakpun harus
konsekuen pada tafsirannya dan tidak hanya melihat
dari keberatan pajaknya saja, melainkan juga harus
mengamati pekerjaan Fiskus.
Hak leluasa yang akan diberikan kepada hakim
administrasi pajak dikawatirkan akan menimbulkan
kesulitan baru.

Majelis Pertimbangan Pajak


Majelis Pertimbangan Pajak di Indonesia merupakan
instansi peradilan administrasi. Kedudukannya di
Jakarta dan memberi keputusan atas semua
perselisihan pajak dalam tingkat tertinggi dan terakhir.
Adapun yang diberi keputusan oleh MPP adalah
perselisihan mengenai:
1.Segala pajak negara
2.Segala pajak daerah

Ketua Majelis diangkat oleh Presiden yang menunjuk


pula wakil ketua dan anggotanya. Anggota-anggota
Majelis juga diangkat oleh Presiden atas usul :
1.Dua orang anggota atas usul Mahkamah Agung
2.Dua orang anggota atas usul Kamar Dagang dan
Industri Jakarta
Juga dianggat anggota pengganti yang setiap dua
tahun mengganti anggota yang telah dilantik bila hal
ini dipandang perlu.

Anda mungkin juga menyukai