Kasus Hiperbilirubinemia Susp Sepsis
Kasus Hiperbilirubinemia Susp Sepsis
I.
IDENTITAS
Nama
: By.HER
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL
Agama
: Islam
Alamat Rumah
Umur
: 4 hari
Berat Badan
: 2600 gr
Usia Gestasi
: 36 minggu
Anak
: G3P2A0
Lahir
Ibu
Nama / umur
: Tn. N / 34 thn
Agama
: Islam
Alamat
Nama / umur
: Ny. I / 23 thn
Agama
: Islam
Alamat
: Anak Kandung
II.
ANAMNESA
Alloanamnesa dengan ibu pasien, dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2013
a. Keluhan Utama
Bayi kuning segera setelah lahir.
b. Keluhan Tambahan
Demam, tidak mau menyusu.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien kuning sejak lahir. Pasien lahir dengan berat badan bawah normal yaitu
2600 gram. Hamil cukup bulan (36 minggu). Ibu melahirkan secara seksio di
RSUD Bekasis.
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
2-5 bulan
Ibu pasien tidak rajin kontrol
selama masa kehamilan. Tidak
minum vitamin, tidak mau makan
KELAHIRAN
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Keadaan bayi
Status Generalis
Uk/up
: 4/4
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
Nadi
: 140 x / menit
Suhu
: 37 oC
Pernafasan
: 40x / menit
Status Antropometri
Berat Badan
: 2600 gr
Panjang Badan
: 45 cm
Lingkar Kepala
: 30 cm
Pemeriksaan Sistematis
Kulit Turgor
: baik
Warna
: ikterik +
Kramer
:5
Kepala
: Normocephali
Wajah
Rambut
Mata
Telinga
: Normotia
Serumen - / Sekret - / -
Hidung
Mulut
Leher
: -
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tympani
Auskultasi
Ekstremitas
IV.
Atas
Bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Kimia Klinik
Fungsi Hati :
30 September 2013
Bilirubin Total
13,79 mg/dl
5-10 mg/dl
Bilirubin direk
0,30 mg/dl
Bilirubin indirek
13,49 mg/dl
0 10,0 mg/dl
Tanggal
30 September 2013
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
13,9
11-16 g/dl
Leukosit
13.000
5000-10000 /ul
Eritrosit
3,79
4 5 Juta / ul
45
40-48 %
478000
150rb 400rb / ul
MCV
96,2
82 - 92 fl
MCH
32,5
27- 32 pg
MCHC
33,9
32 - 37 g/dl
Darah Lengkap :
Hb
Ht
Trombosit
Rencana pemeriksaan
1.
2.
3.
SADT
4.
5.
Uji Coombs
6.
V. RESUME
Pasien, bayi perempuan, 1 bulan, 2600 gr dirawat di RS karena kuning.
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis :
- Kuning di seluruh tubuh sejak lahir
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Suhu
: 37oC
Abdomen
Extremitas
: Ikterik
Fungsi Hati :
Bilirubin Total
13,79 mg/dl
5-10 mg/dl
Bilirubin direk
0,30 mg/dl
Bilirubin indirek
13,49 mg/dl
0 10,0 mg/dl
13.000
5000-10.000 /ul
Darah rutin
Leukosit
V.
DIAGNOSA BANDING
Ikterus ec incompatibility ABO
Ikterus ec incompatibility Rh
Ikterus ec Infeksi Intrauterin
Ikterus ec Defisiensi G6PD
VI.
DIAGNOSA KERJA
Hiperbilirubinemia neonatal ec susp Sepsis
VII.
PENATALAKSANAAN
o Blue light
o IVFD D 5% 6 tetes mikro
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
ANALISA KASUS
Hiperbilirubinemia
Tinjauan Pustaka
Hiperbilirubinemia
PENDAHULUAN
Hiperbilirubinemia neonatal adalah peningkatan kadar bilirubin total pada minggu
pertama kelahiran. Kadar normal maksimum adalah 12-13 mg% (205-220 mol/l).
10
Banyak bayi yang mengalami hiperbilirubinemia ini dalam satu minggu pertama
kehidupannya, terutama pada bayi kecil (berat lahir <2500 gram atau umur kehamilan <
37 minggu). Bila bayi mengalami masalaah ini maka risiko atau komplikasi yang harus
dipertimbangkan adalah ensefalopati bilirubin. Keadaan ini dapat merupakan gejala awal
dari penyakit utama yang berat pada neonatusndan bila timbul pada hari pertama (kurang
dari 24 jam) merupakan keadaan bahaya yang harus segera ditangani.
Meskipun
demikian,
sebagian
besar
kasus
hiperbilirubinemia
tidak
EPIDEMIOLOGI
Pada sebagian besar
kehidupannya. Kejadian ini lebih kurang 60% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi
kurang bulan. Di Jakarta sendiri dilaporkan sekitar 32,19% bayi baru lahir menderita
ikterus. Ikterus tersebut dapat dalam keadaan fisiologis maupun patologis. Untuk itu
11
setiap byi dengan keadaan ikterus perlu mendapat perhatian terutama jika ikterus
dihadapkan dengan keadaan patologis.
ETIOLOGI
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Disini akan
dibagi 4 penyebab utama dari keadaan ini, yaitu :
1. Meningkatnya produksi bilirubin yang harus di metabolisme di dalam hati
(anemia hemolitik, pendeknya usia eritrosit yang berkaitan dengan imaturitas atau
transfusi darah, peningkatan sirkulasi enterohepatik, dan infeksi)
2. Hipoalbuminemia, sehingga kadar bilirubin bebas dalam darah meningkat
(melnutrisi, adanya zat-zat yang berkompetitif dengan bilirubin dalam berikatan
dengan albumin seperti sulfisoxazole, moxalactam, dsb)
3. Keadaan yang menyebabkan rusak atau menurunnya aktifitas enzim glukoronil
transferase (hipoksia, infeksi, hipotermia, hipotiroidism, dan bila adanya zat atau
substansi yang menghambat kerja enzim)
4. Berkurangnya jumlah enzim yang dibutuhkan untuk mereduksi bilirubin yang
diambil kedalam hepar (efek genetic, prematuritas, dsb)
Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin
indirect akan mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi
bilirubin dalam aliran darah (hipoproteinemia, asidosis, peningkatan asam lemak bebas
yang disebabkan oleh hipoglikemia, kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena
peningkatan permeabilitas sawar darah otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya
bilirubin (asfiksia, premature, hiperosmolaritas, dan infeksi).
Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mg/dl bilirubin dapat
menimbulkan ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran
12
cerna. Obat-obatan seperti oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat
menimbulkan keadaan hiperbilirubinemia unconjugated.
Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus
Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak
jarang pula etiologinya terdiri dari baberapa jenis. Untuk itu dapat digunakan pendekatan
menurut saat atau waktu terjadinya ikterus.
Polisitemia
C.ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama
Infeksi (sepsis)
Dehidrasi, asidosis.
Defisiensi G6Pd
13
Sindroma Gilbert
Hipotiroidism
Infeksi
Hepatitis neonatal
Galaktosemia
Dll
PATOLOGI
IKTERUS FISIOLOGIK DAN PATOLOGIK
14
Ikterus Fisiologik
Pada keadaan normal, kadar bilirubin indirect dalam darah plasenta sekitar 1-3 mg
% dan meningkat hingga kurang dari 5 mg/dl/24 jam. Oleh karena itu, keadaan ikterik
akan tampak pada usia hari ke-2 dan ke-3, sering mencapai puncaknya pada usia hari ke-2
4 dengan kadar 5-6 mg/dl. Kadar ini akan menurun dibawah 2 mg/dl antara hari ke-5
7. Adapun proses tersebut disebabkan peningkatan produksi bilirubin indirect akibat
pemecahan sel darah merah fetus yang kaya akan hemoglobin F dengan usia eritrosit
yang lebih pendek (80-90 hari), tingginya kadar eritrosit neonatus dan akibat fungsi hepar
yang belum maksimal dalam pembentukan enzim-enzim termasuk glukoronil transferase.
Diperkirakan 6-7% bayi cukup bulan memiliki kadar bilirubin indirect diatas 12,9
mg/dl dan kurang dari 3 % dengan kadar diatas 15 mg/dl. Adapun factor-faktor yang
menyebabkan tingginya kadar bilirubin tersebut diantaranya diabetes pada kehamilan, ras
(cina, jepang, korea dan penduduk asli amerika), obat-obatan (vit K3, novobiosin),
ketinggian, polisitemia, jenis kelamin (laki-laki), trisomi 21, cephal hematom, induksi
oksitosin, hari pertama pemberian asi, penurunan bert badan (dehidrasi atau malnutrisi),
defekasi yang lambat terjadi sejak lahir, saudara kandung dengan kadar bilirubin tinggi.
15
Ikterus Patologik
Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan
hiperbilirubinemia. Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan
kadar bilirubin dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat
menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu, misalnya sel otak yang akan mengakibatkan
gejala sisa dikemudian hari. Karena itu bayi dengan ikterus baru dianggap fisiologik jika
telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik.
16
17
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari. Bayi baru lahir (BBL)
tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L
(1mg/dl = 17, 1 mikromol / L). Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL
secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969).
Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol
seperti tulang hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat
atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan
dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya.
Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus, yaitu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus
subtalamus hipokampus, nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV. Secara klinis
pada awalnya tidak jelas, dapat berupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap,
malas minum, tonus otot meningkat, leher kaku, dan opistotonus. Bila berlanjut dapat
terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai ketegangan otot. Dapat
ditemukan ketulian pada nada tinggi, gangguan bicara dan retardasi mental.
Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer
Zona
100
Pusat leher
150
Pusat paha
200
Lengan + tungkai
250
Tanga + kaki
> 250
DIAGNOSIS
18
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Bayi tampak berwarna kuning. Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu
yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak
terlihat dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan
untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan :
Pada hari ke-3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
19
Kadar G6PD
Uji Coombs
DIAGNOSIS BANDING
Ikterus hemolitik
PENATALAKSANAAN / TERAPI
Pendekatan menentukan kemungkinan penyebab.
Menetapkan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemeriksaan
yang banyak dan mahal, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk dapat
memperkirakan penyebabnya. Pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan itu ialah
menggunakan saat timbulnya ikterus seperti yang dikemukakan oleh Harper dan Yoon
(1974), yaitu :
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Penyebabnya menurut besar kemungkinan :
20
21
Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat, dapat dilakukan
pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan kadar bilirubin berkala, pemeriksaan
penyaring enzim G6PD dan pemeriksaan lainnya bila perlu.
c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
1. Biasanya karena infeksi 9sepsis)
2. Dehidrasi asidosis
3. Defisiensi enzim G6PD
4. Pengaruh obat
5. Sindrom Criggler-Najjar
6. Sindrom Gilbert
d. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
1. Biasanya karena obstruksi
2. Hipotiroidisme
3. Breast milk jaundice
4. Infeksi
5. Neonatal hepatitits
6. Galaktosemia
7. Lain-lain
Pemeriksaan yang perlu dilakukan
1. Pemeriksaan bilirubin (direk dan Indirek) berkala
2. Pemeriksaan darah tepi
3. Pemeriksaan penyaring G6PD
4. Biakan darah, biopsi hepar bila ada indikasi
5. Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab.
22
Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
1.
III.
3.
4.
5.
6.
7.
Pencegahan infeksi
Mengatasi hiperbilirubinemia
23
24
1500 g dan tanda-tanda gangguan susunan saraf pusat, penderita harus diobati
seperti pada kadar bilirubin yang lebih tinggi berikutnya.
Pengobatan Umum
Bila mungkin pengobatan terhadap etiologi atau faktor penyebab dan perawatan
yang baik. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah pemberian makanan yang dini
dengan cairan dan kalori cukup dan iluminasi kamar bersalin dan bangsal bayi yang
baik.
Tindak Lanjut
Bahaya hiperbilirubinemia ialah kernikterus. Oleh karena itu terhadap bayi yang
menderita hiperbilirubinemia perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut :
Terapi sinar
24-48 jam
49 -72 jam
Pemberian makanan yang dini
Phenobarbital + kalori cikup
10-14
Bila hemolisis
TransfusiTukar
Terapi Sinar
14-19
> 20
< 24 jam
Bila hemolisis
TransfusiTukar
Transfusi Tukar
Transfusi Tukar
Terapi sinar
> 72 jam
PEMANTAUAN
25
Terapi
Bilirubin pada kulit dapat menghilang dengan cepat dengan terapi sinar. Warna
kulit tidak dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan kadar bilirubin
serum selama bayi mendapat terapi sinar dan selama 24 jam setelah dihentikan.
Pulangkan bayi bila terapi sinar sudah tidak diperlukan, bayi minum dengan
baik, atau bila sudah tidak ditemukan masalah yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit.
Ajari ibu untuk menilai ikterus dan beri nasehat pada ibu untuk kembali bila
terjadi ikterus lagi.
Tumbuh Kembang
Terapi Sinar
Usia (jam)
< 24
25-48
49-72
>72
BL < 1.500 g
BL 1.5002.000 g
BL > 2.000 g
BL < 1.500 g
BL 1.5002.000 g
BL > 2.000 g
Kadar bilirubin(mg/l)
> 15,9 18,2
> 15,9 18,2
Transfusi Tukar
Usia (jam)
< 24
25-48
26
49-72
>72
> 10 - 15
> 15
> 15,9
> 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku kuliah :Ilmu Kesehatan Anak : jilid 3: Balai Penerbit FKUI, Jakarta Cetakan
2007 : 1102-1110
2. Standar Peiayanan Medis Departemen Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit
Tropis,Demam Tifoid Ikatan Dokter Anak Indonesia, Edisi 1- 2004, 296-299
3. Mansjoer Arief, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, Setiowulan Wiwiek, Kapita
Selekta Kedokteran : Edisi ketiga jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius, 2008, 503507
4. http://naya.web.id/2007/01/25/hiperbilirubinemia/
5. http://www.indonesiaindonesia.com/f/12829-hiperbilirubinemia/
6. http://albadroe.multiply.com/journal/item/86/Hiperbilirubinemia
7. http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=19&iddtl=392
27
LAPORAN KASUS
HIPERBILIRUBINEMIA NEONATORUM
Pembimbing :
dr. Mas Wishnuwardhana W, Sp. A
Disusun Oleh :
Giovanno Rachmanda Maulana
030.08.110
28
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan hormat,
Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 26
Agustus 2013 2 November 2013 dengan judul Hiperbilirubinemia neonatorum yang
disusun oleh :
Nama : Giovanno Rachmanda Maulana
NIM
: 030.08.110
Menyetujui,
29