Anda di halaman 1dari 12

LABORATORIUM DARAH

1. Pengertian Laboratorium Darah


Darah
a.

b.

Sel : Ruang lingkup hematologi


-

Eritrosit / RBC

Lekosit / WBC

Trombosit / PLT (platelet)

Plasma : Laju Endap Darah / LED (imunokimia)


Pemeriksaan darah lengkap (selanjutnya ditulis DL) adalah suatu tes darah
yang diminta oleh dokter untuk mengetahui sel darah pasien. Terdapat
beberapa tujuan dari DL, di antaranya adalah sebagai pemeriksaaan penyaring
untuk menunjang diagnosa, untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap
suatu penyakit dan untuk melihat kemajuan atau respon terapi
Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah
trombosit, jumlah leukosit, dan hematokrit (perbandingan antara sel darah
merah dan jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap
Darah) dan hitung jenis leukosit.
Hasil DL yang normal adalah :
a.

Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl

b.

Jumlah leukosit : 5000 10.000 /l

c.

Jumlah trombosit : 150.000 400.000 /l

d.

Hematokrit : 35 45 %

e.

LED : 0 10 mm/jam (pria), 0 20 mm/jam (wanita)

Beberapa contoh interpretasi dari hasil DL secara sederhana antara lain bila
kadar Hb turun menandakan anemia, leukositnya meningkat melebihi normal
mungkin menandakan terjadinya infeksi, trombositnya turun mungkin saja
menandakan terjadi infeksi virus, dan lain sebagainya.
Bagaimana cara pemeriksaannya? Darah kita diambil dengan menggunakan
dispo (suntik) sekitar 2 cc, dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi
antikoagulan (EDTA atau sitrat), kemudian dibawa ke laboratorium.

2. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium darah


a.

Darah Rutin
Nama
Kelompok

: Darah Rutin
: Hematologi

Subkelompok

Jenis Sampel

: Darah EDTA

Metoda

: flow cytometry

Persiapan Pasien :
Keterangan

: Pemeriksaan untuk mengetahui adanya anemia, infeksi

dan perubahan jumlah trombosit darah.


b.

Darah Lengkap
Nama
Kelompok

: Darah Lengkap
: Hematologi

Subkelompok

Jenis Sampel

: Darah EDTA

Metoda

: flow cytometry

Persiapan Pasien :
Keterangan

: Pemeriksaan yang lebih lengkap yang memberikan

informasi tambahan tentang jenis anemia dan hitung jenis lekosit selain yang
tercantum pada pemeriksaan hematologi rutin.
c.

LED (Laju Endapan Darah)


Nama
Kelompok

: LED (Laju Endapan Darah)


: Hematologi

Subkelompok

Jenis Sampel

: Darah EDTA

Metoda

: Westergren

Persiapan Pasien :
Keterangan

: Pemeriksaan LED memberikan informasi adanya penyakit,

infeksi dan adanya peradangan yang telah berlangsung lama (kronis) yang tidak
spesifik.

3. Indikasi pemeriksaan laboratorium darah


Indikasi pemeriksaan hematologi:
a. Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada
lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.
b. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
c. Faal ginjal
d. Faal hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini dimungkinkan
sebab hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan juga dari system porta.
e. Glukosa adalah gula sederhana (monosakarida) yang berfungsi sebagai sumber
utama energi di dalam tubuh
f. HbA1C merupakan hemaglobin yang terikat dengan glukosa (terglikolasi).
g. Profil lipid adalah gambaran lipid- lipid didalam darah.
h. Indikasi Pengambilan Darah Arteri pada pasien dengan penyakit paru, bayi
prematur dengan penyakit paru, Diabetes Melitus berhubungan dengan kondisi
asidosis diabetic.
4. Kontraindikasi pemeriksaan laboratorium darah
Kontraindikasi Pengambilan Darah Arteri pada pasien dengan penyakit perdarahan
seperti hemofilia dan trombosit rendah.
5. Persiapan pasien
a.

Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel / l darah.

b.

Obat

Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya


: asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan
menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah
leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi
komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus
darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
c.

Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama
pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi
lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya
rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan
tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan
kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi
oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih
rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 g/dl. Jumlah eosinofil akan lebih
tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah
malam sampai pagi.

d.

Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian
pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan
santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa
asing atau menjadi obyek.

6. Persiapan Alat
a.

Pengambilan darah vena


Persiapan alat:
o Bak instrument

o Spuit 3 atau 5 cc
o Bengkok
o Sarung tangan steril
o Kapas alcohol dalam tempatnya
o Plester dan gunting plester
o Karet pembendung vena/ tourniquet
o Perlak/ kain pengalas
o Botol bertutup yg bersih& kering tempat bahan pemeriksaan/ specimen
Lokasi Pengambilan darah:
o vena mediana cubiti ( dewasa )
o vena jugularis superficialis ( bayi )
Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.
b.

Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)


Persiapan alat:
o Lancet
o Kapas alcohol
o Kapas kering
o Sarung tangan
o Larutan klorin 0,5 %
o Pengalas
o Botol

tempat

darah

yang

diberi

label,

Sahli),dll.tergantung jenis pemeriksaan.


o Bengkok
Lokasi Pengambilan darah:
o ujung jari tangan / anak daun telinga ( dewasa )
o tumit / ibu jari kaki ( bayi)
Tujuan:

alat

pengukur

HB

(HB

Mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan untuk


pemeriksaan golongan darah dan beberapa pemeriksaan rapid test imunologi.
c.

Pengambilan darah EDTA


Persiapan alat:
o kapas alkohol
o diaspossible syringe / vacutainer 10 cc
o Tabung reaksi pyrex 10 cc/tabung EDTA
o kapas steril
o plester
Reagensia : EDTA 10%
Lokasi Pengambilan darah:
o vena mediana cubiti ( dewasa )
o vena jugularis superficialis ( bayi )
Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah EDTAbyang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan morfologi sel darah tepi dan hitung jumlah trombosit.

7. Prosedur Kerja
a.

Pengambilan darah vena


Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Pasang perlak/ kain pengalas dibawah daerah/ tempat yang akan diambil
darahnya
3) Ikat bagian diatas daerah yang akan diambul darahnya dengan karet
pembendung/tourniquet, pasien dianjurkan mengepalkan tangannya.
4) Disinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alcohol secara sirkuler
5) Tegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan/tangan kiri
6) Tusukkan jarum kedalam vena dengan tangan dominan, lalu aspirasi apakah
jarum sudah masuk vena
7) Buka karet pembendung ,lepaskan kepalan tanganya kemudian hisap sesuai
kebutuhan.
8) Tarik jarum bersama spuitnya lalu bekas tusukan tekan dengan kapas
alcohol dan diplester

9) Masukkan darah dalam spuit kedalam botol yang tersedia (memasukkan


agak miring dan tidak terlalu keras saat menyemprotkannya)
10)Beri label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan
11) Setelah selesai, penghisap spuit dikeluarkan dan diletakkan kedalam
bengkok
12)Cuci tangan.
b.

Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)


Pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Bersihkan daerah yang akan di tusuk alcohol 70% dan biarkan menjadi
kering kembali
3) Pegang bagian yang akan di tusuk supaya tidak bergerak dan di tekan
sedikit agar rasa nyeri berkurang
4) Tusuk dengan cepat memakai lancet steril, Pada ibu jari tusukan tegak lurus
dengan garis sidik jari
5) Bila memakai anak daun telinga tusukan dilakukan dipinggir bukan pada
sisinya tusukan harus cukup dalam
6) Buang tetes darah pertama keluar dengan memakai kapas kering. Tetes
darah berikutnya dipakai untuk Pemeriksaan.
7) Tekan bekas tusukan dengan kapas kering
8) Bereskan alat, buang alat suntik dengan benar.
9) Cuci tangan

c.

Pengambilan darah EDTA


Pelaksanaan:
1) Teknis pengambilan darah serupa dengan pengambilan sample darah vena
2) Darah yang telah diambil dialirkan kedalam tabung yang telah berisi EDTA
10%
3) Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen

BIOPSI SUMSUM TULANG


1. Pengertian
Biopsi sumsum tulang merupakan metode pemeriksaan system hematologi dengan
cara mengambil sedikit jaringan yang berada dalam sumsum tulang
2. Tujuan

Tujuan dari biopsy sumsum tulang adalah sebagai berikut:


a. Menilai seluleritas sumsum tulang
b. Menentukan adanya keganasan hematologi dan nonhematologi (metastasis)
c. Menentukan adanya fibrosis sumsum tulang
3. Indikasi
Kecurigaan adanya gangguan produksi sel darah dan menentukan stadium
keganasan non-hematologi
4. Kontraindikasi
a. Tidak ada kontraindikasi mutlak
b. Pada trombositopenia berat (<20.000) pemberian transfuse trombosit sebelum
tindakan akan lebih baik
c. Melakukan biopsy sumsum tulang pada sternum
5. Persiapan
Bahan dan alat:
1. Jarum biopsy
2. Perlengkapan standar minor set sederhana, yaitu: antiseptic, alcohol 70%, kapas
lidi, duk berlubang, spuit 5cc, lidokain, sarung tangan steril, kassa steril, plester,
botol kaca, dan formalin 10%
6. Prosedur tindakan
a. Klien diminta untuk buang air kecil/besar sebelum tindakan dimulai
b. Posisikan klien pada posisi tengkurap
c. Cuci tangan
d. Gunakan sarung tangan steril
e. Aseptic dan antiseptic pada daerah sekitar lokasi, yaitu Krista iliaka superior dan
posterior
f. Lakukan setiap tindakan secara steril
g. Pasang duk berlubang
h. Anestesi dengan lidokain 2% pada Krista iliaka posterior 3-6cc sampai mencapai
periostium
i. Suntikkan jarum biopsy dengan cara twisting morion sambil melakukan
penekanan sampai terasa menembus tulang dan dilanjutkan sepanjang 1-2cm
j. Melakukan gerakan empat arah (atas, bawah, kiri, kanan) setelah itu angkat
jarumnya

k. Luka biopsy ditutup dengan kassa steril yang dibasahi povidone iodine dan tutup
dengan kassa kering kemudian diplester dan tidak boleh dibasahi selama 3 hari
l. Rapikan klien
m. Cuci tangan
7. Komplikasi
Perdarahan dan infeksi

PUNGSI SUMSUM TULANG


1. Pengertian
Pungsi sumsum tulang merupakan tindakan pengambilan sedikit cairan sumsum
tulang
2. Tujuan
a. Penilaian terhadap simpanan zat besi
b. Mendapatkan specimen untuk pemeriksaan radiologi
c. Diagnosis sitomorfologi/evaluasi produk pematangan sel asal darah
3. Indikasi
a. Anemia dan sitopenia lainnya yang tidak dapat dijelaskan awal terjadinya
b. Leukositosis atau thrombosis yang tidak dapat dijelaskan
c. Dugaan leukemia atau mieloptisis
4. Kontraindikasi
Keadaan umum yang buruk
5. Persiapan

Alat dan Bahan:


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Bahan tindakan antiseptic


Povidone iodine
Kapas lidi steril dan kapas steril
Prokain/lidokain 3% dan spuit 5cc, spuit 20cc serta jarum hipodermik 23-25 gaus
Sarung tangan steril dan duk berlubang steril
Set jarum asirasi sumsum tulang (14-16) yang sesuai dengan tempat yang akan

dilakukan dan spuit yang sesuai dengan jarum aspirasi sumsum tulang
g. Botol bersih untuk koleksi aspirat sebagai gelas objek untuk preparat
h. Antikoagulan (heparin atau EDTA)
i. Perlengkapan untuk mengatasi renjatan neurogenis dan anafilaksis (adrenalin,
atropine sulfat dan cairan infus)
6. Tempat Aspirasi
Tempat aspirasi untuk pungsi sumsum tulang:
a.
b.
c.
d.
e.

Spina iliaka posterior superior


Krista iliaka
Spina iliaka anterior superior
Sternum di antara iga ke 2 dan ke 3 midsternal atau sedikit di kanannya
Spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis

7. Prosedur Tindakan
a. Klien diminta untuk buang air kecil atau besar sebelum tindakan
b. Periksa kelengkapan serta kelayakan bahan dan alat tindakan
c. Cuci tangan yang bersih kemudian keringkan
d. Gunakan sarung tangan steril
e. Periksa kelengkapan serta kesesuaian jarum aspirasi dan spuit untuk aspirasi
tersebut dengan sedikit antikoagulan
f. Lakukan tindakan aseptic dan antiseptic daerah tindakan serta prosedur terjaga
aseptic
g. Tentukan titik tindakan
h. Lakukan anestesi lokal tegak lurus permukaan, mulai dari subkutis sampai
periosteal
i. Lakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus dengan diputar dari kiri ke kanan
secara lembut menembus kulit hingga membentur tulang/periosteum, kemudian
perhatikan tingginya jarum. Selanjutnya cabut mandrein dan pasang spuit 20cc
yang sudah dibilas antikoagulan kemudian lakukan aspirasi perlahan tapi
mantap, cabut spuit, biarkan saja jarumnya.
j. Teteskan aspirat secukupnya ke gelas objek, diratakan di atas kaca objek,
kemudian akan terlihat partikel sumsum tulang
k. Sisanya masukkan ke dalam botol

l. Setelah selesei, jarum aspirasi di cabut pelan-pelan tetapi mantap dengan cara
diputar seperti ketika memasukkan tadi
m. Pada daerah perlukaan dilakukan penutupan luka dengan kassa yang telah
diberi antiseptic
n. Daerah perlukaan jangan dibasahi selama 3 hari dan penutup luka dibuka
setelah 3 hari.
8. Komplikasi
Pneumomediastinum jika dilakukan pada sternum akan mengakibatkan terjadinya
perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik. 2008 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai