Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

Kelaianan pada mata merupakan jenis kelaian yang sering timbul dan seringkali dikeluhkan
oleh pasien. Sebab mata merupakan organ tubuh yang sangat penting, sebab tanpa adanya
mata maka segala sesuatu aktifitas akan menjadi sulit untuk dilakukan. Untuk itu diperlukan
perhatian khusus terhadap kesehatan mata. Kelaian-kelaian yang seringkali dikeluhkan oleh
pasien yakni mata merah, mata gatal, mata berair, nyeri pada mata, serta berbagai keluhan
lain yang ada. Namun pada pembahasan ini akan dibahas lebih rinci mengenai konjungtivitis,
sesuai dengan kasus yang ada mengenai keluhan mata merah pada kedua mata serta adanya
riwayat alergi terhadap udara panas dan debu.
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi
fisik, atau respons alergi.1-3,5,7 Pada kejadian inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak
dan nyeri ditekan. Konjungtivitis viral sering di sebabkan oleh infeksi adenovirus.
Konjuntivitis bakteri dan viral sangat menular. Konjungtivitis alergi terjadi sebagai bagian
dari reaksi inflamasi terhadap allergen lingkungan. Stimulasi fisik oleh benda asing di mata
juga akan mengiritasi dan menginflamasi konjungtiva sehingga menyebabkan inflamasi dan
nyeri.
Anamnesis2,3
Anamnesis merupakan suatu langkah awal yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi sebanyak mungkin mengenai gejala, keadaan pasien, serta kemungkinan jenis
penyakit yang diderita. Pada anamnesis umumnya dilakukan dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang dapat menyingkirkan differential diagnosis dan mengambil sebuah working
diagnosis. Pertanyaan-pertanyaan yang umumnya diajukan ke pasien atau keluarga pasien
umumnya : 2

Menanyakan identitas pasien secara lengkap


Menanyakan keluhan yang membuat pasien datang ke dokter
Menanyakan gejala-gejala lain yang timbul bersamaan dengan keluhan utama
Menanyakan tingkat keparahan gejala yang ditimbulkan
Menanyakan obat-obatan yang telah dikonsumsi bila ada, efek yang ditimbulkan
Menanyakan apakah dulu pernah menderita penyakit serupa, atau menderita penyakit lain

seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung.


Menanyakan apakah keluarga ada yang menderita penyakit serupa
Menanyakan keadan sosio-ekonomi, lingkungan tempat tinggal
Menanyakan pasien merokok atau minum alkohol atau tidak

Selain dengan anamnesis umum yang sering dan harus dilakukan kepada setiap pasien yang
datang, maka dengan kasus-kasus penyakit tertentu dibutuhkan anamnesis tambahan yang
berguna untuk memperjelas keadaan pasien tersebut. Pada kasus penyakit mata, maka
dibutuhkan beberapa anamnesis tambahan, yang merupakan keluhan-keluhan yang sering
terjadi pada pasien dengan kelainan mata, seperti :2,3

Apakah ada kelopak mata berdenyut?


Apakah ada sakit kepala?
Apakah ada bulu mata rontok/madarosis?
Apakah ada sakit mata saat pergerakan bola mata?
Apakah ada mata merah atau berair?
Apakah ada mata berlendir atau kotor atau belekan?
Apakah ada fotofobia (perasaan silau)?
Apakah ada penglihatan benda yang seolah-olah menjadi lebih kecil/mikropsia?
Apakah ada kelopak mata bengkak?
Apakah ada penglihatan gelap/penglihatan turun mendadak pada salah satu mata atau kedua

mata?
Apakah ada tampakan halo pada sumber cahaya?
Apakah ada astenopia atau kelelahan mata saat membaca?
Apakah ada buta dengan sakit pada mata?
Apakah ada buta senja atau malam?

Untuk melakukan pendiagnosaan terhadap suatu jenis penyakit maka dibutuhkan riwayat atau
keadaan pasien secara rinci, untuk itu dalam melakukan anamnesis terhadap suatu gejala
perlu ditanyakan dari awal mula keluhan, lamanya, progresivitas, faktor yang
memperberat/memperingan serta hubungannya dengan keluhan-keluhan lain.
Pemeriksaan Fisik Umum2
Tindakan pemeriksaan fisik bertujuan untuk melihat keadaan awal pasien saat datang.
Dalam pemeriksaan fisik terhadap pasien

maka diperlukan perhatian khusus dalam

melakukan pemeriksaan, selain itu juga dibutuhkan ketelitian dalam memeriksa keseluruhan
berbagai tubuh pasien, sambil berusaha menanyakan keadaan pasien, agar tampak diketahui
respon dari pasien.
Pemeriksaan Fisik Mata1-3
Pemeriksaan fisik mata adalah serangkaian pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui
keadaan mata secara umum. Pemeriksaan ini dikhususkan pada bagian mata. Langkah
pemeriksaan yang dilakukan yakni :1,3

Ketajaman visus, menggunakan kartu Snellen

Lapang pandang, dengan tes konfrontasi

Palpebra, dilihat apakah ada edema, warna kemerahan, lesi, arah bulu mata, dan
kemampuan palpebra untuk menutup sempurna

Apparatus lakrimalis, dilihat apakah ada pembengkakan pada daerah kelenjar


lakrimalis dan sakus lakrimalis

Konjungtiva dan sclera, dilihat warnanya dan vaskularisasinya, cari setiap nodulus
atau pembengkakan. Pada konjungtiva tarsus superior dicari kelainan seperti folikel,
membran, papil, papil raksasa, pseudomembran, sikatriks, dan simblefaron. Pada
konjungtiva tarsus inferior dicari kelainan seperti folikel, papil, sikatriks, hordeolum,
kalazion. Pada konjungtiva bulbi dilihat ada tidaknya sekret. Bila ada amati warna
sekret, kejernihan, dan volume sekret. Kemudian cari ada tidaknya injeksi
konjungtival, siliar, atau episklera, perdarahan subkonjungtiva, flikten, simblefaron,
bercak degenerasi, pinguekula, pterigium, dan pseudopterigium.

Kornea, lensa, dan pupil, dengan cahaya yang dipancarkan dari temporal dilihat
apakah ada kekeruhan (opasitas) pada lensa melalui pupil, apakah ada bayangan
berbentuk bulan sabit pada sisi medial, kemudian dilihat ukuran, bentuk dan
kesimetrisan pupil.

Gerakan ekstraokular, dengan mengikuti gerakan jari pemeriksa yang membentuk


huruf H di udara, lihat apakah ada nistagmus, lid lag, dan tanyakan apakah ada rasa
nyeri saat pergerakan.2

Pada konjungtivitis, hasil pemeriksaan fisik bisaanya ditemukan visus yang normal, hiperemi
konjungtiva bulbi, lakrimasi, eksudat, pseudoptosis akibat kelopak mata yang bengkak,
kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, psudomembran, granulasi, flikten dan adenopati
preaurikular.3

Pemeriksaan Penunjang Pada Kelainan Mata1,3,4


Pemeriksan penunjang merupakan pemeriksaan tambahan yang akan dilakukan guna untuk
membantu menegakan diagnosis yang akan diambil. Pada pemeriksaan tambahan ini
umumnya membutuhkan peralatan yang digunakan untuk membantu mendapatkan hasil
pemeriksaan. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus kelaian mata :

Loupe dengan sentolop dan lampu celah (slitlamp)


Loupe merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda menjadi lebih besar dari
ukuran normalnya. Alat ini mempunyai kekuatan 4-6 dioptri. Dengan alat ini maka dengan
jarak tertentu pasien dapat melihat benda menjadi lebih besar dan tanpa perlu mata
berakomodasi. Selain itu, apabila benda disinari dengan sentolop maka benda yang dilihat
pasien akan lebih jelat. Hal ini digunakan sebagai pengganti slitlamp atau lampu celah.
Pemeriksaan ini akan lebih sempurna hasilnya apabila dilakukan dalam kamar pemeriksaan

yang digelapkan.
Tonometer
Tonometer merupakan suatu alat pemeriksaan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan
tonometri. Tonometri sendiri merupakan tindakan pemeriksaan yang berguna untuk
mengetahui tekanan intraokular. Pemeriksaan tonometri ini sebaiknya dilakukan kepada
setiap pasien yang berusia lebih dari 20 tahun dan dilakukan secara rutin sebagai sebuah

pemeriksaan fisik umum. Cara melakukan pemeriksaan ini dikenal dengan 4 macam, yakni :
Tonometer digital
Tonometer Schiotz
Tonometer aplanasi
Tonometer Mackay-Mang
Oftalmoskop
Oftalmoskop merupakan suatu alat yang digunakan untuk pemeriksaan oftalmoskopi.
Pemeriksaan oftalmoskopi bertujuan untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.
Oftalmoskopi dibedakan menjadi oftalmoskopi langsung dan oftalmoskopi tidak langsung.
Oftalmoskopi langsung bertujuan untuk melihat daerah paling perifer sampai daerah ekuator,
tidak stereoskopis, berdiri tegak atau tidak terbalik, dan perbesaran 15 kali. Sedangkan
dengan oftalmoskopi tidak langsung akan terlihat daerah fundus okuli 8 kali diameter papil,
danpat dilihat sampai daerah ora serata, karena dilihat dengan 2 mata maka terdapat efek
stereoskopik dan dengan perbesaran 2-4 kali. Pemeriksaan dengan oftalmoskop ini dilakukan

dalam kamar gelap.


Kamplimeter dan Perimeter
Kedua alat ini merupakan alat untuk pengukur dan pemetaan lapang pandang terutama pada
daerah sentral dan para sentral. Lapang pandang yang dimaksud ini merupakan bagian
ruangan yang dapat terlihat oleh satu mata dalam sikap diam dan memandang lurus ke depan.
Pemeriksaan lapang pandang ini bertujuan untuk mengetahui suatu jenis penyakit atau
mengetahui progresivitas suatu penyakit. Hasil pemeriksaan lapang pandangan normal yakni

90 derajat temporal, 60 derajat superior, 50 derajat nasal, 70 derajat inferior


Fluoresein
Fluoresein merupakan suatu bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari oleh
gelombang biru akan menghasilkan gelombang hijau. Bahan ini dipakai untuk melihat ada
tidaknya defek epitel kornea, fistel kornea atau dengan disuntikan intravena unutk dibuat foto

pembuluh darah retina


Uji Anel

Dominique Anel adalah ahli bedah perancis 1679-1730, yang melakukan pemeriksaan fungsi
7

ekresi lakrimal.1
Eksoftalmometer Hertel
Eksoftalmometri merupakan suatu tindapakn mengukur penonjolan bola mata dengan sebuah
alat yang bernama Hertel. Dengan alat ini maka dapat diketahui derajat penonjolan bola mata.
Nilai penonjolan mata normal 12-20 mm dan beda penonjolan dari 2 mm antara kedua mata

dinyatakan sebagai mata menonjol patologis atau eksoftalmos.


Uji Ishihara atau buta warna3,4
Uji ini dilakukan dengan menggunakan kartu ishihara yang merupakan kartu dengan titik-titik

berwarna yang kecerahannya dan bayangannya membentuk angka, huruf atau lainnya.
Amsler Grid, uji kisi-kisi Amsler
Alat ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui fungsi penglihatan sentral

makula.
10 Papan Placido
Papan placido merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat keadaan permukaan
kornea. Papan placido ini merupakan sebuah papan yang mempunyai gambaran garis hitam
yang melingkar konsentris dengan lobang kecil yang terdapat pada bagian sentralnya.
11 Gonioskopi
Lensa gonioskopi merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat keadaan sudut bilik
mata yang dapat menimbulkan glaukoma. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada setiap kasus
kelainan mata yang dicurigai terjadinya glaukoma.
12 Uji Ultrasonografi4
Ultrasonografi merupakan tindakan pemeriksaan mata yang dipakai untuk melihat struktur
abnormal yang terjadi pada mata dengan kepadatan kekeruhan media dimana tidak
dimungkinkan untuk melihatnya dengan mata secara langsung. Cara mengetahui hasilnya
adalah dengan melihat adanya gambaran ultrasonigrafi yang telah terekam dengan adanya
pantulan getaran yang berbeda-beda. Proses kerja alat ini adalah dengan melihat dan
memotret jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang yang tidak dapat terdengar,
pemeriksaan ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan intraokuler. USG mata ini
umumnya dilakukan pada pasien yang terduga menderita katarak.
13 Elektroretinografi
Elektroretinografi merupakan suatu pemeriksaan terhadap retina dengan melihat hasil
rekaman gelombang listrik retina yang terjadi pada perubahan sinar. ERG ini berguna untuk
menilai kerusakan luas pada retina
14 Visual evoked response
Rangsangan pada mata akan menimbulkan rangsangan pada jalur penglihatan hingga korteks
oksipital. Pada pemeriksaan ini akan dilihat perbedaan besar rangsangan pada kedua mata,
sehingga akan diketahui adanya gangguan rangsangan atau penglihatan pada seseorang.
15 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan sekret mata untuk mengetahui
penyebab sekret, yaitu dengan pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi organism bakteri atau
pulasan Giemsa untuk menetapkan jenis dan morfologi sel. Dari pulasan Giemsa ini
didapatkan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya:

Limfosit dan monosit pada infeksi virus


Leukosit PMN pada infeksi bakteri
Eosinofil dan basofil pada alergi
Sel epitel dengan badan inklusi pada sitoplasma basofil pada klamidia
Sel raksasa multinuclear pada herpes
Sel Leber makrofag raksasa oleh trakoma 1

Working diagnosis : Konjungtivitis Viral


Konjungtivitis viral merupakan suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai
jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat, sampai
infeksi ringan yang cepat sembuh sendiri.1
Pasien dengan konjungtivitis viral didapat dengan gejala okular saja atau dengan infeksi
saluran napas atas yang menyertai. Konjungtivitis viral sering timbul unilateral, tetapi sering
menimbulkan mata kontralateral setelah pasien menyentuh mata yang tidak sakit tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu. Pasien mengeluhkan adanya injeksi konjungtiva, sekret dan
pruritus. Pada pemeriksaan fisik, injeksi sklera, epifora, kemosis, perdarahan subkonjungtiva
dan eritema serta edema kelopak mata juga sering terjadi, tetapi bukan merupakan temuan
yang spesifik.2
Bentuk konjungtivitis viral dapat berupa:
1

Demam faringokonjungtiva

Keratokonjungtivitis epidemik

Konjungtivitis herpetik

Konjungtivitis hemoragik epidemik akut3

Differential Diagnosis:
Konjungtivitis Bakteri
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri: akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan
kronik. Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung <
14 hari. Beberapa bekteri penyebab konjungtivitis bakteri akut antara lain Streptococcus
pneumonia dan Haemophilus aegyptus. Pengobatan dengan salah satu obat antibakteri yang
tersedia biasanya menyembuhkan dalam beberapa hari. Sebaliknya konjungtivitis hiperakut
(purulen) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoae dapat menimbulkan komplikasi mata
berat jika tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit

palpebra atau obstruksi duktus nasolakrimalis. Bakteri penyebab konjungtivitis bakteri kronik
yakni Staphylococcus aureus dan Moraxella lacunata. 1
Umumnya konjungtivitis ini bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran
pembuluh darah (injeksi) bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat
bangun tidur dan kadang-kadang edema palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan
melalui tangan menular ke sebelahnya. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda
yang dapat menyebarkan kuman. 1
Pengobatan dapat diberikan antibiotika tetes mata dan atau salep mata. Dosis
pemberian: bila konjungtivitis ringan: berikan 4 kali 2 tetes per hari, bila berat: 6 kali 2 tetes
per hari / lebih. Contohnya kloramfenikol, tetrasiklin, gentamisin, tobramisin, ciprofloksasin,
ofloxasin. Tetes mata memberikan efek cepat (lebih kurang 5-10 menit) sudah sampai dan
memeberi efek terapi pada daerah yang terinfeksi, sedangkan salep mata memberikan efek
setelah 2-4 jam, sehingga salep mata dapat diberikan bila menginginkan berefek yang agak
lama onsetnya, misalnya malam hari sebelum tidur. Obat tetes mata/salep mata campuran
antibiotika + steroid dapat digunakan bila tidak ada kontraindikasi. Steroid mempunyai efek
samping yang berbahaya bila digunakan secara berulang kali dan berlebihan dalam waktu
yang lama. Efek samping steroid tetes adalah katarak dan glaucoma. Pemakaian oral jangka
panjang efek samping moon face, osteoporosis, menopause dini dan sebagainya.
Kontraindikasi steroid yakni virus dan jamur.4
Konjungtivitis Alergi
Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa
reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti
pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Gejala utama penyakit ini adalah radang
(merah, sakit, bengkak, panas), gatal, silau berupalang dan menahun. Tanda karakteristik
lainnya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva, datang bermusim yang dapat
mengganggu penglihatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel
plasma, limfosit dan basofil.3
Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan
memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul
dengan kompres air dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat
diberikan antihistamin dan steroid sistemik.3 Ada beberapa macam konjungtivitis alergi,
yakni seasonal conjungtivitis, perenial conjungtivitis, konjungtivitis vernal, konjungtivitis
atopic, konjungtivitis alergika.
Tabel Diagnosis Banding Konjungtivitis Gambaran Klinis3

Tanda
Injeksi Konjungtivitis
Hemoragi
Kemosis
Eksudat

Viral
Sedang
+
+/Jarang, air

Bacterial
Mencolok
+
++
Purulen

Pseudomembran
Papil
Folikel

+/+

mukopurulen
+/+/-

Alergik
Ringan-sedang
+/atau Berserabut (lengket)
putih
+
-

Tabel Diagnosis Banding Tipe Konjungtivitis yang Lazim3


Klinik dan Sitologi
Gatal
Hiperemia
Air mata
Eksudasi
Adenopati-

Viral
Minim
Umum
Profuse
Minim
Lazim

Bakteri
Minim
Umum
Sedang
Mengucur
Jarang

Alergi
Hebat
Umum
Sedang
Minim
Tidak ada

preaurikular
Pewarnaan Kerokan Monosit

Bakteri, PMN

Eosinofil

dan eksudat
Sakit
tenggorokan, Kadang

Kadang

Tidak pernah

panas yang menyertai


2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis konjungtivitis viral secara umum, yakni adanya pembengkakan, hangat,
rasa tidak nyaman pada mata yang terinfeksi. Visus mata normal, dapat terjadi unilateral
maupun bilateral. Mungkin infeksi pernapasan sedang berlangsung atau sebelumnya terpapar
dengan penderita mata mereah. Konjungtiva mengalami hiperemia difus. Kelopak mata
terlihat bengkak. Terdapat nodul pada preaurikular.5
Bentuk konjungtivitis viral dapat berupa:
1

Demam faringokonjungtiva
Demam faringokonjungtiva ditandai dengan demam 38,3-400C, sakit tenggorokan dan
konjungtivitis folikular pada satu atau dua mata. Folikel sangat sering mencolok pada
kedua konjungtiva dan mukosa faring. Penyakit ini bias unilateral maupun bilateral.
Mata merah sering terjadi, selain itu mungkin ada keratitis epitel superficial untuk
sementara dan sesekali terdapat sedikit kekeruhan di subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikular (tidak nyeri tekan). Sindrom ini mungkin tidak lengkap,
hanya terdiri atas satu atau dua tanda utama (demam, faringitis, konjungtivitis).

Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa dan mudah menular
di kolam renang berklor rendah. Tidak ada pengobatan spesifik, tetapi konjungtivitis
umumnya sembuh sendiri kira-kira dalam 10 hari.1,3
2

Keratokonjungtivitis epidemik
Keratokonjungtivitis epidemik umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata
saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya, terdapat injeksi
konjungtiva, nyeri sedang, dan berair mata; dalam 5-14 hari akan diikuti oleh
fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel yang bulat. Sensasi kornea normal
dan nodus preaurikular dengan nyeri tekan yang khas. Edema palpebra, kemosis dan
hyperemia konjungtiva menandai fase akut dengan folikel dan perdarahan
konjungtiva yang sering muncul dalam 48 jam. Konjungtivitis epidemika pada orang
dewasa terbatas di bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejalagejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media dan
diare.1,3

Konjungtivitis herpetic 3
Konjungtivitis herpetic dapat merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada
anak-anak yang mendapat infeksi dan pembawa virus berlangsung 2-3 minggu.
Ditandai dengan infeksi unilateral, iritasi, secret mukosa, nyeri dan fotofobia ringan.
Keadaan ini disertai dengan keratitis herpes simpleks, dengan vesikel pada kornea
yang dapat membentuk gambaran dendrite. Vesikel-vesikel herpes terkadang muncul
di palpebra dan tepi palpebra disertai edema palpebra hebat, dengan pembesaran
kelenjar preaurikular disertai nyeri tekan.

Konjungtivitis hemoragik epidemik akut1,3


Penyakit ini khas memiliki inkubasi yang pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat
(5-7 hari). Gejala dan tanda yang biasa berupa nyeri, fotofobia, sensasi benda asing,
banyak mengeluarkan air mata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan
subkonjungtiva kadang-kadang juga terjadi kemosis. Perdarahan subkonjungtiva
umumnya difus, tetapi awalnya dapat berupa bintik-bintik; mulai dari konjungtiva
bulbaris superior dan menyebar ke bawah. Kebanyakan pasien mengalami
limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis epitel. Virus ini

ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh benda penular seperti
seprai, alat-alat optic yang terkontaminasi dan air. Tidak ada pengobatan yang pasti
2.5 Etiologi 1,3
Adapun etiologi konjungtivitis berdasarkan macamnya.
1

Demam faringokonjungtiva, oleh adenovirus tipe 3, 4 dan 7

Keratokonjungtivitis epidemik, oleh adenovirus tipe 8 dan 19

Konjungtivitis herpetik, oleh Virus Herpes Simpleks

Konjungtivitis hemoragik epidemik akut, oleh enterovirus tipe 70

2.7 Epidemiologi6
Konjungtivitis viral merupakan penyakit mata umum yang tersebar di seluruh dunia. Infeksi
virus umumnya menyebar pada keluarga, sekolah, kantor dan asrama militer. Konjungtivitis
viral terjadi sama banyak pada laki-laki dan perempuan. Konjungtivitis viral dapat
menyerang semua kelompok umur, tergantung etiologi viral spesifik. Biasanya adenovirus
menginfeksi kelompok umur 20-40 tahun. HSV dan VZV biasanya menginfeksi anak-anak
dan bayi.

2.8 Penatalaksanaan7
Medika
Penatalaksanaan Konjungtivitis viral biasanya dilakukan dengan obat tetes mata dan bilasan
mata pada tahap awal. Infeksi berat yang melibatkan Virus Herpes Simpleks menggunakan
antiviral oral. Obat-obat yang termasuk Zovirax, Dendrid, Viroptic and Vira-A. Pemberian
terapi suportif-paliativ, yaitu obat untuk panas badan, pegal-pagal, roborantia (vitamin) untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.

2.9 Pencegahan4
Pencegahan kepada keluarga / masyarakat sekitar:
-

Orang sakit jangan tidur bersama orang sehat

Pisahkan alat-alat yang biasa digunakan sehari-hari

Seluruh anggota keluarga di rumah sering mencuci tangan

Handuk mandi orang sakit jangan ditumpuk dengan handuk orang sehat

Istirahat yang cukup

Jangan kompres mata dan mata tidak perlu dicuci/diguyur dengan cairan-cairan
pencuci mata.

2.10 Komplikasi7
Bila penyakit ini diabaikan dan tidak dibiarkan tidak diobati dalam waktu yang lama, maka
akan menimbulkan komplikasi seperti keratokonjungtivitis dan blepharitis. Beberapa tipe
virus dapat menginfeksi bagian yang lebih dalam mata sehingga menimbulkan keratitis atau
radang kornea sehingga menyebabkan gangguan visus bahkan jaringan parut pada kelopak
mata pada beberapa kasus.
2.11 Prognosis
Dubia at bonam.
3. Penutup
Konjungtivitis merupakan radang yang terjadi pada konjungtiva mata. Pada umumnya
konjungtivitis ditandai dengan mata merah, tanpa adanya gangguan penglihatan.
Konjungtivitis disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, misalnya bakteri, virus, jamur,
maupun alergi. Konjungtivitis viral ditandai dengan mata merah, lakrimasi, edema palpebra,
limfadenopati preaurikular. Konjungtivitas viral merupakan konjungtivitis yang disebabkan
oleh virus. Penatalaksanaanya dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari, akan tetapi dapat
juga diberikan obat tetes mata maupun antiviral oral. Penggunaan kortikosteroid
dikontraindikasikan penggunaannya, karena merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
virus.

Daftar Pustaka
1

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2006.
h.35-6, 109-48.

Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8.
Jakarta: EGC, 2009. h.147-57.

Riordan-Eva P, Whitches JP. Vaughan & asbury oftalmologi umum. Edisi ke-17.
Jakarta: EGC, 2009. h.97-124.

Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systematic approach. Edisi ke-7.


China: Elsevier Saunders, 2011. h.25-9.

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2012. h.12037

Utama H. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2008. h.28-9

Wijana N. Konjungtiva dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-1. Jakarta: EGC, 2003.
h.41-69.

Greenberg, M.I. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan, jilid 1. Jakarta: Erlangga; 2008.

Anda mungkin juga menyukai