Anda di halaman 1dari 5

1

PENYULUHAN TENTANG

DAMPAK PEREDARAN DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM

UPAYA MENCIPTAKAN KALIANDA BEBAS NARKOBA

A. DASAR PEMIKIRAN

Membahas tentang peredaran narkoba satu hal yang perlu diketahui bahwa sampai

saat ini, bisnis narkoba adalah salah satu bisnis yang paling menggiurkan ditinjau dari aspek

keuntungannya, bahkan bisnis narkoba adalah bisnis terbesar kedua setelah

perdagangan senjata. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila para sindikat atau

mafia yang terlibat dalam perdagangan obat terlarang ini senantiasa berupaya untuk

mengedarkannya keseluruh lapisan masyarakat guna mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya, meskipun mereka juga menyadari bahwa bisnisnya tersebut memiliki

resiko yang tinggi. Disamping itu jaringan bisnis merekapun tidak saja dalam lingkup

nasional, tetapi juga regional bahkan internasional. Salah satu contoh nyata adalah

terbongkarnya pabrik ekstasi di Tanggerang yang ternyata hasil produksinya pun telah

beredar sampai ke manca negara.

Sementara itu pada sisi yang lain, dalam berbagai media massa sering diekspose

betapa banyaknya para pengedar narkoba yang berasal dari negara asing baik dari Eropa

maupun Afrika yang mencoba menyelundupkan barang haram tersebut ke Indonesia

dalam jumlah yang besar, namun ironisnya jarang di antara mereka yang mendapatkan

hukuman yang berat seperti hukuman mati. Hal ini mengindikasikan bahwa jaringan

mafia narkoba ternyata juga telah melibatkan para birokrat atau orang-orang yang

“memiliki kekuasaan” di negeri ini. Telah banyak pula generasi muda di Indonesia yang

telah terlibat baik sebagai pengedar maupun sebagai pengguna, sehingga tidak sedikit
mengakibatkan tumbuhnya keresahan dan kerawanan sosial.

Kondisi itulah antara lain yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba ini kian hari

kian meningkat. Menurut data yang diperoleh dari Yayasan Cinta Anak Bangsa bahwa di

Indonesia diperkirakan sudah terdapat sekitar empat sampai lima juta remaja pelajar

yang sudah menjadi penyalahguna narkoba. Bahkan yang lebih tragis lagi berdasarkan

hasil survey yang dilakukan terhadap siswa sekolah di Jakarta, ternyata 28% diantara

mereka sudah terlibat dalam jaringan pengedar dan pengguna narkoba.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peredaran dan penyalahgunaan narkoba

dengan berbagai implikasi dan dampak negatifnya merupakan masalah nasional yang

sangat kompleks yang dapat merusak dan mengancam kehidupan masyarakat, bangsa,

dan negara serta dapat melemahkan ketahanan nasional. Oleh karena itu pemerintah

Indonesia telah menetapkan bahwa peredaran dan penyalahgunaan narkoba merupakan

bahaya yang harus ditangani secara dini dengan melibatkan seluruh potensi yang ada,

baik pemerintah, masyarakat maupun pihak-pihak lain yang terkait.

Pentingnya keterlibatan berbagai pihak secara dini dalam mengantisipasi peredaran

dan penyalahgunaan narkoba ini, karena disadari bahwa generasi muda, khususnya remaja

tumbuh dan berkembang pada tiga dimensi sosial, yaitu lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Keterpaduan dan kesinambungan

sistem pembinaan di antara tiga dimensi tersebut, akan mewarnai penampilan, sikap dan

prilaku mereka dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula sebaliknya, tidak adanya 2

keterpaduan tersebut dapat memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan berbagai

pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang ada. Kondisi ini yang kadang-kadang

tidak disadari oleh para orang tua atau masyarakat baik di perkotaan maupun di

perdesaan, sehingga tidak sedikit remaja yang tumbuh “liar” dan sulit dikendalikan.
Oleh karena itu cukup wajar apabila kemudian kenakalan remaja semakin meningkat.

Berbagai terapi, diagnosa dan kesimpulan telah diajukan, namun kekhawatiran

masyarakat dan orang tua tidak berkurang, bahkan masalah tersebut kian bertambah

rumit dengan masuknya unsur-unsur kebudayaan yang negatif dari negara-negara barat

sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Melalui

jalan tersebut, para remaja mulai mengenal tata cara kehidupan masyarakat lain seperti,

cara berpakaian, bergaul, gaya hidup, minum-minuman keras sampai kepada kasus

penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat-obatan berbahaya (narkoba).

Khusus mengenai penyalahgunaan narkoba dewasa ini begitu marak di Indonesia, tidak

saja yang berasal dari lapisan atas, tetapi juga dari lapisan bawah mulai dari perkotaan

sampai ke perdesaan. Disamping itu yang lebih tragis menurut hasil penelitian yang

dilakukan oleh Dadang Hawari, 97% penyalahgunaan narkoba tersebut justeru

dilakukan oleh remaja yang berusia antara 13-25 tahun bahkan ada di antara mereka

yang usianya baru 9 tahun.

Penyalahgunaan narkoba yang dilakukan secara terus menerus akan mempengaruhi

fungsi berfikir, perasaan dan perilaku orang yang memakainya. Keadaan ini bisa

menimbulkan ketagihan (addiction) yang akhirnya mengakibatkan ketergantungan

(dependence). Proses ketergantungan pada narkoba ini berbeda-beda, tergantung pada

jenis-jenis narkoba yang disalahgunakan dan umumnya mula-mula berlangsung dengan

penggunaan secara tidak teratur kemudian menjadi rutin dan mengakibatkan

ketergantungan baik fisik maupun psikis. Ketergantungan fisik adalah suatu keadaan

dimana tubuh membutuhkan rangsangan narkoba dan apabila pemakaiannya dihentikan

akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus zat. Sedangkan

ketergantungan psikis adalah suatu keinginan yang selalu berada dalam ingatan, maka
apabila pemakaian narkoba dihentikan akan menimbulkan kecemasan, kegelisahan dan

depresi (Soejono D., 1985).

Sementara itu bahaya dan akibat yang dapat ditimbulkan dari peredaran dan

penyalahgunaan narkoba bukan saja merugikan bagi pemakai, tetapi juga terhadap

masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Penyalahgunaan narkoba terhadap pemakai

secara khusus adalah merusak kesehatan, baik fisik, mental maupun genetis, sedangkan

terhadap lingkungan adalah meningkatnya tingkat kriminalitas. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa perbuatan kejahatan yang mempergunakan narkoba dapat

dikategorikan dalam kriteria kejahatan yang membawa dampak amat luas.

Jeanne Mandagi (1996), mengatakan bahwa bahaya yang dapat ditimbulkan akibat

penyalahgunaan narkoba antara lain adalah:

1. Gangguan fisik dan psikis, yaitu berupa emosi yang lebih mudah marah, gangguan

daya ingat, rangsangan seksual yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan

prilaku menyimpang;

2. Gangguan kesehatan seperti penyakit syaraf, alergi, dan reaksi anapektis yang

menunjukkan kepekaaan berlebihan;

3. Gangguan kesehatan jiwa, sehingga menyebabkan aktivitas dan produktivitas hidup

menurun sehingga dapat merugikan diri sendiri bahkan bangsa dan negara;

4. Gangguan fungsi sosial, seperti sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat sekitarnya

dan dirinya sendiri;

5. Gangguan kamtibmas, seperti melakukan tindakan kriminal bahkan khusus untuk

kaum hawa tidak segan untuk terjun ke dunia pelacuran.


Berdasarkan uraian di atas semakin memperjelas bahwa bahaya yang ditimbulkan

oleh pemakaian narkoba ternyata meliputi aspek yang luas, tidak saja yang bersifat internal

bagi pemakainya tetapi juga bersifat eksternal termasuk lingkungan masyarakat

sekitarnya. Terlepas dari beberapa bahaya di atas, maka bahaya yang paling besar dari

penyalahgunaan narkoba adalah terhadap kelangsungan pembangunan bangsa dan

negara. Terlebih lagi para pengguna narkoba umumnya adalah para remaja yang

merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak dapat dibayangkan nasib

bangsa di masa depan apabila para remajanya telah banyak yang ketergantungan

terhadap narkoba. Semakin merebaknya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja,

merupakan wujud dari kegagalan, ketidakberdayaan dan ketidakperdulian baik dari keluarga,

masyarakat, lingkungan sekolah maupun aparat penegak hukum dan instansi terkait. Dengan

demikian remaja yang terlibat penyalahgunaan narkoba pada dasarnya adalah korban

dari kondisi sosial yang diciptakan, yaitu tatanan masyarakat yang serba boleh dan

longgar (permissive society) serta mengabaikan kaidah-kaidah agama,

Anda mungkin juga menyukai