Anda di halaman 1dari 23

REFERAT ILMU KULIT DAN KELAMIN

GONORE

Hikmatul Maghfiroh
(201320401011119)

Pembimbing:
dr. Andri Catur Jatmiko Sp.KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG
2015

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

21

BAB I
PENDAHULUAN
Gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang bersifat akut, disebabkan
oleh bakteri diplokokus gram negatif Neisseria gonorrhoeae. Neisseria gonorrhoeae
menginfeksi lapisan uretra bagian dalam, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.
Penyebaran gonore dalam tubuh bisa melalui aliran darah terutama kulit dan persendian. Pada
wanita, penyakit gonore bisa menjalar ke saluran kelamin kemudian menginfeksi selaput
yang ada di dalam pinggul sehingga menimbulkan nyeri dan gangguan reproduksi
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara
Penyakit Menular Seksual lainnya. Pada umumnya penularan penyakit gonore melalui
hubungan kelamin yaitu secara genito genital, oro genital dan ano genital. Tetapi, di samping
itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan lainlain.
Pada pengobatan penyakit gonore saat ini terjadi perubahan kerena sebagian
besar penyakit gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Kuman Neisseria gonorrhoeae
sekarang ini telah resisten terhadap penisilin. Yang disebut dengan Penicillinase Producing
Neisseria Gonorrhoeae (PPNG).
Neisseria gonorrhoeae menyerang semua golongan, tidak mengenal ras, sosial
ekonomi, atau kondisi geografis. Laki-laki dan wanita baik yang dewasa maupun anak-anak
dapat tertular penyakit ini. Penyakit gonore tersebar diseluruh dunia. WHO memperkirakan
pada setiap tahunnya terdapat 350 juta penderita baru.
Di Indonesia, infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae menempati urutan yang
tertinggi dari semua jenis Penyakit Menular Seksual. Beberapa penelitian di Jakarta,

Surabaya dan Bandung menunjukkan bahwa prevalensi penyakit gonore berkisar antara 7,4%
- 50%.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Infeksi bakterial oleh Neisseria Gonorrhoeae (diplokokus gram negatif) yang hampir

selalu ditularkan melalui hubungan seksual.


2.2

Epidemiologi
Laporan WHO pada tahun 1999 secara global terdapat 62 juta kasus baru gonorrhea,

27,2 juta diantaranya terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara,Di Amerika Serikat, Di
Jepang terdapat peningkatan kasus infeksi oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang sudah
resisten terhadap Ciprofloxacin,dan Di Indonesia, data dari Departemen Kesehatan RI
pada tahun 1988, angka insidensi gonorrhea adalah 316 kasus per 100.000 penduduk.
Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap PSK wanita
menunjukkan bahwa prevalensi gonorrhea berkisar antara 7,4 50%.
2.3

Etiologi
Disebabkan Neisseria Gonorrhoeae, diplokokus yang berbentuk seperti biji kopi

berukuran lebar 0.8u dan panjang 1.6u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan
lama di udaea bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 390c dan
tidak tahan cat desinfektan.
Secara morfologik, gonokok ini terdiri atas 4 tipe, tipe 1 dan 2 yang memiliki pili dan
bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak memiliki pili dan bersifat nonvirulen. Pili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.

Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau
lapis gepeng yang belum berkembang (immature) yaitu pada vagina wanita sebelum
pubertas.

2.4

Patofisiologi
Gonokokus akan melakukan penetrasi permukaan mukosa dan akan berkembang biak

di dalam jaringan sub epitelial. Gonokokus akan menghasilkan berbagai macam produk
ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kerusakan sel, termasuk di antaranya enzim
seperti fosfolipase, peptidase dan lainnya. Kerusakan jaringan ini tampaknya disebabkan
oleh dua komponen permukaan sel yaitu LOS ( Lipo Oligosaccharide, berperan
menginvasi sel epitel dengan cara menginduksi produksi endotoksin yang menyebabkan
kematian sel mukosa) dan peptidoglikan (mengandung beberapa asam amino dan
penicillin binding component yang merupakan sasaran antibiotika penisilin dalam proses
kematian kuman).

Mobilisasi leukosit PMN menyebabkan terbentuk mikroabses sub

epitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepaskan PMN dan gonokokus.

Cara-cara penularan :

Melalui

hubungan

seksual

Infeksi

vertical (bayi

yang

lahir

secara

spontan

dari

ibu

menderita
gonorrhea)

2.5

2.6

Autoinokulasi

Faktor resiko

Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi

Pasangan seksual > 1

Status social-ekonomi yang rendah

Penggunaan IUD

Gejala Klinis

yang

servisitis

Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama
karena penderita telah mengobati dirinya sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak adekuat.
Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimptomatik.
1. Pada Pria :
Infeksi pertama : urethritis
Komplikasi :

Lokal : Tysonitis, paraurethritis, littritis, cowperitis

Ascendens : prostatitis, vesikulitis, vas deferentitis, epididymitis, trigonitis

2. Pada wanita :
Infeksi pertama : urethritis, servisitis
Komplikasi :

Lokal : paraurethritis, bartholinitis

Ascendens : salpingitis, PID

3. Komplikasi diseminata : arthritis, myocarditis, endocarditis, pericarditis, meningitis


Pada Pria :
1. Urethritis : paling sering dijumpai adalah urethritis anterior akut dan dapat menjalar
ke proksimal dan menimbulkan komplikasi lokal, ascendens & diseminata. Keluhan
berupa rasa gatal, panas di bagian orificium uretra externum kemudian disusul
dysuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang disertai darah.
Pada pemeriksaan tampak orificium uretra externum eritematosa, edematosa &

ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen & dapat terjadi pembesaran KGB inguinal
unilateral/bilateral.

2.

Tysonitis : biasa terjadi pada penderita dgn preputium yang panjang & kebersihan
yang kurang baik. Ditemukan butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum
yang nyeri tekan.

3. Paraurethritis : sering pada orang dengan orificium uretra eksternum terbuka atau
hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara
parauretra.
4. Littritis : pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir.
5. Cowperitis : keluhan berupa nyeri dan benjolan pada daerah perineum disertai rasa
penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi dan dysuria.
6. Prostatitis : perasaan tidak enak daerah perineum & suprapubis, malaise, demam,
nyeri kencing sampai hematuria. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan
konsistensi kenyal, nyeri tekan dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika
abses pecah, masuk ke uretra posterior atau ke rectum dan menyebabkan proktitis.

Bila prostatitis kronik, gejalanya akan lebih ringan yaitu terasa tidak enak pada
perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan
prostat, didapatkan kenyal, berbentuk nodus, nyeri pada penekanan.
7. Vesikulitis : radang akut pada vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat
timbul menyertai prostatitis akut atau epididymitis akut. Gejala berupa gejala
prostatitis yaitu demam, polakisuria, hematuria, nyeri pada waktu ereksi dan spasme
yang mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rectum, dapat diraba vesikula
seminalis yang membengkak seperti sosis di atas prostat.
8. Vas deferentitis : rasa nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
9. Epididymitis : epididymitis akut biasanya unilateral dan biasanya disertai vas
deferentitis. Gejala yaitu epididymis membengkak dan teraba panas, juga testis
sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Terasa sangat nyeri pada penekanan. Bila
mengenai kedua epididymis, dapat mengakibatkan sterilitas.

10. Trigonitis : infeksi ascendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika
urinaria. Gejala berupa polyuria, dysuria dan hematuria.
Pada wanita :

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria, disebabkan
karena perbedaan struktur anatomis dan fisiologis alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita,
baik akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati
kelainan obyektif. Pada umumnya, wanita datang bila telah terjadi komplikasi. Sebagian
besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan KB.
Pada wanita terjadi 3 masa perkembangan :

Prapubertas : epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis) sehingga
memungkinkan terjadinya vaginitis gonorrhea.

Masa reproduktif : lapisan selaput lendir vagina menjadi matang dan tebal sehingga
banyak glikogen & basil Doderlein. Basil Doderlein akan memecah glikogen
sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk
tumbuhnya kuman gonokok.

Masa menopause : selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, dan
basil doderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang dan suasana ini
menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, sehingga dapat terjadi vaginitis
gonorrhea.

Pada mulanya, hanya serviks uteri yang terkena infeksi, tetapi duh tubuh yang
mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir ke luar dan menyerang uretra,
duktus parauretra, kelenjar bartholin, rectum dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah
kandung telur.
1.

Urethritis : gejala utama yaitu dysuria, kadang polyuria. Pada pemeriksaan, orifisium

uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada secret mukopurulen.

2.

Servisitis : dapat asimptomatik, kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung

bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.

3.

Vaginitis : mukosa vagina sangat eritema, edema, sangat nyeri, duh purulent (+), erosi

cerviks, infeksi terkadang juga menyerang uretra, kelenjar skene & kelenjar bartholin.

4.

Bartholinitis : labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri

tekan. Kelenjar bartholin terasa sangat nyeri bila penderita berjalan dan menjadi sukar
duduk.

5.

Salpingitis : peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronik. Ada beberapa factor

predisposisi :

Masa puerperium

Dilatasi setelah kuretage

Pemakaian IUD

Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba fallopii sampai pada daerah salping dan
ovarium sehingga dapat menimbulkan PID. PID dapat menimbulkan kehamilan ektopik
dan sterilitas. Gejala yaitu terasa nyeri pada abdomen bagian bawah, duh tubuh, dysuria
dan menstruasi yang tidak teratur/abnormal.
6.

Proktitis : proktitis bisa terjadi pada pria maupun wanita. Pada wanita dapat terjadi

karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal pada pria.

Keluhan dapat berupa ras terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak
mukosa eritematosa, edematosa dan tertutup pus mukopurulen
7.

Orofaringitis : cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsillitis

gonore lebih sering terjadi daripada gingivitis, stomatitis atau laryngitis. Keluhan sering
bersifat asimptomatik. Bila ada keluhan, sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan
yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan, daerah orofaring tampak eksudat
mukopurulen yang ringan atau sedang.
8.

Konjungtivitis : penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang

menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa, infeksi terjadi karena penularan pada
konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhan berupa fotofobia, konjungtiva bengkak,
merah dan keluarnya eksudat purulent. Bila tidak diobati, dapat terjadi ulkus kornea,
panoftalmitis sampai kebutaan.

Komplikasi diseminata / DGI (Disseminated Gonococcal Infection)


Infeksi sistemik dengan penyebaran hematogen dari mukosa yang terinfeksi ke kulit,
sendi, tenosynovium. Gejalanya yaitu demam, lesi di akral (petechie/papular dan terkadang

dapat menjadi vesikel/pustul dengan dasar eritema dan hemoragik) , nyeri sendi,
tenosynovitis, arthritis septic. Kadang-kadang bisa terjadi hepatitis, meningitis, endocarditis.
DGI banyak terjadi pada saat menstruasi atau pada masa kehamilan karena perubahan pH
vagina pada saat tersebut menyebabkan kuman gonokok dapat tumbuh dengan baik dan
menyediakan akses yang lebih mudah untuk kuman gonokok masuk ke dalam peredaran
sistemik.

2.7

Diagnosis

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan pembantu yaitu :

1.

Sediaan langsung : dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokok gram


negative intraselular dan ekstraselular. Bahan duh diambil dari fossa navikularis
(pria) dan dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, rectum (wanita).

2.

Kultur : 2 macam media yang dapat digunakan :


Media transport :
o Media stuart (hanya untuk transport & perlu ditanam lagi pada
media pertumbuhan)
o Media transgrow (media yang selektif untuk N. gonorrhoeae & N.
meningitidis, dapat bertahan 96 jam dan merupakan media transport
sekaligus media pertumbuhan)
Media pertumbuhan :
o Mc Leods chocolate agar (berisi agar coklat, agar serum dan agar
hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman lain juga dapat tumbuh)
o Media Thayer Martin (selektif untuk mengisolasi gonokok.
Mengandung vankomisin menekan pertumbuhan kuman gram
positif & kolestrimetat menekan pertumbuhan bakteri gram
negative & nistatin menekan pertumbuhan jamur)
o Modified Thayer martin agar (isinya ditambah dengan trimethoprim
untuk mencegah pertumbuhan kuman proteus)

3.

Tes definitive :

Tes oksidasi : reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-pfenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok
tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan
warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai
merah lembayung.
Tes fermentasi : tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi
memakai glukosa, maltose dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa.
4.

Tes beta-laktamase : pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase


TM disc.

BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan

menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman


mengandung beta-laktamase.
5.

Tes Thomson : tes ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung. Pada tes ini ada syarat yang harus diperhatikan :
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
Urin dibagi dalam 2 gelas
Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2
Kandung kencing harus mengandung urine paling sedikit 80-100ml

Gelas I

Gelas II

Arti

Jernih

Jernih

Tidak ada infeksi

Keruh

Jernih

Infeksi uretritis anterior

Keruh

Keruh

Panuretritis

Jernih

Keruh

Tdk mungkin

2.8

Diagnosis Banding
1. Trichomonas vaginalis : pada wanita akan terlihat sekret vagina seropulen

kekuning kuningan atau kuning kehijauan, malodorus dan berbusa, dapat disertai
urertis. Untuk mendiagnosa trikomiasis dapat digunakan sediaan basah dicampur dengan
gram faal dan dapat di lihat pergerakan aktif.
2.

Kandidosis vulvovaginitis : sering menimbulkan gejala klinis gatal dengan

eksudat berupa gumpalan gumpalan seperi susu berwarna putih kekuningan. Diagnosis
tegantung dari identifikasi organisme dengan pap smear dan kultur.
3.

Gardanerella vaginalis : duh tubuh vaginalis berwarna abu abu , homogen

berbau, dan pada pemeriksaan ditemukan clue cells ( yaitu sel epitel vagina yang granular
diliputi oleh kokobasil sehingga batas sel tidak jelas).
4.

Uretritis non spesifik pada pria menimbulkan gejala berupa disuria ringan,

Perasaan tidak enak pada uretra, sering kencing dan keluarnya duh tubuh seropurulen.
Dibandingkan dengan gonore perjalanan penyakit lebih lama. Sedangkan uretritis non
spesofik pada wanita seperti gonore umumnya tidak Menunjukan gejala.
2.9

Penatalaksanaan

a. Gonore tanpa komplikasi (serviks, uretra, rektum, dan faring)

1. Ciprofloxacin 500 mg PO dosis tunggal


2. Ofloxacin 400 mg PO dosis tunggal
3. Cefixime 400 mg PO dosis tunggal
4. Ceftriakson 250 mg IM dosis tunggal
Bila dicurigai ada infeksi campuran dengan clamidia dapat ditambahkan :
1. Erytromisin 4 x 500 mg PO selama 7 hari
2. Doxycicline 2 x 100 mg/hari PO selama 7 hari
b. Gonore dengan komplikasi sistemik
1. Meningitis dan Endokarditis Ceftriaxone 1-2 g IV setiap 12 jam, untuk meningitis
dilanjutkan 10 14 hari dan untuk endokarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu.
2. Artritis, tenosynovitis dan dermatitis
- Ciprofloksasin 500 mg IV setiap 12 jam
- Ofloxacin 400 mg setiap 12 jam
- Cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam
- Ceftriakson 1 g IM/IV tiap 24 jam
3. Gonore pada bayi dan anak
a. Sepsis, arthritis, meningitis atau abses kulit kepala pada bayi
- Ceftriaxone 25 50 mg/kg/hari IM/IV 1 kali sehari selama 7 hari
- Cefotaxime 25 mg/kg IM/IV setiap 12 jam selama 7 hari

Bila terbukti meningitis lama pengobatan menjadi 10 14 hari.


b. Vulvovaginitis, sevisitis, uretritis, faringitis, atau proctitis pada anak
- Ceftriaxone 125 mg IM single dose
Untuk anak dengan berat badan > 45 Kg obat dan dosis obat sama seperti pada orang
dewasa.
c. Bakteriemi atau arthritis pada anak
- Ceftriaxone 50 mg/kg (max. 1 g untuk BB < 45 Kg dan 2 g untuk BB > 45 Kg)
IM/IV 1 kali sehari selama 7 hari atau 10 14 hari untuk BB > 45
4. Gonore pada wanita hamil
- Ceftriaxone 250 ml IM single dose
- Amoksisilin 3 g + probenesid 1 g
2.10

Prognosis
Prognosis dari penyakit ini adalah baik karena tidak adanya komplikasi yang

menyebabkan kecacatan ataupun mengancam jiwa, akan tetapi dapat rekurensi kembali.

BAB III
KESIMPULAN
Penyakit gonore merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. Di Indonesia, infeksi gonore menempati
urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS (penyakit menular seksual).
Karena gonorrhea sangat menular namun seringkali tidak menampakkan gejala-gejala
khusus. Seseorang yang pernah melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan
sebaiknya memeriksakan dirinya dengan teratur.
Penggunaan kondom dapat mencegah penularan. Selain itu perlu terus waspada,
karena sekali seseorang terinfeksi, tidak berarti selanjutnya menjadi kebal. Banyak orang
terserang gonorrhea ini lebih dari sekali.
Pencegahan jauh lebih baik dan lebih mudah dibandingkan dengan pengobatan. Perlu
di tinjau kembali perilaku seksual sekarang, dan segera meninggalkan perilaku seks yang
beresiko dan tidak bertanggung jawab. Hindarilah berganti pasangan. Kemudian bersikap
setia terhadap pasangan juga merupakan tindakan yang baik untuk pencegahan penyakit ini

DAFTAR PUSTAKA
1. Feingold DS, Mansur CP. Gonorrhea. In: Freedberg IM, In: Freedberg IM, Eisen AZ,
Wolf K, editors.Fitzpatricks Dermatology in Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. 6th ed. Philadelphia: WB Saunders Co; 2003. p. 22058.
2. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Cetakan V. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
3. Barakbah J, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. 2005.
4. Daili SF. Gonore. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor.
Penyakit menular Seksual. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2001. p. 4451
5. http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview
6. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Gonococcal Infections. Available
at http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/gonococcal-infections.htm
7. http://aapredbook.aappublications.org/content/1/SEC131/SEC184.body?
sid=a154100c-095c-412a-95f6-62eaaafe35cb

Anda mungkin juga menyukai