Anda di halaman 1dari 29

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS
Nama

: By.HER

Jenis Kelamin

: Perempuan

TTL

: Bekasi, 27 Sepember 2013

Agama

: Islam

Alamat Rumah

: Jati Cempaka, Pondok Gede

Umur

: 4 hari

Berat Badan

: 2600 gr

Usia Gestasi

: 36 minggu

Anak

: G3P2A0

Lahir

: Seksio Sesarea atas indikasi BK SC

ORANG TUA / WALI


Ayah :

Ibu

Nama / umur

: Tn. N / 34 thn

Agama

: Islam

Alamat

: Jati Cempaka, Pondok Gede

Nama / umur

: Ny. I / 23 thn

Agama

: Islam

Alamat

: Jati Cempaka, Pondok Gede

Hubungan dengan orang tua

: Anak Kandung

II.

ANAMNESA
Alloanamnesa dengan ibu pasien, dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2013

a. Keluhan Utama
Bayi kuning segera setelah lahir.
b. Keluhan Tambahan
Demam, tidak mau menyusu.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien kuning sejak lahir. Pasien lahir dengan berat badan bawah normal yaitu
2600 gram. Hamil cukup bulan (36 minggu). Ibu melahirkan secara seksio di
RSUD Bekasis.

d. Riwayat Kelahiran dan Kehamilan


KEHAMILAN

Morbiditas kehamilan

Ibu pasien ketika hamil memakan


obat microgynon dari kehamilan

Perawatan antenatal

2-5 bulan
Ibu pasien tidak rajin kontrol
selama masa kehamilan. Tidak
minum vitamin, tidak mau makan

KELAHIRAN

Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Keadaan bayi

hanya minum susu saja.


RSUD Bekasi
Dokter Spesialis Obsgyn
Seksio Sesarea
- Berat lahir : 2600 gr
- Panjang badan : 45cm
- Lingkar Kepala : 30 cm
- Langsung menangis
2

- Pucat : - Biru : - Kuning : +


- Kelainan bawaan : - Cacat : - A/S : 8/9
- Anus (+)
Kesan : Riwayat kehamilan dan kelahiran kurang baik

e. Riwayat Makanan dan Gizi


f. Riwayat Imunisasi
Hep B
g. Riwayat Penyakit Dahulu
h. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit kuning saat lahir.

III. PEMERIKSAAN FISIK


dilakukan pada tanggal 4/10/2013

Status Generalis
Uk/up

: 4/4

Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tanda Vital
Nadi

: 140 x / menit

Suhu

: 37 oC

Pernafasan

: 40x / menit

Status Antropometri
Berat Badan

: 2600 gr

Panjang Badan

: 45 cm

Lingkar Kepala

: 30 cm

Pemeriksaan Sistematis
Kulit Turgor

: baik

Warna

: ikterik +

Kramer

:5

Kepala

: Normocephali

Wajah

: Simetris, sianosis (-), ikterik (+), pucat (-)

Rambut

: Hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah


dicabut

Mata

: Pupil bulat isokor, RCL + / +, RCTL + / +


Conjungtiva anemis + / +
Sclera ikterik + / +

Telinga

: Normotia
Serumen - / Sekret - / -

Hidung

: Tidak ada deviasi septum


Nafas cuping hidung (-)
Sekret - / -

Mulut

: Bibir kering (-), pecah-pecah,


sianosis (-)

Leher

: -

Thoraks
Paru-paru
Inspeksi

: Retraksi sela iga (-)

Palpasi

: vocal fremitus sama kuat

Perkusi

: Sonor di kedua paru

Auskultasi

: Ronki -/-, wh -/-

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba pada ICS V

Perkusi

: batas jantung sukar ditentukan

Auskultasi

: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Datar, warna kulit perut ikterik

Palpasi

: Supel, hepar dan lien teraba tidak membesar

Perkusi

: tympani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Ekstremitas

IV.

Atas

: Akral hangat, edema (-), sianosis (-), ikterik (+)

Bawah

: Akral hangat, edema (-), sianosis (-), ikterik (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal

Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Kimia Klinik

Fungsi Hati :

30 September 2013

Bilirubin Total

13,79 mg/dl

5-10 mg/dl

Bilirubin direk

0,30 mg/dl

< 0,8 mg/dl

Bilirubin indirek

13,49 mg/dl

0 10,0 mg/dl

Tanggal
30 September 2013

Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

13,9

11-16 g/dl

Leukosit

13.000

5000-10000 /ul

Eritrosit

3,79

4 5 Juta / ul

45

40-48 %

478000

150rb 400rb / ul

MCV

96,2

82 - 92 fl

MCH

32,5

27- 32 pg

MCHC

33,9

32 - 37 g/dl

Darah Lengkap :
Hb

Ht
Trombosit

Rencana pemeriksaan
1.

Kadar Bilirubin serum berkala

2.

Pemeriksaan Darah Lengkap

3.

SADT

4.

Golongan darah Ibu dan Bayi

5.

Uji Coombs

6.

Pemeriksaan penyaring enzim G6PD

V. RESUME
Pasien, bayi perempuan, 1 bulan, 2600 gr dirawat di RS karena kuning.
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis :
- Kuning di seluruh tubuh sejak lahir
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum

: sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Suhu

: 37oC

Wajah, sklera, kulit, ekstremitas ikterik (Kramer 5)


Thorax

: Warna kulit ikterik

Abdomen

: Warna perut ikterik

Extremitas

: Ikterik

Skala Kramer : 5 perkiraan Bilirubin (16 mg/dl )

Fungsi Hati :
Bilirubin Total

13,79 mg/dl

5-10 mg/dl

Bilirubin direk

0,30 mg/dl

< 0,8 mg/dl

Bilirubin indirek

13,49 mg/dl

0 10,0 mg/dl

13.000

5000-10.000 /ul

Darah rutin
Leukosit

V.

DIAGNOSA BANDING
Ikterus ec incompatibility ABO
Ikterus ec incompatibility Rh
Ikterus ec Infeksi Intrauterin
Ikterus ec Defisiensi G6PD

VI.

DIAGNOSA KERJA
Hiperbilirubinemia neonatal ec susp Sepsis

VII.

PENATALAKSANAAN
o Blue light
o IVFD D 5% 6 tetes mikro

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa


yang ditegakkan pada pasien ini :

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


laboratorium. Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir.
Pasien. Ditemukan wajah, kulit, sklera, ekstremitas ikterik. Lab Bilirubin total 13,79
mg/dl, Bilirubin indirek 13,49 mg/dl. Oleh karena itu, kemungkinan diagnosis ke arah
hiperbilirubinemia patologis

Tinjauan Pustaka
Hiperbilirubinemia
PENDAHULUAN
Hiperbilirubinemia neonatal adalah peningkatan kadar bilirubin total pada minggu
pertama kelahiran. Kadar normal maksimum adalah 12-13 mg% (205-220 mol/l).

10

Banyak bayi yang mengalami hiperbilirubinemia ini dalam satu minggu pertama
kehidupannya, terutama pada bayi kecil (berat lahir <2500 gram atau umur kehamilan <
37 minggu). Bila bayi mengalami masalaah ini maka risiko atau komplikasi yang harus
dipertimbangkan adalah ensefalopati bilirubin. Keadaan ini dapat merupakan gejala awal
dari penyakit utama yang berat pada neonatusndan bila timbul pada hari pertama (kurang
dari 24 jam) merupakan keadaan bahaya yang harus segera ditangani.
Meskipun

demikian,

sebagian

besar

kasus

hiperbilirubinemia

tidak

membahayakan dan tidak memerlukan pengobatan.


DEFINISI
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah, sedangkan
Ikterus merupakan suatu diskolorasi kuning pada kulit, mukosa, dan sclera akibat
penumpukan dari bilirubin. Perubahan warna tersebut terutama diakibatkan oleh bilirubin
unconjugated, nonpolar, bilirubin tidak larut dalam air yang dihasilkan dari metabolisme
hemoglobin dan produk lainnya termasuk mioglobin.

EPIDEMIOLOGI
Pada sebagian besar

neontus, ikterus akan ditemukan pada minggu pertama

kehidupannya. Kejadian ini lebih kurang 60% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi
kurang bulan. Di Jakarta sendiri dilaporkan sekitar 32,19% bayi baru lahir menderita
ikterus. Ikterus tersebut dapat dalam keadaan fisiologis maupun patologis. Untuk itu

11

setiap byi dengan keadaan ikterus perlu mendapat perhatian terutama jika ikterus
dihadapkan dengan keadaan patologis.
ETIOLOGI
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Disini akan
dibagi 4 penyebab utama dari keadaan ini, yaitu :
1. Meningkatnya produksi bilirubin yang harus di metabolisme di dalam hati
(anemia hemolitik, pendeknya usia eritrosit yang berkaitan dengan imaturitas atau
transfusi darah, peningkatan sirkulasi enterohepatik, dan infeksi)
2. Hipoalbuminemia, sehingga kadar bilirubin bebas dalam darah meningkat
(melnutrisi, adanya zat-zat yang berkompetitif dengan bilirubin dalam berikatan
dengan albumin seperti sulfisoxazole, moxalactam, dsb)
3. Keadaan yang menyebabkan rusak atau menurunnya aktifitas enzim glukoronil
transferase (hipoksia, infeksi, hipotermia, hipotiroidism, dan bila adanya zat atau
substansi yang menghambat kerja enzim)
4. Berkurangnya jumlah enzim yang dibutuhkan untuk mereduksi bilirubin yang
diambil kedalam hepar (efek genetic, prematuritas, dsb)
Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin
indirect akan mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi
bilirubin dalam aliran darah (hipoproteinemia, asidosis, peningkatan asam lemak bebas
yang disebabkan oleh hipoglikemia, kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena
peningkatan permeabilitas sawar darah otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya
bilirubin (asfiksia, premature, hiperosmolaritas, dan infeksi).
Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mg/dl bilirubin dapat
menimbulkan ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran

12

cerna. Obat-obatan seperti oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat
menimbulkan keadaan hiperbilirubinemia unconjugated.
Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus
Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak
jarang pula etiologinya terdiri dari baberapa jenis. Untuk itu dapat digunakan pendekatan
menurut saat atau waktu terjadinya ikterus.

A.ikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABO,Rh,atau golngan darah lainya.

Infeksi intrauterin (rubella, toxoplasmosis, sitomegalovirus, sifilis, dan sepsis


bakterialis)

Kadang kadang oleh defisiensi enzim G6PD.

B. ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir.

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD.

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala, perdarahan hepar, kapsula, dll)

Dehidrasi, hipoksia, dan asidosis.

Sferositosis, eliptosis, dsb.

C.ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi, asidosis.

Defisiensi G6Pd
13

Pengaruh obat obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D. ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

PATOLOGI
IKTERUS FISIOLOGIK DAN PATOLOGIK

14

Ikterus Fisiologik
Pada keadaan normal, kadar bilirubin indirect dalam darah plasenta sekitar 1-3 mg
% dan meningkat hingga kurang dari 5 mg/dl/24 jam. Oleh karena itu, keadaan ikterik
akan tampak pada usia hari ke-2 dan ke-3, sering mencapai puncaknya pada usia hari ke-2
4 dengan kadar 5-6 mg/dl. Kadar ini akan menurun dibawah 2 mg/dl antara hari ke-5
7. Adapun proses tersebut disebabkan peningkatan produksi bilirubin indirect akibat
pemecahan sel darah merah fetus yang kaya akan hemoglobin F dengan usia eritrosit
yang lebih pendek (80-90 hari), tingginya kadar eritrosit neonatus dan akibat fungsi hepar
yang belum maksimal dalam pembentukan enzim-enzim termasuk glukoronil transferase.
Diperkirakan 6-7% bayi cukup bulan memiliki kadar bilirubin indirect diatas 12,9
mg/dl dan kurang dari 3 % dengan kadar diatas 15 mg/dl. Adapun factor-faktor yang
menyebabkan tingginya kadar bilirubin tersebut diantaranya diabetes pada kehamilan, ras
(cina, jepang, korea dan penduduk asli amerika), obat-obatan (vit K3, novobiosin),
ketinggian, polisitemia, jenis kelamin (laki-laki), trisomi 21, cephal hematom, induksi
oksitosin, hari pertama pemberian asi, penurunan bert badan (dehidrasi atau malnutrisi),
defekasi yang lambat terjadi sejak lahir, saudara kandung dengan kadar bilirubin tinggi.

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus


fisiologis adalah :
1. timbul pada hari ke2 3 dan menghilang pada hari ke7-10.
2. bilirubin indirect <10 mg/dl pa bayi cukup bulan dan <12,5 mg/dl pada bayi
kurang bulan.
3. bilirubin direct <1 mg/dl

15

4. kenaikan bilirubin <5 mg/dl


5. tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi.
6. umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus, usia eritrosit
neonatus yang relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase
akibat belum maksimlnya fungsi hati.5
Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi
cukup bulan <12 mg/dl dan pada bayi kurang bulan <10-14 mg/dl masih tergolong
fisiologis.
Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan
nonfisiologis seperti : riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga, pucat, hepatomegali,
splenomegali, gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi, muntah-muntah,
lemas, tidak mau makan, penurunan berat badan yang eksesif, apnoe, bradikardi,
hipotermia, feses berwarna terang, urin berwarna gelap, dan tanda-tanda kern-ikterus
perlu diperhatikan untuk memastikan jenis ikterus pada neonatus.

Ikterus Patologik
Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan
hiperbilirubinemia. Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan
kadar bilirubin dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat
menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu, misalnya sel otak yang akan mengakibatkan
gejala sisa dikemudian hari. Karena itu bayi dengan ikterus baru dianggap fisiologik jika
telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik.

16

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah :


1. timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. kadar bilirubin darah total >12,9 mg/dl pada bayi cukup bulan, dan >15 mg/dl
pada bayi kurang bulan.
3. peningkatan kadar bilirubin darah >5 mg/dl/hari
4. kadar bilirubin direct >1,5-2 mg/dl
5. ikterus menetap > 1 minggu pada bayi cukup bulan dan >2 minggu pada bayi
kurang bulan.
Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik
tidak selalu sama pada tiap bayi, untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan
tersendiri, misalnya di RSCM, bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila
kadar bilirubin total mencapai 12 mg/dl pada bayi cukup bulan dan >10 mg/dl pada bayi
kurang bulan.
METABOLISME BILIRUBIN
Sebagian besar (70-80 %) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak. Heme
dikonversi menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan
albumin dibawa ke hepar. Didalam hepar, dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada
reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil transferase. Bilirubin direk (terkonjugasi)
disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Pada
bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri, pembentukan sterkobilin tidak terjadi.
Sebagai gantinya, usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang menghidrolisis
bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik ke aliran darah.
MANIFESTASI KLINIS

17

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari. Bayi baru lahir (BBL)
tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L
(1mg/dl = 17, 1 mikromol / L). Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL
secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969).
Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol
seperti tulang hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat
atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan
dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya.
Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus, yaitu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus
subtalamus hipokampus, nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV. Secara klinis
pada awalnya tidak jelas, dapat berupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap,
malas minum, tonus otot meningkat, leher kaku, dan opistotonus. Bila berlanjut dapat
terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai ketegangan otot. Dapat
ditemukan ketulian pada nada tinggi, gangguan bicara dan retardasi mental.
Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona

Bagian tubuh yang kuning

Rata-rata serum bilirubin indirek (mol/L)

Kepala dan leher

100

Pusat leher

150

Pusat paha

200

Lengan + tungkai

250

Tanga + kaki

> 250

DIAGNOSIS

18

Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus.

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik, G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau


golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya.

Riwayat anemia, pembesaran hati atau limpa pada keluarga.

Pemeriksaan Fisik
Bayi tampak berwarna kuning. Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu
yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak
terlihat dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan
untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan :

Pada hari pertama, tekan pada ujung hidung atau dahi.

Pada hari ke-2, tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.

Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin

Kadar bilirubun total, direk, indirek

19

Preparat apusan darah

Kadar G6PD

Golongan darah ibu dan bayi : ABO dan Rhesus

Uji Coombs

DIAGNOSIS BANDING

Ikterus hemolitik

Ikterus pada prematuritas

Ikterus karena sepsis

Ensefalopati bilirubin (kern ikterus)

Ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

PENATALAKSANAAN / TERAPI
Pendekatan menentukan kemungkinan penyebab.
Menetapkan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemeriksaan
yang banyak dan mahal, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk dapat
memperkirakan penyebabnya. Pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan itu ialah
menggunakan saat timbulnya ikterus seperti yang dikemukakan oleh Harper dan Yoon
(1974), yaitu :
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Penyebabnya menurut besar kemungkinan :
20

1. Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.


2. Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, lues, dan kadang-kadang
bakteri).
3. Kadang-kadang oleh defisiensi G6PD
Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah :
o Kadar bilirubin serum berkala
o Darah tepi lengkap
o Golongan darah ibu dan bayi
o Uji Coombs
o Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G6PD, biakan darah atau biopsi
hepar bila perlu.
b. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
1. Biasanya ikterus fisiologis
2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau RH atau
golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar bilirubin
cepat, misalnya melebihi 5 mg% / 24 jam
3. Defisiensi enzim G6PD juga mungkin
4. Polisitemia
5. Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan sub aponeurosis, perdaraha
hepar subkapsuler dan lain-lain).
6. Hipoksia
7. Sferositosis, eliptositosis dan lain-lain
8. Dehidrasi asidosis
9. Defisiensi enzim eritrosit lainnya.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :

21

Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat, dapat dilakukan
pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan kadar bilirubin berkala, pemeriksaan
penyaring enzim G6PD dan pemeriksaan lainnya bila perlu.
c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
1. Biasanya karena infeksi 9sepsis)
2. Dehidrasi asidosis
3. Defisiensi enzim G6PD
4. Pengaruh obat
5. Sindrom Criggler-Najjar
6. Sindrom Gilbert
d. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
1. Biasanya karena obstruksi
2. Hipotiroidisme
3. Breast milk jaundice
4. Infeksi
5. Neonatal hepatitits
6. Galaktosemia
7. Lain-lain
Pemeriksaan yang perlu dilakukan
1. Pemeriksaan bilirubin (direk dan Indirek) berkala
2. Pemeriksaan darah tepi
3. Pemeriksaan penyaring G6PD
4. Biakan darah, biopsi hepar bila ada indikasi
5. Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab.

22

Dapat diambil kesimpulan bahwa ikterus baru dapat dikatakan fisiologis


sesudah observasi dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar
patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kernikterus.
Ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis ialah :
1. Ikterus yeng terjadi pada 24 jam pertama
2. Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 10mg% pada neonatus kurang bulan
3. Ikterus dengan peningkatan bilirubin-lebih dari 5 mg% / hari
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
5. Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau
keadaan patologis lain yang telah diketahui
6. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
II.

Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :

1.

Pengawasan antenatal yang baik


2.

Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi


pada masa kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfafurazole, novobiosin,
oksitosin dan lain-lain.

III.

3.

Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus

4.

Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus

5.

Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir

6.

Pemberian makanan yang dini

7.

Pencegahan infeksi
Mengatasi hiperbilirubinemia

23

1. Mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan pemberian fenobarbital. Obat


ini bekerja sebagai enzym inducer sehingga konjugasi dapata dipercepat.
Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam
baru terjadi penurunan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum melahirkan.
2. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau onjugasi. Contohnya
ialah pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat
diganti dengan plasma dengan dosis 15-20 ml/kgbb. Albumin biasanya
diberikan sebelum transfusi tukar dikerjakan oleh karena albumin akan
mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga
bilirubin yang diikatnya lebih mudah dikeluarkan dengan transfusi tukar.
Pemberian glukosa perlu untuk konjugasi hepar sebagai sumber energi.
3. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi. Walaupun fototerapi dapat
menurunkan kadar bilirubin dengan cepat, cara ini tidak dapat menggantikan
transfusi tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk
pra dan pasca-transfusi tukar.
4. Transfusi tukar.
Pada umumnya transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sebagai berikut a.
Pada semua keadaan denga kadar bilirubin indirek 20mg%
b. Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3 1 mg% / jam.
c. Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung.
d. Bayi dengan kadar hemoglobin talipusat < 14 mg% dan uji Coombs
direk positif.
Sesudah transfusi tukar harus diberi fototerapi. Bila terdapat keadaan seperti
asfiksia perinatal, distres pernafasan, asidosis metabolik, hipotermia, kadar
protein serum kurang atau sama dengan 5 g%, berat badan lahir kurang dari

24

1500 g dan tanda-tanda gangguan susunan saraf pusat, penderita harus diobati
seperti pada kadar bilirubin yang lebih tinggi berikutnya.
Pengobatan Umum
Bila mungkin pengobatan terhadap etiologi atau faktor penyebab dan perawatan
yang baik. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah pemberian makanan yang dini
dengan cairan dan kalori cukup dan iluminasi kamar bersalin dan bangsal bayi yang
baik.
Tindak Lanjut
Bahaya hiperbilirubinemia ialah kernikterus. Oleh karena itu terhadap bayi yang
menderita hiperbilirubinemia perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut :

Penilaian berkala pertumbuhan dan perkembangan.

Penilaian berkala pendengaran.

Fisioterapi dan rehabilitasi bila terdapat gejala sisa.

Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin


(Modifikasi dari MAISELS 1972)
Bilirubin (mg%)
<5
5-9

Terapi sinar

24-48 jam
49 -72 jam
Pemberian makanan yang dini
Phenobarbital + kalori cikup

10-14

Bila hemolisis
TransfusiTukar

Terapi Sinar

14-19
> 20

< 24 jam

Bila hemolisis
TransfusiTukar

Transfusi Tukar
Transfusi Tukar

Terapi sinar

> 72 jam

PEMANTAUAN

25

Terapi

Bilirubin pada kulit dapat menghilang dengan cepat dengan terapi sinar. Warna
kulit tidak dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan kadar bilirubin
serum selama bayi mendapat terapi sinar dan selama 24 jam setelah dihentikan.

Pulangkan bayi bila terapi sinar sudah tidak diperlukan, bayi minum dengan
baik, atau bila sudah tidak ditemukan masalah yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit.

Ajari ibu untuk menilai ikterus dan beri nasehat pada ibu untuk kembali bila
terjadi ikterus lagi.

Tumbuh Kembang

Pasca perawatan hiperbilirubinemia bayi perlu pemantauan tumbuh kembang


dengan penilaian periodik, bila diperlukan konsultasi ke sub bagian neurologi
anak dan sub bagian tumbuh kembang.

Bila terjadi gangguan penglihatan, konsultasi ke bagian penyakit mata.

Bila terjadi gangguan pendengaran, konsultasi ke bagian THT.

Terapi Sinar
Usia (jam)
< 24
25-48
49-72
>72

BL < 1.500 g

BL 1.5002.000 g

BL > 2.000 g

Kadar bilirubin (mg/dl)


RT : > 4,1
>5
>7
>8,2

Kadar bilirubin (mg/dl)


RT : > 4,1
>7
> 9,1
> 10

Kadar bilirubin (mg/l)


>5
> 8,2
> 11,8
> 14,1

BL < 1.500 g

BL 1.5002.000 g

BL > 2.000 g

Kadar bilirubin (mg/dl)


> 10 - 15
> 10 - 15

Kadar bilirubin (mg/dl)


> 15
> 15

Kadar bilirubin(mg/l)
> 15,9 18,2
> 15,9 18,2

Transfusi Tukar
Usia (jam)
< 24
25-48

26

49-72
>72

> 10 - 15
> 15

> 15,9
> 17

> 17, 0 18,8


> 18,2 20,0

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku kuliah :Ilmu Kesehatan Anak : jilid 3: Balai Penerbit FKUI, Jakarta Cetakan
2007 : 1102-1110
2. Standar Peiayanan Medis Departemen Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit
Tropis,Demam Tifoid Ikatan Dokter Anak Indonesia, Edisi 1- 2004, 296-299
3. Mansjoer Arief, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, Setiowulan Wiwiek, Kapita
Selekta Kedokteran : Edisi ketiga jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius, 2008, 503507
4. http://naya.web.id/2007/01/25/hiperbilirubinemia/
5. http://www.indonesiaindonesia.com/f/12829-hiperbilirubinemia/
6. http://albadroe.multiply.com/journal/item/86/Hiperbilirubinemia
7. http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=19&iddtl=392

27

LAPORAN KASUS
HIPERBILIRUBINEMIA NEONATORUM

Pembimbing :
dr. Mas Wishnuwardhana W, Sp. A
Disusun Oleh :
Giovanno Rachmanda Maulana
030.08.110

28

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI
PERIODE 26 AGUSTUS 2 NOVEMBER 2013
BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN
Dengan hormat,
Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 26
Agustus 2013 2 November 2013 dengan judul Hiperbilirubinemia neonatorum yang
disusun oleh :
Nama : Giovanno Rachmanda Maulana
NIM

: 030.08.110

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth :


Pembimbing :
dr Mas Wishnuwardhana W, Sp. A

Menyetujui,

(dr. Mas Wishnuwardhana W, Sp. A)

29

Anda mungkin juga menyukai